Mengtakan bahwa Filsafat adalah sebagai ilmu kritis yang diartikan sebagai interpretasi atau evaluasi
terhadap apa yang penting atau apa yang berarti dalam kehidupan.
Mengatakan bahwa filsafat adalah sebagai ilmu yang berkaitan dengan metodologi atau analisis
bahasa secara logis dan analisis makna-makna.
Mengatakan bahwa filsafat adalah hasil kegiatan berpikir yang radikal, sistematis, universal. Yang
artinya permasalahan yang dikaji,pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan bersifat
mendalam sampai ke akar-akarnya untuk mencari kejelasan makna dan hakikatnya.
2. Kesimpulan dari tiga definisi pendapat para ahli menurut saya adalah Filsafat merupakan kegiatan
berpikir yang khas, yaitu radikal ,sistematis dan universal untuk mencari kearifan,kebenaran yang
sesungguhnya dari segala sesuatu yang berarti berpikir merangkum tentang pokok-pokok atau dasar-
dasar dari hal yang ditelaahnya.
B. TAFSIR (2010 : 5)
Mengatakan bahwa Filsafat Pendidikan adalah penerapan yang berusaha untuk memahami
pendidikan secara lebih mendalam,menafsirkannya dengan menggunakan konsep-konsep umum yang
dapat menjadi petunjuk atau arah bagi tujuan-tujuan dan kebijakan penididikan.
C. KNELLER (1971 : 5)
Mengatakan bahwa Filsafat Pendidikan adalah filsafat yang bersandar pada filsafat umum atau
filsafat formal,dimana masalah-masalah pendidikan juga merupakan bagian dari cara berpikir filsafat
umum.
Berpendapat bahwa filsafat pendidikan adalah penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang
pengalaman manusia yang disebutkan pendidikan.
Dari ketiga pendapat para ahli mengenai definisi filsafat pendidikan diatas kesimpulan saya adalah
bahwa Filsafat Pendidikan adalah penerapan konsep keyakinan-keyakinan secara lebih mendalam dalam
menfsirkan dan menggunakan konsep umum dalam praktik pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Suseno, Franz Magins. 1987. Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Pendidikan.
Yogyakarta: Kanisius.
Jamaluddin & Abdullah Idi. (1997). Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Imam Barnadib. (1996). Filsafat Pendidikan – Sistem dan Metode. Yogyakarta: AndiOffset.
Kattsoff, Louis O.1987. Pengantar filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana. Penerjemah: Soejono
Soemargono.
Soal :
1. Buatlah bagan (peta konsep) Filsafat Pendidikan sebagai suatu system!
2. Deskripsikan keterkaitan antara sub-sub system yang terdapat pada soal No.1
3. Rancanglah suatu Bagan sederhana menurut Saudara dengan alasan berdasarkan TeoriTeori
Pendidikan.
4. Jelaskan hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan?
5. Kemukakan unsur-unsur filsafat yang melekat pada Pendidikan?
6. Diskripsikan mengapa manusia perlu berfilsafat?
7. Sebutkan beberapa persoalan yag harus dijawab dalam filsafat.
Jawaban
1.
2. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja serta penuh
tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya
agar anak tersebut mencapai kedewasaan. bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokraris serta bertanggung
jawab.Untuk mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan
nasional . Pendidikan itu adalah mengutamakan perkembangan aspek aspek spritual dan kerohanian
pada peserta didik. pendidikan bila dikembangkan secara proporsional akan sangat memadai dalam
mengisi fundasi-fundasi ilmu pendidikan, sebagai bagian utama dalam ilmu pendidikan umumnya
3.
B.Hubungan filsafat dan fisafat pendidikan secara umum dan dirumuskan sebagai berikut:
Unsur-unsur yang melekat filsafat pendidikan ada tiga yang utama, yaitu yaitu unsur ontologis, unsur
epistemologis, dan unsur aksiologis.
Unsur Ontologis : merupakan landasan filsafat yang menunjuk pada keberadaan atau substansi
sesuatu.Misalnya, pendidikan secara ilmiah ditujukan untuk mensistematisasikan
konsep-konsep dan praktik pendidikan yang telah dikaji secara metodologis menjadi suatu
bentuk pengetahuan tersendiri yang disebut Ilmu Pendidikan.
Unsur Epistemologis : Epistemologi sangat penting bagi para pendidik. Epistemologi membahas
konsep dasar dan sangat umum dari proses mengetahui, sehingga erat kaitannya dengan metode
pengajaran dan pembelajaran
Unsur aksiologis : filsafat yang membahas teori-teori nilai dan berusaha menggambarkan apa yang
dinamakan dengan kebaikan dan perilaku 29 yang baik. Bagian dari aksiologi adalah etika dan estetika.
DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri, S. Jujun. 1996. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan
Purwanto, Ngalim. M. 2003. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya
Amirin, Tatang M., 1992, Pokok-pokok Teori Sistem, Jakarta: Rajawali Pers
Idris, Zahara dan Lisma Jamal. 1992. Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana.
Jamaluddin & Abdullah Idi. (1997). Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Imam Barnadib. (1996). Filsafat Pendidikan – Sistem dan Metode. Yogyakarta: AndiOffset.
Kattsoff, Louis O.1987. Pengantar filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana. Penerjemah: Soejono Soemarg
Indikator Capaian: Dapat mendeskripsikan, menganalisis ,dan menverifikasi Aliran Filsafat Pendidikan
Idealisme, Realisme, dan Materialisme
Soal:
1. Diskripsikan minimal 3 pendapat ahli tentang aliran Filsafat :
- Idealisme
- Realisme
- Materialisme
2.Simpulkan masing-masing menurut pendapat saudara deskripsikan diatas (no 1)
Jawaban:
a. Idealisme
Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas ide adalah
memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui
ide, manusia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakannya sebagai alat untuk
mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Ia adalah seorang filsuf Jerman. Ia belajar teologi di Jena (1780-1788 M). Pada tahun 1810-1812 M,
ia menjadi rektor Universitas Berlin. Filsafatnya disebut “Wissenschaftslehre” (ajaran ilmu
pengetahuan). Secara sederhana pemikiran Fichte: manusia memandang objek benda-benda dengan
inderanya. Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka
berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi
pengertian seperti yang dipikirkannya.
Ia belajar teologi di Universitas Tubingen dan pada tahun 1791 memperoleh gelar Doktor. Inti dari
filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh atau spirit), suatu istilah yang di ilhami oleh agamanya. Ia
berusaha menghubungkan yang mutlak dengan yang tidak mutlak. Yang mutlak itu roh atau jiwa,
menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya ide
(berpikir).
b. Realisme
Johan Amos memiliki pemikiran tokoh terhadap pendidikan, dan dapat di golongkan pada
realisme religius yaitu tentang manusia harus berusaha untuk mencapai dua tujuan antara
keselamatan dan kebahagiaan, dan juga keadaan kehidupan yang sejahtera.
Francis Bacon sesuai dengan dasar filosofis realisme bahwa kebenaran ada pada obejk yang bisa
diukur dan di uji. Semua kebenaran harus di ketahui secara pasti dan di simpulkan, di bandingkan,
dipakai sebagai satu-satu dasar bagi suatu kesimpulan atau pengetahuan.
John Locke memaparkan kebenaran bersifat metafisik dan universal ialah bahwa metafisik adalah
cabang filsafat yang membahas tentang permasalahan yang sebagai sesuatu yang ada dan
universal artinya umum. Seperti konsep kemanusiaan adalah konsep yang di percayai.
c. Materialisme
2. Jadi kesimpulan yang dapat saya tarik dari beberapa pendapat ahli mengenai aliran-aliran filsafat diatas
adalah :
IDEALISME : filsafat pendidikan idealisme yaitu sebagai tujuan untuk membentuk karakter,
mengembangkan bakat atau kemampuan dasar serta kebaikan sosial.
REALISME : Realisme menganggapan bahwa objek indera kita adalah yang sebenarnya, benda-benda
itu ada untuk adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita
persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita.
MATERIALISME : Jadi filsafat materialisme memandang bahwa materi lebih dahulu ada sedangkan
ide atau pikiran timbul setelah melihat materi
DAFTAR PUSTAKA
George R. Knight (Terjemahan Dr. Mahmud Arif, M.Ag). Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta:
Gama Media, 2007), hlm. 69.
Fuad Ihsan. Filsafat Ilmu. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 160
Jawaban :
1). – Pandangan para ahli mengenai aliran filsafat Pragmatisme :
1. William james
Menurut William pragmatisme adalah realitas sebagai mana yang kita ketahui, dan menurut
pendapatnya pragmatism adalah filsafat praktis, karena ia memberikan kontrol untuk bertindak
bagi kebutuhan, harapan dan keyakinan manusia untuk sebagian dari masa depannya.
2. Charles Sandre Peirce (1839-1914)
Peirce dikenal sebagai pendiri aliran filsafat pragmatisme Amerika.Untuk menyebut pemikir
pragmatisme. Peirce membedakan pandangannya dari pada pragmatis lainnya. Peirce
merupakan seorang ahli teori logika, bahasa, komunikasi dan teori umum tanda Peirce disebut
sebagai semiotika. Selain itu dia juga mendalami logika matematika produktif luar biasa dan
matematika umum yang merupakan perkembangan dari psiko.
3. Martin Heidegger
Beliau salah satu tokoh filsafat asal Jerman lahir pada Tahun 1889. Pemikirannya banyak
mempengaruhi beberapa filosof di Amerika Selatan dan beberap di Eropa. Menurut
Pemikirannya,pokok utama filsafat eksistensialisme ialah manusia dan bagaimana cara manusia itu
ada. Karangan tulisannya kebanyakan membahas persoalan-persoalan keberadaan serta cara
bagaimana manusia bereksistensi dikehidupan masyarakat untuk pemenuhan dirinya.
1. William James
William James berpandangan menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai
bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan.
2. John Dewey
John Dewey berpandangan tentang sekolah adalah "Progresivism" yang lebih menekankan pada
anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri.
3. Hans Vaihinger
Hans Vaihinger berpandangan bahwa tahu itu hanya mempunyai arti praktis persesuaian dengan
obyeknya tidak mungkin dibuktikan.
Pragmatisme
Pandangan saya mengenai Pragmatisme adalah pandangan yang memberikan kontrol untuk
bertindak bagi kebutuhan, harapan dan keyakinan manusia untuk sebagian dari masa
depannya contohnya teori logika, bahasa, komunikasi dan teori umum oleh karena itu
Manusia senantiasa bergerak dan berubah.
Ekstensialisme
Pandangan saya mengenai Ekstensialisme adalah Dalam aliran eksistensialisme setiap
individu didorong untuk mengembangkan segala kemampuannya untuk memenuhi
kebutuhan dirinya.
Progresivisme
Pandangan saya mengenai Progresivisme adalah bahwa pengetahuan yang benar pada masa
kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak
bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
3). Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman Martin Heidegger (1889-1976).
Eksistensialisme adalah merupakan filsafat dan akar metodologinya berasal dari metoda
fenomologi yang dikembangkan oleh Hussel (1859-1938). Munculnya eksistensialisme berawal
dari ahli filsafat Kieggard dan Nietzche. Kiergaard Filsafat Jerman (1813-1855) filsafatnya untuk
menjawab pertanyaan “Bagaimanakah aku menjadi seorang individu)”. Hal ini terjadi karena pada
saat itu terjadi krisis eksistensial (manusia melupakan individualitasnya). Kiergaard menemukan
jawaban untuk pertanyaan tersebut manusia (aku) bisa menjadi individu yang autentik jika memiliki
gairah, keterlibatan, dan komitmen pribadi dalam kehidupan. Nitzsche (1844-1900) filsuf jerman
tujuan filsafatnya adalah untuk menjawab pertanyaan “bagaimana caranya menjadi manusia
unggul”. Jawabannya manusia bisa menjadi unggul jika mempunyai keberanian untuk
merealisasikan diri secara jujur dan berani
Sebagai aliran filsafat, eksistensialisme berbeda dengan filsafat eksistensi. Paham Eksistensialisme
secara radikal menghadapkan manusia pada dirinya sendiri, sedangkan filsafat eksistensi adalah
benar-benar sebagai arti katanya, yaitu: “filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai
tema sentral (Fuad Hasan, 1974: 7-8).
Dengan demikian Eksistensialisme pada hakikatnya adalah merupakan aliran filsafat yang
bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang
dimiliki dan dihadapinya.Filsafat eksistensialisme adalah salah satu aliran filsafat yang
mengguncangkan dunia walaupun filsafat ini tidak luar biasa dan akar-akarnya ternyata tidak dapat
bertahan dari berbagai kritik (Ahmad Tafsir, 1992: 190). Filsafat selalu lahir dari suatu krisis. Krisis
berarti penentuan. Bila terjadi krisis, orang biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama
dan mencoba apakah ia dapat tahan uji (Hasan Amin, 1966: 11). Dengan demikian filsafat adalah
perjalanan dari satu krisis ke krisis yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Teguh Wangsa Gandhi. 2011. “Filsafat Pendidikan (Mazhab-mazhab filsafat pendidikan)”. Ar-
Ruzz Media : Yogyakarta.
Uyoh Sadulloh. 2008. “Pengantar Filsafat Pendidikan”. Alfabeta : Bandung.
rs. Ali Saifullah H.A, Antara Filsafat dan Pendidikan, Pengantar Filsafat Pendidikan, Surabaya :
Usaha Nasional,1977.
Drs. H. Ahmad Syadali, M.A dan Drs. Mudzakir, Filsafaat Umum, Bandung : CV. Pustaka Setia,
1997.
Jawaban:
Aristoteles (384-322)
Aristoteles lahir di Stageria. Aristoteles adalah murid Plato, tetapi cara pemikiran Aristoteles
berbeda dengan Plato. Cara berpikir Aristoteles yaitu berpikir secara rasional empiris realistis.
Pandangan Aristoteles lebih realis daripada pandangan Plato. Menurutnya, manusia adalah
makhluk materi dan juga rohani. Artinya sebagai materi manusia di dalam hidupnya berada
dalam kondisi alam materi maupun sosial. Sebagai rohani manusia akan menuju proses yang lebih
tinggi dan menuju kepada manusia yang ideal.
Agustino Steuco
Agustino Steuco lahir di daerah Gubbio. Steuco berpandangan bahwa terdapat prinsip tunggal dari
segala sesuatu dan selalu sama di dalam pengetahuan manusia. Menurutnya agama adalah
kemampuan alami manusia untuk mencapai sebuah kesejatian.
ESSENSIALISME
Desiderius Erasmus, humanis Belanda yang hidup pada akhir abad 15 dan permulaan abad
16, yang merupakan tikoh pertama yang menolak pandangan hidup yang berpijak pada dunia lain.
Erasmus berusaha agar kurikulum sekolah bersifat humanistis dan bersifat internasional,sehingga
bisa mencakup lapisan menengah dan kaum Aristokrat.
Johann Amos Comenius, yang hidup di seputar tahun 1592-1670, adalah seorang yang memiliki
pandangan realitas dan dogmatis. Comenius berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan
membentuk anak sesuai dengan kehendak tuhan, karena pada hakikatnya dunia adalah dinamis dan
bertujuan.
John Locke, tikoh dari inggris yang hidup pada tahun 1632-1704 sebagai pemikir dunia
berpendapat bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan kondisi.
REKONSTRUKSIONISME
Caroline Pratt
Pendapatnya mengenai nilai. Nilai disini yang dimaksud adalah mengenai nilai yang ada pada
sekolah tersebut. Bahwa nilai ini merupakan hasil berfikir efektif peserta didik. Nilai ini
diharapkan agar dapat merubah dunia pendidikan lebih berkembang menjadi baik. Nilai juga
perlu dilihat dari proses belajar dari peserta didik dan juga perkembangannya yang didapat dari
pelajaran tersebut dan juga pola pikir dari peserta didik tersebut agar dapat selalu berfikir dengan
baik.
George Count
Beliau seorang pendidik dari Amerika dan juga seorang ahli teori pendidikan. Beliau sangat
menekuni pembelajarannya dalam bidang sosiologi. Beliau mempunyai suatu keinginan yaitu
ingin menjadikan atau mendirikan sebuah lembaga pendidikan sebagai sarana belajar bagi
masyarakat.
Paulo Freire
Menurut Paulo mengenai pemikirannya yang berhubungan dengan pendidikan ini, ia berkeinginan
agar pemerintah merubah sistem pendidikan. Menurut Paulo sistem pendidikan saat ini sangat
menindas masyarakat, dan menurutnya agar dapat diganti dengan sistem pendidikan yang baru
yaitu sebuah sistem pendidikan yang dalam prosesnya terdapat kebebasan bagi masyarakat,
dengan cara memanusiakan manusia bukan dengan cara menekan ataupun penindasan terhadap
masyarakat.
PRENIALISME
Menurut saya Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekan perubahan
dan suatu yang baru .Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan ,
ketidakpastian ,terutama dalam kehidupan moral , intelektual , dan sosikultural
Karena memandang bahwa kepercayaan aksiomatis zaman kuno pada abad pertengahan perlu di
jadikan dasar penyusunan konsep filsafat pendidikan di zaman sekarang.
ESSENSIALISME
Essensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai terpilih yang
mempunyai tata yang jelas. Menurut Esensialisme nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya
social adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui
kerja keras dan susah payah selama beratus tahun dan didalamnya berakar gagasan dan cita-cita
yang telah teruji dalam perjalanan waktu.
REKONSTRUKSIONISME
aliran rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama
dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran
rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis
kebudayaan modern.
DAFTAR PUSTAKA
Guru, Calon. “ Teorotis dan Hasil Kajian Aliran Essensialisme”. 22 maret 2011
Materi: Pandangan Filsafat Pancasila tentang manusia, masyarakat, Pendidikan dan nilai.
Indikator Capaian: Dapat menggali dan menganalisis konsep Pandangan Filsafat Pancasila tentang
manusia, masyarakat, Pendidikan dan nilai
Soal:
1. Diskripsikan Pandangan Filsafat Pancasila tentang :
- manusia,
- masyarakat
- Pendidikan dan
- Nilai
2. Simpulkan masing-masing menurut pendapat Saudara deskripsikan di atas(no.1)!
3. Deskripsikan Pancasila sebagai dasar filosofis bangsa Indonesia?
Jawaban:
Masyarakat
Nilai yang terkandung dalam Pancasila, Nilai-nilai itulah sebagai ciri kepribadian masyarakat-
bangsa dan negara Indonesia. Rakyat Indonesia adalah keseluruhan jumlah semua orang, warga
dalam lingkungan negara Indonesia. Hakekat rakyat Indonesia adalah pilar negara dan yang
berdaulat. Segala sesuatu yang merupakan hak dalam hubungan hidup kemanusiaan yang
mencakup hubungan antara negara dengan warga negara, hubungan negara dengan negara, dan
hubungan antar sesama warga negara yang dinamakan adil (Surajiyo, 2008).
Oleh karena itu, budaya etnis masing-masing suku harus diberi kesempatan yang seluas-luasnya
untuk diperkembangkan sebagai modal dasar mengembangkan demokrasi atau sikap demokratis,
saling menghargai, dan menghormati bagi setiap warga negara. Itulah yang menjadi nilai-nilai dasar
Pancasila terhadap masyarakat Indonesia.
Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 UU RI No. 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Sebagai usaha sadar dan terencana, pendidikan tentunya harus mempunyai dasar dan tujuan yang
jelas, sehingga dengan demikian baik isi pendidikan maupun cara-cara pembelajarannya dipilih,
diturunkan dan dilaksanakan dengan mengacu kepada dasar dan tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Selain itu, pendidikan bukanlah proses pembentukan peserta didik untuk menjadi orang
tertentu sesuai kehendak sepihak dari pendidik. Karena manusia (peserta didik) hakikatnya adalah
pribadi yang memiliki potensi dan memiliki keinginan untuk menjadi dirinya sendiri, maka upaya
pendidikan harus dipandang sebagai upaya bantuan dan memfasilitasi peserta didik dalam rangka
mengembangkan potensi dirinya. Upaya pendidikan adalah pemberdayaan peserta didik. Hal ini
hendaknya tidak dipandang sebagai upaya dan tujuan yang bersifat individualistic semata, sebab
sebagaimana telah dikemukakan bahwa kehidupan manusia itu multi dimensi dan merupakan
kesatuan yang integral.
Selain hal di atas, dimensi hitorisitas, dinamika, perkembangan kebudayaan dan tugas hidup yang
diemban manusia mengimplikasikan bahwa pendidikan harus diselenggarakan sepanjang hayat.
Pendidikan hendaknya diselenggarakan sejak dini, pada setiap tahapan perkembangan hingga akhir
hayat. Sebab itu, pendidikan hendaknya diselenggarakan baik pada jalur pendidikan informal,
formal, maupun nonformal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
Tujuan Pendidikan berdasarkan Pandangan Pancasila tentang hakikat realitas, manusia,pengetahuan dan
hakikat nilai mengimplikasikan bahwa pendidikan seyogyanya bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertangung jawab. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 UU RI No. 20
Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan tersebut hendaknya kita
sadari betul, sehingga pendidikan yang kita selenggarakan bukan hanya untuk mengembangkan
salah satu potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu saja, bukan hanya untuk
terampil bekerja saja, dsb., melainkan demi berkembangnya seluruh potensi peserta didik dalam
konteks keseluruhan dimensi kehidupannya secara integral.
Peranan Pendidik dan Peserta Didik. ada berbagai peranan pendidik dan peserta didik yang haruis
dilaksanakannya, namun pada dasarnya berbagai peranan tersebut tersurat dan tersirat dalam
semboyan: “ing ngarso sung tulodo” artinya pendidik harus memberikan atau menjadi teladan bagi
peserta didiknya; “ing madya mangun karso”, artinya pendidik harus mampu membangun karsa pada diri
peserta didiknya; dan” tut wuri handayani” artinya bahwa sepanjang tidak berbahaya pendidik harus
memberi kebebasan atau kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri.
Nilai
Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana yang
sudah dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila sebagai dasar negara,
pandangan hidup bangsa, dan sumber nilai bagi bangsa Indonesia. Menurut Kaelan, 2000, (dalam
Surajiyo, 2008, 161) menjelaskan bahwa Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus
merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Oleh karena itu, sila-sila dalam Pancasila menunjukkan sistem etika dalam
pembangunan iptek.
2. Simpulan pendapat filsafat pancasila tentang manusia, masyarakat,pendidikan dan nilai menurut saya:
Manusia
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat pancasila memandang manusia Pancasila
adalah manusia yang bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai
individu dan perkembangan masyarakat (sosial) Indonesia. Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha
Kuasa dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.
Masyarakat
Oleh karena itu, budaya etnis masing-masing suku harus diberi kesempatan yang seluas-luasnya
untuk diperkembangkan sebagai modal dasar mengembangkan demokrasi atau sikap demokratis,
saling menghargai, dan menghormati bagi setiap warga negara. Itulah yang menjadi nilai-nilai
dasar pandangan filsafat pancasila tentang masyarakat.
Pendidikan
Dari penjelasan diatas pandangan filsafat pancasila tentang pendidikan adalah bahwa pendidikan
sebagai sarana pengimplikasian dalam mewujudkan manusia yang memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Nilai
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pandangan filsafat Pancasila tentang nilai adalah
sumber nilai bagi pembangunan bangsa Indonesia. Pancasila menjadi kerangka kognitif dalam
identifikasi diri sebagai bangsa, sebagai landasan, arah dan etos, serta sebagai moral pembangunan
nasional.
3. Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta filsafat hidup bangsa Indonesia, pada hakekatnya
merupakan suatu nilai dasar yang bersifat fundamental, sistematis, dan holistik. Sila per sila yang
tersusun adalah satu kesatuan yang bulat, utuh, dan hirarkis, sehingga dapat diartikan sebagai suatu
sistem filsafat.
Didasar pemikiran filosofis yang terkandung dalam setiap sila bahwa Pancasila sebagai filsafat bangsa dan
negara mengandung arti dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan
yang berdasarkan kepada nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan.
filsafat Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia, dalam hal ini Pancasila diartikan sebagai
sebuah dasar nilai serta norma untuk mengatur sistem pemerintahan atau penyelenggaraan negara
Indonesia. Pancasila juga dapat diartikan sebagai sebuah sumber dari segala sumber hukum, yang
mana kaidah hukum negara ini secara konstitiusional mengatur negara dan rakyat-rakyatnya,
Pancasila meruapkan pedoman untuk menjalankan hal tersebut.
Selain kedua aspek diatas, filosofis Pancasila juga diartikan sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa
Indonesia. Hal ini dimaksudkan sebagai aspek pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan
bangsa Indonesia yang akan membedakan eksistensi Indonesia dengan negara lain. Meskipun
demikian, kepribadian bangsa Indonesia tetap berakar dari kepribadian individual dalam masyarakat
yang Pancasilais, serta gagasan-gagasan besar yang tumbuh dan sejalan dengan filsafat Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
Purba, Edward dan Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan. Cet.3. Medan: UNIMED Press
http://gusfumi.wordpress.com/2010/10/20/pancasila-sebagai-landasan-filosofi-sistem-pendidikan-
pendidikan-nasional/
http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/filsafat/index.htm
Pertemuan: 7 Hari / Tanggal : LEMBARAN KERJA 6 NILAI
Senin/26 Oktober 2020 MATA KULIAHFILSAFAT PENDIDIKAN
Prodi Pendidikan Kimia
FMIPA – UNIMED
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Nam Mhs ADELIA NAIBAHO
a
Gita Noveri Eza,S.Pd.,M.Pd. NIM 4202431014
Soal:
1. Diskripsikan Pandangan Filsafat Pancasila terhadap system Pendidikan Nasional :
2. Simpulkan menurut pendapat Saudara deskripsikan di atas(no.1)!
3. Deskripsikan Pancasila sebagai dasar filosofis bangsa Indonesia!
4. Wujud sistem sosial-kebudayaan Pancasila dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu :
1. Sistem nilai
2. Sistem social, dan
3. Wujud fisik. Jelaskan maksudnya !
Jawaban :
1. Pandangan Filsafat Pancasila terhadap system Pendidikan Nasional adalah pendidikan adalah
suatu proses sosial budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dengan
demikian pendidikan secara nyata merupakan proses sosialisasi antar warga melalui interaksi
insani menuju masyarakat yang berbudaya.
Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri
di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabadikan kepada bangsa itu
untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.
Pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan pratek
pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia yang
diabadikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlanar mencapai cita-cita nasional
Indonesia.Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori
dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa
"Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan
cita-cita bangsa dan negara IndSonesia.
2. Menurut pendapat saya Pandangan Filsafat Pancasila terhadap system Pendidikan Nasional adalah
pendidikan adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan
pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang
diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita
bangsa dan negara Indonesia.
3. Pancasila sebagai dasar filosofil indonesia mengandung arti dalam setiap aspek kehidupan
kebangsaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan yang berdasarkan nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan.. filosofil pancasila juga sebagai jiwa dan kepribadian bangsa
indonesia hal ini dimaksud sebagai aspek pncerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan
bangsa Indonesia yang akan membedakan eksistensi Indonesia dengan negara lain.
Maka pola pikir, pola tindak dan fungsi sistem sosial budaya Indonesia merupakan institusi sosial, yaitu
suatu sistem yang menunjukkan bahwa peranan sosial dan norma-norma saling berkait, yang telah disusun
guna memuaskan suatu kehendak atau fungsi sosial.
Daftar Pustaka
Http://gusfumi.wordpress.com/2010/10/20/pancasila-sebagai-landasan-filosofi-sistem-pendidikan-
pendidikan-nasional/
Http://www.geofacts.co.cc/2008/11/landasan-dan-tujuan-pancasila.html