Anda di halaman 1dari 12

ETIKA AGAMA

TRADISI MANGONGKAL HOLI

Oleh:

2008511041 Yohana Mboru Wuwur


2008511048 Prilicia Puspita
2008511049 Delvina lumban gaol
2008511058 Betti Otniel Silaban
2008511061 Ning Agnis Purnama Sari

Dosen Pengampu:
I Gede Pasek Mancapara, S.Ag., M.Ag.

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................... i


ABSTRAK ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3
2.1 Gambaran Umum Tradisi Mangongkal Holi ..................................................... 3
2.2 Agama dalam Tradisi Mangongkal Holi............................................................ 6
2.3 Nilai Etika yang Terkandung dalam Tradisi Mangongkal Holi......................... 6
2.4 Unsur Kimia yang Terdapat dalam Tradisi Mangongkal Holi .......................... 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 8
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 8
3.2 Saran ................................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 9

i
ABSTRAK

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak etnis, suku, adat,
agama, maupun tradisi atau kepercayaan yang berbeda beda disetiap daerahnya. Suku
Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Salah satu tradisi yang
ada di Batak, yaitu Magongkal Holi. Mangongkal Holi adalah sebuah tradisi upacara adat
yang diselenggarakan untuk menggali makam orang yang sudah lama meninggal untuk
diambil tulang-belulangnya dan dipindahkan ke tempat baru. Tradisi Mangongkal Holi
melewati lima rangkaian proses acara, yang meliputi Tinopot Ma Aka Hula-Hula Ni Si
Okalon I, Martonggo Raja, Proses Penggalian Makam, Upacara Serah Terima Tulang,
dan yang diakhiri dengan Upacara Mangongkal Holi. Dalam tradisi Mangongkal Holi,
terkandunng nilai agama. Serta tradisi Mangongkal Holi juga mengandung nilai etika
seperti: menghormati orang tua atau leluhur, menjalin hubungan baik antara suku Batak,
dan mempererat hubungan antara keluarga atau marga.

Kata Kunci: Tradisi, Mangongkal Holi.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak etnis, suku, adat,
agama, maupun tradisi atau kepercayaan yang berbeda beda disetiap daerahnya. Tradisi
atau kebiasaan itu sendiri adalah sebuah bentuk perbuatan yang dilakukan berulang-ulang
dengan cara yang sama. Jika kebiasaan sudah diterima oleh masyarakat dan dilakukan
secara berulang, maka segala tindakan yang bertentangan dengan kebiasaan akan
dirasakan sebagai perbuatan yang melanggar hukum. Dalam budaya masyarakat Batak
misalnya, masyarakat yang mendiami Sumatera Utara ini percaya jika kematian bukanlah
akhir dari perjalanan manusia. Justru, mati adalah proses dimana seseorang akan
mencapai sebuah kesempurnaan. Kepercayaan yang mereka anut atau yang mereka yakini
diawali dari kepercayaan nenek moyang mereka, sehingga sampai sekarang masih
dilaksanakan.
Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, Suku Batak
merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku Batak adalah rumpun
suku-suku yang mendiami sebagian besar wilayah Sumatra Utara. Suku Batak
mempunyai beberapa tradisi yang dilaksanakan serta yang dipercayai, salah satunya
adalah tradisi Mangokal Holi. Berdasarkan data Jurnal yang ditulis oleh Asfika Yogi
Hutapea, bertajuk Upacara Mangokal Holipada Masyarakat Batak, mengatakan bahwa
Tradisi Mangokal Holi dulunya berasal dari kultur Batak pra-Kristen yang menganggap
hal itu perlu sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada orang tua atau leluhur.
Seperti dengan meninggikan posisi tulang-belulang di atas tanah, khusunya di bukit yang
tinggi dengan batu yang keras. Upacara Mangokal Holi yang artinya menggali makam
adalah salah satu upacara yang dianggap sakral bagi kehidupan masyarakat suku Batak.
Upacara Mangokal Holi ini memiliki proses panjang mulai dari mengundang saudara,
kerabat dan tetangga hingga upacara pemindahan tulang-belulang ke tugu yang
membutuhkan waktu sangat panjang hingga berhari-hari lamanya. Dalam upacara ritual
ini masyarakat Batak mempunyai ciri khas tersendiri dalam pelaksanaannya dan setiap
kegiatan memiliki makna.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum tradisi Mangokal Holi?
2. Bagaimana nilai agama dalam tradisi Mangokal Holi?
3. Bagaimana nilai etika yang terkandung dalam tradisi Mongal Holi?
4. Apa saja unsur kimia yang ada dalam tradisi Mongal Holi?

1.3 Tujuan
1. Bagaimana gambaran umum tradisi Mangokal Holi?
2. Bagaimana nilai agama dalam tradisi Mangokal Holi?
3. Bagaimana nilai etika yang terkandung dalam tradisi Mongal Holi?
4. Apa saja unsur kimia yang ada dalam tradisi Mongal Holi?

1.4 Manfaat
1. Memberikan pengetahuan dan menambah wawasan mengenai tradisi yang ada di
Indonesia khususnya tradisi Mangokal Holi
2. Dengan pengetahuan ini semua pihak yang membaca tidak melupakan tradisi
Mongokal Holi
3. Dengan pengetahuan yang diperoleh dari makalah ini, masyarakat Indonesia lebih
mencintai tanah air Indonesia serta mampu melestarikan tradisi maupun adat budaya
yang ada negara kita.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Tradisi Mangongkal Holi


Mangongkal Holi adalah sebuah tradisi upacara adat yang diselenggarakan untuk
menggali makam orang yang sudah lama meninggal untuk diambil tulang-belulangnya
dan dipindahkan ke tempat baru. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan
kepada leluhur (Rahmawati, 2020). Mangongkal Holi merupakan salah satu ritual adat
yang terkenal di Tanah Batak, Sumatera Utara. Ritual ini diawali dengan kisah leluhur
yang hadir kepada salah satu anggota keluarga lewat mimpi ataupun pengelihatan. Dalam
mimpi, leluhur memohon kepada keluarganya untuk dipindahkan ke tempat yang lebih
baik, lebih layak, dan lebih sempurna dari tempat yang sebelumnya. Ritual ini dilakukan
oleh kelompok marga yang sudah memilki keturunan besar dan tersebar di seluruh daerah.
Dalam pelaksanaan tradisi Mangongkal Holi, secara langsung dapat mempersatukan
seluruh keturunan yang berasal dari leluhur tersebut dari berbagai daerah. Selain itu,
tradisi Mangongkal Holi dilakukan dengan tujuan agar mendapat hagabeon (panjang
umur), hasangapon (kehormatan), dan hamoraon (kekayaan) dari leluhur kepada
keturunannya. Tradisi ini menunjukan kekerabatan atau persaudaraan antar masyarakat
Suku Batak Toba dan keturunan marga tetap bertahan serta terjalin dengan baik
(Hutagaol, 2020). Dalam Suku Batak, ada keyakinan bahwa arwah seseorang yang sudah
meninggal akan hidup abadi. Hal ini bisa dicapai dengan menaruh tulang-belulangnya ke
tempat yang lebih layal (tinggi) yang memiliki arti mendekatkan arwah itu kepada
penciptanya. Yang menjadi tujuan utama tradisi Mangongakl Holi, yaitu menyatukan
jasad seseorang dengan kerabat keluarga yang dicintainya. Masyarakat Batak memiliki
keyakinan bahwa jasad mereka harus disatukan dalam satu tempat yang sama. Tradisi
Mangongkal Holi juga merupakan simbol dari tingginya martabat dari sebuah keluarga
di Batak. Mangongkal Holi dipercaya akan mengangkat martabat dari sebuah marga
dengan menghormati orang tua dan para leluhur. Semakin indah dan mahal suatu makam
atau tugu, maka semakin jelas dan bergengsi status marga pemilik makam atau tugu
tersebut (Rahmawati, 2020).
Tradisi Mangongkal Holi melewati lima rangkaian proses acara, yang meliputi
Tinopot Ma Aka Hula-Hula Ni Si Okalon I, Martonggo Raja, Proses Penggalian Makam,
Upacara Serah Terima Tulang, dan yang diakhiri dengan Upacara Mangongkal Holi.

3
a. Tinopot Ma Aka Hula-Hula Ni Si Okalon I
Tradisi Mangongkal Holi ini diawali dengan Tinopot Ma Aka Hula-Hula Ni Si
Okalon I yang bertujuan untuk memanggil ketiga pihak, yaitu kelompok marga istri yang
digali atau tiga tingkatan di atas pihak yang memiliki acara (Ima Bona Ni Arina); keluarga
kandung atau satau marga/klan pihak istri yang akan digali (Hula-Hulana Nan I Okal);
pihak paman dari anak atau cucu yang ingin melakukan upacara (tulang na) yang
bertujuan untuk memberitahu atau meminta restu serta mengundang untuk turut hadir
dalam upacara yang akan dilakukan (Hutapea, 2015).

b. Martonggo Raja
Setelah dilakukan Tinopot Ma Aka Hula-Hula Ni Si Okalon I, dilanjutka dengan
proses Martonggo Raja, yaitu mengumpulkan semua pihak yang terkait atau terlibat
dalam upacara tradisi Mangongkal Holi (Hutapea, 2015). Dikutip dari artikel yang ditulis
oleh Fransiska Dessy Putri (2015), Martonggo Raja merupakan kegiatan yang wajib
dilaksanakan dalam pelaksanaan upacara Mangongkal Holi. Yang bertujuan untuk
mengetahui ataupun kesiapan dari pihak keluarga, kapan hari H pelaksanaa, peralatan,
dan biaya yang diperlukan dengan mengumpulkan semua anggota keluarga yang akan
melaksanakan upacara dengan mengundang dongan tubu, tulang, dongan sahuta agar
terlaksana kegiatan.
Dalam proses Martonggo Raja biasanya mengumpulkan semua para penetuah
kampung, marga yang menjalankan adat, teman sekampung, serta semua yang terkait
hubungan dengan adat yang akan dilakukan, begitu juga pihak yang akan melakukan
upacara adat untuk turut serta membantu pelaksanaan upacara ini. Pada proses Martonggo
Raja dilakukan pembacaan doa, bertujuan untuk keselamatan dan penggalian agar cepat
bisa menemukan tulang-belulang yang akan digali (Hutapea, 2015).

c. Proses Penggalian Makam (Mengombak)


Setelah Martonggo Raja, dilanjutkan dengan proses penggalian makan. Pada
proses penggalian makam, akan diawali dengan memanjatkan doa dan melakukan pujian-
pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dipimpin oleh pemuka agama. Selanjutnya
penetuah atau pemuka agama yang layak pertama kali mencangkul makam yang akan
digali, selanjutnya oleh Bona Ni Ari (paman dari pihak mendiang yang akan digali)
sebagai pembuka dalam penggalian tersebut setelah pihak pemuka agama. Dilanjutkan
oleh paman, kemudian pihak mertua, dan anak kandung/anak kesayangan mencangkul

4
tanah sebanyak tiga kali. Setelah ditemukan tulang belulangnya, maka diberitahu kepada
pihak Boru Hasuhutan (suami dari anak perempuan kandung) untuk mengangkat tulang
belulang. Pihak laki-laki di makam sudah bersedia menerima tulang belulang dari pihak
Boru Hasuhutan, pihak laki-laki harus menjaga tulang belulang agar tetap bersih dan
dalam keadaan baik. Selanjutnya tulang belulang dibersihkan dengan air yang sudah
dicampur dengan karbol, dan air kunyit). Air kunyit berfungsi untuk mencegah atau
menjata tulang belulang agar warna dari tulang tidak pudar. Setelah selesai dibersihkan,
anak tertua akan mengumumkan bahwa proses penggalian makan sudah selsai. Setelah
semua selesai, pihak anak akan menyampaikan sepatah dua patah kata kepada pihak
paman untuk memberikan Ulos Timpus atau kain khas Batak yang digunakan untuk
melapisi atau membungkus tulang belulang (Hutapea, 2015). Ulos merupakan unsur
budaya Batak yang lambangkan kesucian. Setelah dibungkus dengan kain Ulos, tulang
belulang ditempatkan di Ampang (bakul) (Putri, 2015).

d. Proses Serah Terima Tulang


Setelah selesai proses penggalian makam (penggalian, pembersihan tulang
belulang, maupun pembungkusan), maka dilanjutkan proses serah terima tulang. Prose
serah terima tulang dilakukan oleh pihak paman (sebagai penyerah) kepada pihak
keturunan (Hutapea, 2015).

e. Upacara Mangongkal Holi


Setelah empat rangkaian acara selesai (Tinopot Ma Aka Hula-Hula Ni Si Okalon
I, Martonggo Raja, Proses Penggalian Makam, dan Proses Serah Terima Tulang),
dilanjutkan dengan pengucapan terima kasih serta penghormatan terhadap pihak paman
yang paling dihormati di suku Batak, dilanjutkan pula pada acara membawa tulang
belulang yang telah dibersihkan dan dibungkus rapi masuk ke dalam peti. Setelah itu,
dibawa oleh pihak istri atau anak tertua dengan menaruh di atas kepala. Pada saat
memberikan kata-kata terakhir ditujukan pada semua keturunan yang hadir dan berlanjut
memasukan tulang belulang ke dalam tugu yang sudah disediakan. Penetuah gereja
datang untuk memberikan doa dan berkat (Hutapea, 2015).

5
2.2 Nilai Agama dalam Tradisi Mangongkal Holi
Mangongkal Holi merupakan suatu pemaknaan akan nilai yang luhur terkandung di
dalam suatu tradisi. Mangongkal Holi merupakan suatu bentuk ekspresi masyarakat Toba
kepada para leluhur mereka, dan sebagai simbol untuk mempererat tali kekerabatan agar
kuat serta erat yang termanisfestasikan melalui Horja (pesta marga/pesta besar). Tradisi
Mangongkal Holi mengandung nilai-nilai agama dan spiritual. Nilai-nilai agama dan
spiritual dari tradisi Mangongkal Holi dapat dilihat melalui simbol maupun kegiatan
keagamaan. Adapun simbol atau kegiatan keagamaan yang terkandung dalam tradisi
Mangongkal Holi, yaitu dalam rangkaian tradisi Mangongkal Holi dipanjatkan doa dan
pujian-pujian kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang dipimpin oleh pemuka agama
(pendeta) memiliki tujuan agar pelaksanaan tradisi berjalan dengan lancar dari awal
hingga akhir acara. Dalam membungkus atau melapisi tulang-belulang yang telah
dibersihkan digunakan Kain Ulos. Kain Ulos juga merupakan salah satu nilai keagamaan
dalam tradisi Mangongkal Holi. Kain Ulos dipercaya memiliki nilai keimanan bagi
pembuat, pemberi, dan penerimanya. Kain Ulos menjadi simbol penyatuan antara
manusia dengan Tuhan dalam hal penyampaian doa dan harapan, karena setiap pemberian
Kain Ulos terdapat sebuah doa dan pengharapan bagi penerimanya (Schreiner, 2003).
Dalam tradisi Mangongkal Holi, Kain Ulos yang digunakan untuk melapisi atau
membungkus memiliki arti kesucian.

2.3 Nilai Etika yang Terkandung dalam Tradisi Mangongkal Holi


Adapun nilai-nilai etika yang terkandung ddalam tradisi Mongongkal Holi, yaitu
sebagai berikut.
1. Menghormati Orang Tua Atau Leluhur
Dalam kehidupan kita haruslah berbakti (menghormati) orang tua atau leluhur
kita. Dari kecil hingga dewasa, orang tua memiliki peraanan bessr dalam merawat dan
mendidik anak-anaknya. Sebagai bentuk bakti (hormat) kepada orang tua, banyak sekali
hal-hal yang dapat dilakukan. Salah satunya yaitu tradisi Mangongkal Holi. Bagi
masyarakat Batak Toba di Sumatera Utara, melaksanakan Mangongkal Holi dapat
mengangkat martabat keluarga atau marga dengan menghormati leluhur atau orang tua.
Masyarakat Batak Toba juga percaya bahwa kematian bukan akhir perjalanan hidup,
namun justru tahap untuk mencapai kesempurnaan. Lewat upacara adat Mangongkal Holi
ini maka akan tercapai hasangapon yang artinya kehormatan atau kemuliaan sebuah
marga atau keturunan.

6
2. Menjalin Hubungan Baik antara Suku Batak
Tradisi Mangongkal Holi merupakan tradisi yang cukup besar jika dilaksanakan.
Yang terlibat dalam pelaksanaan Mangongkal Holi merupakan keluarga besar dari leluhur
dan tetangga sekampung. Dalam melaksanakan setiap rangkaian kerabat akan saling bahu
membahu untuk menyelesaikan tradisi ini, sehingga rasa saling menghargai tumbuh dan
dapat menjalin hubungan baik antar sesama.

3. Mempererat Hubungan antara Keluarga atau Marga


Tradisi Mongongkal Holi ini merupakan adat Suku Batak sebagai bentuk
penghormatan kepada leluhur atau orang tua, yang dilakukan dengan kekeluargaan (dari
awal pelaksanaan kegiatan sampai akhir) untuk bisa bersama-sama mengangkat martabat
atau marga keluarganya. Tradisi ini menjadi salah satu wadah untuk berkumpulnys
anggota keluarga besar atau marga, sehingga dapat saling mengenal satu dengan yang
lainnya dan dapat mempererat hubungan kekeluargaan.

2.4 Unsur Kimia yang Terdapat dalam Tradisi Mangongkal Holi


Tradisi turun-menurun masyarakat Batak yaitu Mangongkal Holi (mengambil
tulang-belulang dari makam leluhur yang sudah lama meninggal). Tulang-belulang yang
diambil akan ditempatkan di dalam peti, setelah itu akan diletakan dalam sebuah
bangunan tugu khusus untuk menyimpan tulang-belulang leluhur. Adapun unsur kimia
yanng terkandung dalam tradisi Mangongkal Holi, yaitu sebagai berikut.
1. Membersihkan tulang-belulang dengan karbol
Karbol merupakan pembersih yang mengandung banyak zat kimia antara lain seperti
Cresylic Acid, Ethoxylated Alcohol, Benzalkonium Chloride, Sodium Laureth Sulfate
(SLS). Senyawa-senyawa tersebut dapat membersihkan tulang-belulang dari kotoran
(tanah yang menempel).

2. Membersihkan tulang-belulang dengan air kunyit


Dalam tradisi Mangongkal Holi, membersihkan tulang-belulang dengan air kunyit
setelah penggalian makam memiliki tujuan agar warna dari tulang-belulang tidak pudar.
Kunyit mengandung senyawa yang dapat mengawetkan. Senyawa yang terkandung
dalam kunyit salah satunya adalah kalsium yang dapat mempengaruhi warna dari tulang-
belulang (kekuatan tulang-belulang). Kunyit juga mengandung zat besi yang dapat
menjaga kekuatan tulang.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mangongkal Holi adalah sebuah tradisi upacara adat yang diselenggarakan untuk
menggali makam orang yang sudah lama meninggal untuk diambil tulang-belulangnya
dan dipindahkan ke tempat baru. Tradisi Mangongkal Holi melewati lima rangkaian
proses acara, yang meliputi Tinopot Ma Aka Hula-Hula Ni Si Okalon I, Martonggo Raja,
Proses Penggalian Makam, Upacara Serah Terima Tulang, dan yang diakhiri dengan
Upacara Mangongkal Holi.
Dalam tradisi Mangongkal Holi terkandung nilai agama, yaitu dalam rangkaian
tradisi Mangongkal Holi dipanjatkan doa dan pujian-pujian kehadapan Tuhan Yang Maha
Esa yang dipimpin oleh pemuka agama (pendeta) memiliki tujuan agar pelaksanaan
tradisi berjalan dengan lancar dari awal hingga akhir acara. Nilai etika yang terdapat
dalam tradisi Mangongkal Holi, yaitu menghormati orang tua Atau leluhur, menjalin
hubungan baik antara suku Batak, dan mempererat hubungan antara keluarga atau marga,
Ada juga unsur kimia yang terkandung dalam tradisi Manngongkal Holi, yaitu
membersihkan tulang-belulang dengan karbol, dan membersihkan tulang-belulang
dengan air kunyit.

8
DAFTAR PUSTAKA

Akhyar, Aqmarul. 2020. Tradisi Mangokal Holi.


https://tribunmedanwiki.tribunnews.com/2020/10/14/tradisi-mangokal-holi.
(Diakses tanggal 11 Maret 2021)
Hutagaol, Firman Oktavianus, dan Iky Sumarthina P. Prayitno. 2020. Perkembangan
Ritual Adat Mangongkal Holi Batak Toba dalam Kekristenan di Tanah Batak.
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/anthropos. (Diakses tanggal 11 Maret
2021).
Hutapea, Asfika Yogi. 2015. Upacara Mangokal Holi pada Masyarakat Batak di Huta
Toruan, Kecamatan Banuarea, Kota Tarutung Sumatera Utara. Volume II No. 2.
Jimbaran: Universitas Udayana.
Nasution, F.H. 2019. 70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Bhuana Ilmu
Populer.
Rahmawati, Fatimah. 2020. 6 Fakta Menarik Mangokal Holi, Tradisi Pemindahan
Tulang Belulang Leluhur Suku Batak. https://www.merdeka.com/sumut/6-fakta-
menarik-mangokal-holi-tradisi-pemindahan-tulang-belulang-leluhur-suku-
batak.html#:~:text=Mangokal%20Holi%20adalah%20sebuah%20tradisi,sebagai%
20bentuk%20penghormatan%20kepada%20leluhur. (Diakses tanggal 11 Maret
2021).
Ritzer, G. 2012. Teori Sosiologi Klasik: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
Terakhir Postmodern (edisi Kedelapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sagala, M. 2008. Injil dan Adat Batak: Menggali Tulang-Belulang Ompung. Jakarta:
Yayasan Bina Muda.
Schreiner, L. 2003. Adat dan Injil: Perjumpangan Adat dengan Iman Kristen di Tanah
Batak. Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia.
Singgih, E.G. 2007. Berteologi dalam Konteks. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Situmorang, S. 2009. Toba Na Sae. Jakarta: Komunitas Bambu.

Anda mungkin juga menyukai