Anda di halaman 1dari 23

ANTROPOLOGI DAN BUDAYA

(I GEDE A.B.WIRANATA, S.H.,M.H, 2002)

DISUSUN OLEH :

NAMA : HELRIMA SARI SIREGAR

NIM : 3183321019

DOSEN PENGAMPU : IKA PURNAMA SARI, S.Pd., M.Si

MATA KULIAH : ANTROPOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

OKTOBER 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. INFORMASI BIBLIOGRAFI

1. Judul : Antropologi dan Budaya

2. Penulis : I Gede A.B.Wiranata, S.H.,M.H


3. ISBN : 979-414-873-3
4. Penerbit : PT.Citra Aditya Bakti
5. Tahun Terbit : 2002
6. Cetakan : I (pertama)
7. Dimensi Buku :-
8. Tebal : i-xvi + 182 halaman
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

BAB I : MENGENAL ANTROPOLOGI

A. Apakah Antropologi itu?


Menurut salah satu ahli yaitu Ariyono Suyono (1985) tentang penjelasan antropologi
yaitu : Antropologi berasal dari kata Latin: anthropos yang berarti manusia, dan logos atau
akal. Dengan begitu, anthropoloy dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang berusaha
mencapai pengertian tentang makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk
fisik, kepribadian, masyarakat, serta kebudayaannya.

B. Sejarah Perkembangan Antropologi


1. Fase Pertama (Sebelum 1800)
Fase ini ada juga yang menyebutnya fase penemuan, ada juga yang menyatakan
sebagai era pencatatan/deskripsi tentang bangsa-bangsa dan laporan kisah-kisah perjaalanan.
Umumnya laporan perjalanan ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para musafir,
misionaris penyebar agama, pedagang keliling, dan lain-lain. Dalam beberapa laporan tertulis
yang sempat dibukukan, ternyata lukisan tentang masyarakat dan berbagai suku bangsa di
luar Eropa, banyak juga yang dilakukan oelh pegawai-pegawai dinas jajahan pemerintahan
kolonial Belanda dan Inggris.

2. Fase Kedua (Pertengahan Abad ke-10)


Pada perkembangan fase kedua ini dimulai dengan tahap penyusunan dan analisis
bahan etnografi pada fase I diatas. Bahan-bahan yang tertuang dalam lukisan suku-suku
bangsa terutama di luar Eropa telah menimbulkan kesadaran dikalangan terpelajar khususnya
Eropa Barat mengenai beraneka ragam ciri-ciri ras, bahasa, dan fenomena budaya umat
manusia.

3. Fase Ketiga (Permulaan Abad ke-20)


Perkembangan pada fase ini sangat erat kaitannya dengan eksistensi kolonialisme-
imperialisme negara-negara Eropa dan Amerika Serikat (walaupun negara ini bukan negara
kolonial, tetapi berkuasa atas negara-negara bagian). Oleh karena itu, apabila ingin mengenal
suatu daerah hanya ada satu cara, yakni memahami dan mengenali tabiat serta sikap watak
yang khas dari suatu wilayah dan suku bnagsa yanng bersangkutan.
4. Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930)
Fase keempat sering juga disebut sebagai fase ilmiah antropologi, namun ada juga
yang menyebutnya sebagai era pembaharuan dan penemuan ilmu antropologi sesungguhnya.
Pada fase ini ilmu perkembangan ilmu antropologi demikian pesatnya.

C. Konsep, Teori, dan Metode Ilmiah Ilmu Antropologi


1. Pengumpulan Fakta
Melalui kegiatan pengumpulan data peneliti memperoleh pengetahuan tentang
berbagai kejadian, gejala dari suatu kebudayaan masyarakat kemudian untuk diolah. Dalama
aktivitas pengumpulan data ini berupa kegiatan observasi, mencatat, mengolah dan
melukiskan fakta yang terjadi dalam masyarakat yang hidup.

2. Penentuan Ciri-ciri dan Sistem


Dari data yang telah terkumpul dilakukan upaya pemilahan atas dasar spesifikasi ciri
khas masing-masing fakta yanga ada. Pada penahapan ini dilakukan pencarian hubungan dan
keterkaitan secara sistematis pada masing-masing variabel dan kovariabel penelitian.

3. Verifikasi
Verifikasi merupakan metode pengujian dalam kenyataan terdiri dari cara-cara yang
harus menguji kaidah-kaidah yang telah dirumuskan atau yang harus memperkuat
“pengertian” yang telah dicapai. Metode yang dipergunakan cenderung bersifat kualitatif. Hal
ini dilandasi suatu keinginan mencoba memperkuat pengertian dengan menerapkan
pengertian itu dalam kenyataan beberapa masyarakat yang hidup, tetapi dengan cara
mengkhusus dan mendalam.

D. Berbagai Cabang Kajian Ilmu Antropologi


Sejak dasawarsa 1920-an ilmu antropologi berkembang secara pesat ditandai oleh
munculnya penekun antropologi yang secara khusus dan mendalam mengkaji unsur
kebudayaan dengan menggunakan analisis ilmu-ilmu lain di luar antropologi. Ilmu-ilmu
bagian yang merupakan spesialisasi dari antropologi budaya yaitu :
- Ilmu-ilmu spesialisasi konvensional :
1. Antropologi Ekonomi
2. Antropologi Linguistik
3. Antropologi Psikologi

- Ilmu-ilmu Spesialisasi Baru :


1. Antropologi Politik
2. Antropologi Hukum
3. Antropologi Kependudukan
4. Antropologi Kesehatan
a. Antropologi Kesehatan jiwa
b. Antropologi Gizi
5. Antropologi Pendidikan
6. Antropologi Perkotaan
7. Antropologi Ekologi

E. Antropologi dan Ilmu-ilmu Lain


1. Ilmu Geollogi dan Antropologi : Mempelajari cirri-ciri lapisan bumi serta perubahan-
perubahannya.

2. Ilmu Paleontologi dan Antropologi : Meneliti fosil makhluk dari zaman dahulu.

3. Ilmu Anatomi dan Antropologi : Diperlukan dalam usaha untuk mendapat pengertian
tentang asal mula dan penyebaran manusia.

4. Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Antropologi : Metode-metode dan cara-cara untuk


mengerti dan menyesuaikan diri dengan kebudayan dan adat istiadat setempat.

5. Ilmu Psikiatri dan Antropologi : Hanya perluasan dari ilmu psikologi.

6. Ilmu Linguistik dan Antropologi : Mengenal dan memahami bahasa suku bangsa
yang akan diteliti.
7. Ilmu Arkeologi dan Antropologi : Mengetahui sejarah perkembangan kebudayaan
manusia dan suku-suku bangsa.

8. Ilmu Sejarah dan Antropologi : Mengenal sejarah awal berkembangnya suatu suku
bangsa yang dijadikan objek penelitian.

9. Ilmu Administrasi dan Antropologi : Agar data-data penelitian yang diperoleh dapat
terhimpun dalam suatu kumpulan yang baik.

10. Ilmu Politik dan Antropologi : Dalam penulisan deskripsi etnografi tentang
masyarakat suatu suku bangsa seorang peneliti berhadapan dengan kekuatan dan
proses politik local.

11. Ilmu Geografi dan Antropologi : Untuk mengkaji manusia sebagai salah satu
makhluk di muka bumi.

12. Ilmu Ekonomi dan Antropologi : Mengkaji bagaimana perilaku ekonomi suatu
masyarakat suku bangsa.
13. Ilmu Hukum Adat dan Antropolgi : Merupakan suatu sistem hukum yang telah
diabstrakkan sebagai aturan-aturan dalam kitab dan undang-undang.

F. Antropologi dan Perkembangannya di Beberapa Negara

1. Ethnography, istilah ini berarti pelukisan tentang bangsa-bangsa. Dipergunakan


secara umum di Eropa Barat guna menyebut karangan dan tulisan yang melukiskan
tentang kisah-kisah suku di luar Eropa.
2. Ethnology, istilah ini berkonotasi ilmu bangsa-bangsa. Meskipun mulai ditinggalkan,
tetapi di Amerika Serikat dan Inggris masih dipergunakan untuk menyatakan bagian
dari antropologi khusus yanng mempelajari masalah sejarah perkembangan
kebudayaan.
3. Volkerkunde, istilah ini berarti ilmu bangsa-bangsa, terutama di Eropa Tengah.
4. Kulturkunde, berarti ilmu kebudayaan. Istilah ini pada tahap awal kajian dan
pengembangan ilmu antropologi di Universitas Indonesia.
5. Anthropologi, berarti ilmu tentang manusia atau ciri-ciri tubuh.
6. Cultural Anthropology, berarti antropologi budaya. Istilah ini semua berkembang di
Amerika Serikat, namun kemudian meluas hampir diberbagai negara untuk
membedakannya dengan antropologi fisik.
7. Social Anthropology, berarti antropologi sosial digunakan di Inggris sekedar untuk
menyebut antropologi pada fase-fase sebelumnya.

G. Antropologi dan Perkembangannya di Indonesia


Dari segi pengalaman mengumpulkan bahan dan memamerkan, meniru negara Uni
Soviet. Selain berbagai museum yang telah ada sebelumnya (seperti Museum Nasional di
Jakarta). Melalui beberapa tahun anggaran dalam Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara
(APBN), sedang giat-giatnya dibangun museum dihampir setiap provinsi. Museum Lampung
misalnya mulai dibangun pada tahun 1984 secara bertahap dan pada tahun 1988 dinyatakan
sebagai lembaga yang beroperasional secara penuh.

BAB II : MAKHLUK MANUSIA

A. KONSEP DASAR KAJIAN EVOLUSI


Makhluk manusia, menjadi sasaran kajian ilmu antropologi selain perilaku
budayanya. Dari sudut biologi, ia merupakan salah satu makhluk diantara lebih dari sejuta
makhluk lain termasuk didalamnya makhluk yang pernah atau masih mendiami muka bumi
ini.

Menurut Koentjaraningrat (1997) garis besar teori ini menyatakan :

“Masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lambat dalam 1
jangka waktu beribu-ribu tahun lamanya, dari tingkat-tingkat yang rendah, melalui beberapa
tingkat-tingkat antara, sampai ke tingkat-tingkat tertinggi”.

B. EVOLUSI CIRI-CIRI BIOLOGI


1. Sumber ciri-ciri organisme fisik
2. Perubahan dalam proses keturunan
a. Proses mutasi
b. Proses seleksi alamiah dan adaptasi
c. Proses menghilangnya gen secara kebetulan

C. EVOLUSI PRIMATA MANUSIA


Ilmu yang secara khusus mempelajari proses evolusi makhluk manusia adalah
subilmu antropobiologi, yaitu ilmu paleoantropologi.bahan dasar penelitiannya adalah bekas-
bekas tubuh manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan yang telah menjadi batu atau membatu
(fosil).

D. ANEKA WARNA MANUSIA


Dari kesamaan dan perbedaan ini muncullah konsep tentang “ras”, yaitu : suatu
golongan manusia yang menunjukkan berbagai ciri tubuh yang tertentu dan mendekati
kesamaan dengan suatu frekuensi yang besar. Tanda-tanda fisik yang digunakan untuk
mengadakan klasifikasi ras ialah:
1. Bentuk badan
2. Bentuk kepala
3. Bentuk air muka dan tulang rahang bawah
4. Bentuk hidung
5. Warna kulit, warna mata
6. Bentuk rambut

E. METODE KLASIFIKASI RAS MANUSIA


Ilmu antropologi fisik mengkaji konsep bageimanakah mengklasifikasikan dan
menggolongkan aneka warna manusia (ras).
 Ciri-ciri kualitatif
Misalnya warna kulit, bentuk rambut, hidung dan lain-lainnya.
 Ciri-ciri kuantitatif
Misalnya berat badan, ukuran badan, indeks tengkorak, dan lain-lainnya
BAB III : KEHIDUPAN KOLEKTIF

A. CIRI-CIRI KEHIDUPAN KOLEKTIF


Sejak ada dimuka bumi, manusia telah mengalami kehidupan bersama. Manusia
merupakan salah satu makhluk yang hidup bersama dalam suatu kesatuan sosial. Selain
manusia, disekeliling juga terdapat banyak primat laing yang menggunakan konsep
kehidupan kolektif dalam strukturnya.
Meskipun telah tertata dalam struktur kolektif yang menonjolkan cirri khas kelompok,
seorang ahli filsafat H. Spencer menyatakan bahwa asas hidup altruisme, yaitu pengutamakan
hidup berbakti untuk kepentingan yang lain (kelompok, dalam arti luas) sering bertentangan
dengan asas egoime.
Dari pengamatan sederhana terdapat kelompok-kelompok makhluk di muka bumi
termasuk juga manusia, terdapat suatu cirri kehidupan kolektif yang melekat seperti diuraikan
di bawah ini.
 Adanya pembagian kerja yang tepat
Masing-masing pendukung individu memiliki tanggung jawab yang jelas untuk
melaksanakan berbagai fungsi hidupnya.
 Kebergantungan
Sebagai akibat adanya pembagian kerja yang tetap, maka masing-masing individu
merasakan adanya kebergantungan
 Kerja sama
Karena sifat kebergantungan, maka untuk mewujudkan tujuan hidup harus
dilaksanakn secara bekerja sama
 Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak untuk melaksanakan kerja sama
 Diskriminasi
Terhadap pelaksanaan hak dan kewajiban dalam kelompok, maka kehidupan kolektif
harus memunculkan suatu diskriminasi, khususnya antara makhluk pendukung dalam suatu
kehidupan kolektif dengan pendukung kehidupan di luar kelompok kolektif.
B. ANEKA WARNA BENTUK KEHIDUPAN KOLEKTIF
Menurut konsep antropologi, ras secara sederhana dapat dirumuskan sebagai
pengelompokan manusia atas dasar kesamaan ciri-ciri tertentu, baik cirri tampak luar
(penotipe) maupun cirri organ bagian dalam (genotipe).
Pada masa sekarang kesatuan manusia yang berinteraksi itu membentuk suatu
kelompok-kelompok kolektif. Adapun bentuk-bentuk kehidupan kolektif yang akhirnya akan
menjadi unsur-unsur pembentuk masyarakat, dapat dikemukakan dalam uraian di bawah ini:

1. Kategori social
Kesatuan masusia yang terwujud karena adanya suatu cirri atau kompleks cirri-ciri
objektif yang dapat didentifikasikan pada manusia-manusia itu.

2. Golongan social
Meskipun ada sedikit kemiripan dengan kategori social, dalam kategori social sudah
muncul suatu ikatan social.

3. Komunitas
Suatu komunitas mempunyai cirri berupa kesatuan kelompok kehidupan manusia
yang memiliki kesatuan wilayah yang nyata, berinteraksi menurut suatu system adat-istiadat,
serta terikat oleh suatu rasa identitas komunitas.

4. Kelompok dan perkumpulan


Sebagai salah satau unsur kelompok yang memiliki cirri mendekati masyarakat pada
umumnya, dalam masyarakat terdapat banyak kelompok dan perkumpulan dengan berbagai
aktivitas dan tujuan.

5. Masyarakat
Masyarakat memang merupakan sekumpulan manusia, setidaknya terdiri atas lebih
dari 1 (satu) orang dan saling bergaul

C. KONSEP PRANATA DAN LEMBAGA


Telah diungkap pada awal uraian tentang masyarakat, bahwa manusia dalam
keseharinnya senantiasa melakukan tindakan-tindakan interaksi antar individu yang tidaak
terhitung banyaknya. Sebagian terbesar tindakan yang dilakukan adalah berpola, baik yang
berpola secara resmi maupun yang berpola secara tidak resmi. Sistem yang menjadi wahana
yang memungkinkan warga masyarakat itu berinteraksi menurut pola-pola resmi, dalam ilmu
sosiologi dan antropologi disebut pranata atau dalam bahasa inggris disebut institution.

D. PRANATA, KEDUDUKAN DAN PERANAN


Telah dikemukakan diatas bahwa pranata-pranata dalam masyarakat terdiri dari suatu
kompleks tindakan berinteraksi yang menyebabkan terwujudnya pola sosial dalam
masyarakat. Sebagai pelaku aktivitas biasanya menganggap dirinya berada dalam suatu
kedudukan sosial tertentu, yang juga dikonsepsikan untuknya oleh norma-norma yang menata
seluruh tindakan tadi.
Oleh karena itu, konsep tentang kedudukan dan juga peranan menjadi suatu yang
menarik dan mutlak perlu dalam kajian menganalisis masyarakat. Dengan demikian,
berbicara tentang peranan social (biasa disebut social role, atau role saja) akan membawa
pemahaman kepada kompleksitas kedudukan individu dalam struktur social masyarakat, yaitu
segenap usaha, perilaku yang ditunjukan oleh individu dalam kedudukan dimana ia
berhadapan dengan individu-individu dalam kedudukan-kedudukan yang lain.

E. PIMPINAN MASYARAKAT
Pengembangan unsur akal dan naluri manusia telah memberikan kemungkinan
pengembangan pengelolaan dalam kelompok didasarkan atas beban hak, kewajiban, dan
tanggung jawab.

BAB IV : KEPRIBADIAN DAN KEBUDAYAAN

Peneliti sosiologi, antropologi dan psikologi yang mulanya mengemukakan “pola


kelakuan” akhirnya mengarah kepada “pola tindakan” dari individu / makhluk manusia,
yaitu:

1. Pola Kelakuan
Pola perilaku manusia yang prosesnya telah terencana dalam gennya dan merupakan
milik dirinya tanpa melalui suatu proses belajar disebut pola kelakuan.
2. Pola Tindakan
Pola tindakan adalah pola perilaku manusia yang prosesnya terencana dalam gennya,
tetapi merupakan milik dari pribadinya melalui proses belajar.

A. UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
1. Pengetahuan
Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara
nyata terkandung dalam otaknya. Perolehan pengetahuan akan dicoba untuk diproyeksi ke
dalam otak melalui beberapa factor pendukung / penghambat, yaitu :

a. Presepsi
Presepsi adalah penggambaran seluruh proses akal tentang alam dan sekitar dalam
keadaan alam sadar.

b. Apersepsi
Apersepsi adalah penggambaran baru dengan lebih banyak pengertian tentang
keadaan lingkungan dan berdasarkan pemahaman yang bersangkutan.

c. Pengamatan
Pengamatan adalah penggambaran yang lebih terfokus dan intensif, yang diperoleh
karena mengadakan suatu pengamatan.

d. Konsep
Konsep adalah penggambaran abstrak tentang suatu objek.

2. Fantasi
Fantasi adalah penggambaran baru dari objek yang sangat berbeda dari aslinya.
Penggambaran ini mungkin sulit diterima nalar karena kuatnya daya khayal otak.

3. Perasaan
Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh
pengetahuannya dinilainya sebagai keadaan positif atau negative. Unsur perasaan meliputi :

a. Kehendak
Tingkat perasaan yang paling rendah, karena sifatnya subjektif, terdapat unsur
penilaian. Penilaian positif akan membawa pengaruh yang harus dipenuhinya karena
mendatangkan kenikmatan, sedangkan nilai negative akan membawa kebencian dan
keengganan dalam pemahamannya sehingga harus dihindari dalam pelaksanaannya.

b. Keinginan
Keinginan adalah suatu tingkatan kehendak yang keras yang menuntut suatu
keinginan harapan pemenuhan.

c. Emosi
Suatu tingkatan kehendak / perasaan keras yang menuntut pemenuhan secara mutlak.
Tingkatan ini sangat keras sehingga seseorang dengan bernafsu sekali untuk memenuhinya.

4. Dorongan Naluri
Dorongan naluri adalah kemauan yang sudah merupakan naluri pada setiap makhluk
manusia. Hal ini tidak timbul lagi karena pengaruh pengtahuannya, tetapi telah terkandung
dalam organismenya, khususnya dalam gen sebagai dorongan naluri. Dorongan meliputi :

a. Dorongan untuk mempertahankan hidup


Dorongan ini ada dalam setiap makhluk hidup. Ini menjadikan makhluk untuk tetap
bertahan hidup.

b. Dorongan seks
Dorongan ini menjadikan setiap makhluk mencari pasangan dan meneruskan
keterunan. Ini adalah pemenuhan kebutuhan biologis mutlak.

c. Dorongan usaha mencari


Dorongan ini muncul ketikah makhluk itu lahir.

d. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesame


Dorongan ini menjadi perilaku yang mutlak, terlebih dalam kehidupan kolektif yang
cenderung memerlukan kehadiran orang lain disekitarnya.

e. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya


Dorongan ini sangat perlu karena setiap individu melahirkan aneka warna budaya
yang memperkembangkan konsep perilaku yang majemuk atara manusia.
f. Dorongan untuk berbakti
Dorongan ini menjadi landasan kehidupan kolektif untuk menghargai sesama, rasa
keindahan, simpati, cinta, dan pengabdian seseorang kepada orang lain dan sang pencipta
yang melahirkan nilai religi.

g. Dorongan akan keindahan (dalam arti bentuk, warna, suara, gerak)


Dorongan ini muncul ketika seseorang dihadapkan dengan alam sekitarnya.

B. ANEKA WARNA KEPRIBADIAN


Setiap individu manusia terdapat beraneka warna materi yang menjadi isi dan sasaran
dari pengetahuan, perasaan, kehendak serta keinginan kepribadianserta aneka pola hubungan
sosial di antara pendukung kehidupan kolektif. Perbedaan itu membawa akibat bahwa tiap
inidvidu manusia memiliki pribadian yang berbeda.
Rangkaian perilaku dlam antropologi / sosiologi disebut dengan sistem sosial, karena
terjadinya beragam kepribadian.
Francis L.K. Hsu dalam tulisannya psychological Homeostatic and Jen menguraikan
bahwa terdapat korelasi hubungan yang terintegrasi anatara personal manusia dan lingkungan
hegemoni di sekitarnya.

C. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Pada kajian mengenai sejarah perkembangan kajian ilmu antropologi khususnya fase
II dikatakan bahwa telah timbul suatu konsep berpikir evolusi masyarakat. Pada masa itu
antropologi menjadi ilmu yang mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitive dengan
maksud untuk mendapat suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi
dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu budhayah, bentuk jamak dari buddhi
yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan adalah hal-hal yang bersangkutan
dengan akal. Dalam bahasa Latin makna ini sama dengan colere yang berarti mengolah,
mengerjakan, terutama menyangkut tanah.
D. EVOLUSI MANUSIA DAN PERKEMBANGAN BUDAYA
Kajian tentang evolusi masyarakat dan kebudayaan telah dikembangkan pada
pertengahan abad ke-19. Evolusi yang diuraikan Koentjaraningrat (1996) sebagai berikut :
1. Zaman Liar Tua
Dalam kategori ini termasuk zaman sejak manusia ada di muka bumi sampai dengan
penemuan alat bantu berupa api.

2. Zaman Liar Madya


Zaman setelah penumuan api sampai penemuan senjata tradisionalberupa busur dan
anak panah.

3. Zaman Liar Muda


Zaman setelah penemuan senjata tradisional hingga manusia memiliki kepandaian
membuat barang-barang tembikar.

4. Zaman Barbar Tua


Zaman setelah manusia memiliki keterampilan tembikar hingga mulai kegiatan
beternak dan bercocok tanam.

5. Zaman Barbar Madya


Zaman setelah manusia memulai keterampilan beternak dan bercocok tanam hingga
pola keterampilan pengerjaan logam.

6. Zaman Barbar Muda


Zaman sejak manusia mulai mengerjakan logam hingga mengenal tulisan.

7. Zaman Peradaban Purba


Zaman sejak manusia telah mulai mengenal peradaban dengan tahap sederhana.

8. Zaman Peradaban Masa Kini


Zaman sejak manusia telah mulai merekayasa perdaban sesuai dengan kebutuhan
hidup dalalm usaha mengatasi keterbatasan biologisnya.
E. WUJUD KEBUDAYAAN
Tindakan dan aktivitas manusia terangkai dalam suatu perbuatan yang berpola yang
akan tampak seperti berikut :
1. Ideas
Wujud kebudayaan sebai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, dan
peraturan. Sifat ini merupakan sesuatu yang abstrak dan tidak dapatdigambar secara nyata.

2. Actives
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindaka berpola dari
manusia dalam masyarakat. Yang termasuk adalah tatanan manusia dalam hidup
bersosialisasi dan berkomunikasi, serta bergaul dengan sesamanya.

3. Artifacts
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Misalnya benda hasil
kerajinan, dapat dirasa, disentuh dan difoto.

Ketiga kebudayaan tidak berdiri sendiri, semua merupakan suatu kerangka yang
saling mengisi.

F. KERANGKA VARIASI SISTEM NILAI BUDAYA


Tiap sistem nilai budaya dalam tiap kebudayaan senantiasa mengenai 5 dasar masalah
dasar dalam kehidupan manusia, yaitu :
1. Masalah mengenai hakikat dari hidup manusia (MH)
2. Masalah mengenai hakikat dari karya manusia (MK)
3. Masalah mengenai hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu (MW)
4. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (MA)
5. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan sesame (MM)

Meskipun pada berbagai suku bangsa tidak terdapat keseragaman manifestasi


perilaku, namun kerangka sistem nilai memberikan asumsi yang bersifat seragam.
G. ADAT-ISTIADAT, NORMA, DAN HUKUM
Ada norma yang sangat berat dan menentukan keberadaan kelompok dan tatanan
kehidupan sosial ideal sehingga layak dikenakan sanksi berat, sementara ada tatanan yang
tidak terlalu mendasar sehingga sanksinya tidak terlalu berat. Dengan demikian tidak
berkaibat terlalu fatal. W.G. Summer membedakan atas :
1. Mores adalah adat-istiadat dalam arti khusus, yang apabila dilanggar sanksinya sangat
berat.
2. Folkways adalah adat-istiadat biasa, tata cara, yang apabila dilanggar hanya menjadi
bahan tertawaan, ejekan, dan celaan serta gunjingan sesaat oleh masyarakat sekitar.
Terdapat 2 aliran besar yang secara tegas membedakan batasan antara hokum dan
bukan hokum.

1. Golongan Pertama, dipelopori oleh A.R. Brown beranggapan bahwa tidak ada
aktivitas hokum dalam masyarakat yang tidak bernegara.
2. Golongan Kedua, dipelopori oleh B. Malinowski tidak mengkhususkan defenisi
mereka tentang hokum hanya hukum yang ada dalam masyarakat.

Ter Harr mengungkap beberapa konsepsi tentang hukum adat sebagai berikut :
1. Pengertian Hukum Adat
Hukum adat adalah keseluruhan aturan yang menjelma dari keputusan-keputusan para
fungsionaris hukum.

2. Kapan Suatu Adat Menjadi Hukum Adat ?


Tidak ada suatu alas an untuk menyatakan sesuatu itu dengan sebutan “hukum” tanpa
adanya keputusan tentang hukum oleh para petugas hukum masyarakat.
L. Pospisil mengemukakan kerangka berpikirnya untuk membedakan antara hukum
dan hukum adat berdasarkan keberadaan atribut hukum yang terdiri atas :
1. Attribute of Authority, diputuskan oleh penguasa, pemimpin masyarakat, atau mereka
yang memiliki otoritas dalam arti luas.
2. Attribute of Intention of Universal Application, yang telah diputuskan harus dapat
diberlakukan untuk waktu dan siatuasi yang sama di masa mendatang.
3. Attribute of Obligation, memuat adanya runtut hak dan kewajiban para pihak.
4. Attribute Of Sanction, dikuatkan denga adanya sanksi. Sanksi berupa hukuman formal
ataupun cibiran yang menimbulkan rasa takut, malu, dibenci dan sebagainya
BAB V : PERUBAHAN MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
Dalam mempertahankan pola maka efektivitas perilaku dalam struktur kehidupan
kelompok tidak jarang memunculkan penolakan nilai-nilai, perubahan, juga peniadaan dan
bentuk baru akan kebiasaan, adat-istiadat para pendukung sistem kehidupan.

A. PROSES DIFUSI/PENYEBARAN KEBUDAYAAN


Proses penyebaran kebudayaan merupakan rangkaian proses penyebaran (imigrasi)
manusia sebagai pendukung budaya. Menurut Franz Boas proses sosial penyebaran manusia
dan perilakunya disebabkan oleh beberapa hal, melalui :
1. Symbiotic
Salah satu bentuk persebaran penduduk adalah melalui pertemuan antara individu
yang berbeda kelompok, misalnya melalui pertemuan ekonomi. Unsure-unsur kebudayaan
asing dipaksa turut serta bersama datangnya para pedagang.

2. Penetration Pasifique
Pemasukan/penerobosan secara damai (salah satunya oleh misionaris agama).
Masuknya melalui pedangang secara damai.

3. Stimulus Diffusion
Difusi meliputi suatu wlayah yang luas biasanya terjadi melalui serangkaian
pertemuan antara sejumlah suku bangsa.

B. PROSES BELAJAR KEBUDAYAAN SENDIRI


Manusia telah mengembangkan proses pembelajarannya melalui pengembangan
beberapa sistem, seperti :
1. Sistem perkembangan vocal atau bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian
Proses belajar kebudayaan sendiri meliputi :
1. Proses Internalisasi
Proses internalisasi berlangsung sepanjang hidup individu untuk sejak dilahirkan
sampai hamper meninggal untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang
kemudia membentuk kepribadiannya.

2. Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi adalah proses sosial di mana seorang individu menerima pengaruh,
peranan, tindakan orang-orang di sekitarnya.

3. Proses Enkulturasi/Pembudayaan
Proses enkulturasi adalah proses sosial di mana individu belajar menyesuaikan diri
dan alam pikiran serta sikapnya terhadap adat, sistem norma, serta semua peraturan yang
terdapat dalam lingkungan masyarakat.

C. PROSES PENGENALAN KEBUDAYAAN ASING


1. Akulturasi
Sejalan dengan pengembangan pendidikan formal dikalangan bangsawan dan
segelintir pegawai tinggi pribumi, salah satu pengaruh yang muncul adalah pengambilalihan
gaya hidup (bahasa, mode pakaian, sopan santun) sebanyak mungkin meniru pola Barat.
Terselip juga makna positif fari keberadaan intelektul pribumi ini, yaitu masuknya unsure
perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Asimilasi
Proses asimilasi adalah proses sosial yang timbul apabila terdapat :
1. Kelompok-kelompok manusia dengan suatu latar belakang kebudayaan yang berbeda-
beda.
2. Kelompok manusia ini saling bergaul langsung secara intensif serta dalam waktu yang
lama.
3. Pertemuan budaya-budaya antarkelompok itu masingmasing berubah watak khasnya
dan unsure-unsur kebudayaannya saling berubah sehingga memunculkan suatu watak
kebudayaan yang baru.

Faktor yang memudahkan asimilasi dalalm masyarakat adalah:


a. Faktor toleransi
b. Faktor kemanfaatan timbal-balik
c. Faktor simpati
d. Faktor perkawinan campuran

D. PROSES PEMBARUAN
Proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal, serta
penataan kembali dari tenaga kerja dan teknologi produk baru sehingga terbentuk suatu
sistem produksi dari produk-produk baru. Proses ini lebih konkret dapat dinyatakan sebagai
pembaruan unsure teknologi dan ekonomi dari suatu kebudayaan.
Proses inovasi dapat digolongkan dalam bentuk :
1. Discovery : penemuan dari unsure kebudayaan yang baru berupa gagasan individu
ataupun kolektif.

2. Invention : tindak lanjut berupa pengakuan, penerimaan dan penerapan proses


discovery oleh masyarakat.

BAB VI : ANTROPOLOGI DAN MODERNISASI

A. PEMAHAMAN TERHADAP MASA LALU YANG HILANG


Kecenderungan pembenahan tatanan nilai berupa :
 Nilai yang menunjang pembangunan
 Nilai yang menunjang pembangunan bila telah disesuaikan dan di harmonisit
 Nilai yang menghambat pembangunan

B. ANTROPOLOGI . PEMBANGUNGAN MASYARAKAT DAN LAHIRNYA


MASYARAKAT MODERN
Abad pertengahan berubaj menuju abad modern menimbulkan berbagai lembaga
masyarakat. Diantarannya :
o mulai timbulnya ilmu pengetahuan
o timbul cara produksi yang kapitalis
o timbul kelompok elit "borjuis"
C. ANTROPOLOGI DAN LAPANGAN KERJA
L.H Morgan adalah sebagian nama yang mulai mengaplikasikan kajiam antropologi
dalam penanganan masalah sosial.

D. ANTROPOLOGI DAN UMAT MANUSIA


Ilmu tanpa.moral adalah buta. Moral tanpa ilmu adalah pincang . Bahwa ilmu harus
dibaktikan bagi kesejahteraan matetial dan spiritual umat manusia . Adalah suatu hal yang
tidak perlu di asingkan lagi .

Anda mungkin juga menyukai