Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ILMU ANTRHOPOLOGI DASAR

Di Susun Oleh :

DHEA ARYANTI DONO

KEPERAWATAN

AKPER PEMKAB CIANJUR

2015/2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang ilmu dasar antropologi.

Makalah ilmiah ini saya telah susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Cianjur, 8 September 2015

Penyusun

Dhea aryannti dono


DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR
2. DAFTAR ISI
3. BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembuatan Makalah
4. BAB II : PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Sejarah Pekembangan Ilmu Antropologi
C. Macam-macam Cabang Ilmu Antropologi
D. Bidang kajian antropologi
E. Pendekatan dalam antropologi
F. Metodologi dalam antropologi
G. Konsep dalam antropologi
H. Terori dalam antropologi
5. ANTROPOLOGI SOSIAL & BUDAYA
6. ANTROPOLOGI DI INDONESIA
7. RUANG LINGKUP
8. BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
9. DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

I. Latar belakang

Ilmu Antrologi sebagai ilmu yang memperlajari makhluk


Anthropos atau manusia, merupakan ilmu yang tidak serta merta
berada secara langsung dengan sendinya. Akan tetapi Ilmu
Antropologi ada seperti saat ini melalui tahap demi tahap, atau dapat
dikatakan perkembangan secara dinamis dari masa ke masa. Dengan
kata lain, Antropologi memiliki sejarah perkembangan sejak
eksistensinya diakui dan dipelajari oleh manusia.
Antropologi lahir dari kehidupan manusia terhadap manusia lain.
Bangsa eropa memperlopori pengiriman ekspedisi ke berbagai negara.
Perjalanan tersebut di dorong oleh tujuan yang beragam, yakni murni
didorong oleh rasa ingin tahu akan daerah sekitarnya, mencari daerah
jajahan, mencari bahan mentah dan pasaran hasil industri, dan
menyebarkan agama.

Dari pernyataan tersebut, wawasan masyarakat (Eropa) mengenai


kehidupan di luar dirinya semakin luas. Hal tersebut menumbuhkan
kesadaran akan adanya perbedaan bentuk fisik manusia, seperti ada
berkulit hitam, kuning, rambut keriting, lurus dan sebagainya. Selain
itu, terdapat pula perbedaan bahasa, tingkat teknilogi, cara hidup, dan
adat istiadat.Mengapa manusia beragam fisik dan budaya, padahal
terdiri ataas satu spesies? Hal-hal apa yang menjadi penyebabnya?
Mengapa terjadi perubahan fisik manusia dan perubahan kebudayaan?
Pertanyaan pertanyaan ini telah menorong berbagai bangsa untuk
mempelajari manusia secara lebih khusus melalui penelitian secara
ilmiah. Hal inilah yang menjadi cikal bakal ilmu Antropologi. Secara
sederhana, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan
kebudayaan. Eksistensi perkembanganya sekarang telah disadari oleh
oleh banyak ahli di berbagai negara di mana ilmu antropologi hidup,
dan hal ini tampak dari pelajaran pelajaran ilmu antropologi.
Walaupun demikian, hampir setiap negara yang menjalankan
antropologi toh telah menyesuaikan antropologi itu dengan ideologi
dan kebutuhan sendiri-sendiri.

I. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ilmu Anthropologi ?
2. perkembangan anthropologi sosial di indonesia?

II. Tujuan
1. Untuk mengetahui ilmu anthropologi dasar.
2. Mengetahui perkembangan anthropologi sosial di indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang
manusia baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain
sebagainya. Antropologi adalah istilah kata bahasa Yunani yang berasal
dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos
memiliki arti cerita atau kata.
Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa,
kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki
tujuan untuk mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku bangsa,
berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.

B. Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi


Ilmu antropologi muncul pertamakali pada pertengahan abad 19
sebagai disiplin ilmu .
Koentjaraningrat membagi perkembangan antropologi dalam 4 fase yaitu:
1.fase pertama(sebelum tahun 1800)
Awal perkembangan ilmu antropologi terjadi ketika orang-orang
Eropa Barat mulai menjelajah ke berbagai benua, kemudian mereka mulai
mengumpulkan kisah perjalanan, laporan dan semacamnya yang
merupakan tulisan para musafir, pelaut, pendeta penyiar agama Nasrani,
penerjemah kitab Injil dan pegawai pemerintah jajahan. Himpunan
tersebut mulai menarik perhatian orang Eropa karena perbedaaan yang
menarik dari berbagai suku bangsa yang ada.Himpunan tersebut berisi
diskripsi tentang bangsa-bangsa yang bersifat kabur, tidak teliti dan
biasanya hanya memperhatikan hal-hal yang menurut orang Eropa aneh
dan menarik untuk ditulis.
2.fase kedua (pertengahan abad ke-19)
Upaya untuk mengintegrasikan bahan etnografi,penelitian etnografi
berkembang menjadi ilmu antropologi,etnografi mulai dibuat karangan
ilmiah dg pendekatan evolusi manusia.orang eropa berasumsi bahwa
keanekaragaman adat suku bangsa dipengaruhi oleh perkembangan
kebudayaan manusia.dalam fase ini antropologi masih bersifat ilmu
akademis artinya disiplin ilmu yg hanya dipelajari oleh golongan sarjana.
3 .fase ketiga (permulaan abad ke-20)
Antropologi mulai menjadi ilmu praktis,bertujuan mempelajari
masyarakat dan kebudayaan bangsa diluar eropa untuk kepentingan
pemerintah kolonial
4.fase keempat (sesudah tahun 1930)
Antropologi berkembang ditandai dengan dua peristiwa besar
yaitu:musnahnya bangsa-bangsa primitif(bangsa-bangsa jajahan pd perang
dunia ke-2) dan diadakanya simposium internasional antropologi.

C. Macam-Macam Jenis Cabang Disiplin Ilmu Anak Turunan Antropologi :

A. Antropologi Fisik
1. Paleoantrologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul manusia dan
evolusi manusia dengan meneliti fosil-fosil.
2. Somatologi adalah ilmu yang mempelajari keberagaman ras manusia
dengna mengamati ciri-ciri fisik.

B. Antropologi Budaya
1. Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan
perkembangan budaya manusia mengenal tulisan.
2. Etnolinguistik antrologi adalah ilmu yang mempelajari suku-suku
bangsa yang ada di dunia / bumi.
3. Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di
dalam kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.
4. Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta
peranan individu pada bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan
nilai universal dengan berpegang pada konsep psikologi.
Di samping itu ada pula cabang ilmu antropologi terapan dan antropologi
spesialisasi. Antropology spesialisasi contohnya seperti antropologi
politik, antropologi kesehatan, antropologi ekonomi, dan masih banyak
lagi yang lainnya.

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari karakteristik hidup


manusia dengan naberorientasi pada kebudayaan yang dihubungkan
dengan ciri-ciri sosio-psikologi atau ciri-ciri biologis, melalui pendekatan
yang holistik yaitu pendekatan dengan cara melihat atau memandang
sesuatu sebagai suatu kebulatan yang utuh atau holistik.

1. Bidang Kajian Antropologi

Sub-sub bidang kajian antropologi dapat dikategorisasi menurut dua cara,


yakni menurut masalah yang dipelajari (budaya dan fisikal) dan menurut
kurun waktu terjadinya fenomena yang dipelajari (lampau dan sekarang). Sub-
sub bidang kajian antropologi dan cabang ilmu yang mempeljarinya menurut
Stanley Wahburn, yaitu :
a. Antropologi ragawi :
Mempelajari tentang evolusi manusia dan hubungan dengan hewan lain,
khususnya primat, pada hakikatnya lebih dekat kepada biologi dari pada ilmu
sosial. Namun demikian, para ilmuan antropologi budaya tergantung pada
informasi dari ilmuwan ragawi mengenai unsur-unsur biologis yang unik pada
manusia yang esensial dalam pembentukan kebudayaan. Sebaliknya para
ilmuwan antropologi ragawi juga sangat tertarik pada ras manusia. Mereka
mempergunakan berbagai konsep budaya untuk klasifikasi ras manusia.

b. Antropologi budaya dan social :


Antropologi budaya mempelajari keseluruhan kebudayaan termasuk
perubahan, akulturasi dan difusi kebudayaan sebaliknya konsep kunci dalam
antropologi sosial adalah struktur sosial, bukan kebudayaan. Antropologi
budaya memfokuskan diri pada pelacakan sejarah dari unsur-unsur
kebudayaan, sedangkan antropologi sosial memfokuskan pada pencarian
hukum-hukum dan generalisasi tentang lembaga-lembaga sosial. Dengan
ringkas dapat dikatakan bahwa antropologi budaya lebih bersifat deskriptif
historik, sedangkan antropologi sosial lebih bersifat eksplanatori.
c. Etnografi, etnologi, dan linguistic :
Adalah 3 sub-bidang antropologi yang sangat berdekatan satu dengan lainnya.
Etnografi adalah sub-bidang antropologi yang mendeskripsikan secara akurat
kebudayaan-kebudayaan yang masih hidup sekarang. Etnologi menaruh
perhatian untuk membanding-bandingkan dan menjelaskan kesamaan dan
perbedaan antar sistem kebudayaan. Linguistik dikhususkan untuk
mendeskripsi dan menganalisis bahasa-bahasa yang dipergunakan dalam
berbagai kebudayaan.
d. Arkheologi atau prahistori :
Adalah sub-bidang antropologi yang berusaha merekonstruksi sejarah
masyarakat yang tak punya sejarah tertulis dengan cara menggaliartifact
(objek yang berupa benda buatan manusia) dan unsur-unsur kebudayaan
lainnya.

2. Pendekatan dalam Antropologi


Studi kebudayaan adalh sentral dalam antropologi. Bidang kajian utama
antropologi adalah kebudayaan dan dipelajari melalui pendekatan. Berikut 3
macam pendekat utama yang biasa dipergunakan oleh para ilmuwan
antropologi.
a. Pendekatan holistic :
Kebudayaan dipandang secara utuh (holistik). Pendekatan ini digunakan oleh
para pakar antropologi apabila mereka sedang mempelajari kebudayaan suatu
masyarakat. Kebudayaan di pandang sebagai suatu keutuhan, setiap unsur di
dalamnya mungkin dipahami dalam keadaan terpisah dari keutuhan tersebut.
Para pakar antropologi mengumpulkan semua aspek, termasuk sejarah,
geografi, ekonomi, teknologi, dan bahasa. Untuk memperoleh generalisasi
(simpulan) tentang suatu kompleks kebudayaan seperti perkawinan dalam
suatu masyarakat, para pakar antropologi merasa bahwa mereka harus
memahami dengan baik semua lembaga (institusi) lain dalam masyarakat yang
bersangkutan.

b. Pendekatan komparatif :
Kebudayaan masyarakat pra-aksara. Pendekatan komparatif juga merupakan
pendekatan yang unik dalam antropologi untuk mempelajari kebudayaan
masyarakat yang belum mengenal baca-tulis (pra-aksara). Para ilmuwan
antropologi paling sering mempelajari masyarakat pra-aksara karena 2 alasan
utama. Pertama, mereka yakin bahwa setiap generalisasi dan teori harus diuji pada
populasi-populasi di sebanyak mungkin daerah kebudayaan sebelum dapat
diverifikasi. Kedua, mereka lebih mudah mempelajari keseluruhan kebudayaan
masyarakat-masyarakat kecil yang relatif homogen dari pada masyarakat-
masyarakat modern yang kompleks. Masyarakat-masyarakat pra-aksara yang
hidup di daerah-daerah terpencil merupakan laboratorium bagi para ilmuwan
antropologi.
c. Pendekatan historic :
Pengutamaan asal-usul unsur kebudayaan. Pendekatan dan unsur-unsur historik
mempunyai arti yang sangat penting dalam antropologi, lebih penting dari pada
ilmu lain dalam kelompok ilmu tingkah laku manusia. Para ilmuwan antropologi
tertarik pertama-tama pada asal-usul historik dari unsur-unsur kebudayaan, dan
setelah itu tertarik pada unsur-unsur kebudayaan yang unik dan khusus.

3. Metodologi dalam Antropologi


Banyak metode yang dipergunakan oleh ilmuwan antropologi untuk
mengembangkan aturan konsep, generalisasi, dan teori, tetapi baru beberapa yang
telah mempunyai aturan konsep, baku, sedangkan yang lainnya lebih bersifat
tradisi-tradisi khusus.
a. kelangkaan metode yang baku,
Antropologi adalah ilmu yang relatif masih muda, sehingga belum berhasil
mengembangkan metode-metode penelitian yang jelas dan sistematik. Dalam
tulisan-tulisan etnografis dapat dilihat terlalu sedikitnya perhatian para penulis
pada metode penelitian.
b. Participant observation,
Jika seorang ilmuwan antropologi sedang melakukan penelitian tentang suatu
kebudayaan, maka ia hidup bersama orang-orang pemilik kebudayaan tersebut,
memelajari bahasa mereka, ikut aktif ambil bagian dalam kegiatan sehari-hari
masyarakat (komunitas) tersebut.

c. Indepth interview (wawancara mendalam),


Wawancara mendalam (indepth interview) biasanya dipergunakan bersama-sama
(kombinasi) dengan observasi mendalam berperanserta. Wawancara dilakukan
secara informal dan non-sistematik. Jika ilmuwan sosiologi memilih secara acak
(random) subyek yang diwawancarai, maka ilmuwan antropologi mewawancarai
orang-orang yang telah kenal baik dan mempercayainya, atau oran-orang yang ia
pandang dapat memberikan informasi yang akurat dan rinci tentang berbagai
aspek kebudayaan yang diteliti.
d. Upaya memperkecil kesalahan,
Informasi yang ia peroleh dari berbagai subyek seringkali berbeda-beda atau
bahkan saling bertentangan. Para ilmuwan antropologi berusaha meminimalkan
kesalahan pada data mereka dengan jalan mengulang-ulang observasi atau
wawancara, dan dengan melakukan cross-check dengan informan lain apabila
mereka menemukan informasi yang bertentangan.
e. Kecendrungan menggunakan metode tradisional,
Para ilmuwan antropologi hanya sedikit menggunakan kuesioner tertulis, terutama
karena sebagian besar subjek mereka buta aksara. Walaupun para ilmuwan
antropologi semakin banyak mempelajari kelompok-kelompok masyarakat
modern, tetapi mereka cenderung tetap menggunakan metode-metode antropologi
tradisional.

4. Konsep-konsep dalam Antropologi


a. Kebudayaan (culture)
Konsep paling esensial dalam antropologi adalah konsep kebudayaan. Pada tiap
disiplin ilmu sosial terdapat konsep kebudayaan, yang didefinisikan menurut versi
yang berbeda-beda. Kebudayaan adalah konsep yang paling esensial dalam
antropologi budaya dan semua konsep-konsep yang lain dalam antropologi
budaya pasti berkaitan dengan kebudayaan. Oleh karena itu konsep kebudayaan
perlu mendapat perhatian khusus.
b. Unsur kebudayaan
Satuan terkecil dalam suatu kebudayaan disebut unsur kebudayaan atau trait.
Unsur-unsur kebudayaan mungkin terdiri dari pola tingkah laku atau artefak. Tiap
kebudayaan mungkin terdiri dari gabungan antara unsur-unsur yang dipinjam dari
masyarakat lain dan yang ditemukan sendiri oleh masyarakat yang bersangkutan.

c. Kompleks kebudayaan,
Seperangkat unsur kebudayaan yang mempunyai keterkaitan fungsional satu
dengan lainnya disebut kompleks kebudayaan. Sistem perkawinan pada
masyarakat indonesia adalah sebuah contoh kompleks kebudayaan.
d. Enkultrasi,
Adalah proses dimana individu belajar untuk berperan serta dalam kebudayaan
masyarakatnya sendiri.
e. Daerah kebudayaan (culture area)
Adalah suatu wilayah geografis yang penduduknya berbagi (sharing) unsur-unsur
dan kompleks-kompleks kebudayaan tertentu yang sama.

f. Difusi kebudayaan
Adalah proses tersebarnya unsur-unsur kebudayaan dari suatu daerah kebudayaan
ke daerah kebudayaan lain.

g. Akulturasi
Adalah pertukaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi selama dua kebudayaan
yang berbeda saling kontak secara terus menerus dalam waktu yang panjang.

h. Etnosentrisme
Adalah sikap suatu kelompok masyarakat yang cenderung beranggapan bahwa
kebudayaan sendiri lebih unggul dari pada semua kebudayaan yang lain.

i. Tradisi
Pada tiap masyarakat selalu terdapat sejumlah tingkah laku atau kepercayaan yang
telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat yang bersangkutan ddalam
kurun waktu yang panjang disebut dengan tradisi

j. Relativitas kebudayaan
Tiap kebudayaan mempunyai ciri-ciri yang unik, yang tidak terdapat pada
kebudayaan lainnya, maka apa yang dipandang sebagai tingkah laku normal
dalam kebudayaan mungkin dipandang abnormal dalam kebudayaan yang lain.

k. Ras dan kelompok etniik


Ras dan etnik adalh dua konsep yang berbeda, tetapi sering dikacaukan
penggunaannya. Ras adalah sekelompok orang yang kesamaan dalam unsur
biologis atau suatu populasi yang memiliki kesamaan unsur-unsur fisikal yang
khas yang disebabkan oleh keturunan (genitik) sedangkan etnik adalah
sekumpulan individu yang merasa sebagai satu kelompok karena kesamaan
identitas, nilai-nilai sosial yang dijunjung bersama, pola tingkah laku yang sama,
dan unsur-unsur budaya lainnya yang secara nyata berbeda dibandingkan
kelompok-kelompok lainnya.

5. Generalisasi dalam Antropologi


Kebanyakan generalisasi dalam antropologi didasarkan pada hasil studi terhadap
sampel-sampel lintas budaya (cross-cultural samples) dan berkenaan dengan
konsep paling esensial, ialah kebudayaan. Ada pula sejumlah generalisasi lintas-
disiplin karena ilmuwan antropologi mempelajari banyak masalah yang juga
menjadi pusat perhatian para ilmuwan lain.

6. Teori dalam Antropologi


a. Teori Evolusi Deterministrik
Adalah teori tertua dan dikembangkan oleh 2 tokoh pertama dalam antropologi,
ialah Edward Burnet Tylor (1832-1917) dan Lewis henry Morgan (1818-1889).
Teori ini berangkat dari anggapan bahwa ada suatu hukum (aturan) universal yang
mengendalikan perkembangan semua kebudayaan manusia. Menurut teori ini
setiap kebudayaan mengalami evolusi melalui jalur dan fase-fase yang sudah
pasti.
b. Teori Partikularisme
Pada awal abad ke-20 berakhirlah kejayaan teori evolusionisme dan
berkembanglah pemikiran yang menentang teori tersebut. Pemikiran baru tersebut
dipelopori oleh Franz Boas (1858-1942) yang kemudian disebut teori
partikularisme historik. Boas tidak setuju dengan teori evolusi dalam hal asumsi
tentang adanya hukum universal yang menguasai kebudayaan manusia. Ia
menunjukkan betapa sangat kompleksnya variasi kebudayaan, dan percaya bahwa
terlalu prematur merumuskan teori yang universal.

c. Teori Fungsionalisme
Teori ini dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942) yang selama
Perang Dunia II mengisolir diri bersama penduduk asli pulau Trobrian untuk
mempelajari cara hidup mereka dengan jalan melakukan observasi berperanserta
(participant observation). Ia mengajukan teori fungsionalisme, yang berasumsi
bahwa semua unsur kebudayaan merupakan bagian-bagian yang berguna bagi
masyarakat di mana unsur-unsur tersebut terdapat. Dengan kata lain, pandangan
fungsional atas kebudayaan menekankan bahwa setiap pola tingkah-laku, setiap
kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan suatu
masyarakat, memerankan fungsi dasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan.
D. ANTROPOLOGI SOSIAL & BUDAYA

Antropologi budaya mempelajari keseluruhan kebudayaan


termasuk perubahan, akulturasi dan difusi kebudayaan sebaliknya konsep
kunci dalam antropologi sosial adalah struktur sosial, bukan kebudayaan.
Antropologi budaya memfokuskan diri pada pelacakan sejarah dari unsur-
unsur kebudayaan, sedangkan antropologi sosial memfokuskan pada
pencarian hukum-hukum dan generalisasi tentang lembaga-lembaga sosial.
Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa antropologi budaya lebih bersifat
deskriptif historik, sedangkan antropologi sosial lebih bersifat
eksplanatori.

Antropologi social adalah salah satu cabang ilmu sosial yang


mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. sebuah ilmu
yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta
kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang
dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda. mempelajari seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan
manusia. Yang menghadirkan orang lain baik secara nyata maupun
imajiner dalam etnis kebudayaan tertentu.

Macam-macam Antropologi Sosial adalah sebagai berikut:


1. Antropologi fisik
2. Antropologi budaya
3. Antropologi medis
4. Antropologi psikologi
5. Antropologi sosial
Antropologi fisik mampelajari manusia sebagai organisme biologis yang
melacak perkembangan manusia menurut evolusinya dan menyelidiki variasi
biologisnya dalam berbagai jenis (species ). Keistimewaan apapun yang dianggap
melekat pada dirinya yang dimiliki manusia, mereka digolongkan pada binatang
menyusui, khususnya primata.
Antropologi budaya memfokuskan perhatiannya pada kebudayaan manusia
ataupun cara hidupnya dalam masyarakat. Menurut Havilan cabang antropologi
budaya ini dibagi-bagi lagi menjadi tiga bagian, yakni arkeologi, antropologi
linguistik, dan etologi. Untuk memahami pekrjaan para ahli antropologi budaya,
kita harus tahu tentang hakikat kabudayaan, menyangkut konsep kabudayaan, dan
karakteristiknya serta kebudayaan dan kepribadian.
Antropologis medis merupakan subdisiplin yang sekarang paling populer di
Amerika serikat, bahkan tumbuh pesat dimana-mana. Antropologis medis ini
banyak membahas hubungan antara penyakit dan kebudayaan yang tampak
mempengaruhi evolusi manusia, terutama berdasarkan hasil-hasil penemuan
paleopatologi. Beberapa dokter yang menjadi ahli antropologi medis pada masa-
masa awal adalah W.H.R. Rivers yang merasa tertarik pada reaksi penduduk
pribumi terhadap penyakit, dimana para penduduk berkeyakinan bahwa datangnya
penyakit sebagai kejadian alam yang tidak berhubungan dengan kebudayaan.
Antropologis psikologi bidang ini merupakan wilayah antropologi yang
mengkaji tentang hubungan antara individu dengan makna dan nilai dengan
kebiasaan sosial dari sistem budaya yang ada. Adapun ruang lingkup antropologi
psikologi tersebut sangat luas dan menggunakan berbagai pendekatan pada
masalah kemunculan dalam interaksi antara pikiran, nilai, dan kebiasaan sosial.
Kajian ini dibntuk secara khusus oleh percakapan interdisipliner antara
antropologi dan ruang lingkup lain dalam ilmu-ilmu sosial serta humaniora
(Schawartz, 1992). Sedangkan fokus kajian bidang ini terpusat pada individu
dalam masyarakat makin mendekatkan hubungan dengan psikologi dan psikistri
dibanding dengan mainstream antropologi. Namun, secara historis bidang
antropologi psikologi tersebut lebih dekat pada psikoalanisasi daripada psikologi
eksperimental.
Antropologi sosial bidang ini mulai dikembangkan oleh James George
Frazer di Amerika serikat pada awal abad ke-20. Dalam kajiannya, antropologi
sosial mendeskripsikan proyek evolusionis yang bertujuan untuk merekontruksi
masyarakat primitif asli dan mencatat perkembangannya melalui berbagai tingkat
peradaban .
E. Antropologi di Indonesia

Di Indonesia, antropologi berkembang seiring dengan kolonisasi


bangsa-bangsa Eropa ke Hindia. Watak khas suatu bangsa dan potensi
kekayaan alamnya dilaporkan secara tertulis oleh para pejabat kolonial.
Berbagai laporan itu disebut etnologi. Berbagai tulisan etnologi tersebut
bermanfaat untuk mempermudah penguasaan kaum pribumi.

Keaslian masyarakat dipertahankan kemurniannya oleh kolonial.


Penjagaan kemurnian tersebut merupakan strategi agar masyarakat setempat
tetap lemah dan mudah dikuasai. Hal ini berlangsung terus sampai Belanda
angkat kaki dari tanah air. Setelah Indonesia merdeka, antropologi tetap
menempati posisi strategis sebagai ilmu yang bermanfaat untuk menjaga
ketertiban sosial. Melalui jasa Koentjaraningrat, antropologi menjadi alat
penting guna merumuskan kebudayaan nasional.

Dalam rangka merumuskan kebudayaan nasional tersebut, para


antropolog diberi tugas untuk meneliti berbagai watak khas masyarakat
Indonesia yang majemuk. Penelitian dilakukan untuk mengetahui sikap mental
yang cocok dengan pembangunan dan budaya yang bernilai luhur sebagai
identitas bangsa, di antara nya pola makan, waktu luang, nilai anak, seni,
kekerabatan, sampai konsep sehat dan kematian.

Penelitian terlibat sebagai ciri khas antropologi sering dianggap kurang


ilmiah. Partisipasi langsung dalam masyarakat dan menggali data melalui
wawancara langsung dengan masyarakat dianggap bias. Hal tersebut masih
ditambah perhatian antropologi terhadap kaum yang terpinggirkan akibat
kesenjangan sosial budaya. Berbagai ketimpangan tersebut berupa
diskriminasi ras, ketimpangan gender, dan kemiskinan. Antropologi sangat
dekat dengan kehidupan gelandangan, pecandu narkoba, kaum buruh, para
penghuni panti jompo, penderita HIV, dan PSK yang semakin menyudutkan
posisi ilmu ini.
Belakangan ini, banyak antropolog Indonesia melaksanakan berbagai
penelitian yang dibiayai oleh sektor swasta dan organisasi non pemerintah,
seperti bank, perusahaan transnasional, jaringan waralaba, industri otomotif,
ataupun biro iklan yang ingin mengerti bagaimana memasarkan suatu barang
hasil industri kepada masyarakat pedalaman. Antropolog juga terlibat dalam
berbagai program kampanye politik atau pemasyarakatan berbagai program
pemerintah, seperti program KB, padi unggul, pelestarian lingkungan, dan
industri pariwisata.

F. Ruang Lingkup Antropologi

Antropologi berasal dari bahasa Yunani yaitu anthropos yang artinya


manusia, dan logos yang berarti ilmu. Jadi, antropologi adalah ilmu tentang
umat manusia atau ilmu yang mencoba memahami umat manusia, baik dari
segi fisik maupun sosial budayanya. Ahli antropologi berusaha mencari
jawaban dari asal-usul manusia, perbedaan bentuk fisik manusia dan
perubahan secara lambat (evolusi) dari bentuk fisik manusia. Selain itu,
antropologi juga menaruh perhatian terhadap kapan dan di mana manusia
mulai muncul di permukaan bumi? Mengapa timbul perbedaan kebiasaan,
tindakan, dan cara-cara manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan
hidupnya?

Dengan demikian, cakupan antropologi sangat luas. Antropologi


mencakup berbagai bidang yang dipelajari oleh ilmu-ilmu sosial, seperti
Sosiologi, Geografi, Psikologi, Politik, Sejarah, Ilmu Kesehatan, dan Ilmu
Kemanusiaan lainnya.

Perbedaan bahasan antara Antropologi, Sosiologi, Sejarah, Geografi,


Ekonomi, Politik, dan Psikologi dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Bagan 1. Bagan Sosiologi
Antropologi

Kebudayaan

Pola Perilaku dalam


Memenuhi Kebutuhan

Sistem Ekonomi, Sistem Sosial,


Sistem Politik, Teknologi,
Kepercayaan, Bahasa
dan Kesenian

Percampuran, Pembudayaan,
dan Adaptasi

Perubahan Kebudayaan

Bagan 2. Bagan Antropologi


Bagan 3. Bagan Psikologi

Bagan 4. Bagan Ekonomi


Sejarah

Mempelajari peristiwa-peristiwa
manusia di masa lalu

Mencatat dan menghubungkan


peristiwa yang terjadi pada umat
manusia di masa lalu

Menyusun dan menginterpretasi


temuan tentang
peristiwa tertentu

Setiap topik disusun secara sistematis


berdasarkan periode waktu dan
tempat

Bagan 5. Bagan Sejarah


Bagan 6. Bagan Geografi.
Dengan demikian, ruang lingkup atau bidang kajian Antropologi untuk
mempelajari hal-hal berikut ini.

1. Asal usul manusia


2. Evolusi fisik manusia
3. Keragaman bentuk fisik manusia atau ras
4. Kebudayaan, termasuk unsur-unsur kebudayaan, perkembangan, dan
penyebarannya
5. Berbagai kemampuan manusia menyesuaikan diri dengan
lingkungannya

Dalam mengkaji manusia, antropologi bekerja sama dengan ilmu-ilmu


sosial lainnya terutama Sejarah, Geografi, Geologi, Ekonomi, Bahasa,
Sosiologi, Psikologi, Politik, dan Ilmu Hukum, serta Kesehatan Masyarakat.

G. PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI DI INDONESIA

Perkembangan antropologi Indonesia dimulai dengan penelitian adat-


istiadat, sistem kepercayaan, struktur sosial dan kesenian dari suku-suku yang
tersebar di seluruh wilayah nusantara sejak zaman penjajahan Belanda. Tulisan-
tulisan tersebut digunakan sebagai landasan kebijaksanaan pemerintah Kolonial.
Pada awal tahun 1800an negaranegara Eropa Barat melakukkan kolonialisasi atas
negaranegara Afrika, Asia dan Amerika hal ini dikarenakan tujuan untuk 3 G
(Gospel, Glory, Gold) dan yang paling penting adalah mencari sumber-sumber
daya alam baru khususnya rempah-rempah yang sangat dibutuhkan masyarakat
eropa pada saat itu. Menurut pandangan orang Eropa bangsa-bangsa yang dijajah
masih primitif, buas dan sering dikatakan bangsa-bangsa yang masih asli, yang
belum mengalami perubahan dan kemajuan.
Pada pertengahan abad 19 banyak ditemukan tulisan mengenai aneka warna
kebudayaan dan tingkat evolusinya. Deskripsi mengenai suku bangsa di luar
Eropa merupakan kebudayaan yang masih tradisional dan merupakan sisa
kebudayaan kuno. Pada awal abad ke 20 ilmu Antropologi mengalami kemajuan,
ilmu Antropologi dipergunakan oleh bangsa Eropa untuk mempelajari adat-
istiadat dan keabiasaan bangsa yang terjajah. Dengan meangetahui data tentang
kebiasaan itu dapat dipergunaklan untuk mempertahankan kolonialismenya di
negara yang dijajah tersebut. Sesudah tahun 1930an ilmu Antropologi mengalami
perkembangan luar biasa, dipengaruhi oleh metode ilmiah dalam melakukan
penelitian.
Ada pun beberapa tulisan tentang masyarakat dan kebudayaan bangsa Indonesia
banyak sekali ditulis oleh para pegawai dari negara yang menjajah Indonesia
seperti halnya Belanda dan Inggris. Penelitian dan pengamatan antropologi di
Indonesia telah ada sejak masa penjajahan atau era kolonialisme. Pada abad ke 19,
T.J. Willer, pegawai pemerintahan dari Belanda menulis tentang masyarakat di
Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat dan Maluku. Pada waktu Bengkulu
dijajah Inggris, kepala pemerintahannya, W. Marsden (1783), menulis tentang
suku yang ada di Indonesia, yaitu Minang Kabau, Rejang dan Lampung. Selain itu
C. Snouck Hurgronje, seorang ilmuan berkebangsaan Belanda yang memberikan
gambaran tentang Aceh. Dia meneliti tentang kehidupan masyarakat Aceh.
Penelitian ini bermaksud untuk mengungkapkan rahasia semangat juang
masyarakat Aceh. Snouck sejak 1889 meneliti pranata islam di masyarakat
pribumi aceh. Ia mempelajari politik kolonial untuk memenangi pertempuran
belanda di aceh.
Perkembangan antropologi, baik di barat maupun di Indonesia saling berkaitan
erat terhadap sejarah kolonialisme, dapat dilihat dari tulisan-tulisan yang mereka
buat. Para pegawai kolonial jaman dulu wajib menulis laporan karakter
masyarakat dan daerah yang mereka ambil sumber daya alamnya di daerah
jajahan Belanda, yang mana dari catatan-catatan itu diberi nama etnologi, sebuah
penggambaran watak khas masyarakat. Antropologi timbul dari adanya rasa ingin
tahu dari manusia terhadap manusia lain. Rasa ingin tahu itulah yang mendorong
manusia mengadakan perjalanan ke daerah lain.
Pascakemerdekaan, antropologi menjadi kajian para intelektual di negeri sendiri
dengan didirikannya Jurusan Antropologi Universitas Indonesia, setengah abad
lampau. Tepatnya, di akhir September 1957, kajian antropologi hadir sebagai
jurusan di lingkungan Fakultas Sastra UI, diprakarsai Profesor Koentjaraningrat.
Dia pula yang mendorong berdirinya jurusan antropologi di berbagai universitas
negeri lainnya di Indonesia. Bedanya dengan masa kolonial, di era
pascakemerdekaan antropologi lebih dimaksudkan menjadi semacam alat bagi
kita untuk belajar melihat dan mengenal diri sendiri. Masalah mengenal diri
sendiri bukan perkara mudah. Perlu upaya lebih berat dan keras bagi Indonesia
dibandingkan bangsa-bangsa lain, mengingat Indonesia berpenduduk sangat besar
dan majemuk sehingga rentan disintegrasi. Itu semua merupakan bagian dari
pergulatan para antropolog. Terutama untuk menghadapi tantangan yang kian
berat dengan adanya permasalahan seperti multikuturalisme, kemiskinan
struktural, korupsi tanpa henti, konflik-konflik kepentingan golongan,
kesenjangan sosial ekonomi, ketidakpastian pelaksanaan hukum, dan jurang
generasi. Belum lagi fenomena global seperti liberalisasi ekonomi, seperti pada
krisis ekonomi global yang melanda dunia dan berdampak kepada Indonesia
sendiri memudarnya ideologi serta meningkatnya komunikasi lintas-batas negara
serta budaya.
Keterkaitan antropologi di Indonesia dengan ideologi nasionalisme dan perjalanan
kapitalisme global berpengaruh besar terhadap teori sosial yang berkembang di
antara para ilmuwan lokal. Konservatisme teori juga diwarisi oleh rezim
penjajahan. Sampai sekarang antropologi di Indonesia masih dipengaruhi oleh
pemikiran kuno Belanda yang berusaha mencari struktur sosial dasar di mana
semua masyarakat Indonesia dibayangkan mempunyai persamaan dalil regularitas
padahal begitu banyak permasalahanpermasalahan yang ada di Indonesia dan
harus mencari solusi akan permasalahan tersebut.
Melalui tangan Koentjaraningrat, salah seorang pendekar ilmu kebudayaan
Indonesia, antropologi Indonesia menjadi alat penting untuk nasionalisme.
Praktikpraktik kultural yang sangat bermacam-macam dilihat menurut sebuah
standar yang mengukur sejauh mana kehidupan seseorang cocok dengan sebuah
"kultur nasional" yang ideal. Antropologi diberi tugas menggali "mentalitas
budaya Indonesia" yang akan dijadikan modal sosial untuk menyokong
pembangunan.
Masyaraka Indonesia setelah reformasi adalah sebuah masyarakat multikultural
Indonesia dari tatanan kehidupan Orde Baru yang bercorak masyarakat
majemuk. Sehingga, corak masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika
bukan lagi keanekaragaman sukubangsaa dan kebudayaannya tetapi
keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena
itu upaya membangun Indonesia yang multikultural hanya mungkin dapat
dilakukan dengan konsep multikulturalisme menyebar luas dan dipahami
pentingnya bagi bangsa Indonesia, serta adanya keinginan bangsa Indonesia pada
tingkat nasional maupun lokal untuk mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya,
selain itu kesamaan pemahaman mengenai makna multikulturalisme dan bagunan
konsep-konsep yang mendukungnya.
Multikulturalisme adalah kebudayaan. Pengertian kebudayaan harus
dipersamakan atau setidak-tidaknya tidak dipertentangkan antara satu konsep
yang satu dengan lainnya. Karena multikulturalsime itu adalah sebuah ideologi
dan sebuah alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan
kemanusiannya, maka konsep kebudayaan harus dilihat dalam perspektif
fungsinya bagi kehidupan manusia. Saya melihat kebudayaan dalam perspektif
tersebut dan karena itu melihat kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan
manusia. Yang juga harus kita perhatikan bersama untuk kesamaan pendapat dan
pemahaman adalah bagaimana kebudayaan itu operasional melalui pranata-
pranata sosial. Multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada
dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam
kehidupan sosial, kehidupan ekonomi dan bisnis, dan kehidupan politik, dan
berbagai kegiatan lainnya di dalam masyarakat yang bersangkutan Kajian-kajian
mengenai corak kegiatan, yaitu hubungan antar-manusia dalam berbagai
manajemen pengelolaan sumber-sumber daya akan merupakan sumbangan yang
penting dalam upaya mengembangkan dan memantapkan multikulturalisme dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi Indonesia.
Dengan demikian antropologi di Indonesia memiliki peran sebgai konseptual dan
teoretikal mampu untuk melakukan penelitian dan analisis atas gejala-gejala yang
menjadi ciri-ciri dari masyarakat majemuk yang telah selama ini. Selain itu
kajian-kajian etnografi sangat dibutuhkan dalam perkembangan antropologi
dewasa ini dan harus disesuaikan dengan upaya pembangunan masyarakat
Indonesia menuju masyarakat yang multikultural. Penelitian etnografi yang
terfokus dan mendalam, yang akan mampu mengungkap apa yang adai dibalik
gejala-gejala yang dapat diamati dan didengarkan, dan yang akan mampu
menghasilkan sebuah kesimpulan dalam mendukung pembangunan yang bersifat
nasional itu. Selain itu pendekatan kualitatif dan etnografi, yang biasanya
dianggap tidak ilmiah karena tidak ada angka-angka statistiknya digunakan
dengan menggunakan metode-metode yang baku, karena justru pendekatan
kualitatif inilah yang ilmiah dan obyektif dalam konteks-konteks masyarakat atau
gejala-gejala dan masalah yang ditelitinya.
Dengan begitu antropologi Indonesia mempunyai ciri khas yang berbeda dengan
lainnya. Kajian-kajian yang bersifat kedalam. Maksudnya adalah terfokus pada
mengenali diri sendiri yakni masyarakat Indonesia yang sangat majemuk.
Banyaknya permasalahan-permasalahan yang ada di dalam masyarakat Indonesia
yang majamukseperti multikuturalisme, kemiskinan struktural, korupsi tanpa
henti, konflikkonflik kepentingan golongan, kesenjangan sosial ekonomi,
ketidakpastian pelaksanaan hukum, dan jurang generasi. Belum lagi fenomena
global seperti liberalisasi ekonomi, seperti pada krisis ekonomi global yang
melanda dunia dan berdampak kepada Indonesia sendiri memudarnya ideologi
serta meningkatnya komunikasi lintas-batas negara serta budaya inilah justru
menjadi kajian penting antropologi Indonesia. hal ini dimaksudkan sebagai usaha
mencari solusi dari permasalahan tersebut dan sebagai dedikasi ilmu antropologi
Indonesia dalam mendukung pembangunan yang bersifat nasional.
Berbeda dengan antropologi luar Indonesia yang lebih keluar. Negara dunia ketiga
menjadi subjek penelitian seiring perkembangan ilmu antropologi itu sendiri yang
awal mulanya sebagi ilmu yang digunakan untuk melihat masyarakat-masyarakat
di luar barat yang dianggap masyarakat primitiv
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan dalam bab isi penyusun dapat menarik kesimpulan


tentang antropologi.antropologi adalah ilmu yg mempelajari tentang manusia baik
sebagai makhluk biologis ataupun sosial.dalam menentukan definisi antropologi
banyak para ahli yg mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian
antropologi diantaranya koentjaraningrat,keesing,haviland,suyono dan
masihbanyak lagi.definisi setiap para ahli pun berbeda satu dengan lainya.ilmu
antropologi muncul pertamakali pada pertengahan abad ke-19.dalam
perkembangan ilmu antropologi,koentjaraningrat membaginya dalam empat
fase.keempat fase tersebut telah dijelaskan dalam bab isi.cabang-cabang ilmu
antropologi dibagi menjadi dua yaitu,antropologi fisik dan antropologi
budaya.antropologi fisik dibagi lagi menjadi dua yaitu,paleoantropologi dan
somatologi.antropologi budaya dibagi menjadi tiga yaitu arkeologi,linguistik,dan
antropologi sosial.

B. SARAN-SARAN

Dengan ditulisnya makalah ini penyusun berharap pembaca dapat


mengetahui apa itu antropologi,cabang-cabang antropologi,dan lain-lain.kemudian
makalah ini juga diharapkan dapat bermanfaat pula bagi penyusun.
DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Antropologi Indonesia 1997 Koentjaraningrat Dan Antropologi Di


Indonesia. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia
Marzali, Amri 2005 Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta, Prenada
Media
Koentjaraningrat 1987 Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta, Djambatan
Parsudi Suparlan 2002 Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural
Van Bremen, Jan. Eyal Ben-Ari and Syed Farid Alatas 2005 Asian anthropology.
London, Routledge
Van der Kroef, Justus M. The Term Indonesia: Its Origin and Usage. Journal of
the American Oriental Society, Vol. 71, No. 3. (Jul. - Sep., 1951)

Achmad Fedyani Saifuddin, P. (2006). Antropolodi Kontemporer. Jakarta:


Kencana.
Bungin, B. (2008). Penelitiem Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Marjali, A. (2005). Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana.
Supardan, D. (2009). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Koentjaraningrat, 1982, Sejarah Teori Antropologi, Jakarta: UI Press
Mike Featherstone, 2001, Postmodernisme dan Budaya Konsumen, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Nur Syam, 2011, Mazhab- Mazhab Antropologi, Yogyakarta : PT. LkiS
T.O Ihromi (ed.), 1980, Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Jakarta : Yayasa Obor
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai