Oleh:
Dosen Pengampu:
I Gede Pasek Mancapara, S.Ag., M.Ag.
i
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak etnis, suku, adat,
agama, maupun tradisi atau kepercayaan yang berbeda beda disetiap daerahnya. Suku
Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Salah satu tradisi yang
ada di Batak, yaitu Magongkal Holi. Mangongkal Holi adalah sebuah tradisi upacara adat
yang diselenggarakan untuk menggali makam orang yang sudah lama meninggal untuk
diambil tulang-belulangnya dan dipindahkan ke tempat baru. Tradisi Mangongkal Holi
melewati lima rangkaian proses acara, yang meliputi Tinopot Ma Aka Hula-Hula Ni Si
Okalon I, Martonggo Raja, Proses Penggalian Makam, Upacara Serah Terima Tulang,
dan yang diakhiri dengan Upacara Mangongkal Holi. Dalam tradisi Mangongkal Holi,
terkandunng nilai agama. Serta tradisi Mangongkal Holi juga mengandung nilai etika
seperti: menghormati orang tua atau leluhur, menjalin hubungan baik antara suku Batak,
dan mempererat hubungan antara keluarga atau marga.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum tradisi Mangokal Holi?
2. Bagaimana nilai agama dalam tradisi Mangokal Holi?
3. Bagaimana nilai etika yang terkandung dalam tradisi Mongal Holi?
4. Apa saja unsur kimia yang ada dalam tradisi Mongal Holi?
1.3 Tujuan
1. Bagaimana gambaran umum tradisi Mangokal Holi?
2. Bagaimana nilai agama dalam tradisi Mangokal Holi?
3. Bagaimana nilai etika yang terkandung dalam tradisi Mongal Holi?
4. Apa saja unsur kimia yang ada dalam tradisi Mongal Holi?
1.4 Manfaat
1. Memberikan pengetahuan dan menambah wawasan mengenai tradisi yang ada di
Indonesia khususnya tradisi Mangokal Holi
2. Dengan pengetahuan ini semua pihak yang membaca tidak melupakan tradisi
Mongokal Holi
3. Dengan pengetahuan yang diperoleh dari makalah ini, masyarakat Indonesia lebih
mencintai tanah air Indonesia serta mampu melestarikan tradisi maupun adat budaya
yang ada negara kita.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a. Tinopot Ma Aka Hula-Hula Ni Si Okalon I
Tradisi Mangongkal Holi ini diawali dengan Tinopot Ma Aka Hula-Hula Ni Si
Okalon I yang bertujuan untuk memanggil ketiga pihak, yaitu kelompok marga istri yang
digali atau tiga tingkatan di atas pihak yang memiliki acara (Ima Bona Ni Arina); keluarga
kandung atau satau marga/klan pihak istri yang akan digali (Hula-Hulana Nan I Okal);
pihak paman dari anak atau cucu yang ingin melakukan upacara (tulang na) yang
bertujuan untuk memberitahu atau meminta restu serta mengundang untuk turut hadir
dalam upacara yang akan dilakukan (Hutapea, 2015).
b. Martonggo Raja
Setelah dilakukan Tinopot Ma Aka Hula-Hula Ni Si Okalon I, dilanjutka dengan
proses Martonggo Raja, yaitu mengumpulkan semua pihak yang terkait atau terlibat
dalam upacara tradisi Mangongkal Holi (Hutapea, 2015). Dikutip dari artikel yang ditulis
oleh Fransiska Dessy Putri (2015), Martonggo Raja merupakan kegiatan yang wajib
dilaksanakan dalam pelaksanaan upacara Mangongkal Holi. Yang bertujuan untuk
mengetahui ataupun kesiapan dari pihak keluarga, kapan hari H pelaksanaa, peralatan,
dan biaya yang diperlukan dengan mengumpulkan semua anggota keluarga yang akan
melaksanakan upacara dengan mengundang dongan tubu, tulang, dongan sahuta agar
terlaksana kegiatan.
Dalam proses Martonggo Raja biasanya mengumpulkan semua para penetuah
kampung, marga yang menjalankan adat, teman sekampung, serta semua yang terkait
hubungan dengan adat yang akan dilakukan, begitu juga pihak yang akan melakukan
upacara adat untuk turut serta membantu pelaksanaan upacara ini. Pada proses Martonggo
Raja dilakukan pembacaan doa, bertujuan untuk keselamatan dan penggalian agar cepat
bisa menemukan tulang-belulang yang akan digali (Hutapea, 2015).
4
tanah sebanyak tiga kali. Setelah ditemukan tulang belulangnya, maka diberitahu kepada
pihak Boru Hasuhutan (suami dari anak perempuan kandung) untuk mengangkat tulang
belulang. Pihak laki-laki di makam sudah bersedia menerima tulang belulang dari pihak
Boru Hasuhutan, pihak laki-laki harus menjaga tulang belulang agar tetap bersih dan
dalam keadaan baik. Selanjutnya tulang belulang dibersihkan dengan air yang sudah
dicampur dengan karbol, dan air kunyit). Air kunyit berfungsi untuk mencegah atau
menjata tulang belulang agar warna dari tulang tidak pudar. Setelah selesai dibersihkan,
anak tertua akan mengumumkan bahwa proses penggalian makan sudah selsai. Setelah
semua selesai, pihak anak akan menyampaikan sepatah dua patah kata kepada pihak
paman untuk memberikan Ulos Timpus atau kain khas Batak yang digunakan untuk
melapisi atau membungkus tulang belulang (Hutapea, 2015). Ulos merupakan unsur
budaya Batak yang lambangkan kesucian. Setelah dibungkus dengan kain Ulos, tulang
belulang ditempatkan di Ampang (bakul) (Putri, 2015).
5
2.2 Nilai Agama dalam Tradisi Mangongkal Holi
Mangongkal Holi merupakan suatu pemaknaan akan nilai yang luhur terkandung di
dalam suatu tradisi. Mangongkal Holi merupakan suatu bentuk ekspresi masyarakat Toba
kepada para leluhur mereka, dan sebagai simbol untuk mempererat tali kekerabatan agar
kuat serta erat yang termanisfestasikan melalui Horja (pesta marga/pesta besar). Tradisi
Mangongkal Holi mengandung nilai-nilai agama dan spiritual. Nilai-nilai agama dan
spiritual dari tradisi Mangongkal Holi dapat dilihat melalui simbol maupun kegiatan
keagamaan. Adapun simbol atau kegiatan keagamaan yang terkandung dalam tradisi
Mangongkal Holi, yaitu dalam rangkaian tradisi Mangongkal Holi dipanjatkan doa dan
pujian-pujian kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang dipimpin oleh pemuka agama
(pendeta) memiliki tujuan agar pelaksanaan tradisi berjalan dengan lancar dari awal
hingga akhir acara. Dalam membungkus atau melapisi tulang-belulang yang telah
dibersihkan digunakan Kain Ulos. Kain Ulos juga merupakan salah satu nilai keagamaan
dalam tradisi Mangongkal Holi. Kain Ulos dipercaya memiliki nilai keimanan bagi
pembuat, pemberi, dan penerimanya. Kain Ulos menjadi simbol penyatuan antara
manusia dengan Tuhan dalam hal penyampaian doa dan harapan, karena setiap pemberian
Kain Ulos terdapat sebuah doa dan pengharapan bagi penerimanya (Schreiner, 2003).
Dalam tradisi Mangongkal Holi, Kain Ulos yang digunakan untuk melapisi atau
membungkus memiliki arti kesucian.
6
2. Menjalin Hubungan Baik antara Suku Batak
Tradisi Mangongkal Holi merupakan tradisi yang cukup besar jika dilaksanakan.
Yang terlibat dalam pelaksanaan Mangongkal Holi merupakan keluarga besar dari leluhur
dan tetangga sekampung. Dalam melaksanakan setiap rangkaian kerabat akan saling bahu
membahu untuk menyelesaikan tradisi ini, sehingga rasa saling menghargai tumbuh dan
dapat menjalin hubungan baik antar sesama.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mangongkal Holi adalah sebuah tradisi upacara adat yang diselenggarakan untuk
menggali makam orang yang sudah lama meninggal untuk diambil tulang-belulangnya
dan dipindahkan ke tempat baru. Tradisi Mangongkal Holi melewati lima rangkaian
proses acara, yang meliputi Tinopot Ma Aka Hula-Hula Ni Si Okalon I, Martonggo Raja,
Proses Penggalian Makam, Upacara Serah Terima Tulang, dan yang diakhiri dengan
Upacara Mangongkal Holi.
Dalam tradisi Mangongkal Holi terkandung nilai agama, yaitu dalam rangkaian
tradisi Mangongkal Holi dipanjatkan doa dan pujian-pujian kehadapan Tuhan Yang Maha
Esa yang dipimpin oleh pemuka agama (pendeta) memiliki tujuan agar pelaksanaan
tradisi berjalan dengan lancar dari awal hingga akhir acara. Nilai etika yang terdapat
dalam tradisi Mangongkal Holi, yaitu menghormati orang tua Atau leluhur, menjalin
hubungan baik antara suku Batak, dan mempererat hubungan antara keluarga atau marga,
Ada juga unsur kimia yang terkandung dalam tradisi Manngongkal Holi, yaitu
membersihkan tulang-belulang dengan karbol, dan membersihkan tulang-belulang
dengan air kunyit.
8
DAFTAR PUSTAKA