Anda di halaman 1dari 21

ARTIKEL NILAI DAN NORMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Hubungan Nilai dan Norma dalam Kehidupan Manusia

Sikap menilai atas segala sesuatu adalah didorong oleh faktor-faktor dalam yang sudah
merupakan potensi dan kejenuhan manusia. Tetapi bagaimana menilai yang benar,
objektif adalah persoalan norma-norma, azas-azas normatif. Kebenaran, kebaikan,
kebajikan, kejujuran, cinta sesama, dan sebagainya adalah potensi martabat manusia.
Adalah menjadi idealisme manusia untuk merealisasi potensi martabat manusia.
Kebaikan manusia diukur dengan kenyataan seberapa jauh dia merealisasi potensi
martabat manusia itu di dalam tingkah lakunya. Martabat manusia dan kepribadian
seseorang selalu diukur dengan norma-norma yang berlaku dalam arti sejauh mana
manusia loyal dengan nilai-nilai yang berlaku. Dengan demikian nilai-nilai dan norma-
norma akan membentuk kepribadian manusia. Manusia tak berarti apa-apa tanpa
adanya nilai-nilai, norma-norma yang berlaku.

1. Nilai Sosial

Dalam realitas sosial kehidupan bersama, manusia memerlukan aturan hidup agar
tercipta keteraturAan sosial. Aturan hidup tersebut tidak selalu diwujudkan secara nyata,
tetapi terdapat dorongan dalam diri manusia untuk melakukan atau tidak melakukan hal
tertentu. Ada perasaan-perasaan tertentu jika orang melakukan atau tidak melakukan
hal tertentu. Meskipun terlihat abstrak, tetapi dapat dirasakan manfaatnya, bahkan ada
yang dapat dihayati secara mendalam dengan intensitas yang tinggi jadi nilai sosial
adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang pantas, yang berharga, yang
mempengaruhi perilaku social dari orang yang memiliki nilai itu.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa nilai sosial memiliki ciri-ciri antara lain : a)
merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi antara anggota, b)
membantu masyarakat agar berfungsi dengan baik, c) dapat dipelajari atau bukan
bawaan dari lahir, d) dapat mempengaruhi emosi, e) dapat mempengaruhi
perkembangan pribadi dalam masyarakat, baik secara positif maupun negatif, dll.
Sedangkan fungsi nilai antara lain: a) sebagai seperangkat alat yang siap dipakai untuk
menetapkan harga diri pribadi dan kelompok, b) mendorong, menuntun, dan terkadang
menekan manusia untuk berbuat baik, c) sebagai alat solidaritas di kalangan anggota
kelompok masyarakat, d) sebagai arah dalam berfikir dan bertingkah laku secara ideal
dalam masyarakat dan, e) menjadi tujuan akhir bagi manusia dalam memenuhi
peranan-peranan sosialnya.

2. Norma Sosial

Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain dalam
kelangsungan hidupnya. Agar kehidupan bersama bisa berjalan teratur, manusia
memerlukan aturan-aturan tertentu karena tidak semua orang bias berbuat menurut
kehendaknya sendiri. Untuk mencapai keteraturan dan kenyamanan hidup bersama,
manusia melakukan kesepakatan tentang apa yang boleh dilakukan, apa yang sebaik
tidak boleh dilakukan kepada orang lain. Kesepakatan bersama itulah yang disebut
norma social. Jadi norma sosial itu adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga
kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai paduan, tatanan, dan kendali tingkah laku
yang sesuai dan diterima secara bersama.
Norma-norma, aturan procedural dan aturan perilaku dalam kehidupan social pada
hakekatnya adalah bersifat kemasyarakatan. Maksudnya adalah bukan saja karena
norma-norma tersebut berkaitan dengan kehidupan social tetapi juga karena norma-
norma tersebut adalah pada dasarnya hasil dari kehidupan bermasyarakat. Norma-
norma adalah bagian dari masyarakat.

Norma tumbuh dari proses kemasyarakatan, ia menentukan batasan-batasan dari


perilaku dalam kehidupan masyarakat. Robert M.Z Lawang membagi norma menjadi
dua macam, yaitu adat istiadat (mores) dan kebiasaan (folkway). Sering juga adapt
istiadat ini menjadi hokum tertulis yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu. Adat
istiadat maupun hukum memiliki kekuatan mengikat yang tegas. Adapun kebiasaan
tidak memiliki kekuatan yang mengharuskan sanksi terhadap pelanggarannya tidak
terlalu berat, misalnya cemoohan, ejekan, sinis, atau si pelanggar akan dijauhi oleh
yang lain. Biasanya kebiasaan lebih mudah berubah dari pada adat atau hukum.

Norma-norma dalam masyarakat memiliki kekuatan yang mengikat yang berbeda-beda,


ada yang lemah dan ada yang kuat. Berdasarkan kekuatan mengikatnya norma dapat
dibagi sebagai berikut.

Cara (Usage);
merupakan norma yang menunjuk pada suatu bentuk perbuatan dan memiliki kekuatan
yang sangat lemah dibanding dengan kebiasaan.

Kebiasaan (Folkways);
merupakan norma yang memiliki kekuatan yang lebih besar dari cara (usage) dan
merupakan perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga dapat
dikatakan orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Kebiasaan merupakan
perikelakuan yang diterima masyarakat.

Tata Kelakuan (Mores) ; merupakan norma yang berkembang dari kebiasaan, dimana
kebiasaan tersebut tidak semata-mata dianggap sebagai cara berperilaku saja, tetapi
bahkan diterima sebagai norma-norma pengatur

Adat Istiadat (Custom); merupakan tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya
dengan pola-pola perilaku masyarakat. Anggota masyarakat yang melanggarnya akan
menderita sanksi yang keras yang kadang-kadang diterima secara tak langsung.

Berdasarkan bidang-bidangnya norma dibagi sebagai berikut:

Norma Agama, merupakan norma yang mengandung peraturan-peraturan yang sesuai


dengan agama dan kepercayaan yang dianut oleh seseorang atau masyarakat.

Norma Kesopanan, merupakan norma yang mengatur seseorang dalam bertingkah


laku dalam kehidupan bermasyarakat.

Norma Kebiasaan, merupakan tata aturan seseorang atau kelompok dalam melakukan
suatu kegiatan yang didasarkan pada tradisi atau perilaku yang berulang-ulang dalam
bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan.

Norma Kesusilaan, merupakan salah satu aturan yang berasal dar akhlak atau dari hati
nurani sendiri tentang apa yang baik dan apa yang buruk.
Norma Hukum, merupakan tata aturan yang paling tegas sanksi dan hukumnya yang
terdiri dari hukum tertulis (KUHP, Undang-Undang, PP) dan hukum tidak tertulis
misalnya hukum adat.

Nilai yang dimiliki seseorang mempengaruhi perilakunya. Sedangkan norma


sebenarnya mengatur perilaku manusia yang berhubungan dengan nilai yang terdapat
dalam suatu kelompok. Artinya, untuk menjaga agar nilai kelompok agar tetap bertahan,
lalu disusunlah norma-norma untuk menjaganya. Oleh karena itu pelanggaran terhadap
norma berarti juga pelanggaran terhadap nilai yang dimiliki oleh kelompok atau
masyarakat.

Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
mmmmmmmmmmmmm

ARTIKEL NILAI, NORMA, ETIKA DAN HUKUM

A.NILAI

1. PENGERTIAN NILAI

Merupakan prinsip umum tingkah laku abstrak yang ada dalam pikiran anggota-anggota
kelompok yang merupakan komitmen yang positif dan standar untuk mempertimbangkan
tindakan dan tujuan tertentu. Fungsi nilai adalah sebagai pedoman, pendorong tingkah laku
manusia dalam hidup.

2. CIRI-CIRI NILAI

a. Bersifat abstrak yang ada dalam kehidupan manusia

b. Memiliki sifat normative

c. Berfungsi sebagai daya dorong atau motivator dan manusia adalah pendukung nilai.

3. NILAI HIERARKI

Max Sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama luhurnya dan sama
tingginya. Menurut rendahnya, Nilai-nilai dapat di kelompokan dalam 4 tingkatan sebagai
berikut:

1. Nilai-nilai kenikmatan

2. Nilai-nilai kehidupan

3. Nilai-nilai kejiwaan

4. Nilai-nilai kerohanian
Walter G Everst mengolongkan nilai-nilai manusiawai ke dalam delapan kelompok yaitu:

1. Nilai-nilai ekonomis

2. Nilai-nilai kejasmanian

3. Nilai-nilai hiburan

4. Nilai-nilai sosial

5. Nilai-nilai watak

6. Nilai-nilai estesis

7. Nilai-nilai intelektual

8. Nilai-nilai keagamaan

B. NORMA

1. PENGERTIAN NORMA

Merupakan kaidah atau aturan-aturan yang berisi petunjuk tentang tingkah laku yang harus
atau tidak boleh dilakukan oleh manusia dan bersifat mengikat, artinya seseorang wajib
menaati semua aturan yang berlaku di lingkungannya.

2. PEMBAGIAN NORMA

Menurut kekuatan yang mengikatnya, norma dibedakan menjadi empat yaitu :

a. Cara (usage) ; cara ini menunjuk pada bentuk perbuatan . cara ini lebih tamapak menonjol
dalam hubungan antar individudalam masyrakat. Pelanggaran atau penyimpangan terhadap
usage tidak menimbulkan sanksi hukum yang berat tapi hanya sekedar celaan, cemohoon,
sindiran, ejekan dsb.

b. Kebiasaan (folkways) yaitu perbuatan yang berulang-ulang dalam bentuk yang sama dan
merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut.

c. Tata kelakuan (mors) yaitu kebiasaan yang diterima sebagai norma pengatur, atau
pengawas secara sadar maupun tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya.

d. adat-istiadat (custum) yaitu tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola
perilaku masyarakat. Anggota masyarakat yang melanggaradat-istiadat akan mendapat sanksi
keras yang terkadang secara tidak langsung diperlukan.

3. FUNGSI NORMA

Fungsi norma social dalam masyarakat secara umum sebagai berikut : Norma merupakan
factor perilaku dalam kelompok tertentu yang memungkinkan seseorang untuk menentukan
terlebih dahulu bagaimana tindakan akan dinilai orang lain. Norma merupakan aturan ,
pedoman, atau petunjuak hidup dengan sanksi-sanksi untuk mendorong seseorang, kelompok
, dan masyarakat mencapai dan mewujudkan nilai-nilai social. Norma-norma merupakan
aturan-aturan yang tumbuh dan dan hidup dalam masyarakat sebagai unsur pengikat dan
pengendali manusia dalam hidup masyarakat.

C. ETIKA

1. PENGERTIAN ETIKA

Berasal dari bahasa Yunani “ethos”. Artinya: “custom” atau kebiasaan yang berkaitan dengan
tindakan atau tingkah laku manusia. Istilah Etika digunakan untuk menyebut ilmu dan prinsip
dasar penilaian baik buruknya perilaku manusia atau berisi tentang kajian ilmiah terhadap
ajaran moral. Etika adalah filsafat moral yang berkaitan dengan studi tentang tindakan baik
atau buruk manusia dalam mencapai kebahagiaan. Modal dasar dalam etika adalah
perilaku,,sedang perilaku manusia dipengaruhi oleh pikiran dan hati (perasaan).

2. FUNGSI ETIKA

Fungsi etika adalah sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai
moralitas. Orientasi kritis diperlukan karena kita dihadapkan dengan pluralisme moral. Etika
bersifat lebih umum, konseptual, dan hanya berlaku dalam pergaulan (saat ada orang lain).
Sedangkan moral bersifat lebih detail dan secara langsung, moral berlaku sepanjang hidup
(ada atau tidak ada orang lain.

D. HUKUM

1. PENGERTIAN HUKUM

Adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang


mengurusi tata tertib suatu masyarakat dan harus ditaati oleh masyarakat tersebut. Hukum
berisi sanksi yang tegas bagi mereka yang melanggar peraturan-peraturan tersebut. Unsur-
unsur yang terkandung dalam definisi hukum sebagai berikut :

1. peraturan dibuat oleh yang berwenang

2. tujuannya mengatur tata tertib kehidupan masyarakat

3. mempunyai ciri memerintah dan melarang

4. bersifat memaksa dan ditaati

2. SEBAB HUKUM HARUS DITAATI

Menurut UTRECHT, yaitu:

1. Karena orang merasakan bahwa peraturan dirasakan sebagai hukum. Mereka benar
berkepentingan akan berlakunya peraturan tersebut.

2. Karena orang harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman. Penerimaan rasional itu
sebagai akibat adanya sanksi-sanksi hukum supaya tidak mendapatkan kesukaran, orang
memilih untuk taat saja pada peraturan hukum karena melanggar hukum mendapat sanksi
hukum.

3. Karena masyarakat menghendakinya. Dalam kenyataannya banyak orang yang tidak


menanyakan apakah sesuatu menjadi hukum/belum. Mereka tidak menghiraukan dan baru
merasakan dan memikirkan apabila telah melanggar hingga merasakan akibat pelanggaran
tersebut. Mereka baru merasakan adanya hukum apabila luas kepentingannya dibatasi oleh
peraturan hukum yang ada.

4. Karena adanya paksaan (sanksi) sosial. Orang merasakan malu atau khawatir dituduh
sebagai orang yang asosial apabila orang melanggar suatu kaidah sosial/hukum.

3. TUJUAN HUKUM

Menurut : Apeldoorn adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil.
Prof. Soebekti, tujuan hukum adalah mengabdi tujuan negara yang intinya mendatangkan
kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya.

KOMENTAR 1. HUBUNGAN NILAI ETIKA, NORMA DAN HUKUM

Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan norma dan etika. Dalam pengertian inilah maka
kita memasuki wilayah norma sebagai penutup sikap dan tingkah laku manusia. Sedangkan
hubungan moral dengan etika sangat erat sekali dan kadangkala kedua hal tersebut di
samakan begitu saja. Namun sebenarnya kedua hal tersebut memiliki perbedaan. Moral
merupakan suatu ajaran-ajaran ataupun wewenang-wewenang, patokan-patokan, kumpulan
peraturan, baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak
agar menjadi manusia yang baik. Sedangkan Etika tidak berwenang menentukan apa yang
boleh atau tidak boleh di lakukan oleh seseorang. Etika sebagai sebuah nilai yang menjadi
pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku di dalam kehidupan
kelompok tersebut, tentunya tidak akan terlepas dari tindakan- tindakan tidak ethis. Tindakan
tidak ethis yang dimaksudkan disini adalah tindakan melanggar etika yang berlaku dalam
lingkungan kehidupan tersebut. Etika juga tidak terlepas dari hukum urutan kebutuhan (needs
theory). Menurut kerangka berfikir Maslow, maka yang paling pokok adalah bahwa
kebutuhan jasmaniah terpenuhi terlebih dahulu, agar dapat merasakan urgensi kebutuhan
estrem dan aktualisasi diri sebagai profesional. Pendapat kontroversial responden Kohlberg
menunjukkan bahwa menipu, mencuri, berbohong adalah tindakan etis apabila itu digunakan
dalam kerangka untuk melanjutkan hidup. Selanjutnya akan dibacarakan tentang sanksi
pelanggaran etika. Tindakan pelanggaran terhadap etika seperti beberapa contoh di atas, akan
menimbulkan beberapa jenis sanksi. · Yang pertama adalah sanksi sosial. Karena etika
merupakan norma-norma sosial yang berkembang dalam kehidupan sosial masyarakat, maka
jika terjadi pelanggaran, sanksi terhadap pelanggaran tersebut adalah sanksi sosial. ·
Sedangkan yang kedua adalah sanksi hukum. Secara umum hukum mengukur kegiatan-
kegiatan etika yang kebetulan selaras-sejalan dengan aturan hukum.

Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
mm
ARTIKEL NILAI SOSIAL, NORMA SOSIAL, PENYIMPANGAN SOSIAL, DAN
PENGENDALIAN SOSIAL

Nilai Sosial

A. Pengertian nilai sosial


Nilai (value) mengacu pertimbangan terhadap suatu tindakan, benda, cara, untuk mengambil
keputusan apakah sesuatu yang bernilai itu benar (mempunyai nilai kebenaran), indah (nilai
keindahan/estetik), dan religius (nilai ketuhanan).

Pengertian nilai sosial adalah penghargaan yang diberikan masyarakat terhadap sesuatu yang
dianggap baik, luhur, pantas, dan mempunyai daya guna fungsional bagi masyarakat.
Misalnya: kegiatan menolong orang lain dianggap pantas dan berguna, maka kegiatan
tersebut diterima sebagai sesuatu yang bernilai/berharga.

Pengertian lain mengatakan, bahwa nilai didefinisikan sebagai prinsip standar, atau kualitas
yang dianggap berharga atau diinginkan oleh orang yang memegangnya. Nilai merupakan
kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui perilaku sosial orang yang memiliki
nilai sosial tersebut. secara umum, nilai berkaitan dengan kemerdekaan seseorang untuk
bertindak.

Pendapat ahli sosiologi tentang nilai sosial


a. Prof. Dr. Notonegoro, membagi nilai menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut:
1. Nilai material
Yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani/unsur fisik manusia.
2. Nilai vital
Yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan
aktivitas.
3. Nilai kerohanian
Yaitu segala sesuatu yang berguna bagi batin (rohani) manusia. Nilai kerohanian dibedakan
menjadi 4 macam, yaitu:
1) Nilai kebenaran adalah nilai yang bersumber pada unsur akal manusia
2) Nilai keindahan adalah nilai yang bersumber pada perasaan manusia (nilai estetika)
3) Nilai moral (kebaikan) adalah nilai yang bersumber pada unsur kehendak atau kemauan
(karsa dan etika)
4) Nilai religius adalah nilai ketuhanan yang tertinggi, yang sifatnya mutlak dan abadi.

b. Robert M. Z. Lawang
Nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, pantas, berharga dan memengaruhi
perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai sosial itu.

c. C. Kluckhohn
Semua nilai kebudayaan pada dasarnya mencakupantara lain :
1) Nilai mengenai hakikat hidup manusia
2) Nilai mengenai hakikat karya manusia
3) Nilai mnegenai hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu
4) Nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan alam
5) Nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan sesamanya

d. Walter G. Everett
Nilai dibagi menjadi lima bagian :
1) Nilai-nilai ekonomi yaitu nilai-nilai yang berhubungan dengan sistem ekonomi. Hal
ini berarti nilai-nilai tersebut mengikuti harga pasar.
2) Nilai-nilai rekreasi yaitu nilai-nilai permainan pada waktu sengggang, sehingga
memberikan sumbangan untuk menyejahterakan kehidupan maupun memberikan kesegaran
jasmani dan rohani.
3) Nilai-nilai perserikatan yaitu nilai-nilai yang meliputi berbagai bentuk perserikatan
manusia dan persahabatan kehidupan keluarga, sampai dengan tingkat internasional.
4) Nilai-nilai kejasmanian yaitu nilai-nilai yang berhubungan dengan kondisi jasmani
seseorang.
5) Nilai-nilai watak yaitu nilai yang meliputi semua tantangan, kesalahan pribadi dan
sosial termasuk keadilan, kesediaan menolong, kesukaan pada kebenaran, dan kesediaan
mengontrol diri.

Setiap individu meyakini nilai-nilai tersendiri yang turut memberikan pengaruh pada nilai
yang dimiliki oleh masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan nilai, antara
lain:
a. Evolusi dari suatu kepercayaan dalam beragama
b. Perubahan dalam nilai moral
c. Pengaruh media masa
d. Perubahan dalam ekonomi
e. Inovasi dalam teknologi

B. Ciri-ciri nilai sosial


Nilai sosial mempunyai ciri sebagai berikut:
a. Merupakan hasil interaksi sosial antarwarga masyarakat, bahwasanya nilai sosial
diterapkan melalui proses interaksi antarmanusia yang terjadi secara intensif dan bukan
perilaku yang dibawa sejak lahir. Contoh: dengan memberikan contoh dan menanamkan
kedisiplinan semenjak kecil, seorang anak akan belajar dan menerima nilai penghargaan atas
waktu
b. Terbentuk melalui proses belajar (sosialisasi). Contoh: nilai menghargai persahabatan
dipelajari anak dari sosialisasinya dengan teman-teman sekolah.
c. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
d. Berupa ukuran atau peraturan sosial yang turut memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial.
Misalnya: tertibnya sebuah antrian menjadi ukuran bagaimana seorang atau sekelompok
masyarakat menghargai nilai antrian sekaligus merupakan aturan yang harus diikuti.
e. Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Contoh: di
negara-negara Barat waktu itu sangat dihargai sehingga keterlambatan sulit diterima
(ditoleransi). Sebaliknya di indonesia, keterlambatan dalam jangka waktu tertentu masih
dapat dimaklumi.
f. Dapat mempengaruhi pengembangan diri seseorang baik positif maupun negatif
g. Memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat.
h. Cenderung berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk pola
dan sistem sosial.
i. Dapat mempengaruhi kepribadian individu sebagai anggota masyarakat. Contoh: nilai
yang mengutamakan kepentingan pribadi akan melahirkan individu yang egois dan kurang
peduli pada orang lain. Adapun nilai yang mengutamakan kepentingan bersama akan
membuat individu lebih peka secara sosial.

C. Macam-macam nilai sosial


Nilai sosial berdasarkan ciri sosialnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu nilai dominan dan
nilai mendarah daging.
a. Nilai dominan
Nilai dominan yaitu nilai yang dianggap lebih penting dibandingkan nilai lainnya. Ukuran
dominan atau tidaknya didasarkan pada hal-hal berikut:
1) Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut. contoh: hampir semua orang/masyarakat
menginginkan perubahan kearah perbaikan di segala bidang kehidupan.
2) Lamanya nilai itu digunakan. Contoh: dari dulu sampai sekarang kota solo dan
yogyakarta selalu mengadakan tradisi sekaten untuk memperingati kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Yang diadakan di alun-alun keraton dan sekitar Masjid Agung
3) Tinggi rendahnya usaha yang memberlakukan nilai tersebut. contoh: menunaikan ibadah
haji merupakan salah satu rukun islam yang wajib dilaksanakan umat islam yang mampu.
4) Prestise/kebanggaan orang-orang yang menggunakan nilai dalam masyarakat. Contoh:
memiliki mobil mewah dan keluaran terakhir dapat memberikan prestise tersendiri.

b. Nilai yang mendarah daging


Nilai yang mendarah daging merupakan nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan.
Biasanya nilai tersebut telah terisolasi sejak seseorang masih kecil. Jika ia tidak
melakukannyamaka ia akan merasa malu bahkan merasa sangat bersalah. Contoh: seorang
guru melihat siswanya gagal dalam ujian akhir akan merasa telah gagal mendidiknya.

D. Fungsi nilai sosial


a. Sebagai alat untuk menentukan harga atau kelas sosial seseorang dalam struktur
stratifikasi sosial. Misalnya: kelompok ekonomi kaya (upper class), kelompok ekonomi
menengah (middle class), kelompok masyarakat kelas rendah (lower class)
b. Mengarahkan masyarakat untuk berfikir dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat.
c. Dapat memotivasi dan memberi semangat pada manusia untuk mewujudkan dirinya
dalam perilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh peran-perannya dalam mencapai tujuan.
d. Sebagai alat solodaritas atau pendorong masyarakat untuk saling bekerja sama untuk
mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai sendiri.
e. Pengawas, pembatas, pendorong, dan penekan individu untuk selalu berbuat baik.

Norma Sosial

A. Pengertian norma sosial


Kaidah atau norma yang ada di masyarakat merupakan perwujudan nilai-nilai yang dianut
oleh masyarakat tersebut. ada hubungan anatara nilai dan norma. Jika nilai merupakan
sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-citakan oleh masyarakat maka norma merupakan aturan
bertindak yang dibenarkan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.

Norma adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. norma disebut
pula peraturan sosial menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani
interaksi sosialnya. Keberadaan norma di masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu
kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk sejak lama.

Berdasarkan tingkat daya ikatnya, dibedakan menjadi:


a. Cara (Usage)
Adalah suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan oleh individu-individu dalam suatu
masyarakat. Norma ini berdaya ikat sangat lemah, sehingga pelanggaran terhadap norma ini
tidak mendapat sanksi yang berat. Contoh: bersendawa setelah makan bagi sekelompok
masyarakat dianggap tidak sopan, namun merupakan hal yang biasa bagi kelompok
masyarakat lain.

b. Kebiasaan (folkways)
Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan bentuk yang sama serta
dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas yang dianggap baik dan benar
oleh masyarakat. Contoh: kebiasaan seorang pelajar memberikan hadiah pada seorang
temannya yang sedang berulang tahun.

c. Tata keakuan (mores)


Tata kelakuan adalah sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sikap-sikap hidup dari
sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna melaksanakan pengawasan oleh
sekelompok masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Contoh: melarang berbuat kriminal
pada setiap anggota masyarakat dengan disertai adanya sanksi agar masyarakat menjadi
teratur dengan adanya larangan tersebut.
Fungsi tata kelakuan adalah:
1) Memberi batasan-batasan pada perilaku individu dalam kelompok masyarakat tertentu.
2) Mendorong seseorang agar sanggup menyesuaikan tindakan-tindakan dengan tata
kelakuan yang berlaku dalam kelompoknya.
3) Membentuk solidaritas atas anggota-anggota masyarakat dan sekaligus memberikan
perlindungan terhadap keutuhan dan kerja sama dalam masyarakat tersebut.

d. Adat istiadat (customs)


Adat istiadat adalah sekumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena
bersifat kekal dan berintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya. Diantara
keempat klasifikasi tersebut, adat istiadat memiliki konsekuensi yang paling keras bagi
pelanggarnya.

B. Ciri-ciri norma sosial


a. Umumnya tidak tertulis
b. Hasil dari kesepakatan masyarakat
c. Warga masyarakat sebagai pendukung sangat menaatinya
d. Apabila norma dilanggar maka yang melanggar norma harus menghadapi sanksi
e. Norma sosial kadang-kadang bisa menyesuaikan perubahan sosial, sehingga norma
sosial bisa mengalami perubahan.

C. Macam-macam norma sosial


a. Menurut resmi tidaknya norma, dibedakan menjadi:
1) Norma resmi (formal)
Yaitu patokan atau aturanyang dirumuskan dan diwajibkan dengan tegas oleh pihak yang
berwenang kepada semua anggota masyarakat, bersifat memaksa bagi semua anggota
masyarakat. Contoh: seluruh hukum yang tertulis dan berlaku di indonesia
2) Norma tidak resmi (nonformal)
Yaitu patokan atau aturan yang dirumuskan secra tidak jelas dan pelaksanaanya tidak
diwajibkan bagi anggota masyarakat. Norma itu tumbuh dari kebiasaan masyarakat, norma
ini bersifat tidak memaksa. Contoh: aturan makan, minum, berpakaian.

b. Menurut kekuatan sanksinya, dibedakan menjadi:


1) Norma agama
Yaitu peraturan sosial yang sifatnya mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar atau diubah karena
berasal dari wahyu Tuhan. Contoh: melaksanakan sembahyang, penyembahan kepada-Nya,
tidak berbohong, tidak berjudi, dan tidak mabuk-mabukan.

2) Norma hukum (laws)


Norma hukum adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu misalnya
pemerintahan atau negara. Contoh: wajib membayar pajak, bagi pengendara motor/mobil
wajib memiliki SIM, dll.

3) Norma kesopanan
Yaitu sekumpulan peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang berkenaan dengan
bagaimana seweorang harus bertingkah laku yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
Pelanggaran terhadap norma ini akan mendapatkan celaan, kritik, dll. Contoh: tidak
membuang ludah sembarangan dan selalu mengucapkan terima kasih jika diberi sesuatu.

4) Norma kesusilaan
Yaitu peraturan sosial yang berasal dari hati nurani. Norma ini menghasilkan akhlak,
sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik apa yang dianggap jelek.
Pelanggaran terhadap norma ini, berakibat sanksi pengucilan secara fisik (diusir) ataupun
batin (dijauhi). Contoh: berpegangan tangan, berpelukan di tempat umum antara laki-laki dan
perempuan.

5) Norma kelaziman
Yaitu tindakan manusia mengikuti kebiasaan yang umumnya dilakukan tanpa harus pikir
panjang karena kebiasaan itu dianggap baik, patut, sopan, dan sesuai dengan tata krama.
Contoh: cara berpakaian dan cara makan.
6) Norma mode (fashion)
Yaitu cara dan gaya dalam melakukan dan membuat sesuatu yang sifatnya berubah-ubah
serta diikuti banyak orang. Contoh: mode pakaian, mode rambut, dll.

D. Fungsi norma sosial


a. Sebagai aturan atau pedoman tingkah laku dalam masyarakat
b. Sebagai alat untuk menertibkan dan menstabilkan kehidupan sosial
c. Sebagai sistem kontrol sosial dalam masyarakat
Dengan adanya norma, maka kita mengerti apa yang boleh kita lakukan dan apa yang tidak
boleh kita lakukan

MATERI PENYIMPANGAN SOSIAL


1. Pengertian Penyimpangan Sosial
Penyimpangan adalah tindakan atau prilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang di
anut dalam lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun masyarakat. Penyimpangan
terhadap nilai dan norma dalam masyarakat disebut dengan deviasi (devation), sedangkan
pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut divian (deviant).
Berikut ini pengertian penyimpangan sosial yang di kemukakan oleh beberapa tokoh.
1. James W van de Zanden, penyimpangan sosial sebagai perilaku yang oleh sejumlah besar
orang di anggap tercela dan di luar batas toleransi.
2. Bruce J. Cohen, penyimpangan sosial sebagai perbuatan yang mengabaikan norma dan
terjadi jika seseorang atau kelompok tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat (dalam
buku Sosioloigi ; Suatu Pengantar, Terjemahan).

1. Penyebab Perilaku Menyimpang


Tidak semua individu mampu mengidentifikasi diri dengan nilai dan norma yang berlaku di
dalam masyarakat. Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku penyimpangan adalah
sebagai berikut.
1. Perbedaan status (kesenjangan) sosial antara si kaya dan di miskin yang sangat mencolok
mengakibatkan timbulnya rasa iri dan dengki sehingga terjadilah tindak korupsi dan kolusi.
2. Banyaknya pemuda putus sekolah (drop out) dan pengangguran.mereka yang tidak punya
keahlian tidak mungkin bisa bekerja di perkantoran, padahal mereka membutuhkan
sandang,pangan,dan tempat tinggal.
1. Teori Penyimpangan sosial
1. Teori Anatomi
Adalah kosekuensi dari perkembangan norma masyarakat yang makin lama makin kompleks
sehingga tidak tidak ada pedoman jelas yang dapat di pelajari dan di patuhi warga masyarakat
sebagai dasar dalam memilih dan bertindak yg benar.
2. Teori Pengendalian
Teori muncul di pengaruhi oleh dua factor.
1. Pengendalian dari dalam yang berupa norma-norma yang di hadapi
2. Pengendalian yang bersal dari luar,yaitu imbalan sosial terhadap konformitas dan sanksi
atau hukuman bagi masyarakat yang melanggar norma tersebut.

3. Teori Raekasi Sosial


Teori ini umumnya pemberian cap atau stigma mengubah perilaku masyarakat terhadap
seseorang yang menyimpang, apabila seseorang melakukan penyimpangan maka lambat laun
akan melakukan penyimpangan sekunder.
4. Teori Sosialisasi
Menurut para ahli sosiologi, munculnya perilaku menyimpang di dasaqrkan dengan adanya
ketidakpatuhan masyarkat untuk menghayati norma dan nilai yang dominan.

Pada lingkungan komunitas yang rawan dan kondusif bagi tumbuhnya perilaku menyimpang
adalha sebagi berikut.
1. Jumlah penduduk yang berdesak desakan dan padat.
2. Penghuni berstatus ekonomi rendah.
3. Kondisi perkampungan yang sangat buruk.
4. Banyak terjadi disorganisasi familiar dan sosial yang bertingkat tinggi.

1. Proses Pembentukan Perilaku Menyimpang


Pembentukan perilaku menyimpang terjadi karena proses sosiaisasi yang tidak sempurna dan
nilai – nilai subkebudayaan menyimpang.
2. Proses sosialisasi yang tidak sempurna
Dalam proses ini yang sangat berperan adalah agents of socialization atau pihak – pihak yang
melaksanakan sosialisasi. Adapun hal tersebut terdiri atas.
1. Keluarga ,
2. Sekolah,
3. Kelompok pergaulan, dan
4. Media masa

1. Bentuk – Bentuk Penyimpangan


Salah satunya adlah sebagai berikut.
1. Penyimpangan primer
Penyimpangan ini hanya bersifat sementara dan tidak di ulang kembali cirri – cirri nya
sebagai berikut.
1. Hanya bersifat sementara
2. Gaya hidup tidak di dominasi oleh perilaku menyimpang, dan
3. Masih dapat di terima secara sosial.
2. Penyimpangan secunder
Seseorang secara khas memperlihatkan perilaku menyimpang dan secara umum di kenal
sebagai seseorang yang menyimpang.
Cirri – cirri nya sebagai berikut.
1. Masyarakat tidak bisa menerima individu semacam itu,
2. Masyarakat umum telah mengetahuinya, dan
3. Gaya hidupnya di dominasi oleh perilaku menyimpang.
3. Penyimpangan Individu
Apabila seseorang melakukan penyimpangan dari subkebudayaan yang telah mapan dan
nyata nyata menolak norma –norma tersebut.

Cirri – cirri nya sebagai berikut :


1. Bertindak sendirian
2. Tidak merencanakan penyimpangan dengan siapa pun.
4. Penyimpangan kelompok
Penyimpangan ini adlah kegiatnyang di lakukan kelompok secara kolektif denga car yang
bertentangan tehadap norma-norma yang berlaku.
Contoh ; geng kejahatan, sindikat teorisme, dan mahafia.
Sifat – Sifat Penyimpangan
Sifat – sifat nya antara lain di bawah ini.
1. Penyimpangan yang bersifat positif
Penyimpangan ini tidak sesuai dengan aturan – aturan yang brlaku
2. Penyimpangan yang bersifat negative
Pada umumnya penyimpangan ini bercenderung kearah nilai – nilai sosial yang di pandang
rendah dan buruk sehingga dapat terjadi pembunuhan, perampokan, dan lain – lain.
1. Contoh penyimpangan sosial
Antara lain adlah sebagai berikut.
1. Penyalahgunaan narkotika
Penyalahgunaan narkotika dengan dosis teratur dapat bermanfaat untuk keoerluan kesehatan,
yaitu suntikan dalam peruses pembedahan. Penggunaan dengan dosis melampaui dapat
menimbulkan efek negative, yakni overdoasis.
2. Perilaku seksual di luar nikah
Adnya gambar – gambar porno bai itu di media cetak dan di media elektronik. Akibat
penyimpangan seksual yang paling mengerikan saatini adalah. Penyakit AIDS.
3. Perilaku krimainal lainnya
Antara lain seperti pencurian, perampokan, dan pembunuhan juga termasuk dalam perilaku
menyimpang yang sering di lakukan oleh orang – orang yang tidak mempunyai tanggung
jawab.
2. Homoseksualitas
Homoseksualitas adlah kecenderungan seseorang untuk tertarik kepada sesame jenis kelamin
sebagai mitra seksual nya.
3. Kenakalan remaja
Kenakalan ramaja sering menimbulkan kecemasan sosial karena remaja sebagai generasi
penerus terperosok kea rah perilaku negative.
4. Perkelahian pelajar
Perkelahian pelajar sebenarnya termasuk dalam kenakalan remaja karena merupakan bentuk
perilaku menyimpang.
1. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyimpangan Sosial
Upaya pencegahan tersebut antara lain sebagi berikut.
1. Peranan orang dewasa
2. Peranan situasi lingkungan
3. Peranan kesempatan sosialisai

MATERI PENGENDALIAN SOSIAL


A. Pengertian Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial adalah pengawasan dari suatu kelompok terhadap kelompok lain untuk
mengarahkan peran-peran individu atau kelompok sebagai bagian dari masyarakat agar
tercipta situasi, kemasyarakatan sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun pengertian pengendalian sosial menurut para ahli, antara lain sebagai berikut:
1. Peter L Berger
Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan
anggotanya yang menyimpang
2. Horton dan Hunt
Pengendalian sosial adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh sekelompok orang
tua atau masyarakat sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai harapan kelompok atau
masyarakat
3. Bruce J Cohen
Pengendalian sosial adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk mendorong
seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak-kehendak kelompok atau masyarakat
tertentu.
Pengendalian sosial memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut:
1. Agar masyarakat mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku.
2. Agar tercipta keserasian dan kenyamanan dalam masyarakat.
3. Agar pelaku penyimpangan kembali mematuhi norma yang berlaku.
Pengendalian sosial memiliki empat pola, yaitu pengendalian kelompok terhadap kelompok,
pengendalian kelompok terhadap anggota-anggotanya, dan pengendalian individu terhadap
individu lainnya dan pengendalian individu terhadap kelompok
1. Pengendalian kelompok terhadap kelompok
Pengendalian ini terjadi apabila suatu kelompok mengawasi perilaku kelompok lain,
misalnya polisi mengawasi masyarakat.
2. Pengendalian kelompok terhadap anggota-anggotanya
Pengendalian ini terjadi apabila suatu kelompok menentukan perilaku anggota-anggotanya,
misalnya suatu perusahaan yang mencatat seorang karyawannya yang telah berbuat kriminal
menggelapkan uang perusahaan.
3. Pengendalian individu terhadap kelompok
Misalnya seorang guru yang mengawasi siswa saat ujian berlangsung.
4. Pengendalian individu terhadap individu lainnya
Pengendalian ini terjadi apaibla individu melakukan pengawasan terhadap individu lain,
misalnya ibu mengawasi anaknya.
Sedangkan fungsi pengendalian sosial adalah sebagai berikut:
1. Mempertebal keyakinan masyarakat terhadap norma sosial.
2. Memberikan imbalan kepada warga yang menaati norma.
3. Mengembangkan rasa takut untuk tidak melakukan perbuatan yang dinilai mengandung
resiko.
4. Menciptakan sistem hukum (aturan yang disusun secara resmi dan disertai aturan tentang
ganjaran atau sanksi).
B. Sifat Pengandalian sosial
Sifat pengendalian sosial antara lain sebagai berikut.
1. Bersifat preventif
Adalah tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya pelanggaran-pelanggaran
terhadap norma-norma sosial. Contoh guru menasehati murid agar tidak terlambat datang ke
sekolah.
2. Bersifat Represif
Pengendalian sosial yang bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah terganggu
karena terjadinya suatu pelanggaran dengan cara menjatuhkan sanksi sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukan. Contoh sanksi skors diberikan kepada siswa yang sering
melanggar peraturan.
C. Proses Pengendalian Sosial
1. Secara Persuasif
Pengendalian sosial secara persuasif dilakukan tidak dengan kekerasan karena individu atau
kelompok diajak, disarankan, atau dibimbing untuk mematuhi atau berperilaku sesuai dengan
kaidah-kaidah dalam masyarakat.
2. Secara Koersif
Pengendalian sosial secara koersif dilakukan dengan kekerasan atau paksaan. Pengendalian
sosial dengan kekerasan dibedakan menjadi dua:
1) Kompulsi (paksaan), yaitu keadaan yang sengaja diciptakan sehingga seseorang terpaksa
menuruti atau mengubah sifatnya dan menghasilkan suatu kepatuhan yang sifatnya tidak
langsung. Contoh: diberlakukannya sanksi denda bagi pengendara sepeda motor yang tdak
memakai helm.
2) Pervasi (pengisian), adalah suatu cara penanaman atau pengenalan norma secara berulang-
ulang sehingga orang akan mengubah sikapnya sesuai dengan yang diinginkan. Contoh:
penyuluhan berulang-ulang tentang bahaya narkoba.
D. Cara-cara Pengendalian Sosial
Secara umum pengendalian sosial dapat dilakukan secara formal dan informal.
1. Pengendalian Sosial secara Formal
a. Pengendalian sosial melalui hukuman fisik
Pengendalian sosial cara ini dilakukan oleh lembaga-lembaga resmi atau yang diakui
keberadaannya. Contohnya penembakan pelaku teroris yang menyerang aparat kepolisian.
b. Pengendalian sosial melalui lembaga pendidikan
Pendidikan merupakan pengendalian sosial secara terencana dan berkesinambungan agar
terjadi perubahan-perubahan positif dalam perilaku seseorang. Dengan hal itu, diharapkan
perilaku tersebut tidak menyimpang dari norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku di
masyarakat.
c. Pengendalian sosial melalui ajaran agama
Setiap pemeluk agama akan berusaha sedapat mungkin menjalankan ajaran agamanya
tersebut dalam tingkah lakunya sehari-hari. Ajaran agama mempunyai sanksi mutlak. Hal ini
membuat ajaran agama sebagai media pengendalian sosial yang cukup besar pengaruhnya
dalam menjaga stabilitas masyarakat.
2. Pengendalian Sosial secara Informal
Secara informal pengendalian sosial dapat dilakukan melalui cemoohan, gosip, ostrasisme
dan fraundulens.
a. Cemoohan
Cemoohan adalah tindakan membicarakan seseorang dengan menggunakan kata-kata kiasan,
perumpamaan, atau kata-kata yang berlebihan serta bermakna negatif.
b. Desas-desus (gosip)
Desas-desus adalah berita yang menyebar secara cepat dan tidak berdasarkan fakta atau
bukti-bukti kuat.
c. Ostrasisme (pengucilan)
Ostrasisme adalah suatu tindakan pemutusan hubungan sosial dari sekelompok orang
terhadap seorang anggota masyarakat.
d. Fraundulens
Fraundulens merupakan bentuk pengendalian sosial yang umumnya terdapa pada anak kecil.
Misalnya, A bertengkar dengan B. Jika si A lebih kecil dari B, maka si A mengancam bahwa
dia mempunyai kakak yang berani yang dapat mengalahkan B.
E. Jenis-jenis Lembaga Pengendalian Sosial
a. Lembaga kepolisian
Polisi merupakan aparat resmi pemerintah untuk menertibkan keamanan. Tugas-tugas polisi,
antara lain memelihara ketertiban masyarakat, menjaga dan menahan setiap anggota
masyarakat yang dituduh dan dicurigai melakukan kejahatan yang meresahkan masyarakat,
misalnya pencuri, perampok dan pembunuh.
b. Pengadilan
Pengadilan lembaga resmi yang dibentuk pemerintah untuk menangani perselisihan atau
pelanggaran kaidah di dalam masyarakat. Pengadilan memiliki unsur-unsur yang saling
berhubungan satu sama lain. Unsur-nsur yang saling berhubungan dengan pengadilan adalah
hakim, jaksa dan pengacara. Dalam proses persidangan, jaksa bertugas menuntut pelaku
untuk dijatuhi hukuman sesuai peraturan yanag berlaku. Hakim bertugas menetapkan dan
menjatuhkan putusan berdasarkan data dan keterangan resmi yang diungkapkan di
persidangan. Pengacara atau pembela bertugas mendampingi pelaku dalam memberikan
pembelaan.
c. Tokoh adat
Tokoh adat adalah pihak ang berperan menegakkan aturan adat. Peranan tokoh adat adalah
sangat penting dalam pengendalian sosial. Tokoh adat berperan dalam membina dan
mengendalikan sikap dan tingkah laku warga masyarakat agar sesuai dengan ketentuan adat.
d. Tokoh agama
Tokoh agama adalah orang yang memiliki pemahaman luas tentang agama dan menjalankan
pengaruhnya sesuai dengan pemahaman tersebut. Pengendalian yang dilakukan tokoh agama
terutama ditujukan untuk menentang perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma
agama.
e. Tokoh masyarakat
Tokoh masyarakat adalah setiap orang yang memiliki pengaruh besar, dihormati, dan
disegani dalam suatu masyarakat karena aktivitasnya, kecakapannya dan sifat-sifat tertentu
yang dimilikinya.
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
mmmmmmmmmmmmm

Anda mungkin juga menyukai