Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP

TA 2021/2022
NAMA : YUDI RAMADHONI
NIM : 4201131015
KELAS : PSPK-20D
MATAKULIAH : BAHASA INDONESIA
DOSEN : Emasta Evayanti Simanjuntak, S.Pd., M.Pd

1. Para ahli bahasa terdahulu mendefinisikan bahasa sebagai suara-suara yang


digunakan oleh masyarakat untuk mengungkapkan tujuannya. Menurut Abdul
Chaer hakikat bahasa dapat dipahami melalui sifat atau ciri dari bahasa itu sendiri.
Ciri-ciri bahasa antara lain dapat dipahami melalui beberapa ciri atau sifat yang hakiki
dari bahasa. Sifat atau ciri itu antara lain, adalah (1) bahasa itu sebuah sistem,
(2) bahasa itu berupalambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat
arbitrer, (5) bahasa itu memiliki makna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa
itu bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat produktif,
(10) bahasa itu variatif, (11) bahasa itu dinamis, (12) bahasa itu berfungsi alat interaksi
sosial, (13) bahasa itu menjadiidentitas penuturnya (Dikutip dari sebuah jurnal Studi
Arab, Vol 12 No 1 Tahun 2021)

2. Sebagai sebuah bangsa yang dibangun atas dasar keberagaman suku bangsa dan
budaya, pengambilan keputusan untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional di Republik Indonesia bukanlah perkara yang mudah diputuskan. Sebagai
negara yang memiliki populasi penduduk yang banyak dan beragam, 47 persen dari
populasi Indonesia pada tahun 1930 berasal dari suku Jawa. Artinya, bahasa Jawa
adalah bahasa yang memiliki penutur paling banyak di Indonesia. Meskipun begitu,
bahasa Jawa tidak dipilih menjadi bahasa nasional karena beberapa alasan. Beberapa
diantaranya adalah karena bahasa Jawa adalah bahasa yang rumit, dan adanya hirarki
dalam bahasa Jawa yang menjadikan adanya perbedaan penggunaan bahasa yang
digunakan untuk berbicara dengan seseorang yang posisi sosialnya berada lebih
rendah dan lebih tinggi. Hal ini akan menyulitkan bagi penutur baru. Di sisi lain,
bahasa Melayu yang menurut sensus tahun 1930 hanya memiliki 1.6 persen penutur
di Nusantara, dipilih menjadi bahasa persatuan di Indonesia, dan kemudian dikenal
sebagai bahasa Indonesia.
Pemilihan bahasa Melayu sebagai “akar” dari bahasa Indonesia, bukanlah
dilakukan tanpa alasan. Meskipun dengan jumlah penutur yang jauh lebih sedikit dari
jumlah penutur bahasa Jawa dan bahasa Sunda sebagai dua bahasa dengan jumlah
penutur terbanyak di Indonesia, bahasa Melayu adalah lingua franca atau bahasa
penghubung bagi penutur yang tidak memiliki bahasa yang sama di wilayah Nusantara
pada masa kerajaan-kerajaan. Selain itu, dalam perkembangannya, bahasa Melayu
telah banyak digunakan oleh para nasionalis, artikel pada surat kabar yang dibaca oleh
para politisi Indonesia saat itu pun banyak ditulis dalam bahasa Melayu. Hal ini
mendorong para pemuda menjadikan bahasa Melayu yang kemudian disebut sebagai
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dalam deklarasi sumpah pemuda pada 28
Oktober 1928. Meskipun begitu, bahasa Melayu yang kemudian dinamai bahasa
Indonesia dalam sumpah pemuda itu, belum “sepenuhnya‟ disahkan menjadi bahasa
nasional. Saat itu, bahasa Indonesia „masih‟ berstatus sebagai bahasa persatuan sampai
akhirnya diresmikan sebagai bahasa nasional sesaat setelah kemerdekaan Indonesia.
Dengan disahkannya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional di Republik
Indonesia, secara otomatis, bahasa Indonesia juga memainkan perannya sebagai
lambang dan jati diri bangsa Indonesia (Dikutip dalam sebuah jurnal Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik dengan judul Bahasa Indonesia Sebagai Identitas Nasional Bangsa
Indonesi. Vol 3 No 2 Tahun 2019).

3. Pada buku tersebut menjelaskan mengenai ciri-ciri teks akademik. Pada tabel tersebut
menjelaskan perbedaan dari teks akademik (teks ilmiah) dengan teks non akademik
(teks non ilmiah). Perbedaannya yaitu Objek, fakta pengamtan, tata urutan, bahasa,
istilah, gaya bahasa dan isi. Pada objeknya teks akademik terdapat fakta objek yang
diteliti sedang kan teks non akademiknya tidaka da objek yang diteliti, sampai
pembahasan mengenai isi, pada teks akademik biasanya berisi pengamtan atau
penelitian dan pada teks non akademik dapat bersifat persuasive, deskriptif maupun
kritik tanpa didukung bukti.
Pada halaman tersebut menjelaskan ciri-ciri teks akadamik yaitu sederhana,
padat, objektif dan logis. Akan tetapi, selama ini pula belum terdapat bukti-bukti
empiris yang diajukan untuk memberikan penjelasan yang memadai secara linguistik
tentang pengertian sederhana, padat, objektif dan logis tersebut. Akibatnya, ciri-ciri
biasanya hanya dipahami secara naluri tanpa didasarkan pada data atau teori tertentu
(Dikutip dari buku Bahasa Indonesia dari perguruan tinggi Universitas Negeri Medan
tahun 2022).
4.
B = Benar Jika salah
TB= Tidak Benar Tulis perbaikan katanya!
a. mengkomunikasikan TB Mengomunikasikan
b. pengklasifikasian TB Mengklasifikasikan
c. pengkategorisasian TB Kategorisasi
d. pensublinan TB Menyublim
e. menyintesiskan TB Menyintesis
f. memengaruhi B
g. mensponsori B
h. memerhatikan B
i. mengalkulasikan B
j. hirarki TB Hierarki
k. tandatangan TB Tanda tangan
l. terimakasih TB Terima kasih
m. teoretis TB Teoritis
n. diatas TB Di atas
o. sistimatis TB Sistematis
p. sekedar TB Sekadar
q. obyek TB Objek
r. non aktif TB Nonaktif

5.
A. Dengan terjadinya krisis ekonomi telah menyebabkan pendapatan per kapita turun
per tahun
Jawab : Dikarenakan terjadinya krisis ekonomi menyebabkan pendapatan per kapita
menjadi turun per tahun
B. Meskipun kinerja bisnis mulai bangkit, tetapi kita harus tetap meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi.
Jawab : Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi menyebabkan kinerja bisnis
mulai bangkit
C. Perubahan mekanisme dan prosedur legalisasi yang melalui pengaturan tahap-tahap
pengajuan, pembahasan, dan menetapkan suatu rancangan kebijakan secara formal.
Jawab :
D. Ketika menetapkan tarif dasar listrik, pemerintah menggunakan berbagai
pertimbangan-pertimbangan.
Jawab : Pemerintah menggunakan berbagai pertimbangan ketika menetapkan tarif
dasar listrik
E. Dalam makalah singkat ini membahas ciri dan perilaku lima etnik di Indonesia.
Jawab : Makalah ini membahas secara singkat ciri dan perilaku lima etnik di
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai