1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
di desa lain di Tanah Karo. Meskipun terhadap persamaan hak waris tersebut
pada dasarnya perkembangan hukum kemudian memicu ledakan gugatan
waris adat tersebut sama-sama terkait harta warisan bagi anak
menyatakan bahwa anak perempuan perempuan yang terjadi tak hanya di
berhak menerima bagian waris dari Pengadilan Negeri Kabanjahe, tetapi
harta peninggalan orangtuanya juga Pengadilan Negeri kota-kota lain
dimana ada masyarakat Batak Karo
Beberapa alasan yang mendasari berdomisili. Selain karena faktor
anak perempuan yang tidak lahirnya yrisprudensi tersebut, terdapat
mempunyai saudara laki-laki sebagai faktor-faktor lain yang mendorong
ahli waris dari harta orangtuanya, sikap menuntut keadilan terhadap
antara lain adalah:7 persamaan hak waris, yaitu:
a. Anak perempuan merupakan anak a. Besarnya tanggung jawab anak
kandung yang sah sebagai perempuan dalam hukum adat
keturunan dari si pewaris. Bila Batak Karo, jika melakukan
diperkarakan, maka keputusan perkawinan akan masuk menjadi
pengadilan maupun Mahkamah anggota dari merga suaminya.
Agung Republik Indonesia akan Merga yang mengambil anak
memutuskan dan menetapkan perempuan tersebut disebut
anak perempuan berhak sebagai dengan anak beru dalam sistem
ahli waris yang sah dari si kekerabatan adat Batak Karo.
pewaris. Karena anak perempuan menjadi
b. Adanya kesadaran dari saudara si bagian atau masuk ke dalam
pewaris akan bagian-bagian yang merga suaminya, maka anak
telah ditetapkan oleh orangtua perempuan itu adalah anak beru.
mereka terdahulu dalam Anak beru juga dinamakan
pembahagian warisan mereka sebagai si majekken lape-lape,
bersama si pewaris (sudah yaitu yang sebagai tempat
menjadi hak si pewaris yang akan berteduh bagi kalimbubu-nya.
jatuh kepada keturunannya) dan Lebih lanjut tugas/tugasnya antara
lain-lain. lain:
Selain membawa dampak − Mengatur jalannya pembicaraan
terhadap hukum waris adat Batak runggu (musyawarah) adat.
Karo, yurisprudensi tersebut juga
− Menyiapkan hidangan pada pesta.
mendorong adanya sikap menuntut
dari pihak perempuan terhadap − Menyiapkan peralatan yang
persamaan hak waris. 8 Sikap diperlukan pesta.
menuntut dari pihak perempuan
− Menanggulangi sementara semua
7 Damenta Tarigan, (pengetua adat),
biaya pesta.
wawancara, 10 Mei 2016, pukul 09.00 WIB, di Desa
− Mengawasi semua harta milik
Seberaya, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.
kalimbubunya yaitu wajib
8 Nuah Torong (tokoh dan pengamat menjaga dan mengetahui harta
masyarakat Karo), wawancara, 15 Mei 2016, di benda kalimbubunya.
Kota Kabanjahe.
9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
mempengaruhi pola pikir, pola tindak tesebut karena ada kerabatnya yang
dan laku dan nilai-nilai yang ada di bersengketa di Pengadilan Negeri
Masyarakat Batak Karo, khususnya Kabanjahe, yang putusannya merujuk
pada warga generasi baru. pada yurisprudensi tersebut.
Ketidaktahuan masyarakat akan
Fase ini berlangsung hingga saat keberadaan yurisprudensi tersebut
ini dimana pada masa sekarang sudah membuat masyarakat Desa Barusjahe
banyak orangtua dalam tetap menggunakan hukum adat yang
keluarga-keluarga masyarakat Batak telah berkembang sebagai dasar untuk
Karo di Kabanjahe yang melakukan melakukan pembagian warisan.
pembagian harta warisan dengan Apabila ada sengketa yang timbul
bagian yang sama antara anak laki-laki terkait pembagian harta warisan, maka
dan perempuan dengan kesadaran barulah ia karena jabatannya sebagai
sendiri tanpa harus melalui proses di pengetua adat memimpin runggu.
pengadilan. Meskipun pada beberapa Melalui runggu tersebutlah kemudian
keluarga Batak Karo di Kabanjahe ia menginformasikan kepada pihak
masih ada yang menghormati dan yang bersengketa tentang keberadaan
mempertahankan sistem pembagian yurisprudensi ini, sehingga biasanya
warisan berdasarkan hukum waris adat para pihak kemudian akan lebih
karo yang lama, yaitu tidak adanya memilih menyelesaikan sengketa
hak bagi anak perempuan untuk tersebut melalui musyawarah dan
mendapatkan bagian warisan. mufakat tanpa melalui jalur peradilan
C. Efektivitas Yurisprudensi nasional (pengadilan negara).10
Mahkamah Agung Republik Menurut Damenta Tarigan,
Indonesia No.179/K/Sip/1961 sebagian besar masyarakat di Desa
Terhadap Hak Mewaris pada Seberaya mengetahui tentang
Masyarakat Batak Karo di Kota keberadaan yurisprudensi yang
Kabanjahe, Kabupaten Karo, menyamakan hak waris antara anak
Provinsi Sumatera Utara. laki-laki dan perempuan tersebut.
Bila membicarakan efektivitas Hanya saja masyarakat lebih memilih
hukum dalam masyarakat berarti untuk menggunakan hukum adat yang
membicarakan daya kerja hukum itu sudah berkembang dalam hal
dalam mengatur dan atau memaksa pembagian warisan. Hal tesebut
masyarakat untuk taat terhadap dikarenakan, masyarakat Desa
hukum. Bahwa orang harus berbuat Seberaya sangat menjunjung tinggi
sesuai dengan yang diharuskan oleh hukum adat yang berlaku dan merasa
peraturan hukum. masih lebih nyaman untuk
menggunakannya serta sebagai sebuah
Saruddin Bangun mengatakan, penghormatan kepada para leluhur dan
bahwa di desa dimana ia menjabat nenek moyang yang telah dengan
sebagai pengetua adat tidak banyak
masyarakat yang mengetahui
eksistensi/keberadaan Yurisprudensi
Mahkamah Agung Republik Indonesia 10 Saruddin Bangun (pengetua adat),
No.179/K/SIP/1961, bahkan ia sendiri wawancara, 10 Mei 2016, pukul 16.00 WIB, di Desa
tahu tentang adanya yurisprudensi Barusjahe, Kecamatan Tigajumpa, Kabupaten Karo.
12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
13
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
Karo akan merasa sangat malu sebagai hukum yang hidup di seluruh
apabila dikatakan tidak tahu adat. Indonesia, bahwa antara anak laki-laki
Adalah suatu kebanggaan dan anak perempuan, bersama-sama
tersendiri bagi orang Karo bila berhak atas harta warisan dalam arti
dapat menjalankan aturan adat bagian anak lelaki adalah sama dengan
istiadatnya dengan baik dan akan perempuan telah menciptakan hukum
mendapatkan pujian moral dari yang baru dengan mengubah hukum
masyarakat Karo itu sendiri. 13 yang lama dengan dasar pertimbangan
Sejak kecil orang Karo juga telah bahwa hukum yang lama tidak sesuai
diajari untuk pandai-pandai lagi dengan masyarakat tempat hukum
menjaga diri dan nama baik itu berlaku. Diharapkan perkembangan
keluarga. Mereka hidup dengan yang telah dilakukan oleh putusan
kekeluargaan dan kebersamaan hakim yang ditetapkan menjadi
yang tinggi di lingkungan yurisprudensi ini dapat mengangkat
tradisional, sehingga sifat-sifat hak-hak anak perempuan sama sebagai
tersebut juga ikut diturunkan ahli waris. Pengadilan melalui
secara turun temurun. yurisprudensi tersebut berusaha
membawa perkembangan hukum tidak
3. Berdasarkan hasil survey di tertulis ke arah keseragaman hukum
lapangan, tidak ditemukan adanya yang seluas-luasnya. Sebagai
jejak usaha dari pemerintah untuk penemuan hukum dari hakim
terjun langsung ke dalam yurisprudensi ini cukup berharga
masyarakat untuk sebagai faktor pembentukan hukum
mensosialisasikan Yurisprudensi nasional, karena yurisprudensi sebagai
Mahkamah Agung Republik salah satu sumber hukum di Indonesia,
Indonesia No.179/K/Sip/1961 ini sehingga dapat dijadikan acuan dalam
kepada masyarakat Batak Karo di persamaan hak mewaris suku adat
Tanah Karo. Batak Karo.
Setelah keluarnya yurisprudensi Pada umumnya perubahan hukum
tersebut, terdapat kemajuan di bidang dilaksanakan atas suatu pertimbangan
teknologi, pendidikan, komunikasi, bahwa hukum yang lama tidak sesuai
dan pengaruh migrasi pada masyarakat lagi dengan perasaan keadilan
Batak Karo yang juga membawa masyarakat tempat hukum itu berlaku.
pengaruh terhadap cara berpikir dan Sebagai contoh, sejak
sikap serta kesadaran hukum diproklamirkannya kemerdekaan
masyarakat Batak Karo, khususnya di Negara Repoblik Indonesia pada
bidang waris Perkembangan dalam tanggal 17 Agustus 1945, hukum
hukum waris adat Batak Karo yang warisan kolonial sudah banyak
ditandai dengan lahirnya dirombak dan disesuaikan dengan
Yurisprudensi Mahkamah Agung hukum nasional. Perombakan dibidang
No.179/K/SIP/1961 yang menyatakan hukum adat yang tidak sesuai lagi
Mahkamah Agung menganggap tersebut memang dibutuhkan, namun
keberadaan adat istiadat yang masih
13 Damenta Tarigan, (pengetua adat), dipegang teguh sebagai jiwa sesuatu
wawancara, 10 Mei 2016, pukul 09.00 WIB, di Desa
masyarakat dan mampu menciptakan
Seberaya, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.f
kesejahteraan dan ketentraman dalam
14
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
masyarakat pada saat itu (tahun 1961) norma hukum yang hidup dalam
tidaklah perlu diubah secara radikal, masyarakat.
sebab sesuatu yang tidak sesuai dalam
hal ini justru malah akan menimbulkan Keputusan hakim dalam
perpecahan. Hukum adat itu Yurisprudensi No.179/K/Sip/1961
sebenarnya akan berubah sendiri tentang persamaan hak mewaris antara
akibat pengaruh ilmu pengetahuan, anak laki-laki dan perempuan sudah
teknologi, lingkungan dan zaman. sesuai dengan cita-cita hukum bangsa,
yaitu keadilan bagi seluruh masyarakat
Sifat hukum adat berkaitan erat Indonesia. Walaupun dalam hal ini
dengan unsur-unsur agama, tradisi, hakim terkesan mengesampingan
spititual, kepercayaan dan keyakinan hukum adat Batak Karo yang
masing-masing agama, akan menyatakan bahwa anak perempuan
menimbulkan masalah dalam usaha bukanlah ahli waris orangtuanya, akan
pembentukan hukum yang baru. Tentu tetapi penulis setuju dengan keputusan
saja akan menimbulkan konsekuensi hakim yang memberikan bagian hak
terbenturnya yurisprudensi tersebut waris yang sama rata antara anak
dengan keanekaragaman agama dan laki-laki dengan perempuan, karena
kepercayaan yang dianut, serta dengan demikian tercapailah tujuan
majemuknya sistem kekeluargaan di keadilan yang universal tanpa
Indonesia. Kenyataanya memang membeda-bedakan gender tersebut.
usaha-usaha perombakan hukum adat
menuju hukum nasional dari tiap-tiap B. Dampak yang Timbul Dalam
daerah selalu menempuh jangka waktu Masyarakat Batak Karo di Kota
dan pembahasan yang relatif lama. Kabanjahe Pasca Keluarnya
Yurisprudensi Mahkamah Agung
II. KESIMPULAN Republik Indonesia Nomor
179/K/Sip/1961
Berdasarkan dari pembahasan
yang telah penulis sampaikan dalam Dampak yang timbul dari lahirnya
penulisan hukum ini, maka dapat yurisprudensi ini tidak sekaligus
penulis simpulkan dalam uraian yang muncul, melainkan secara bertahap.
singkat dalam bab ini sebagai berikut: Dampak yang mucul ialah berupa
dampak positif dan Negatif.
A. Latar Belakang Hakim Mahkamah
Agung dalam Menjatuhkan Dampak positifnya, yaitu
Putusan Nomor 179/K/Sip/1961: masyarakat adat Batak Karo dalam hal
pewarisan sudah mengarah pada
Hakim menggali, mengikuti, dan kesepahaman pembagian hak waris
memahami nilai-nilai hukum dan rasa yang sama antara laki-laki dan
keadilan yang hidup dalam perempuan yang ditandai ditandai
masyarakat, sehingga berakhir dengan telah berkurangnya gugatan terkait hak
keputusan yang menekankan pada waris yang masuk ke Pengadilan
keadilan yang sifatnya universal, yaitu Negeri Kabanjahe dan sudah banyak
keadilan tanpa memandang adanya orangtua dalam keluarga masyarakat
perbedaan gender, namun tetap Batak Karo di Kabanjahe yang
menghargai nilai-nilai dan norma melakukan pembagian harta warisan
hukum adat sebagai nilai-nilai dan dengan bagian yang sama antara anak
15
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
16
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
17
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
18