Anda di halaman 1dari 13

KEPEMIMPINAN SITUSIONAL

OLEH : KELOMPOK VI

NAMA : ROMA SERUHMA WARUWU


NIM : 182119039
SEMESTER : VI (ENAM)
FAKULTAS : FPIPS
PRODI : PPKn
KELAS :B
MATA KULIAH : KEPEMIMPINAN

DOSEN PENGAMPU :

ADRIANUS BAWAMENEWI, S.H., M.H

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
(FPIPS) PRODI PENDIDIKAN PANCASILA
DAN KEWARGANEGARAAN
T. A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Metode Penelitian Pendidikan ini
tepat pada waktunya, Dalam tulisan ini penulis akan memaparkan sebuah yang berjudul
“Kepemimpinan Situsional” Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu
mata kuliah yang telah mengajari penulis dan memeberi arahan tentang penulisan makalah
ini.

Penulis meyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dari berbentuk
kepemimpinan yang dibuat ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar menjadi acuan yang lebih baik bagi penulis untuk
selanjutnya.

Gunungsitoli, april 2021


Oleh,

(Kelompok VI)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................I
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................i
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. Pengertian Kepemimpinan Situsional.........................................................3
B. Teori Kepemimpinan Situsional..................................................................6
 Mengarahkan.............................................................................................8
 Mendelegasikan.........................................................................................8
 Berpartisipasi ............................................................................................8
C. Konsep Maturitas Bawahan/Pengikut.........................................................9
 Gaya Intruksi.............................................................................................10
 Gaya Konsultasi.........................................................................................10
 Gaya Partisipasi.........................................................................................10
 Gaya Delegasi............................................................................................10

BAB III PENUTUP..................................................................................................12


A. Simpulan........................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan suatu aspek yang terpenting dalam suatu organisasi.
Menurut Rauch & Behling kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi
aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut H.
Koontz dan C. Donnel mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi
orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum. Dari pengertian dari
kepemimpinan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan proses
mempengaruhi dan mengajak orang lain untuk mencapai tujuan.
Dari berbagai pengertian tentang kepemimpinan di atas, maka perlu diketahui pula
teori-teori kepemimpinan dalam organisasi. Ada beberapa teori kepemimpinan, namun
yang akan penyusun bahas dalam makalah ini adalah teori kepemimpinan situasional.
Berbicara tentang kepemimpinan, maka tidak bisa dilepaskan dari teori-teori
kepemimpinan itu sendiri. Salah satu teori kepemimpinan yang dimaksud adalah teori
situasional. Teori situasional ini merupakan pembawaan seorang pemimpin yang harus
dimiliki tergantung pada situasi yang dihadapi.
Dari latar belakang di atas, maka penyusun bermaksud untuk membahas teori
kepemimpinan situasional berikut. Pembahasan ini akan dirincikan dalam rumusan
masalah.
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut:
1.   Bagaimana konsep kepemimpinan situasional.
2.   Bagaimana implementasi teori situasional dalam kepemimpinan pendidikan.
C.   Tujuan
Berdasarkan dari uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan masalah masalah sebagai
berikut:
1.    Menjelaskan konsep kepemimpinan situasional.
2.    Menjelaskan implementasi teori situasional dalam kepemimpinan pendidikan .
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Kepemimpinan Situasional
kepemimpinan situasional adalah leadership style (gaya kepemimpinan) yang
digunakan seorang leader yang berbeda-beda, disesuaikan dengan tingkat perkembangan
para pengikutnya atau follower readiness. Kepemimpinan yang efektif bergantung sesuai
situasi dan kondisi Teori kepemimpinan situasional merupakan pengembangan lanjutan
dari teori kepemimpinan trait dan behavior yang dianggap gagal menjelaskan model
kepemimpinan yang terbaik untuk berbagai situasi. Pendekatan situasional atau
pendekatan kontingensi merupakan suatu teori yang berusaha mencari jalan tengah
antara pandangan yang mengatakan adanya asas-asas organisasi dan manajemen yang
bersifat universal, dan pandangan yang berpendapat bahwa tiap organisasi adalah unik
dan memiliki situasi yang berbeda-beda sehingga harus dihadapi dengan gaya
kepemimpinan tertentu.
Menurut Path-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas
pemimpin adalah karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan internal
organisasi seperti misalnya peraturan dan prosedur yang ada.  Fielder mengemukakan 3
dimensi variabel situasional yang mempengaruhi gaya kepemimpinan, yaitu:
a. Hubungan pemimpin dengan bawahan (anggota) (Leaser-Member  Relations), sejau
h mana pimpinan diterima oleh anggotanya.
b.  Posisi kekuasaan atau kekuatan posisi (Position Power), kekuasaan dari organisasi,
artinya sejauhmana pemimpin mendapatkan kepatuhan dari bawahannya dengan
menggunakan kekuasaan yang bersumber dari organisasi secara formal (bukan
kekuasaan yang berasal dari kharisma atau keahlian). Pemimpin yang memiliki
kekuasaan yang jelas (kuat) dari organisasi akan lebih mendapatkan kepatuhan dari
bawahannya.
c. Struktur Tugas (Task Structure), Kejelasan tugas dan tanggung jawab setiap orang
dalam organisasi. Apabila tatanan tugas cukup jelas, maka prestasi setiap orang yang
ada dalam organisasi lebih mudah dikiontrol dan tanggung jawab setiap orang lebih
pasti.
Menurut Hersey dan Blanchard, kepemimpinan situasional pada dasarnya merupakan
perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi dimana
proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Gaya Kepemimpinan Situasional Sedangkan
menurut Harsey & Blanchard mengembangkan model kepemimpinan situasional efektif
dengan memadukan tingkat kematangan bawahan dengan pola perilaku yang dimiliki
pimpinannya. Ada empat tingkat kematangan bawahan dan empat gaya yang efektif
diterapkan sebagaimana yang terlihat dalam tabel berikut:
a. Tingkat kematangan bawahan
 Bawahan tidak mampu dan tidak mau ada keyakinan
 Bawahan tidak mampu tetapi memiliki kemauan dan tidak yakin
 Bawahan mampu dan memiliki kemauan dan keyakinan untuk enyelesaikan
tugas
b. Gaya yang efektif untuk diterapkan
 Pemimpin memberi instruksi dan mengawasi pelaksanaan tugas dan kinerja
bawahanya
 Pemimpin menjelaskan keputusanya dan membuka kesempatan untuk
bertanya jika kurang jelas
 Pemimpin memberi kesempatan untuk menyampaikan ide-ide sebagai dasar
pengambilan keputusan
 Pemimpin melimpahkan keputusan dan pelaksanaan tugas kepada
bawahannya.
Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin
yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan antara atasan dan bawahan.

B.  Teori Kepemimpinan Situsional


Teori kepemimpinan situasional  adalah teori kepemimpinan yang dikembangkan
oleh Paul Hersey, penulis buku Situational Leader. Dan Ken Blanchard, pakar dan
penulis The Minute Manager, yang kemudian menulis pula buku Management of
Organizational Behavior (skarang sudah terbit dalam edisi yang ke-9). Teori ini pada
awalnya diintrodusir sebagai “Life Cycle Theory of Leadership ”. Sampai kemudian pada
pertengahan 1970an “Life Cycle Theory of Leadership” berganti dengan sebutan
“Situational Leadership Theory“. Di akhir 1970an dan awal 1980an, masing-masing
penulis mengembangkan teori kepemimpinannya sendiri-sendiri. Hersey
mengembangkan Situational Leadership Model dan Blancard mengembangkan Situational
Leadership Model II.
Definisi kepemimpinan situasional adalah “a leadership contingency theory that focuses
on followers readiness/maturity”. Inti dari teori kepemimpinan situational adalah bahwa
gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda, tergantung dari tingkat
kesiapan para pengikutnya. Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional
adalah tentang tidak adanya gaya kepemimpinan yang terbaik. Kepemimpinan yang efektif
adalah bergantung pada relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin yang sukses selalu
mengadaptasi gaya kepemimpinan yang tepat.
Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu dan
kelompok tapi bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan
secara keseluruhan.   Jadi pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada fenomena
kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik.
Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan
gayanya terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional
bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau
kelompok sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan.
Hersey dan Blanchard terus bersepakat dengan teori aslinya hingga 1977. Ketika
mereka sepakat untuk menjalankan pemahaman masing-masing pada akhir 1970-an,
Hersey merubah nama dari kepemimpinan situasional menjadi teori kepemimpinan
situasional dan Blanchard menawarkan Teori Kepemimpinan Situasional sebagai
Pendekatan Situasional untuk Mengelola Orang. Blanchard dan rekan-rekannya terus
merevisi pendekatan situasional untuk mengelola orang, dan pada tahun 1985
diperkenalkan Kepemimpinan Situasional II (SLII). Pada tahun 1979, Ken Blanchard
mendirikan Blanchard Training & Development Inc, (kemudian menjadi The Ken
Blanchard Companies) bersama-sama dengan istrinya Margie Blanchard dan dewan
pendiri. Seiring waktu, kelompok ini membuat perubahan konsep dari teori kepemimpinan
situasional awal pada beberapa bidang utama, termasuk penelitian dasar, gaya
kepemimpinan, dan kontinum tingkat perkembangan individu.
Model penelitian kepemimpinan situasional II (SLII) mengakui penelitian yang ada
dari teori kepemimpinan situasional dan merevisi konsep berdasarkan umpan balik dari
klien, manajer, dan karya peneliti terkemuka pada bidang pengembangan kelompok.
Menurut Hersey dan Blanchard, ada empat gaya dasar yang terkait dengan teori
kepemimpinan situasional. Melansir Cleverism, keempatnya adalah:
 Mengarahkan/telling (S1): Pemimpin memberi tahu bawahan apa yang harus
dilakukan, kemudian menjelaskan bagaimana cara melakukannya. Tahap ini mirip
dengan gaya kepemimpinan otokratis.
 Menjual/selling (S2): Pemimpin bertujuan ‘menjual’ ide dan pesan kepada bawahan
untuk membuat mereka paham dan ikut serta dalam proses dan tugas. Tahap ini
melibatkan supervisi serta diskusi proaktif antara pemimpin dan bawahan.
 Berpartisipasi/participating (S3): Tahap ini menggunakan pendekatan demokratis
yang memungkinkan pemimpin memberi lebih banyak kelonggaran bagi bawahannya.
Pemimpin masih mengarahkan di beberapa area. Akan tetapi, bawahan berperan aktif
untuk membuat keputusan dan menentukan cara menyelesaikan tugas.
 Mendelegasikan/delegating (S4): Ini adalah tahap terakhir di mana pemimpin
sepenuhnya “lepas tangan” terhadap cara kerja bawahan. Dalam artian, pemimpin
sudah tidak lagi terlibat dalam proses pembuatan keputusan karyawan.
Namun agar teori kepemimpinan situasional berjalan efektif, Blanchard dan Hersey
menyarankan pemimpin lebih dulu mengidentifikasi tingkat kesiapan anggota tim
terhadap peran serta tugasnya dalam organisasi.
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri
kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi
kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan
faktor ruang dan waktu. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya
kepemimpinan tertentu adalah sebagai berikut:

1.  Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas


2.  Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
3.  Norma yang dianut kelompok
4.  Ancaman dari luar organisasi
5.  Tingkat stres
6.  Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Untuk mencapai suatu keberhasilan kepemimpinan dalam organisasi termasuk dunia
pendidikan, pemimpin memerlukan gaya kepemimpinan untuk mempengaruhi
bawahannya. Gaya kepemimpinan dapat dikaji dalam beberapa pendekatan, salah satunya
adalah pendekatan situasional. Pendekatan ini menitikberatkan pada berbagai gaya
kepemimpinan yang paling efektif diterapkan dalam situasi tertentu.
Menurut Fread Fielder, kepemimpinan yang berhasil bergantung kepada penerapan
gaya kepemimpinan terhadap situasi tertentu. Hal ini berarti keberhasilan suatu
kepemimpinan dalam organisasi apapun termasuk pendidikan tergantung dari
pemimpinnya dalam memahami keadaan atau situasi yang berbeda-beda yang
dihadapinya.
Model kepemimpinan situasi ini muncul karena model-model kepemimpinan
sebelumnya tidak bisa memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan yang muncul
dalam kepemimpinan. Dari hasil penelaahann para pakar, bahwa model kepemimpinan
situasional mengandung pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
1.   Di mana pemimpin itu berada melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor
situasional, yaitu jenis pekerjaan, lingkungan organisasi, karakteristik individu yang
terlibat dalam organisasi.
2.      Perilaku kepemimpinan yang paling efektif ialah perilaku kepemimpinan yang
disesuaikan dengan tingkat kematangan bawahan.
3.      Pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang selalu membantu bawahan dalam
pengembangan dirinya dari tidak matang menjadi matang.
4.      Perilaku kepemimpinan cenderung berbeda-beda dari satu situasi ke situasi lain.
Oleh sebab itu, dalam kepemimpinan situasi penting bagi setiap pemimpin untuk
mengadakan diagnosis dengan baik terhadap situasi.
5.      Pola perilaku kepemimpinan berbeda-beda sesuai dengan situasi yang ada.
Kepemimpinan situasi merupakan perkembangan terakhir daripada kepemimpinan
model kontingensi atau Fieler yang dikembangkan oleh Paul Hersey dan Kenneth
Blannchard yang semula disebut Life Cicle Monday.

C. Konsep Maturitas Bawahan/Pengikut


Menurut Hersey dan Blanchard kematangan bawahan adalah kemampuan dan
kemauan pegawai dalam memikul tugas pekerjaan yang menjadi wewenang dan
ditanggung jawabkan untuk mengarahkan perilakunya sendiri.
Konsepsi ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya
kepemimpinan yang efektif dan tingkat kematangan para pengikutnya. Dengan demikian,
walaupun terdapat banyak variabel-variabel situasional yang penting lainnya seperti:
organisasi, tugas-tugas pekerjaan, pengawas dan waktu kerja, akan tetapi penekanan dalam
kepemimpinan situasional ini hanyalah pada perilaku pemimpin dan bawahannya saja
Perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk  mengetahui kepemimpinan
situasional. Intinya bahwa pendekatan situasional menyarankan bahwa perilaku pemimpin
yang efektif harus:

1. Selalu memperhatikan situasi yang dihadapi.


2. Memperlakukan bawahan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu
unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior).  Dari
dua unsur tersebut gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan atau dikombinasi dari
kedua perilaku utama dari pemimpin yang kemudian menghasilkan empat gaya dasar
kepemimpinan. Keempat gaya kepemimpinan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Gaya Intruksi
Seorang pemimpin dengan gaya intruksi menunjukkan perilaku yang banyak
memberikan pengarahan (dalam perilaku tugas) dan sedikit dukungan (dalam perilaku
hubungan). Pimpinan memberikan intruksi yang spesifik tentang peranan dan tujuan
para pengikutnya, dan secara ketat mengawasi pelaksanaan tugas mereka dan dicirikan
dengan komunikasi satu arah. Inisiatif pemecah masalah dan pembuatan keputusan
semata-mata dilakukan oleh pemimpin. Pemimpin memberikan batasan peranan
pengikut dan memberitahukan mereka tentang apa, bagaimana, bilamana dan dimana
melaksanakan tugas.
b. Gaya Konsultasi
Seorang pemimpin dengan gaya konsultasi menunjukkan perilaku yang
banyak mengarahkan dan banyak memberikan dukungan. Pemimpin dengan gaya ini
mau menjelaskan keputusan dan kebijaksanaan yang diambil dan mau menerima
pendapat dari pengikutnya, tetapi pemimpin masih harus tetap terus memberikan
pengawasan dalam menyelesaikan tugas-tugas pengikutnya atau bawahannya serta
pengambilan keputusan tetap pada pemimpin. Telah melakukan komunikasi dua arah
antara pemimpin dan bawahan.
c. Gaya Partisipasi
Pemimpin dengan gaya partisipasi menekankan pada banyak memberikan
dukungan dan sedikit dalam pengarahan. Pemimpin menyusun keputusan bersama-
sama dengan para bawahan saling tukar-menukar ide/gagasan dan mendukung usaha-
usaha mereka dalam menyelesaikan tugas. Posisi kontrol atas pemecahan masalah dan
pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Komunikasi dua arah ditingkatkan
dan peranan pemimpin secara aktif mendengarkan. Hal ini wajar karena
bawahan/pengikut telah memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas.
d. Gaya Delegasi
Pemimpin dengan gaya delegasi memberikan sedikit dukungan dan sedikit
pengarahan. Pemimpin dengan gaya ini mendelegasikan secara keseluruhan keputusan-
keputusan dan tanggung jawab pelaksanaan tugas kepada bawahannya. Sehingga
bawahannyalah yang memiliki kontrol untuk memutuskan tentang bagaimana cara
pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk
melaksanakan petunjuk mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan
keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri.
Hal ini berarti dalam memilih pemimpin terutama dalam kepemimpinan
pendidikan harus diberikan kepada orang yang betul-betul bisa menjalankan amanatnya
dan bisa melihat situasi dan kondisi serta bisa berbuat adil bagi bawahannya sesuai
dengan pendekatan teori dan gaya kepemimpinan situasional
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan di atas, maka penyusun dapat mengemukakan beberapa
simpulan sebagai berikut: Gaya kepemimpinan situasional pemimpin dituntut untuk
selalu siap untuk menjadi pembimbing bawahannya dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya,   Penerapan teori kepemimpinan situasional dalam kepemimpinan
pendidikan Islam harus sejalan dengan ayat.

B.      Saran
Semoga dengan hadirnya makalah ini bisa menambah khazanah keilmuan
kita. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna, maka dari itu sangat diperlukan adanya kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca.
 
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Eko Maulana. Kepemimpinan Integratif dalam Konteks Good Governance. Cet. I;


Jakarta: Multicerdas Publishing, 2013
Danim, Sudarwan. Kepemimpinan Pendidikan. Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2012
Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Departemen Agama RI,
1971 Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Ed. I, Cet. VII; Jakarta: Rajawali
Pers, 2010

Anda mungkin juga menyukai