Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN IMAN KRISTIANI DENGAN ILMU PENGETAHUAN,

TEKNOLOGI DAN SENI

Disusun Oleh:

Kelompok 8
1. Feri Bidiana Oktaria (4193131035)
2. Nadia Givani Br Hotang (4193210009)
3. Roselva Manalu (4191131019)
4. Yohana Elisabet (4191131027)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas berkah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan Iman Kristiani dengan Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Seni” untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit kendala yang dihadapi oleh penulis. Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Sampitmo yang telah membantu
kelancaran penulisan makalah ini.

Dalam menulis makalah ini, penulis telah mencoba menyajikan yang terbaik. Namun,
mungkin masih ada kesalahan dalam penulisan. Penulis berharap mendapat kritik dan masukan
dari pembaca. Penulis juga berharap agar makalah ini dapat memberikan informasi dan memiliki
manfaat bagi semua pihak.

Medan, April 13th, 2021

Kelompok 8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana manusia merupakan suatu kesatuan yang memiliki akal, pikiran (ratio) dan
gerakan hati rohani (iman), maka iman (kepercayaan) tidak dapat dipisahkan dari ilmu
pengetahuan dan teknologi. Iman adalah aktivitas rohani manusia sedangkan ilmu pengetahuan
adalah tindak lanjut dari pada akar pikiran manusia. Berarti Iman dan Ilmu pengetahuan tidak
dapat dipisahkan sebab iman mengimani ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan membantu
orang beriman untuk memahami dunia, lingkungan dan agamanya. Oleh karena itu antara iman,
pengetahuan dan teknologi seharusnya tidak boleh dipertentangkan satu sama lain, walaupun
harus dibedakan.

Syarat seseorang dikatakan intelektual dan ilmuwan Kristen adalah: takut akan Tuhan,
taat, setia, disiplin, jujur, rendah hati, lemah lembut, pekerja keras, mampu bekerja sama dan
hidup untuk memuliakan Tuhan. Orang Kristen dipanggil untuk menuntut IPTEK yang tinggi.
Allah sumber IPTEK dan hikmat. Jadi setiap orang yang mengajar ilmu serta hikmat harus
meminta kepada Tuhan dengan penuh kesungguhan serta dengan takut dan hormat akan Tuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah hubungan etika kristen dan ilmu pengetahuan?
2. Apakah perbedaan Alkitab dengan ilmu pengetahuan modern?
3. Bagaimanakah hubungan etika dan teknologi?
4. Bagaimanakah krisis nilai pada penggunaan dan pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni?
5. Bagaimanakah humaniora dalam iman Kristen?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan etika kristen dan ilmu pengetahuan.
2. Untuk mengetahui perbedaan Alkitab dengan ilmu pengetahuan modern.
3. Untuk mengetahui hubungan etika dan teknologi.
4. Untuk mengetahui krisis nilai pada penggunaan dan pengembangan IPTEK dan seni.
5. Untuk mengetahui humaniora dalam iman Kristen.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hubungan Etika Kristen dan Ilmu Pengetahuan

Kalau pernyataan – pernyataan Allah dalam Alkitab dihadapkan dengan hasil – hasil cara
berpikir manusia ada 4 hal yang menjadi kesimpulan

1. Tidak ada hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Iman (Aliran Positivisme)

Dari pengertian di atas, maka iman adalah "Kesetiaan", atau "Kepercayaan". Penulis
Ibrani memberikan definisi iman, yaitu iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita
harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr.11:1). Definisi ini
mengandung pengertian bahwa dalam segala hal yang kita harapkan itu ada keyakinan atau
kepercayaan yang melandasinya, dan acia keyakinan atau kepercayaan dari segala hal yang
tidak kita lihat. Pada saat kita percaya kepada Allah, maka pada saat itu pula kita harus setia,
jadi kepercayaan itu bukan hanya bersifat "kognitif" belaka, tetapi harus ada "action" atau
tindakan untuk setia kepada Allah. Aspek iman ini adalah aspek yang menyangkut hubungan
vertikal, yaitu Tuhan dengan manusia, antara pencipta dengan yang dicipta, sehingga iman
adalah dasar atau pokok kepercayaan Kristen yaitu kepercayaan atau keyakinan terhadap
Allah dan wahyu-Nya.

Positivisme pada kenyataannya menitik beratkan pada sesuatu yang Nampak yang dapat
dijadikan obyek kajiaannya, di mana hal tersebut adalah bergantung kepada panca indera.
Padahal perlu diketahui bahwa panca indera manusia adalah terbatas dan tidak sempurna.
Sehingga kajiannya terbatas pada hal-hal yang nampak saja, padahal banyak hal yang tidak
nampak dapat dijadikan bahan kajian. Akibat dari ketidak percayaannya terhadap sesuatu
yang tidak dapat diuji kebenarannya, maka faham ini akan mengakibatkan banyaknya
manusia yang nantinya tidak percaya kepada Tuhan, Malaikat, Setan, surga dan neraka.
Padahal yang demikian itu didalam ajaran agama adalah benar kebenarannya dan
keberadaannya. Hal ini ditandai pada saat paham positivistik berkembang pada abad ke 19,
jumlah orang yang tidak percaya kepada agama semakin meningkat.

2. Akal budi dianggap sebagai kunci yang dapat membuka segala rahasia (Rationalisme)
Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596 – 1650) yang disebut sebagai bapak
filsafat modern. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum dan ilmu kedokteran. Ia menyatakan
bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandingannya, harus disusun oleh satu orang
sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut suatu metode yang umum.

Rene Descartes yang mendirikan aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber


pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang diperoleh lewat
akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan yang ilmiah. Dengan
akal dapat diperoleh kebenaran dengan metode deduktif, seperti yang dicontohkan dalam ilmu
pasti.

Rasionalisme adalah teori atau paham yang menekankan bahwa akal merupakan satu-
satunya dasar untuk memecahkan problem (kebenaran) yang lepas dari jangkauan indra,
paham yang lebih mengutamakan (kemampuan) akal dalam menjelaskan segala sesuatu.
Aliran rasionalisme dipandang sebagai aliran yang berpegang pada prinsip bahwa akal harus
diberi peranan utama dalam penjelasan. Ia menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber
utama pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur melalui akal yang
memenuhi syarat semua pengetahuan ilmiah. Pengalaman hanya dipakai untuk mempertegas
pengetahuan yang diperoleh akal. Sumber pengetahuan yang benar adalah akal (rasio), semua
pengetahuan berasal dari akal. Dengan berpikir, manusia bisa menjelaskan semua fenomena
yang terjadi disekitarnya serta bisa menunjukkan eksistensi dan menguji setiap pengetahuan
yang diterima selama ini sehingga kemudian bisa mendapatkan sebuah pengetahuan baru
yang diyakini kebenarannya. Sedangkan hakikat pengetahuan adalah apriori, yaitu setiap
manusia memiliki landasan pengetahuan dasar tanpa harus mengalami secara langsung atau
pengetahuan sebelum pengalaman.

Kaum Rasionalisme memulai dengan sebuah pernyataan yang sudah pasti. Aksioma
dasar yang dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan dari ide yang menurut
anggapannya adalah jelas, tegas dan pasti dalam pikiran manusia. Pikiran manusia
mempunyai kemampuan untuk mengetahui ide tersebut, namun manusia tidak
menciptakannya, maupun tidak mempelajari lewat pengalaman. Ide tersebut kiranya sudah
ada “di sana” sebagai bagian dari kenyataan dasar dan pikiran manusia, dalam pengertian ini
pikiran menalar. Kaum rasionalis berdalil bahwa karena pikiran dapat memahami prinsip,
maka prinsip itu harus ada, artinya prinsip harus benar dan nyata, jika prinsip itu tidak ada,
orang tidak mungkin akan dapat menggambarkannya.

3. Adanya sintesa antara iman dengan akal budi manusia

Iman adalah suatu keyakinan terhadap sesuatu yang tidakbisa dijangkau oleh rasio
(irrasional). Dan akal budi adalah suatu bagian dari manusia yang diciptakan Tuhan untuk
meneliti, menguraikan, menganalisa segala sesuatu yang bisa dilogikakan. Seperti Allah yang
tidak mungkin dimengerti oleh rasio karena rasio terbatas adanya. Disinilah kelemahan sains
karena hanya bersifaf hipotesa, asumsi belaka. Oleh karena kebenaran-kebenaran yang
dirumuskan dalam sains adalah berisi elemen presaposisi-presaposisi atau asumsi, sehingga
tidak ada kemutlakan pada sains. Iman kekristenan adalah iman rasional, bukan iman yang
tidak beralasan atau iman buta-buta, tetapi iman yang didasarkan pada wahyu Allah yang
merupakan sumber kebenaran (Alkitab). Sebab segala sesuatu yang dijelaskan oleh Alkitab
adalah suatu kebenaran mutlak, yang tidak mungkin dibantah oleh pikiran-pikiran manusia
atau sains itu sendiri. Alkitab bukan hanya berisi tentang etika, yaitu bagiamana harus
bermoral, bersikap, tetapi juga buku ilmiah yang lebih tinggi dari hasil penelitian para
ilmuwan kaliber dunia.

4. Iman itu memberi pengetahuan

“Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang
berpengertian memperoleh bahan pertimbangan” (Ams. 1:5). Dalam hal ini, Allah sebenarnya
menghendaki manusia untuk terus mengembangkan diri, menambah ilmu dan pengertian.
Sebagai orang Kristen tetap menerima segala kemajuan teknologi yang ada dengan dasar
Iman Kristen, yaitu takut akan Tuhan. Hal ini berarti bahwa tidak perlu menjauhi teknologi
tapi justru terus mengembangkannya menjadi lebih baik lagi. Sebab Tuhan sendiri yang
memberikan pengertian dan pengetahuan, keahlian, dalam berbagai pekerjaan kepada
seseorang (Kel. 35:31). Sebagai mitra Allah maka manusia diberi kemampuan untuk
mengetahui namun tetap dalam rasa hormat dan tunduk terhadap otoritas Allah Sang Pencipta
(Ams.1:7). Iman Kristen memberikan dasar kepada kita untuk menerima perkembangan
teknologi yang ada dalam iman Kristen yang menjadi dasar adalah Tuhan (Allah adalah
arsitek).
Dengan demikian, ada beberapa hal yang perlu orang Kristen lakukan dalam penggunaan
teknologi yang sesuai dengan iman Kristen, yaitu:

- Pertama Allah adalah sumber pengetahuan (Ams. 1:7) "Takut akan TUHAN adalah
permulaan pengetahuan”. Dalam hal ini, pengetahuan itu berasal atau bersumber dari Tuhan
dan sikap diri yang takut akan Tuhan akan menghasilkan pengetahuan yang benar serta dapat
menggunakan pengetahuan tersebut dengan bijak untuk mengabdi kepada Tuhan dan
kebaikan bagi sesama. Dengan demikian, pengetahuan tersebut berasal dari Allah, maka
teknologi memiliki keterbatasan. Artinya seluruh ciptaan Allah atau yang berasal dari Allah
memiliki keterbatasan, hanya Allah sendirilah yang sempurna dan tidak terbatas. Secanggih
apa pun teknologi yang terus berkembang, dan hebatnya teknologi yang ada sekarang ini,
tetap saja tidak dapat membuktikan keberadaan Allah. Keberadaan Allah dan kehadiran-Nya
dalam diri orang percaya hanya dapat dipahami dengan iman.

- Kedua sebagai orang Kristen harus dapat menguasai teknologi dan bukan dikuasai oleh
teknologi (1 Kor. 6:12). "Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala
sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak akan membiarkan diriku diperhamba oleh suatu
apapun." Dalam hal ini, teknologi hasil dari akal budi manusia diizinkan digunakan untuk
mengupayakan kebaikan dan kesejahteraan hidup manusia. Akan tetapi, ketika teknologi yang
merupakan hasil dari akal budi manusia yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia itu
telah digunakan untuk menentang hukum Tuhan, maka manusia akan kembali menjadi budak
dosa. Allah tentunya akan memberikan hukuman kepada manusia yang telah menjadi budak
dosa dengan membuat teknologi sebagai "allah", yang karenanya manusia telah diperhamba.
Seperti halnya Allah mengacaukan upaya orang-orang Babel yang membangun kota dan
mendirikan menara dengan motivasi untuk mencari nama dan melawan Allah.

B. Perbedaan Alkitab dengan Ilmu Pengetahuan Modern

Perbedaan pendapat tentang penciptaan alam semesta merupakan suatu isu yang selalu
hangat dibicarakan. Di satu sisi pandangan Kreasionisme (perspektif Teologia) mengatakan
alam semesta diciptakan langsung oleh Allah; sementara di sisi lain pandangan evolusionisme
(perspektif sains) memandangnya sebagai kebetulan atau alami. Akhirnya isu ini melahirkan
dua wawasan dunia yang saling berhadapan satu dengan yang lain. Buku-buku yang ditulis
oleh pendukung kreasionisme telah berusaha memukul pendapat kubu evolusionisme;
sementara buku-buku yang ditulis oleh evolusionisme telah berusaha meniadakan konsep-
konsep kreasionisme.

Masalah terbesar dari evolusi (Ilmu pengetahuan modern) adalah ajarannya


bertentangan dengan ajaran pembuka dari Alkitab (yakni kitab Kejadian). Dalam sejarah
gereja, banyak orang percaya meyakini keaslian peristiwa-peristiwa sejarah yang tercatat
dalam Alkitab.

Misalnya pandangan Darwin langsung menantang keyakinan Kristen tradisional.


Pertama, tantangan untuk pembacaan harfiah Alkitab: proses evolusi yang lambat dan gradual
tidak dapat didamaikan dengan kisah penciptaan ilahi dalam tujuh hari (Kejadian 1). Kedua,
tantangan langsung terhadap martabat manusia: secara tradisional kekristenan memandang
manusia berbeda dengan makhluk lain secara fundamental karena jiwa mereka abadi, karena
mereka diciptakan ”dalam citra Allah” dan karena perbedaaan rasionalitas manusia yang unik.
Ketiga, tantangan terhadap desain dan tujuan ilahi: Darwin berhasil menunjukkan bahwa
adaptasi dapat dijelaskan dengan proses variasi dan seleksi alam yang berjalan tanpa sosok
tertentu. Keempat, tantangan terhadap gagasan Kristen tentang Allah: teori evolusi melalui
seleksi alam akan memusnahkan setiap pembedaan sederhana dan mudah tentang apa itu
”natural” dan ”apa itu super natural”.

Beberapa alasan lainnya menolak teori evolusi Darwin adalah bahwa (1) Alkitab
bukanlah buku teks ilmiah dan tujuannya bukan untuk memperlihatkan kebenaran-kebenaran
ilmiah, melainkan menyatakan kehendak dan maksud Allah bagi manusia; (2) bumi berumur
6000 tahun; (3) Kejadian 1 adalah karya sastra yang agung dimana ilmu pengetahuan tidak
dapat menumbangkannya; (4) teori evolusi tidak membuktikan apapun terhadap kebenaran-
kebenaran Alkitab.

Latar belakang klaim bahwa umur bumi adalah 4,5 miliar tahun bahkan lebih (dengan
adanya teori big bang) semata-mata didasarkan pada keperluan teori evolusi. Dengan alasan
yang sama, umur alam semesta diakui relatif lebih tua sesuai penetapan dari umur bumi
sebelumnya.
Stephen W. Hawking, seorang fisikawan modern yang terkenal, tidak ragu-ragu untuk
mengakui tujuan sebenarnya dari pemikiran para evolusionis. Hawking menjawab pertanyaan,
“Mengapa Bing Bang terjadi sepuluh miliar tahun lalu?” dengan sebuah jawaban, “Waktu
selama itu (miliaran tahun) diperlukan untuk proses evolusi supaya bisa menghasilkan sebuah
makhluk yang cerdas.”

John D. Morris mengatakan bahwa evolusionisme tidak lain adalah sebuah wawasan
dunia yang sesuai dengan atheisme, sebuah “agama” naturalisme yang merupakan antitesis
dari supernaturalisme. Mengapa pendukung evolusi tetap yakin berpegang pada ajarannya?
Beberapa alasan dikemukakan, antara lain: karena kreasionisme tidak menawarkan penjelasan
tentang adaptasi. Ketika setiap spesies diciptakan, setiap spesis itu pastilah telah dilengkapi
dengan kemampuan adaptasi bagi hidupnya, karena teori kreasionisme meyakini bahwa
semua spesies telah memiliki bentuk yang tetap setelah mereka diciptakan. Bahkan salah satu
versi kreasionisme dengan terang-terangan menyebut bahwa kemampuan adaptasi makhluk
hidup itu merupakan tindakan yang jenius dari Allah.12

Sebagaimana Ridley berargumentasi bahwa Alkitab tidak sanggup memberi penjelasan


tentang asal terjadinya adaptasi, melainkan hanya mendorong masalah satu tahap ke belakang.
Tanpa teori adaptasi dari Darwin, teori apapun tentang asal makhluk hidup tidak bisa dimulai.
Bagi penganut evolusionisme, makhluk hidup telah didesain dengan baik dalam banyak hal
bagi hidup mereka dalam lingkungan alamnya. Mereka memiliki sistim sensor untuk
menemukan cara hidup sesuai lingkungan, sistim makan dan mencerna untuk menangkap dan
mencernakan makanan, dan sistim saraf untuk mengkoordinasikan tindakan-tindakan mereka.
Teori evolusi ini mempunyai mekanisme dan teori ilmu bagi adaptasi, yakni seleksi alam.13

Menurut evolusionisme, paling tidak ada lima bukti yang konsisten mendukung teori
evolusi: 1) Penentuan umur berdasarkan Radiometrik mengindikasikan bahwa bumi ini lebih
tua dari 4 milyar tahun. 2) Penempatan fosil-fosil konsisten dengan teori evolusi dan
pemeriksaan radiometrik. 3) Teori evolusi menjelaskan kemunculan umum dari struktur fisik
yang sama dari organisme-organisme yang berbeda. 4) Teori evolusi konsisten dengan variasi
yang ditemukan dalam DNA, RNA, dan urutan protein dari organisme yang beragam. 5)
Demonstrasi Eksperimental dari dapat dikerjakan baik dalam laboratorium, maupun di alam.
C. Etika dan Teknologi
1. Pengertian teknik dan teknologi

Perkataan teknik berasal dari kata Yunani techne yang berarti kecakapan, keterampilan baik
dalam lapangan seni maupun dalam pekerjaan tangan. Teknik (modern) diartikan juga dengan
setiap kegiatan manusia yang terarah kepada pembuatan alat untuk memecahkan perintang –
perintang jasmani manusia dalam usahanya mencapai tujuan tertentu. Jadi, teknik dapat diartikan
sebagai berikut: teknik adalah kerja, teknik adalah kebudayaan dan teknik adalah keterampilan.

2. Mengapa ada Teknik

Teknik ada karena merupakan dorongan yang ada dalam hidup oleh karena adanya masalah
dan hambatan ataupun tantangan dalam kehidupan manusia itu. Inilah yang membedakan
manusai dengan ciptaan yang lain. Karena kepada manusia diberi akal budi yang merupakan
bagian dari gambar dan rupa Allah.

3. Untuk apa teknik

Teknik diperlukan untuk menjawab dan mengatasi masalah, hambatan bagi kebutuhan
manusia ataupun untuk menggenapi apa yang menjadi perintah Tuhan dalam Kejadian 1:26–28.
Dengan kata lain, teknik adalah untuk memenuhi tugas dan tanggung jawab manusia sebagai
ciptaan yang diberi mandate oleh Tuhan untuk bertanggung jawab atas ciptaan yang lain.

Jadi, etika Kristen dengan teknologi dapat diartikan sebagai ekspresi hidup manusia dalam
memenuhi mandate kultural. Hal ini juga menggenapi tugas dan tanggung jawab yaitu untuk
pemeliharaan kesejahteraan umat manusia dan ciptaan Tuhan lainnya.

D. Krisis Nilai Pada Penggunaan dan Pengembangan IPTEK dan Seni


1. Krisis nilai dalam pengembangan ilmu pengetahuan

Gejala krisis nilai pada ilmu pengetahuan disebabkan karena ilmu pengetahuan dijadikan
bukan lagi sebagai alat melainkan sebagai tujuan. Salah satu pendewa ilmu pengetahuan ialah
tokoh atheism yang bernama E. Nietzsche yang mengatakan, bahwa iman Kristen adalah
lambang pemutarbalikkan nilai – nilai kebudayaan, sebab menurut dia iman Kristen berarti
penolakan terhadap yang alami.
Harus ditegaskan bahwa iman Kristen tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Justru
iman Kristen memberi arahan atau tuntunan sehingga ilmu pengetahuan dapat bermanfaat bagi
umat manusia. Yang penting adalah berpegang pada Firman Tuhan! Karena takut akan Tuhan
adalah permulaan pengetahuan (Amsal 1:7a). Oleh karena itu, iman Kristen menerima ilmu
pengetahuan sebagai kasih karunia dan sebagai alat memuji Tuhan.

2. Krisis nilai dalam pengertian teknologi

Hakekat teknologi merupakan suatu kecakapan dan kemampuan untuk menguasai aspek –
aspek kehidupan. Satu segi yang sangat berharga dan bernilai bagi kebudayaan manusia. Teknik
adalah pemberian Tuhan yang menjadi berkat bagi manusia, jika dipergunakan untuk berjuang
melawan kelaparan, kemiskinan, penderitaan, penyakit dan lain – lain. Namun teknologi juga
dapat menimbulkan dampak negative, yaitu penebangan hutan secara besar – besaran,
penangkapan ikan dilaut dengan peralatan modern dan lain sebagainya. Sifat manusai yang tidak
bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi inilah yang menjadikan krisis nilai dalam
kehidupan manusia teknologi yang modern.

Sebagai orang Kristen, kita harus mengarahkan hasil teknologi untuk kesejahteraan manusia
dan untuk kemuliaan Tuhan. Dalam kitab 1 Korintus 10:31 mengatakan, “Jika engkau makan
atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu
untuk kemuliaan Allah”.

3. Krisis nilai dalam pengembangan kesenian

Kesenian adalah penghayatan dan pengungkapan keindahan yang mengharukan. Sebagai


contoh dalam memahami krisis nilai pada bidang kesenian yaitu:

 Seni Drama

Krisis dalam seni drama terjadi ketika mempergunakan seni drama untuk perbuatan
terselubung yang merupakan kemerosotan moral. Sering lakon dan adegan yang tak sononoh,
bahkan seni itu dipakai sebagai upaya memprovokasi juga memberi pengajaran bagi tindak
kejahatan. Demikian juga dengan dunia per-film-an.

 Seni Musik
Krisis dalam seni musik terjadi jika seni music disalahgunakan. Penyalahgunaan dalam seni
musik, seperti menggunakan music tradisional untuk penyembahan arwah nenek moyang.

 Seni Rupa

Krisis pada seni rupa ataupun pahat ini adalah orang bisa jatuh pada pendewaan hasil seni
rupa atau memakainya untuk pemujaan terhadap berhala. Seni rupa dan seni pahat adalah karya
manusia, jadi bukan untuk diberhalakan atau disembah. Dalam Keluaran 20:4, mengatakan
“Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit diatas, atau yang
ada di bumi dibawah, atau yang ada didalam air dibawah bumi.” Bandingkan juga dengan Roma
1:23, yang mengatakan “Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan
gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung – burung, binatang – binatang yang
berkaki empat atau binatang – binatang yang menjalar”.

E. Humaniora Dalam Iman Kristen

Humaniora adalah ilmu penddika yang dianggap berarti untuk menciptakan manusia
Indonesia seutuhnya dengan kata lain memanusiawikan manusia Indonesia. Pendidikan
humaniora di Indonesia akan dilakukan melalui pelajaran sastra klasik, sejarah perjuangan
bangsa Indonesia, pendidkan moral pancasila dan agama.

Dalam terang iman Kristen, humaniora tidak bertentangan dengan teologia. Karena teologia
juga membicarakan tentang sastra, sejarah, moral dan tanggung jawab sebagai warga Negara.
Humanioran akan terpenuhi di dalam terang iman Kristen di dalam Yesus Kristus dimana
kemanusiaan yang rusak dipulihkan (Roma 5:12–21). Di dalam Yesus kita menjadi manusia baru
(! Korintus 5:17, Efesus 2:10) dan telah diciptakan kembali menurut kehendak Allah di dalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4: 23–24).

Iman Kristen memandang kemanusiaan sebagai gambar Allah dan sebagai pengalaman
kehidupan Kristus. Teologia tidak sebagian dari humaniora, melainkan humaniora adalah sebagai
bagian teologia. Dalam Yesus Kristus, tujuan humaniora telah terwujud. Iman Kristen dapat
menerima ilmu. Ilmu yang termasuk pada kelompok Humaniora, yaitu filsafat, sejarah, bahasa,
kesusastraan dan kesenian. Namun semua ilmu humaniora itu tidak akan sempurna jika tidak
dengan teologia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Iman dan akal budi adalah aspek yang tidak bertentangan, oleh karena iman adalah satu
keyakinan terhadap sesuatu yang tidakbisa dijangkau oleh rasio (irrasional). Dan akal budi
adalah suatu bagian dari manusia yang diciptakan Tuhan untuk meneliti, menguraikan,
menganalisa segala sesuatu yang bisa dilogikakan. Sehingga pada saat akal berhadapan
dengan yang bersifat metafisik, maka itu bukan berarti tidak ada, atau bukan kebenaran.
Seperti Allah yang tidak mungkin dimengerti oleh rasio karena rasio terbatas adanya.
Disinilah kelemahan sains karena hanya bersifaf hipotesa, asumsi belaka.
Oleh karena kebenaran-kebenaran yang dirumuskan dalam sains adalah berisi elemen
presaposisi-presaposisi atau asumsi, sehingga tidak ada kemutlakan pada sains. Iman
kekristenan adalah iman rasional, bukan iman yang tidak beralasan atau iman buta-buta,
tetapiimanyang didasarkan pada wahyu Allahyang merupakansumber kebenaran (Alkitab).
Sebab segala sesuatu yang dijelaskan oleh Alkitab adalah suatu kebenaran mutlak, yang tidak
mungkindibantah olehpikiran-pikiranmanusia atau sains ifu sendiri. Alkitab bukan hanya
berisi tentang etika, yaitu bagiamana harus bermoral, bersikap, tetapi juga buku ilmiah yang
lebih tioggi dari hasil penelitian para ilmuwan kali-ber dunia. Ini terbukti dengan
apayangdikatakan Alkitab tentang penciptaan dunia, di mana hasil dari penelitian sains yang
benar, betul-betul mendukung kebenaran Alkitab. Dan akhirnya, "Sebab segala sesuatu adalah
dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanyal"
(Rm. 11:36).

Anda mungkin juga menyukai