TUGAS RUTIN
“Sejarah Perkembangan agama Kristen”
DI SUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
JONISMAN KRISTIAN LAOLI, S.Pd.K, M.Pd.K
Penulis
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................... i
ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan.................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 2
A. Sejarah perkembangan agama kristen.................................................................. 2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bicara agama secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni agama
buatan manusia dan agama wahyu yang tentu saja sangat berbeda satu dengan lainnya.
Tuhan telah mengirim para Nabi dan para utusanNya agar manusia membuang agama-
agama yang dibuat oleh tangan manusia dan menggunakan agama yang diwahyukan.
Tetapi adat-istiadat lama sukar sekali dihilangkan. Beberapa bagian dari agama bikin-
bikinan manusia ini tetap tertinggal dan terserak dalam agama wahyu. Para pendeta
dari agama yang lama dan orang-orang yang percaya dengan setengah hati kepada agama
wahyu ini, mendapatkan bahwa lebih enak dan menguntungkan untuk tetap menjalankan
praktik-praktik adat kebiasaan lama. Mereka membangkitkannya lagi setelah
wafat nabiNya dan mencampurinya dengan kepercayaan serta amalan dari agama wahyu.
Dengan berlalunya waktu, roh semangat itu lenyap dan agama wahyu pun menjadi rusak
dan tafsiran-tafsiran bikinan manusia menyusup ke dalamnya. Maka kita dapati bahwa
sebagian besar agama-agama yang ada adalah campuran dari bagian-bagian yang terambil
oleh tangan-tangan manusia serta agama yang diwahyukan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah perkembangan agama kristen?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Sejarah perkembangan agama kristen.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA KRISTEN
a. Pengertian dan Asal Usul Agama Kristen
Nama “protestan” berasal dari kata “protes” yang dilancarkan oleh pangeran-
pangeran Jerman yang mendukung gerakan reformasi melawan keputusan mayoritas
yang beragama Katolik Romawi, sewaktu sidang dewan kekaisaran (Dewan Negara)
ke-2 di kota Speyer (1529) karena melarang meluasnya reformasi. Para raja atau
Pangeran Jerman tersebut pada umumnya menjadi pengikut Injili atau raja-raja
Luteran, dan menentang tekanan yang kuat sekali dari penguasa yang beragama
Katolik. Dari protes mereka timbullah kelompok “protestan”. Semula nama tersebut
bernada negatif dan bersifat ejekan tetapi lama-kelamaan disambut positif sebagai
nama kehormatan.
b. Keadaan Gereja sebelum Reformasi Luther
Kelahiran agama Kristen Protestan banyak dipengaruhi oleh latar belakang
perkambangan masyarakat Eropa Barat pada abad-abad menjelang kelahiranya, yaitu
abad 16. Secara fundamental dan radikal terjadi pembaharuan masyarakat sesudah
abad pertengahan, dan mulailah zaman renaisans selama abad 15 sampai abad 16.
Lahirnya Humanisme di Eropa merupakan gerakan yang berdampak positif dan juga
negatif terhadap gereja saat itu. Pertumbuhan individualisme merupakan faktor yang
sangat penting di Eropa, karena disatu pihak menimbulakan perubahan-perubahan
kebudayaan bangsa Eropa yang sangat mendasar, akan tetapi dilain pihak gereja yang
mapan terkena akibat adanya kemerosotan moral pada lapisan pimpinan mulai dari
Paus sampai raja-raja dan pangeran-pangeran. Perpecahan pada tingkat kepausan
terjadi, sebaliknya raja-raja mempunyai pengaruh yang lebih kuat sehingga wibawa
moral Paus menjadi merosot, bahkan dapat dikatakan hilang dari pentas dunia Eropa.
Kehidupan mewah dalam istana-istana Paus melebihi kemewahan raja-raja
Perancis dan Inggris, sementara perubahan-perubahan sosial politik terjadi secara
tajam sehingga kedudukan rohaniawan tergeser oleh paham orang-orang awam yang
telah memiliki kedudukan sama dengan rohaniawan. Apalagi pengaruh mistik semakin
besar terhadap orang awam. Rohaniawan dan Biarawan telah kehilangan monopoli
mereka dalam masyarakat sehingga kehidupan gereja mendapatkan kritik-kritik yang
mendasar di tengah-tengah masyarakat luas. Pada puncaknya penyalahgunaan
wewenang gereja merajalela tanpa memperdulikan tanggung jawab rohaniahnya,
dengan adanya penjualan surat indulgensi dan abolusi kepada anggota jemaat
2
gereja. Hal ini menimbulkan pertentangan, protes dan kejengkelan dari para anggota
jemaat gereja diberbagai negara, termasuk dari kalangan pimpinan gereja sendiri.
c. Kelahiran Agama Kristen Protestan
Keadaan seperti digambarkan diatas merupakan kondisi yang melahirkan
kenyataan adanya perbedaan antara teologi beserta prakteknya dengan ajaran dalam
Alkitab. Kondisi demikian dirasakan oleh Luther sebagai titik tolak untuk memulai
pembaharuan gereja. Sebagai seorang biarawan yang saleh, Luther adalah anggota
ordo Agustin, suatu ordo yang sangat ketat dan keras, dibawah pimpinan Johan von
Staupitz. Luther adalah seorang doktor teologi dari Universitas Wittenberg. Tugasnya
sampai tahun 1517 adalah menafsirkan Alkitab meliputi Mazmur, surat-surat Paulus
kepada Jemaat Roma dan Galatia, dan surat kepada orang-orang Ibrani. Melalui
studinya terhadap Alkitab, ia merasakan penghayatan terhadap Tuhan secara baru
sehingga corak yang dihadapi dalam kehidupan gereja tidak bisa tidak dirubahnya.
Dengan ajaran “solafides”nya, jantung Reformasi mulai berdenyut dan mempengaruhi
seluruh kehidupan gereja di dunia.
Peristiwa yang mendorong timbulnya Reformasi ialah penjualan surat-surat
penghapusan siksa (indulgensi) yang dilakukan semasa Paus Leo X. Pada saat itu
gereja hendak membangun gereja Santo Petrus untuk kebanggaan gereja Roma. Untuk
mendapatkan biaya, Paus melalui Uskup Agung Albrecht dari Mainz, mengangkat
dominikus Johanes Tetzel untuk melakukan penjualan indulgensi. Hal tersebut
dipandang merendahkan derajat Tuhan, karena pengampunan dosa dan perdamain
dengan Tuhan bisa didapatkan hanya dengan uang, bukan dengan penyesalan dan
sakramen-sakramen. Dalam hubungan ini Luther mengambil keputusan untuk
menjadikan peristiwa tersebut sebagai pokok pembicaraan anatara sarjana-sarjana
teologi. Untuk itu ia merumuskan 95 dalil mengenai penghapusan siksa (dalam
bahasa Latin). Pada tahun 1517, dalil-dalil tersebut diperkenalkan dan ditempelkan
pada dinding pintu gereja di pintu gereja di Wettenberg. Sejak itu gereja Roma Katolik
menuduh Luther sebagai penyesat ajaran gereja.
Dengan berbagai cara dan siasat, gereja Roma Katolik berusaha memadamkan
gerakan dan ajaran Luther. Akan tetapi, ajaran-ajaranya dapat sambutan di mana-mana
di Eropa, sementara usaha memadamkan dan menghancurkanya tidak berhasil. Cara
dan siasat gereja Roma Katolik tersebut anatara lain berbentuk ancaman pengucilan,
perdebatan terbuka dalam sidang bulla kutukan, ancaman fisik dan akhirnya dengan
melaksanakan persidangan resmi kekaisaran. Akhirnya pada 1529 diadakan
“Reichstag” (rapat negara) Speyer yang dihadiri oleh raja-raja yang mayoritas
3
beragama Katoli, disamping ada minoritas raja-raja yang dipengaruhi ajaran Luther.
Sidang tersebut mengambil keputusan untuk menghapuskan Edicta Warms tahun 1926
dan mengeluarkan dekrit pelanggaran gerakan reformasi disertai pemberian kebebasan
membuat misa kudus bagi gereja katolik di daerah gereja Reformasi raja-raja yang pro
Luther (injili) membuat protes keras secara resmi. Dari diadak protes itu lahir agama
“protestan ”. Gerakan mereka juga melahirkan pembaharuan di Swiss yang dipelopori
oleh Ulrich Zwingli, seorang pastor dari reformasi gereja, kemudian lebih
disempurnakan lagi oleh Calvin dari Prancis yang kemudian mengembangkan
ajaranya di Swiss hingga meninggal pada 1564.
7
Dilingkungan gereja pun, kewibawaan Paus telah runtuh dan
kebobrokan sangat mencolok. Kemewahan diIstana Paus melebihi kemewahan
diistana raja-raja Prancis dan Inggris. Untuk mendukung kehidupan mewah
dengan sendirinya diperlukan biaya tinggi. Oleh sebab itu diperlukan uang
yang diperoleh dari pajak kegrejaan, kemudian juga dengan penjualan jabatan-
jabatan dan surat indulgensi, yaitu pembebasan dari hukuman dosa yang dapat
diperoleh dengan pembayaran uang. Dalam kondisi seperti itu, kemampuan
kaum mistik dalam mempengaruhi dan menyadarkan kaum awam melalui
bahasa masing-masing benar-benar telah menggeser kedudukan rohaniawan
dalam memperkaya diri dibidang Agama dan sekaligus mengurangi monopoli
gereja dalam penyelamatan jiwa. Dalam kondisi yang memuncak, protes-
protes berdasarkan keagamaan mencapai titik didih yang menentukan bagi
lahirnya reformasi terhadap gereja, yang dipelopori Martin Luther pada tahun
1517. Semua hal yang terjadi dalam gereja Eropa mempengaruhi jalannya
reformasi ini. Dapat dipahami bahwa titik sentral kritik berada pada gereja,
karena gereja merupakan tulang punggung yang penting dalam kehidupan
bangsa Eropa pada saat itu. Apalagi Eropa sudah tidak lagi menjadi satu
kesatuan, sehingga gerakan yang bersifat kritis terhadap gereja tidak mudah
dipadamkan bahkan berkembang dan mendapat tempat dalam masyarakat luas.
2) Pencetus Reformasi Gereja
a. Luther dan Pemikirannya.
Luther lahir pada 10 november 1483 dari keluarga petani di Thuringen. Ia
seorang anak yang cerdas. Semasa masih kanak-kanak ia sering menyanyi dan
berbakat dalam musik. Bapaknya Hans Luther menginginkan ia menjadi seorang
ahli hukum sehingga perlu mempelajari filsafat terlebih dahulu, dan pembelajaran
yang paling berkesan dan berpengaruh pada Luther adalah William Occam,
seorang rahib dari Ordo Fransiscan (1280-1349). Khususnya tentang iman dan
negara berpengaruh dalam diri Luther, dan setelah selesai ujian sewaktu ia pulang
dari perjalanan dari rumah orangtuanya ke Effurt, ia tertimpa badai hujan deras
dan guruh halilintar, ia hampir saja tersambar kilat, dengan perasaan takut ia
berseru; “Santa Anna yang baik tolonglah aku. Aku mau menjadi rahib.” Dua
minggu kemudian, ia menepati janjinya dan masuk kedalam biara yang memiliki
aturan paling keras yaitu biara dari ordo Eremit Agustin.
Selama dalam biara ia ditugaskan menuntut ilmu teologia dan kemudian di
tahbiskan sebagai imam pada tahun 1507. Luther adalah rahib yang sangat serius,
8
namun dalam beberapa usahanya ia mendapat kegelisahan batin dalam usaha
menempuh jalan keselamatan baginya yang ditunjukkan oleh gereja pada saat itu.
Suatu ketika di tahun 1510, Luther dikirim ke Roma sebagai utusan ordonya.
Hatinya sungguh sedih melihat cara hidup yang serba gampang dari klerus di pusat
gereja Roma Katolik.
Pada masa kurun waktu antara 1511-1514. Luther mulai memasuki tahap
kehidupan yang baru, bebas dari kegelisahan dan ketakutan, ia menemukan
kepastian hidup bahwa rahmat Tuhan bukan lagi suatu tujuan yang jauh, yang
tidak mungkin di capai oleh manusia, melainkan pusat dan kuasa hidupnya. Dulu
Luther menduga bahwa rahmat itu dicurahkan kedalam jiwa manusia lewat
sakramen. Kini ia meyakini bahwa rahmat tersebut tidak lain hanya pada firman
keampunan dan Tuhan Maha Esa.
Segera setelah pandangan baru di atas tersiar orang-orang menjadi heran
karena pengaruh-pengaruh pandangan Skolastik dan Aristoteles makin menjadi
tertolak. Cita-cita gereja yang ingin dalam hidup mistik yang berusaha meminta
keselematan dan persekutuan langsung dari yesus di tentang langsung oleh Luther
berdasarkan ajarannya pada iman dan rahmat sebagai sumber hidup manusia.
Pada puncak penemuan jalan keluar oleh Luther ia mendapat pengertian baru
tentang perkataan Paulus dalam Roma 1:16-17: ”sebab aku mempunyai keyakinan
yang kokoh dalam injil, karena injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan
setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi tetapi juga orang Yunani.
Sebab didalamnya nyata kebenaran Allah yang bertolak dari iman dan memimpin
kepada iman, seperti ada tertulis ‘orang yang benar akan hidup oleh iman”.
Menurut Luther, dalam nash tersebut ada yang tidak cocok, sebab ia selalu
mendengar bahwa kebenaran Tuhan adalah keadilan Tuhan yang sama dengan
seorang hakim duniawi: membebaskan, membenarkan orang orang yang baik dan
menghukum orang orang yang salah. Disini Luther mengetahui dirinya sebagai
pendosa. Jadi dengan kebenaran Tuhan bagaimanapun juga menghukumnya.
Renungan membangkitkan kesadarannya bahwa kebenaran Tuhan itu adalah dari
anugrah Tuhan yang menerima orang-orang yang berdosa serta berputus asa
terhadap dirinya sendiri sebaliknya menolak orang-orang yang menganggap
dirinya baik.
b. Titik Tolak Pembaharuan Luther.
Penghayatan yang dijadikan titik sentral bagi gerakan reformasi yang
menyeruluh ialah pertemuan Luther dengan Tuhan didalam Alkitab yang berbeda
9
dengan ajaran yang dikenalnya dalam gereja sehingga ia meyakini dengan cara
baru hubungan antara Tuhan dan manusia. Jadi ada dua perbedaan pandangan
Luther yang mendasar dengan gereja saat itu. Pertama adalah mengenai rahmat
(anugrah), dan kedua mengenai gereja.
Perbedaan tentang rahmat atau anugrah titik beratnya pada pernyataan bahwa
manusia tidak dapat berbuat sesuatu apapun, tetapi hanya Tuhan yang
mengerjakan segalanya. Prinsip gereja pada saat itu menyatakan bahwa Tuhan di
dalam segala sesuatu dan diatas segala seuatu. Tuhan mengerjakan segala sesuatu
tapi bukan seorang diri dan kehendak manusia memberikan kerja sama serta ada
yang adikodrati dan ada kodrati sebagai konsekuensi dari pandangan tersebut
maka Luther mulai menolak api penyucian dan indulgensi selanjutnya ia hanya
menerima dua sakramen permandian dan perjamuan.
Mengenai perbedaan kedua, prinsipnya hubungan manusia dapat langsung
dengan Tuhan, sehinggan dengan sendirinya gereja kehilangan sifat sebagai
perantara antara Tuhan dan manusia. Luther membuang kewibawaan gereja dan
mengajarkan bahwa Alkitab adalah sumber satu-satunya untuk iman
(kepercayaan), sedang menurut gereja pada suatu kitab kudus dan hadis adalah
kepercayaan, yang hanya dapat diterangkan oleh kewibawaan mengajar dari gereja
yang tidak megajar kesalahan.
c. Peristiwa Penyebab Reformasi Gereja
Sebab-sebab umun yang menimbulkan reformasi gereja ialah adanya jurang
perbedaan yang dalam antara teologi serta praktek gereja dengan ajaran Alkitab
sebagaimana yang disadari oleh Luther. Awal mula terjadinya reformasi ialah
adanya penjualan surat-surat indulgensi di Jerman oleh para biarawan dominikan,
yang bertujuan untuk membangun gereja santo petrus dan peristiwa ini dikenal
dengan sebutan “simoni gereja”.
2. Perkembangan Reformasi
Semua usaha membendung dan mereformasikan gereja tidak berhasil, bahkan
justru melahirkan dan mengembangkan Kristen Protestan di Eropa. Ini dilakukan oleh
Ulrich Zwingli di Swiss (1484-1531). Ia adalah pengikut Erasmus. Sehingga
sebagaimana Erasmus juga membiarkan bentuk gereja Roma berlaku terus dengan
harapan semangat humanismenya dapat mewarnai gereja secara perlahan. Sejak 1519,
Zwingli memihak Luther.
Pada tahun 1522 terjadi huru-hara Wittenberg oleh pengikut Luther untuk
mewujudkan ajaran baru dalam praktek. Pemuka huru-hara tersebut adalah guru besar
10
Karlstedt yang bercita-cita menumbangkan biara yang tidak sesuai dengan injil. Luther
dan Zwingli pada prinsipnya menyokong cita-cita itu, dan gerakan ini berhasil namun
Luther dan Zwingli memiliki perbedaan pendapat, Luther ingin mempertahankan
semua bentuk gereja, sedangkan Zwingli ingin perubahan sama sekali baik isi maupun
bentuk. Pada 1523 diselenggarakan pertemuan debat. Akibatnya dewan kota
memerintahkan agar mengeluarkan Salib, Mezbah, Patung dan Orgel dari gedung
gereja dan diganti dengan tradisi “Calvinis”.
Yohanes Calvin lahir di Jenewa (1509-1564) adalah seorang sarjana hukum
asal Perancis yang menaruh perhatian besar terhadap teologia. Ia adalah seorang
pengikut Erasmus, sejak 1533 ia mulai menulis tentang ajaran protestan yang biasa
disebut ”institusio”. Dalam ajaran pembenaran oleh iman Calvin sejalan dengan
Luther, tetapi ia menekankan pentingnya “penyucian” kehidupan baru yang harus
ditempuh orang-orang kristen. Calvin menegaskan bahwa jemaat yang mendengarkan
firman Tuhan dalam perjamuan kudus diharuskan suci.
Pada tahun 1541 Calvin kembali ke Jenewa dan meninggal disana, ia
melanjutkan usahanya mengatur kehidupan jemaat dengan menyusun tatanan gereja
baru dan ia menulis buku “Katekismus Jenema”, yang berisi tentang iman, hukum, doa
dan sakramen.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nama “protestan” berasal dari kata “protes” yang dilancarkan oleh Pangeran-pageran
Jerman yang mendukung gerakan reformasi. Dari protes mereka timbullah kelompok
“protestan”. Semula nama tersebut bernada negatif dan bersifat ejekan tetapi lama-
kelamaan disambut positif sebagai nama kehormatan.
Kelahiran agama Kristen Protestan banya dipengaruhi oleh latar belakang
perkembangan masyarakat Eropa Barat pada abad-abad menjelang kelahirannya, yaitu
abad XVI. Peristiwa yang mendorong timbulnya reformasi ialah penjualan surat-surat
penghapusan dosa (indulgensi) yang dilakukan semasa Paus Leo X.
Perbedaan antara Luther dan Calvin antara lain yaitu:
Luther
Bertolak dari kesatuan antara kemanusiaan & keilahian Kristus,
Pembenaran orang berdosa sebagai inti, pusat & puncak ajaran Kristen. Kesan:
perbuatan-perbuatan baik berbahaya untuk keselamatan (karena manusia
terlalu mengandalkannya).
Calvin
Bertolak dari perbedaan antara kemanusiaan & keilahian Kristus,
Kemuliaan Allah (gloria Dei) adalah tujuan utama dari segala-galanya:
kelahiran baru (regeneratio) atau pengudusan (sanctificatio) harus menyertai
pembenaran orang berdosa (justificatio).
B. Saran
Demikian tugas yang sederhana ini. Pepatah mengatakan, “Tak ada gading yang tak
retak”, begitu pula tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran sangatlah
kami harapkan dari para pembaca sekalian untuk perbaikan dan koreksi di hari hari yang
akan dating. Semoga makalah yang ringkas ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
12
DAFTAR PUSTAKA
Leeuwen, Arend Th van. 1997. Agama Kristen dalam Sejarah Dunia. Jakarta :
Gunung Mulia.
Romdhon. dan A. Singgih Basuki. 1988. Agama-agama di Dunia. Yogyakarta : IAIN
Sunan Kalijaga Press.
Sou’yb, Yusuf. 1996. Agama-agama Besar di Dunia. Jakarta : Al Husna Zikra
13