Anda di halaman 1dari 38

SEMINAR ARSITEKTUR

“PASAR TRADISIONAL BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI


PEDAGANG PASAR BLAURAN DI KOTA PALANGKA RAYA”

DISUSUN OLEH :
JESICA GUSTIANA
DBB 117 012

DOSEN PEMBIMBING :
DR. INDRABAKTI SANGALANG, S.T., M.T
NIP. 19750111 200003 1 003

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
TAHUN 2021
DAFTAR ISI

Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………
1.2 Identifikasi Masalah……………………………………………………
1.3 Rumusan Masalah……………………………………………………...
1.4 Ruang Lingkup Permasalahan………………………………………….
1.5 Tujuan Dan Sasaran…………………………………………………….
1.6 Metodologi………………………………………………………………
1.7 Sistematika Penulisan……………………………………………………
1.8 Kerangka Pemikiran……………………………………………………..

Bab II Tinjauan Pustaka


2.1 Pasar…………………………………………………………………….
2.1.1 Pengertian Pasar…………………………………………………
2.1.2 Fungsi Pasar……………………………………………………..
2.1.3 Ciri – Ciri Pasar…………………………………………………
2.1.4 Jenis Pasar……………………………………………………….
2.2 Pasar Tradisional…………………………………………………………
2.2.1 Ciri – Ciri pasar Tradisional……………………………………...
2.3 Pengertian Persepsi……………………………………………………….
2.4 Pengertian Preferensi……………………………………………………..
2.5 Teori Optimasi……………………………………………………………
2.6 Tatanan Ruang Pada Pasar Tradisional…………………………………..
2.7 Kesimpulan Tinjauan Pustaka……………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari, keberadaan pasar sangatlah penting. Hal ini dikarenakan
apabila ada kebutuhan yang tidak dapat dihasilkan sendiri, maka kebutuhan tersebut dapat
diperoleh di pasar. Para konsumen atau pembeli datang ke pasar untuk berbelanja dan memenuhi
kebutuhannya dengan membawa sejumlah uang guna membayar harganya.

Pasar dapat dititik beratkan dalam arti ekonomi yaitu untuk transaksi jual dan beli. Pada
prinsipnya, aktivitas perekonomian yang terjadi di pasar didasarkan dengan adanya kebebasan
dalam bersaing, baik itu untuk pembeli maupun penjual. Penjual mempunyai kebebasan untuk
memutuskan barang atau jasa apa yang seharusnya untuk diproduksi serta yang akan di
distribusikan. Sedangkan bagi pembeli atau konsumen mempunyai kebebasan untuk membeli
dan memilih barang atau jasa yang sesuai dengan tingkat daya belinya.

Badan pusat statistik mencatat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Tengah


pada triwulan III tahun 2020, mengalami kontraksi atau minus 3,12 persen dibandingkan
triwulan III tahun 2019. Dari sisi produksi, hanya 7 kategori yang masih mampu tumbuh positif,
sisanya 10 kategori terjadi kontraksi. Kategori dengan konstraksi terbesar adalah kategori jasa
lainnya yang tumbuh negatif sebesar 24,24 persen. Dari sisi pengeluaran, semua komponen
mengalami kontraksi terbesar terjadi pada komponen ekspor barang dan jasa yang tumbuh
negatif sebesar 13,38 persen.

Di kota Palangka Raya, terdapat sebuah pasar yang menjadi tempat jual beli yang sering
di kunjungi oleh masyarakat kota Palangka Raya dan juga masyarakat dari kabupaten lain yaitu
Pasar Blauran. Pasar Blauran merupakan pasar terbesar yang ada di kota Palangka Raya. Orang –
orang yang berada di pasar tersebut memiliki berbagai tujuan seperti terdapat orang yang
berjualan, orang yang membeli berbagai macam barang untuk pribadi dan juga eceran untuk
dijual kembali di daerahnya.
Dari dulu hingga sekarang, Pasar Blauran kota Palangka Raya dikenal dengan barang jualannya
yaitu kebutuhan sandang manusia seperti pakaian, sepatu, sendal dan lainnya. Terkait nama
Blauran, menurut masyarakat setempat memiliki arti berantakan mengingat pasar Blauran yang
padat dan sempit sehingga penataan tempat para pedagang berjualan terlihat berantakan dan
tidak tertata dengan baik.begitupula dengan lahan parkir pada pasar Blauran tersebut yang
terlihat kurang tertata dengan baik. Karena padatnya kawasan pasar blauran pada saat mulai
beraktivitas maka perlu adanya sebuah pasar tradisional baru di kota Palangka Raya untuk
menampung para pedagang tersebut.

Pasar Blauran ini tidak buka 24 jam seperti hal nya pasar besar yang berada di dekat
pasar blauran tersebut. Pasar Blauran mulai beroperasi pada pukul 3 sore hingga jam 12 malam.
Keberadaan pasar besar saling mendukung pasar Blauran. Pasar besar memberikan wadah bagi
pasar Blauran untuk beroperasi.

Peraturan Presiden No.112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang mengatur dasar perencanaan dan
penyelenggaraan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, serta hubungan
keruangan di antara ketiganya dan daerah layanannya. Peraturan tersebut menjadi penting
mengingat desakan atau keinginan mengembangkan kawasan pasar. Tiga hal penting dalam
peraturan tersebut adalah definisi dan tolok ukur masing-masing prasarana perdagangan tersebut,
tata letak dan persyaratan teknis dasar berserta manajemen.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH


Masalah yang muncul adalah di kota Palangka Raya masih kurang adanya pasar
tradisional yang nyaman dan baik sehingga perlunya diadakan angket berdasarkan persepsi dan
preferensi dalam sudut pandang pedagang khususnya pedagang pasar blauran mengenai pasar
tradisional yang sesuai harapan para pedagang tersebut.

1.3 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah, maka memerlukan kajian
terhadap pasar tradisional yang sesuai dengan presepsi dan preferensi para pedagang pasar
blauran agar dapat menjawab permasalahan sebagai berikut:
1. Tempat berjualan seperti apa yang diharapkan para pedagang pasar blauran?
2. Bagaimana tatanan dan sirkulasi pada pasar tradisional yang baik?

1.4 TUJUAN DAN SASARAN


1.4.1 TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pasar tradisional berdasarkan persepsi
dan preferensi pedagang pasar blauran beserta tatanan dan sirkulasi pada pasar tradisional yang
baik.

1.4.2 SASARAN

Penelitian ini dibuat untuk pedagang pasar blauran agar dapat mengedukasi mereka
tentang tatanan pasar tradisional yang nyaman dan aman.

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Batasan yang diambil dalam penelitian ini yaitu mengenai pasar tradisional yang
berdasarkan persepsi dan preferensi pedagang pasar blauran kota Palangka Raya.

1.6 METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Mencari data penunjang berupa literatur – literatur bersumber dari buku, ebook,
artikel, dan jurnal sebagai referensi kajian teori yang berkaitan dengan pasar tradisional

2. Studi banding
Mencari dan membuat sebuah objek studi banding yang berkaitan dan sesuai
dengan fungsi bangunan

3. Analisis Preseden

1.7 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika penulisan dalam studi ini terdiri dari lima bab yang meliputi :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran,
manfaat. lingkup penelitian, sistematika penulisan dan keaslian penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijelaksan mengenai landasan teori dan
perundang-undangan, peraturan-peraturan terkait dengan studi ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai Langkah-langkah yang diambil oleh penulis dalam rangka
untuk mengumpulkan informasi atau data serta melakukan investigasi pada data yang telah
didapatkan tersebut.
BAB IV ANALISA
Bab ini menjelaskan hasil analisis dari hasil penelitian pasar tradisional berdasarkan presepsi
dan preferensi pedagang pasar blauran kota Palangka Raya
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bagian yang terakhir dari studi, yang akan mengemukakan kesimpulan
dan rekomendasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian ini memuat sumber yang menjadi referensi dalam melakukan penelitian
1.8 KERANGKA PENELITIAN

“PASAR TRADISIONAL BERDASARKAN PERSEPSI DAN


PREFERENSI PEDAGANG PASAR BLAURAN DI KOTA PALANGKA

Latar Belakang
 Isu dan fenomena: Pembangunan Pasar Tradisional baru untuk para
pedagang pasar blauran
 Fakta: Pasar Blauran merupakan pasar yang menutup jalan milik pasar besar
 Alasan Logis: Perlu adanya pasar tradisional baru untuk menampung
pedagang pasar blauran

Identifikasi Masalah
Di kota Palangka Raya masih kurang adanya pasar tradisional yang nyaman dan baik sehingga perlunya
diadakan angket berdasarkan persepsi dan preferensi dalam sudut pandang pedagang khususnya pedagang
pasar blauran mengenai pasar tradisional yang sesuai harapan para pedagang tersebut.

Rumusan Masalah
1. Pasar Tradisional seperti apa yang di harapkan oleh para pedagang pasar
blauran?
2. Bagaimana potensi wilayah untuk pasar Tradisional yang baru?

Tujuan dan Sasaran


Melakukan penelitian terhadap presepsi dan preferensi pedagang pasar Blauran
terhadap pasar tradisional yang baru.

Tinjauan Pustaka Pengumpulan Data Studi Banding

Teori Analisa Pasar Tradisional


Tentang Pasar - Analisa Lokasi
Pasar Tradisional - Analisa Fasilitas
Tradision - Analisa Ruang
Tinjauan Pustaka

Analisis Preseden
Sintesa Sintesa

Pasar Tradisional Yang Berdasarkan Presepsi Dan Preferensi Pedagang Pasar Blauran
Dan Mendapatkan Tempat Untuk Pasar Tradisional Baru Tersebut
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 PASAR
2.1.1 Pengertian Pasar

Pengertian pasar dapat dititik beratkan dalam arti ekonomi yaitu untuk transaksi jual dan
beli. Pada prinsipnya, aktivitas perekonomian yang terjadi di pasar didasarkan dengan adanya
kebebasan dalam bersaing, baik itu untuk pembeli maupun penjual.Penjual mempunyai
kebebasan untuk memutuskan barang atau jasa apa yang seharusnya untuk diproduksi serta yang
akan di distribusikan. Sedangkan bagi pembeli atau konsumen mempunyai kebebasan untuk
membeli dan memilih barang atau jasa yang sesuai dengan tingkat daya belinya

Pasar menurut Weber adalah sebagai suatu organisasi ekonomi murni yang terpusat pada
konflik kepentingan ekonomi terutama antara seller dan buyers yang didalamnya terdapat
kompetisi dan pertukaran. Kompetisi untuk melihat siapa yang akan menjadi penjual terakhir dan
pembeli terakhir (perjuangan melalui pertukaran) (Sodality jurnal transdisiplin sosiologi,
komunikasi dan ekologi manusia Vol. 01, No. 02, Agustus 2007).

Menurut Belshaw (1981) pasar tidak hanya merupakan lembaga tukar menukar, tetapi
pasar berfungsi sebagai tempat penyebaran dan penyimpanan barang serta berpindahnya
komoditi dari satu orang ke orang lain, atau dari satu tempat ke tempat lain dan peranan satu ke
peranan lain.Jadi pasar adalah tempat yang memiliki unsur – unsur sosial, ekonomis,
kebudayaan, politis, tempat pembeli dan penjual saling bertemu untuk mengadakan tukar
menukar.

Damsar mendefinisikan pasar sebagai salah satu lembaga yang paling penting dalam
institusi ekonomi. Pasar merupakan salah satu institusi yang menggerakkan dinamika kehidupan
ekonomi. Pasar tidak lepas dari berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pembeli dan pedagang.
Pembeli dapat diklasifikasikan dalam beberapa tipe diantaranya pengunjung yaitu mereka yang
datang ke lokasi pasar tanpa mempunyai tujuan untuk melakukan pembelian terhadap sesuatu
barang atau jasa. Pembeli yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud untuk
membeli suatu barang atau jasa tetapi tidak mempunyai tujuan di(ke) mana ia harus membeli.
Pelanggan yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud membeli sesuatu barang
atau jasa dan mempunyai arah tujuan yang pasti di (ke) mana akan membeli.

Peraturan Presiden No.112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang mengatur dasar perencanaan dan
penyelenggaraan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, serta hubungan
keruangan di antara ketiganya dan daerah layanannya. Peraturan tersebut menjadi penting
mengingat desakan atau keinginan mengembangkan kawasan pasar. Tiga hal penting dalam
peraturan tersebut adalah definisi dan tolok ukur masing-masing prasarana perdagangan tersebut,
tata letak dan persyaratan teknis dasar berserta manajemen.

2.1.2 FUNGSI PASAR


Pasar yang berfungsi sebagai tempat atau wadah untuk pelayanan bagi masyarakat. Hal ini
dapat dilihat dari berbagai segi atau bidang diantaranya:

1. Segi Ekonomi
Merupakan tempat transaksi antara produsen dan konsumen yang merupakan komoditas
untuk mewadahi kebutuhan sebagai demand dan suplai.

2. Segi Sosial Budaya


Merupakan kontrak sosial secara langsung yang menjadi tradisi suatu masyarakat yang
merupakan interaksi antara komunitas pada sektor informal dan formal.

3. Segi Arsitektur
Menunjukkan ciri khas daerah, yang menampilkan bentuk-bentuk fisik bangunan dan
artefak yang dimiliki.

Dari ketiga segi atau bidang yang disebutkan diatas, dapat diambil atau diartikan
fungsi dari pasar adalah suatu wadah aktivitas dari tradisi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan, baik dilakukan secara barter maupun jual-beli yang diwujudkan dalam suatu
bangunan.

Selain itu fungsi pasar adalah :


o Pasar sebagai tempat keluar masuk orang tanpa larangan dan tanpa membedakan status.
o Pasar memberikan pelajaran bagi pedagang cara melayani konsumen dengan baik.
o Pasar sebagai fasilitas yang tumbuh secara organis

2.1.3 CIRI – CIRI PASAR


Berdasarkan dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan beberapa ciri – ciri pasar,
antara lain :
1. Terdapat calon pembeli dan penjual.
2. Terdapat jasa ataupun barang yang hendak untuk diperjualbelikan.
3. Terdapat proses permintaan serta penawaran oleh kedua pihak.
4. Terdapat interaksi diantara pembeli dan penjual baik itu secara langsung ataupun tidak
langsung.

2.1.4 JENIS PASAR


Jenis - jenis Pasar menurut Bentuk Kegiatan
Jenis pasar ini dibagi menjadi 2 yaitu pasar nyata atau pasar tidak nyata. Berikut
penjelasannya :
1. Pasar Nyata
Pasar nyata merupakan sebuah pasar dimana terdapat berbagai jenis barang yang
diperjualbelikan serta dapat dibeli oleh pembeli. Contoh dari pasar nyata ialah pasar
swalayan dan pasar tradisional.
2. Pasar Abstrak
Pasar abstrak merupakan sebuah pasar dimana terdapat para pedagang yang tidak
menawar berbagai jenis barang yang dijual serta tidak membeli secara langsung,
namun hanya menggunakan surat dagangan saja. Contoh dari pasar abstrak adalah
pasar online, pasar modal, pasar valuta asing, dan pasar saham.
Jenis - jenis Pasar menurut Transaksi
Jenis pasar ini dibedakan menjadi pasar tradisional serta pasar modern.
1. Pasar Tradisional
Pasar tradisional ialah pasar yang sifatnya tradisional dimana para pembeli dan penjual
dapat saling tawar menawar secara langsung. Berbagai jenis barang yang diperjualbelikan
merupakan barang yang berupa barang kebutuhan pokok sehari-hari.
2. Pasar Modern
Pasar modern merupakan suatu pasar yang sifatnya modern dimana terdapat berbagai
macam barang diperjualbelikan dengan harga yang sudah pas dan dengan layanan sendiri.
Tempat berlangsungnya pasar modern adalah di plaza, mal dan tempat-tempat yang
lainnya. Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini
penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label
harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya
dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang
dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar
barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar
modern adalah pasar swalayan dan
hypermarket, supermarket, dan minimarket.

2.1.5 Klasifikasi pasar


Menurut Pedoman Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan yang ditetapkan oleh
Kementrian (61/M-DAG/per8/2015), terdapat klasifikasi bangunan pasar berdasarkan luasan bangunan
pasar dan jumlah pedagang yang ada, yaitu:
1. Tipe A Kriteria:
a. Memiliki luas lahan minimal 5000 m2
b. Memiliki jumlah pedagang minimal 750 orang
c. Jam operasional harian
d. Berlokasi di ibukota provinsi/kabupaten/kota

2. Tipe B Kriteria:
a. Memiliki luas lahan minimal 2000 m2
b. Memiliki jumlah pedagang minimal 150 orang
c. Jam operasional minimal 3 kali dalam seminggu
d. Berlokasi di ibukota kabuaten/kota

3. Tipe C Kriteria:
a. Memiliki luas lahan minimal 500 m2
b. Memiliki jumlah pedagang minimal 50 orang
c. Jam operasional minimal 2 kali dalam seminggu
d. Berlokasi di ibukota kecamatan/desa

4. Tipe D Kriteria:
a. Memiliki luas lahan minimal 500 m2
b. Memiliki jumlah pedagang minimal 50 orang
c. am operasional minimal 1 kali dalam seminggu
d. Berlokasi di ibukota kecamatan/desa

2.1.6 Tata Ruang Pasar


1. Tata Komoditi Barang
Dalam buku “Urban Market Developing Informat Retailing “ (1990) karya David Dewar dan Vanessa
Watson, pembagian tata ruang komoditi barang dagangan dibagi sesuai dengan sifat barang. Misalkan
barang dagangan seperti daging dan ikan dapat didekatkan area dagangnya karena memiliki sifat barang
yang sama seperti basah, butuh tempat pendingin, butuh ruang untuk memotong, dan lain-lain. Berikut
beberapa alasan mengapa barang dagangan harus dipisahkan sesuai dengan sifat barang tersebut:
a. Mempermudah konsumen untuk memilik dan membanding-bandingkan harga dan barang.
b. Banyaknya kemungkinan perilaku konsumen .
c. Karakter penanganan komoditi yang berbeda-beda, seperti tempat pencucian, tempat penyimpanan,
drainase.
d. Efek yang ditimbulkan pada tiap barang dagangan berbeda-beda. Seperti tampak barang dagangan dan
bau yang muncul.
e. Berbednya karakteristik tempat atau lingkungan yang dibutuhkan dari tiap barang. Seperti
pencahayaan, penghawaan dan lain-lain.

2. Ruang-ruang Terpinggirkan
Dalam penataan ruang pasar juga terdapat beberapa masalah yang dapat memberi efek tertentu terhadap
konsumen/pengunjung dan juga para pedagang. Salah satunya adalah masalah ruang terpinggirkan karena
adanya kesalahan dalam penataan ruang pasar terkait letak kios dan los. Hal ini mempengaruhi terhadap
sering atau tidaknya suatu kios dan los itu dikunjungi oleh pembeli. Dalam buku karya David Dewar dan
Vanessa Watson yang berjudul “Urban Market Developing Informat Retailing” (1990), terdapat
kemungkinan adanya sebuah area yang jarang sekali didatangi oleh pengunjung karena letaknya yang
dicirikan sebagai ruang mati. Terdapat 4 (empat) macam deadspots yang ada, yaitu:
a. Yang disebabkan karena titik pedagang terlalu tersebar/terpecah Titik atau area mati ini disebabkan
karena tatanan toko yang terletak saling berhadapan dan pada satu sisi posisi toko tersusun secara acak
sehingga terdapat titik yang kosong dan membentuk pertemuan sirkulasi.

b. Yang disebabkan karena adanya toko dan kios yang berhadapan dan membentuk pola siku

c. Yang disebabkan karena banyaknya pertemuan sirkulasi

d. Yang disebabkan karena sirkulasi pengunjung terlalu lebar

Selain masalah dead spots, juga terdapat bebera maslaah dalam penataan ruang pasar yang berhubungan
dengan tata komoditi barang dagangan. Antara lain: a. Jarak pertemuan pergerakan pembeli terlalu
pendek
b. Pergerakan pembeli terlalu lebar

c. Pergerakan pembeli terlalu sempit

Arah Sirkulasi Manusia Pada Pasar Menurut buku Data Arsitek Jilid 2 (2002) karya Ernst Neufert,
terdapat 3 jenis pola sirkulasi manusia pada sebuah pasar

Ukuran Sirkulasi Manusia Ukuran sirkulasi berfungsi untuk menentukan berapa ukuran lebar jalan yang
dibutuhkan di dalam pasar agar tidak terjadi kepadatan sirkulasi di dalamnya. Terdapat beberapa standar
ukuran sirkulasi manusia sesuai dengan berapa orang yang akan melewati jalan

Pola Sirkulasi Manusia Pada Bangunan Pada sebuah bangunan terdapat beberapa pola yang dijadikan
sebagai patokan perancangan, mulai dari pola sirkulasi, pola ruangan, dan pola bentuk ruang. Dalam
perancangan sebuah pasar, sangat penting untuk mengetahui bagaimana pola-pola sirkulasi yang biasa
dilakukan oleh manusia (D.K. Ching, 2007) yang nantinya akan mempengaruhi bagaimana penempatan
komoditas, kios-kios atau los, parkir, dan entrace. Berikut beberapa pola sirkulasi secara umum:
1. Pola Linear
Pola linear merupakan pola sirkulasi yang membntuk satu garis lurus yang dimulai dari satu titik dan
berakhir pada titik yang dituju. Pola ini biasa digunakan untuk menentukan deretan ruang yang akan
dibentuk. Pola linear ini biasa digunakan pada jalan, lorong, dan lainnya.

2. Pola Radial
Pola radial juga merupakan pola sirkulasi yang berawal dari satu titik yang menjadi pusat dan berakhir di
beberapa titik yang menyebar dan bisa juga kebalikannya. Pola ini digunakan untuk menciptakan ruang
yang kaya pergerakan contohnya seperti ruang gym.

3. Pola spiral
Seperti pada namanya, pola ini merupakan pola yang berbentuk memutar dan berujung pada satu titik di
tengah. Pola ini banyak digunakan dalam perancangan yang berada pada area lahan terbatas karena pola
sirkulasi akan diarahkan kedalam atau ketengah, tidak menyebar keluar.

4. Pola Network
Pola network merupakan pola sirkulasi yang terbentuk menjadi jaringanjaringan grid. Karena adanya grid
tersebut maka banyak terdapat beberapa titik pertemuan yang saling menghubungkan ruang satu sama
lainnya. Dengan kata lain pola ini juga dikenal dengan pola titik terpadu. Sesuai dengan konsep gridnya,
pola ini biasa digunakan pada bangunan dan ruangan perkantoran, sekolah, dan lainnya

5. Pola Campuran
Pola ini adalah pola sirkulasi campuran dari keempat pola di atas. Pada pola ini dicoba untuk membentuk
sebuah perpaduan pada ruang, tetapi akan justru terlihat membingungkan.

2.2 PASAR TRADISIONAL


Pasar tradisonal adalah pasar yang kegiatan para penjual dan pembelinya dilakukan
secara langsung dalam bentuk eceran dalam waktu sementara atau tetap dengan tingkat
pelayanan terbatas.
Pasar tradisional adalah pasar yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dengan
pedagangnya sebagian besar adalah orang pribumi. Menurut Feriyanto (2006), pasar
tradisonal tersebut sebagian besar muncul dari kebutuhan masyarakat umum yang
membutuhkan tempat untuk menjual barang yang dihasilkan serta konsumen yang
membutuhkan barang barang tertentu untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Pasar tersebut
mempunyai fungsi yang positif bagi peningkatan perekonomian daerah yaitu :
 Pasar sebagai pusat pengembangan ekonomi rakyat.
 Pasar sebagai sumber retribusi daerah.
 Pasar sebagai tempat pertukaran barang.
 Pasar sebagai pusat perputaran uang daerah.
 Pasar sebagai lapangan pekerjaan.

Pasar tradisional adalah suatu pasar dimana tempat tersebut merupakan bertemunya para
penjual dan pembeli serta terdapat transaksi jual beli secara langsung serta pada umumnya terjadi
proses tawar-menawar. Bangunan dari pasar tradisional biasanya berupa los, kios-kios atau gerai,
serta dasaran terbuka yang dibuka oleh para penjual ataupun dari pengelola pasar. Kebanyakan
pasar tradisional menjual berbagai macam barang kebutuhan yang diperlukan sehari-hari, jasa
dan lain sebagainya. Pasar tradisional masih banyak ditemukan di daerah-daerah Indonesia.
Beberapa pasar tradisional yang terkenal adalah pasar Johar di Semarang, pasar Klewer di Solo,
pasar Beringharjo di Yogyakarta dan daerah-daerah yang lainnya. Pasar tradisional tersebut
masih terus mencoba untuk bertahan menghadapi serangan dari adanya pasar modern.

2.2.1 CIRI – CIRI PASAR TRADISIONAL


Ciri-ciri pasar tradisional adalah sebagai berikut:
1. Pasar tradisional dimiliki, dibangun dan atau dikelola oleh pemerintah daerah.
2. Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli.
Tawar menawar ini adalah salah satu budaya yang terbentuk di dalam pasar. Hal ini
yang dapat menjalin hubungan sosial antara pedagang dan pembeli yang lebih dekat.
3. Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama.
Meskipun semua berada pada lokasi yang sama, barang dagangan setiap penjual
menjual barang yang berbeda-beda. Selain itu juga terdapat pengelompokan
dagangan sesuai dengan jenis dagangannya seperti kelompok pedagang ikan, sayur,
buah, bumbu dan daging.
4. Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan lokal.
Barang dagangan yang dijual di pasar tradisonal ini adalah hasil bumi yang
dihasilkan oleh daerah tersebut. Meskipun ada beberapa dagangan yang diambil
dari hasil bumi dari daerah lain yang berada tidak jauh dari daerah tersebut namun
tidak sampai mengimport hingga keluar pulau atau negara.
Keungulan Pasar Tradisional yaitu :
o Pertama, dalam aktivitas ekonomi berupa transaksi; antara penjual dan
pembeli bisa melakukan transaksi langsung dengan pembelinya.
o Kedua, terjadinya proses interaksi sosial yang berpengaruh pada keputusan
dan kepuasan antara penjual dan pembeli.

Golongan Pasar Tradisional berdasarkan jenis barang dagangan yang dijual:


a. Umum yaitu pasar tempat diperjualbelikannya segala macam dagangan dengan
ketentuan jenis dagangan :
 GolA : Logam mulia, tekstil.
 GolB : Batik, konfeksi, alat-alat teknik, alat rumah tangga, daging, ikan dan yang
disamakan.
 GolC : Hasil bumi, buah, sayur-sayuran, unggas, rempah-rempah, makanan, minuman,
jasa dan yang disamakan.
 GolD : Gerabah, anyam-anyaman, alat pertanian, klitikan dan yang disamakan.

b. Pasar khusus yaitu tempat diperjualbelikannya satu jenis dagangan saja misalnya; pasar
burung, pasar sepeda. Sedangkan jenis dagangan dalam pasar khusus:
 Gol A : Kendaraan bemotor
 Gol B : Tanaman atau bunga hias, bahan bangunan, burung
 GolC : Hasil bumi, meubel sederhana, sepeda dan yang disamakan.

2.2.2 Pola Sirkulasi Pasar


Bangunan pasar juga merupakan salah satu tempat yang memilliki kesamaan jenis sirkulasi dengan
pusat perbelanjaan lainnya. Jika dilihat dari pola sirkulasi pusat perbelanjaan, terdapat 3 (tiga) jenis pola
penataan ruang yang mempengaruhi sirkulasi pengunjung, yaitu I,L, dan T. Pola sirkulasi yang baik
adalah yang dimana dapat mengarahkan pengunjung agar arah belanja menjadi lebih tertib dan tidak
berantakan. Berikut beberapa pola sirkulasi menurut Nadine Beddington pada buku nya yang berjudul
“Design for Shopping Center” tahun 1989:
• Pola 1 (Banyak Koridor) Pada pola ini dapat dilihat bahwa banyak koridor yag diciptakan dari penataan
ruang yang bagian tengah. Koridor bagian tengah membuka jalan menuju area toko-toko yang bagian
luar. Pada pola ini terdapat kekurangan yaitu dimana bagian toko yang di tengah dianggap lebih
strategis dan lebih menonjol

• Pola 2 (Plaza) Dapat dilihat pada Gambar 2.1.4 bahwa pada pola ini terdapat satu ruang kosong yang
luas dan berpusat pada bangunan yaitu berupa void atau ruang terbuka. Void tersebut difungsikan agar
menjadi pusat orientasi sirkulasi pengunjung di dalam bangunan dan dapat menjadi pembatas area
pertokoan. Pada bagian void ini bisa digunakan sebagai area taman ataupun tangga (jika memiliki 2
lantai). Untuk sistem sirkulasi antar toko tetap menggunakan pola sirkulasi koridor.

• Pola 3 (Mall) Pola ini (Gambar 2.1.5) memfokuskan arah sirkulasi hampir ke semua bagian pertokoan.
Di bagian tengah terdapat 2 (dua) buah void yang dapat memecah orientasi sirkulasi pengunjung untuk
dapat jalan kesemua arah toko. Pola seperti ini cocok dijadikan sebagai bagian sirkulasi utama dari
sebuah bangunan karena dapat menghubungkan dua titik area pertokoan.
2.3 PENGERTIAN PERSEPSI

Kenneth A. Sereno dan Edward M. Bodaken berpendapat bahwa persepsi yaitu sarana
yang mungkin bisa menjadikan seseorang memperoleh kesadaran dengan sekelilingnya dan
lingkungan seseorang. Sedangkan persepsi yang dikemukakan oleh Joseph A. Devito adalah
proses dimana seseorang menjadi sadar dengan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera
seseorang. Persepsi merupakan bentuk interpretasi atas sensasi sebagai representatif objek
eksternal. Persepsi terdiri dari tiga aktivitas, yaitu seleksi, organisasi dan interpretasi.

Persepsi berlangsung lebih cepat dari proses pengenalan atau berpikir. Seseorang
pertama-tama berpikir sesuai dengan rasa suka atau tidak suka jika melihat orang lain. Oleh
karena itu sering kali persepsi berbeda dengan kenyataan sesungguhnya. Proses yang terjadi
dalam persepsi adalah asosiasi dimana informasi tersebut bisa didapat melalui penginderaan dan
dikaitkan dengan hal-hal yang ada serta pengalaman seseorang di masa lampau. Dalam proses
asosiasi ini terlihat pada tahap penafsiran.

Robbins mendeskripsikan bahwa persepsi jika dikaitkan dengan lingkungan yaitu suatu
proses dimana individu berusaha mengorganisasikan serta menafsirkan apa yang ditangkap oleh
indera mereka dengan tujuan memberi makna terhadap lingkungan mereka
Dari beberapa pengertian persepsi diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu
proses seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan informasi serta pengalaman
kemudian ditafsirkan sehingga menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.

a. Faktor yang Menentukan Persepsi


Menurut Thoha, persepsi pada umumnya terjadi dikarenakan ada dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya sikap, kebiasaan dan kemauan
yang berasal dari individu. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang meliputi
stimulus tersebut baik sosial maupun fisik yang didapat dari luar individu. Terdapat
sejumlah faktor yang bisa membentuk bahkan nmemutarbalikkan persepsi. Antara lain
yaitu:
1) Pelaku persepsi.
2) Objek atau yang dipersepsikan.
3) Konteks dari situasi dimana persepsi itu muncul.

Menurut Oskamp persepsi dapat dibagi menjadi beberapa karakteristik penting


dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang ada dalam persepsi:
1) Faktor-faktor ciri dari objek stimulus
2) Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat
3) Faktor-faktor pengaruh kelompok
4) Faktor-faktor perbedaan latar belakang
Faktor fungsional dan faktor struktural dapat mempengaruhi persepsi individu. Faktor
fungsional misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, jenis kelamin dan lain-lain
yang bersifat subjektif dan personal. Faktor struktural adalah faktor yang bisa sangat
berpengaruh terhadap seseorang dalam mempersepsikan sesuatu antara lain yaitu lingkungan,
budaya dan norma sosial.
Dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi, Jalaludin Rakhmat berpendapat
terdapat dua faktor yang menentukan persepsi yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.

1) Faktor Fungsional Faktor fungsional bisa berasal dari kebutuhan, pengalaman


masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor-faktor personal. Yang menentukan
persepsi yaitu karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli tersebut bukan
jenis atau bentuk stimuli. Krech dan Crutchfeld merumuskan dalil persepsi yaitu, persepsi
berifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang bisa memenuhi
tujuan individu untuk melakukan persepsi adalah objek-objek yang mendapat tekanan
dalam persepsi kita. Contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan
latar belakang budaya terhadap persepsi. Faktor-faktor fungsional yang biasa disebut
sebagai kerangka rujukan karena dapat mempengaruhi persepsi. Dalam kegiatan
komunikasi, bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya dapat
dipengaruhi oleh kerangka rujukan tersebut. McDavid dan Harari serta para psikolog
berpendapat untuk menganalisa interpretasi perseptual dan peristiwa yang dialami, konsep
kerangka rujukan akan sangat berguna.
2) Faktor Struktural Faktor-faktor structural berasal semata-mata dari sifat stimuli
fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Teori Gestalt
mengungkapkan bila kita mempersepsikan sesuatu, kita tidak mempersepsikannya
sebagian lalu menghimpunnya melainkan mempersepsikan sebagai suatu keseluruhan. b.
Aspek-aspek Persepsi Menurut Allport terdapat tiga komponen sikap yang pada hakikatnya
adalah suatu interelasi dari berbagai komponen diantaranya adalah komponen kognitif,
komponen afektif dan komponen konatif: Komponen Kognitif Komponen Kognitif yaitu
komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi kemudian akan terbentuk
suatu keyakinan tertentu terhadap objek sikap tersebut. Komponen Afektif Komponen
afektif berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya
yang juga berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang. Komponen Konatif
Komponen Konatif merupakan tentang kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang
berhubungan dengan objek sikapnya.

2.4 PENGERTIAN PREFERENSI


Kotler berpendapat bahwa preferensi konsumen bisa menunjukkan bagaimana
kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk jasa yang ada. Preferensi juga bisa
diartikan pilihan seseorang untuk menyukai atau tidak menyukai terhadap adanya suatu
produk, barang atau jasa yang dikonsumsi.
Nugroho J. Setiadi berpendapat terdapat empat faktor preferensi terhadap barang
dan jasa:
a. Faktor-faktor kebudayaan
1) Kebudayaan, merupakan faktor yang paling dasar dari keinginan dan
perilaku seseorang dan menjadi faktor penentu. Jika makhluk hidup lain bertindak
berdasarkan naluri, lain halnya dengan manusia yang dalam berperilaku umumnya
dipelajari.
2) Subbudaya, merupakan yang memberikan identifikasi dan sosialisasi
yang lebih spesifik untuk para anggotanya yang terdiri dari sub budaya yang lebih
kecil. Sub budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu kelompok
nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras dan area geografis.
3) Kelas sosial, merupakan kelompok masyarakat yang tersusun secara
hirarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku serupa. Kelas
sosial ini adalah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu
masyarakat.

b. Faktor-faktor social
1) Kelompok referensi, kelompok yang mempunyai pengaruh langsung
maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Beberapa
diantaranya kelompok primer, dengan adanya interaksi yang berhubungan, seperti
keluarga, teman, tetangga dan teman sejawat. Kelompok sekunder, yang
cenderung lebih resmi dan lebih formal dimana interaksi yang terjadi kurang
berhubungan.
2) Keluarga, dalam kegiatan jual beli, keluarga dapat dibedakan menjadi
dua. Yang pertama adalah keluarga orientasi merupaka orang tua. Karena dari
orang tualah seseorang pertama kali mendapatkan pandangan tentang agama,
politik dan ekonomi. Yang kedua adalah keluarga prokreasi, yaitu pasangan
hidup, anak-anak, keluarga merupakan organisasi pembeli yang paling penting
dalam suatu masyarakat.
3) Peran dan Status, bentuk partisipasi seseorang terhadap kelompok
selama dalam hidupnya, keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap
kelompok dapat di identifikasi dalam peran dan status.

c. Faktor Pribadi
1) Umur dan tahapan dalam siklus hidup, konsumsi seseorang bisa
dibentuk dari tahapan siklus hidup keluarga. Pada saat mereka menjalani
hidupnya, biasanya mengalami perubahan atau transformasi dan ini biasa dialami
oleh orang-orang dewasa.
2) Pekerjaan, para pekerja yang memiliki minat diatas rata-rata terhadap
produk dan jasa tertentu menjadi sasaran oleh pemasar untuk diidentifikasi
berdasarkan kelompok kerja.
3) Gaya hidup, gaya hidup seseorang merupakan pola hidup didunia yang
di ekspresikan oleh kegiatannya, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup dapat
mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang dan bisa menggambarkan
seseorang secara keseluruhan.
4) Kepribadian dan konsep diri, yang dimaksud dengan kepribadian adalah
karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang
responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten.

d. Faktor-faktor Psikologis
1) Motivasi, merupakan kebutuhan biogenik yang timul dari suatu keadaan
fisiologis tertentu seperti rasa lapar, haus, resah dan tidak nyaman. Motivasi juga
termasuk dalam kebutuhan psikogenik yang timbul dari keadaan fisiologis seperti
kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima. Terdapat
beberapa unsur yang terlibat dalam proses motivasi:
a) Kebutuhan Setiap orang mempunyai berbagai macam kebutuhan
yang antar individu bisa berbeda-beda. Kebutuhan tersebut ada yang
bersifat fisiologik dan tidak dipelajari, tetapi ada pula yang bersifat
dipelajari. Kebutuhan kana makanan, udara, air dan pakaian termasuk
kebutuhan yang bersifat fisiologis dan tidak dipelajari. Sedangkan
penghargaan diri, prestise, kekuasaan, dan lain-lain merupakan kebutuhan
yang bersifat dipelajari.

b) Perilaku Perilaku ini bisa diamati dala bentuk pengambilan


keputusan, pemilihan merek dan penolakan terhadap suatu produk.
Perilaku juga bisa diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan individu
dalam usaha memenuhi kebutuhan.

c) Tujuan Tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai oleh


konsumen sebagai hasil atas tindakan yang dilakukan. Tujuan yang dipilih
oleh konsumen dipengaruhi oleh faktor pengalaman pribadi, kapasitas
fisik, norma-norma dan nilai-nilai budaya yang ada serta kemampuan
konsumen untuk mencapai tujuan.

2) Persepsi, persepsi didefinisikan sebagai proses di mana seseorang


memilih, mengorganisasikan, mengartikan, masukan informasi, untuk
menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini.

3) Proses belajar, merupakan perubahan dalam perilaku seseorang yang


bisa timbul dari pengalaman.

2.5 TEORI OPTIMASI


Optimasi ruang; merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kegunaan ruang yang
memenuhi jungsi dan persyaratan kenyamanan dari berbagai segi yang mempunyai relevansi
dan menunjang pengaturan ruang (Ardiany fitria suharso, TA 2002, Saiffullah Mj, Studi
Optimasi Ruang Lab....TGA FT UGM (1979)
Optimasi Ruang merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kegunaan ruang, dimana
pada Optimasi ini terdapat Optimasi bangunan dan Optimasi lahan. Yang dimaksud Optimasi
bangunan adalah pemanfaatan penggunaan bangunan dengan altematif bangunan membesar
secara vertikal sehingga dapat menampung penggunanya dan yang dimaksud Optimasi lahan
adalah penggunaan lahan yang ada sehingga menghasilkan manfaat yang besar tidak hanya
berupa ruang-ruang di dalam bangunan tetapi juga sebagai ruang parkir dan ruang bagi pejalan
kaki. Pendekatannya yaitu pada; kegiatan pengguna bangunan sehingga mendapatkan pola
sirkulasi yang efisien dan model tata ruang dengan orientasi yang jelas.

2.6 TATANAN RUANG PADA PASAR TRADISIONAL

Tatanan sirkulasi pada paar tradisional ini yaitu:

 Sistem sirkulasi yang terbentuk dari susunan ruang-ruang memiliki


persyaratan.
 Selasar/gang memiliki jarak yang sependek mungkin dengan ruang-ruang
yang lain
 Memiliki ketinggian yang berbeda dengan area Jual dengan luas yang
mampu mewadahi aktivitas pergerakan dua arah dengan kapasitas pengguna;
perorang, kelompok, atau membawa sesuatu (berupa jinjingan maupun
gendongan).
 Tangga menghubungkan bangunan langsung keluar bangunan tangga selain
berfungsi sebagai penghubung antar lantai juga sebagai tangga darurat dengan
lebar dapat dilalui 3 orang atau lebih dengan anak tangga tinggi 16-20cm.

Adapun untuk pengolahan tata ruang luar faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah harus
dibedakan antara ruang sirkulasi pejalan kaki dengan area parkir kendaraan. Untuk pejalan kaki
dengan cara :
 Pencapaian dari luar ke dalam bangunan harus langsung dan berupa garis
lurus sehingga akan memperpendek jarak
 Jalan masuk harus luns dan jelns
 Adanya perbedaan ketinggian lantai

Untuk kendaraan dan sepeda motor dengan pola parkir berjajar disatu sisi dan di sisi lainnya
berbaris dengan kemiringan 90°. Untuk sepeda motor dan sepeda bentuk parkir susunan
bergabung lurus, sehingga area parkir yang ada dapat menghasilkan ruang parkir yang optimal.

2.7 KESIMPULAN TINJAUAN PUSTAKA

Dalam merencanakan sebuah pusat perbelanjaan, harus dapat memanfaatkan sebaik


mungkin luas kotor area lantai yang telah ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan ruang penyewa,
karena hal tersebut akan mempengaruhi visibilitas penyewa. Adapun hal-hal yang harus
diperhatikan dalam merencanakan tata ruang adalah:

1. Tata letak dan distribusi ruang penyewa dengan penyewa yang lain, menganut kaidah
umum yang berlaku yaitu pemilihan tata letak yang semakin sederhana akan semakin baik,
karena akan memudahkan pembeli dan penjual untuk membuat peta mental ketika mereka
menjelajahi pusat perbelanjaan.

2. Penerapan konsep atrium atau jenis desain lainnya. Hal ini harus dipertimbangkan
dengan cermat untuk memnuhi harapan penyewa yang membutuhkan paparan dan visibilitas
baik secara vertikal maupun secara horizontal, yaitu dengan menghindari penempatan terlalu
banyak tangga, eskalator, kolom dan sebagainya yang dapat mengganggu pandangan,

3. Penerapan tata letak yang memudahkan sirkulasi pengunjung.

4. Sebaiknya menghindari pola sirkulasi dan tata ruang dengan efek laras panjang dengan
koridor yang panjang dan lurus.

5. Menghindarkan penempatan koridor kedua, karena toko-toko di koridor kedua yang


terletak di belakang tidak akan memperoleh arus pengunjung yang baik.

6. Tata letak fasilitas transportasi vertikal seperti eskalator dan elevator di lokasi strategis,
untuk meratakan distribusi pengunjung serta memudahkan pergerakan penyewa dengan cepat
dari satu lantai ke lantai yang lainnya.
7. Tata letak dan distribusi ruang parkir untuk meratakan arus masuk pengunjung,
khususnya untuk lantai yang lebih tinggi. Area bongkar muat barang harus ditempatkan jauh dari
rute pembelanja untuk menghindari benturan dengan arus pengunjung.
BAB III
STUDI BANDING

3.1 Pasar Badung


a. Tinjauan Umum
Pasar Badung merupakan pasar tradisional yang cukup terkenal di Bali. Pasar ini
berdiri pada tahun 2000 dan terletak di Jl. Sulawesi. No.1 Dauh Puri, Kecamatan
Denpasar Barat. Sisi utara pasar berbatasan Jalan Gajah Mada, sisi timur berbatasan
dengan Jalan Sulawesi, sisi barat dan selatan berbatasan dengan aliran sungai Tukad
Badung. Secara umum pasar ini memiliki lingkup pelayanan terhadap masyarakat kota
Denpasar dan sekitarnya., sehingga pasar ini dapat digolongkan sebagai pasar lokal dan
regional. Pada gambar 2.5 dan 2.6 menjelaskan lokasi dan letak dari Pasar Badung
tersebut.

Gambar 3.1 lokasi pasar badung


(Sumber : Google Maps)

b. Fasilitas dan Kondisi Pasar


Terkait fasilitas dan kondisi pasar badung termasuk pasar yang memiiliki fasilitas
cukup lengkap Hal tersebut terlihat dari pengunjunga yang hamper setiap hari memadati
pasar tersebut untuk memperoleh kebutuhan sehari-harinya.

Adapun kondisi dari fasilitas-fasilitas tersebut antara lain:


1. Kios

Gambar 3.2 kios – kios


(Sumber : https://bali.tribunnews.com/2019/03/27/banyak-kios-di-pasar-badung-belum-ditempati-pd-pasar-akan-
rancang-peraturan-khusus)

2. Los

Gambar 3.3 Los ikan dan sayuran


(Sumber:https://bali.antaranews.com/berita/139998/wali-kota-denpasar-tinjau-prapembukaan-
pasar-badung)

3. Koperasi dan ATM Center

Gambar 3.4 Koperasi an ATM


(Sumber: https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1204205115-3-9.%20BAB%20II.pdf)

4. Area Parkir

Gambar 3.5 Area Parkir


(Sumber: https://www.flickr.com/photos/thisisinbalitimur/46723139124)
3.2 Pasar Blauran

a. Tinjauan Umum
Pasar ini telah menjadi pusat kegiatan ekonomi selama puluhan tahun dan
keberadaannya tidak asing lagi bagi masyarakat Kota Palangka Raya. Pasar yang
bertempat di Jalan Halmahera Kecamatan Pahandut ini beroperasi mulai jam 14:00
sampai 21:00 WIB. Pasar tersebut didominasi oleh pedagang baju,pedagang pakaian
dalam, pedagang sepatu, dan warung makan. Fasilitas yang tersedia di pasar Blauran ini
yaitu tempat parkir. Dalam masalah keamanan di pasar Blauran juga terdapat 1 kantor
polisi yang mana setiap harinya beroperasi hingga pasar tutup.

Gambar 3.6 lokasi pasar blauran


(Sumber: Google Maps)

Gambar 3.7 pasar blauran


(sumber: http://centralborneo.net/palangkaraya/pasar-besar-pasar-blauran-palangka-raya/)
b. Fasilitas dan Kondisi Pasar
Pada pasar Blauran kota Palangka Raya, terdapat beberapa fasilitas yang
menunjang kegiatan perdagangan disana seperti ATM, area parkir, pos polisi dan lainnya

1. ATM

Gambar 3.8 Bank Kalteng cabang pasar Blauran


(Sumber: Google Maps)

2. Kios dan Los pedagang

Gambar 3.9 Los dan


Kios pedagang
(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=nJcDViQNExg)
3. Pos Polisi

Gambar 3.10 pos polisi pasar blauran


(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=nJcDViQNExg)
BAB IV
HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum dan deskripsi singkat tentang lokasi penelitian (Pasar Blauran)
4.1.1 Sejarah kota Palangka Raya
Sejarah pembentukan Pemerintahan Kota Palangka Raya merupakan bagian integral dari
pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957,
lembaran Negara Nomor 53 berikut penjelasannya (Tambahan Lembaran Negara Nomor 1284) berlaku
mulai tanggal 23 Mei 1957, yang selanjutnya disebut Undang-Undang Pembentukan Daerah Swatantra
Provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1958, Parlemen Republik
Indonesia tanggal 11 Mei 1959 mengesahkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959, yang menetapkan
pembagian    Provinsi Kalimantan Tengah dalam 5 (lima)Kabupaten dan Palangka Raya sebagai
Ibukotanya.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 dan Surat Keputusan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia tanggal 22  Desember 1959  Nomor : Des. 52/12/2-206, maka ditetapkanlah
pemindahan tempat dan kedudukan Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah dari Banjarmasin ke Palangka
Raya terhitung tanggal 20  Desember 1959. Selanjutnya, Kecamatan Kahayan Tengah yang berkedudukan
di Pahandut secara bertahap mengalami perubahan dengan mendapat tambahan tugas dan fungsinya,
antara lain mempersiapkan Kotapraja Palangka Raya. Kahayan Tengah ini dipimpin oleh Asisten
Wedana, yang pada waktu itu dijabat oleh   J. M. NAHAN.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu di Kota Palangka Raya. Secara umum Kota Palangka
Raya dapat dilihat sebagai sebuah kota yang memiliki 3 (tiga) wajah yaitu wajah perkotaan, wajah
pedesaan dan wajah hutan. Kondisi ini memberikan tantangan tersendiri bagi pemerintah Kota Palangka
Raya dalam membangun Kota Palangka Raya. Kondisi ini semakin menantang lagi apabila mengingat
luas Kota Palangka Raya yang berada pada urutan ke-3 di Indonesia yaitu 2.687,51 Km2. Berikut penulis
memaparkan mengenai gambaran umum Kota Palangka Raya berdasarkan data yang diperoleh.

4.1.2 Letak Geografis

Kota Palangka Raya sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Tengahmulai dibangun pada tanggal
17 Juli 1957. Secara gegrafis, Palangka Raya terletak pada 60 40’ – 70 20’ Bujur Timur dan 10 31’ – 20
30’ Lintang Selatan. Secara administrasi berbatasan dengan :
Sebelah Utara: Kabupaten Gunung Mas
Sebelah Timur: Kabupaten Pulang Pisau
Sebelah Selatan: Kabupaten Pulang Pisau
Sebelah Barat: Kabupaten Katingan

Luas Wilayah Kota Palangka Raya adalah 284.250 Ha. Secara administrasi Kota Palangka Raya
dibagi menjadi 5 Kecamatan dan 30 Kelurahan, yaitu Kecamatan Pahandut dengan 6 Kelurahan, Kecama-
tan Sabangau dengan 6 kelurahan, Kecamatan Jekan Raya dengan 4 kelurahan, Kecamatan Bukit Batu
dengan 7 desa/kelurahan dan Kecamatan Rakumpit dengan 7 Kelurahan. Dengan kondisi awal kota yang
belum sesuai persyaratan fisik kota, pembangunan Kotamadya Palangka Raya dimulai dari Kampung
Pahandut yang merupakan kampung tradisional terletak di tepi Bantaran Sungai Kahayan. Seiring
perjalanan perkembangan kota muncul permukiman di sepanjang kawasan tepian Sungai Kahayan.

4.1.3 Gambaran umum pasar blauran

Lokasi penelitian penulis di sini ialah Pasar Blauran Kota Palangka Raya yang mana
pasar tersebut merupakan pasar tradisional yang patut dikunjungi oleh masyarakat Kota Palangka
Raya. Pasar ini telah menjadi pusat kegiatan ekonomi selama puluhan tahun dan keberadaannya
tidak asing lagi bagi masyarakat Kota Palangka Raya. Pasar yang bertempat di Jalan Halmahera
Kecamatan Pahandut ini beroperasi mulai jam 14:00 sampai 21:00 WIB. Pasar tersebut
didominasi oleh pedagang baju,pedagang pakaian dalam, pedagang sepatu, dan warung makan.
Fasilitas yang tersedia di pasar Blauran ini yaitu tempat parkir. Dalam masalah keamanan di
pasar Blauran juga terdapat 1 kantor polisi yang mana setiap harinya beroperasi hingga pasar
tutup.
4.2 Hasil survey
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil survey yang dilakukan pada pedagang pasar
blauran kota Palangka Raya yang dilakukan pada hari Jum’at, 2 Juli 2021. Berdasarkan hasil
survey mengenai pasar tradisional yang sesuai persepsi dan perspektif menurut pedagang pasar
blauran adalah sebagai berikut:

VARIABEL HASIL SURVEY


Bahan utama bangunan Bahan utama pasar tradisional menurut perspektif dan preferensi
pedagang pasar blauran yaitu menggunakan beton. Alasan
memilih beton yaitu agar kuat dan tahan lama

Jenis tempat berjualan Diantara 2 pilihan kios atau losm kebanyakan dari mereka memilih
jenis tempat berjualan berupa kios. Alasan mereka memilih kios
adalah karena agar mudah menyimpan barang – barang mereka.
Jadi tidak perlu menggunakan gerobak lagi.

Lantai tempat berjualan Semua responden memilih lantai tempat berjualan berupa cor.
Alasan memilih cor agar terlihat bersih dan mudah dibersihkan.

Jalur sirkulasi Jalur sirkulasi menurut pedagang pasar blauran yaitu jalur sirkulasi
yang hanya dapat dilewati oleh orang saja. Motor atau kendaraan
yang lain tidak boleh melewati jalan di depan tempat jualan
mereka. Alasan mereka memilih hanya dapat dilewati oleh orang
saja agar pembeli tidak dibahayakan oleh kendaraan yang lewat
dan agar tidak menggangu aktivitas jual – beli mereka
Jarak antar tempat Karena jawaban para pedangan pasar blauran banyak yang meilih
berjualan dengan jenis tempat berjualan dalam bentuk kios, mereka tidak masalah
pedagang di sebelahnya juka harus mepet dengan pedagang disebelahnya.

Fasilitas yang diperlukan Salah satu fasilitas yang mereka sangat butuhkan yaitu WC. Di
pasar blauran sangat jauh dari WC sehingga pedagang maupun
pembeli merasa sulit jika ingin ke WC.

Penataan susunan tempat Penataan susunan tempat berjualan menurut perspektif pedagang
berjualan berdasarkan: pasar blauran yaitu jenis dagangan yang campur. Tidak
berdasarkan blok jenis dagangan yang sama. Menurut mereka
karena hal itu dapat mempengaruhi pendapatan mereka.

Berdasarkan hasil survey, responden kebanyakan memilih pilihan yang sama seperti
mereka ingin pasar tradisional yang berjenis kios dan berbahan bangunan beton. Alasan mereka
memilih itu agar bangunan awet dan tahan lama. Mereka juga memilih sirkulasi di depan
dagangan mereka yang hanya bisa di lalui oleh orang saja. Mereka menginginkan adanya tempat
parkir untuk para pembeli. Fasilitas yang mereka inginkan ada di sebuah pasar tradisional
nantinya adalah WC. Di pasar blauran, pembeli maupun penjual merasa kesulitan jika ingin
buang air kecil kaena letak WC yang jauh dari pasar tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disusun oleh peneliti, maka dapat
disimpulkan bahwa menurut pedagang pasar blauran, pasar tradisional yang baik yaitu:
 Jenis tempat berjualan yaitu berupa kios
 Bahan utama bangunan berupa beton
 Lantai tempat berjualan berupa cor
 Sirkulasi di depan kios mereka hanya dapat di lalui oleh orang saja. Kendaraan apapun
tidak boleh masuk ke area jualan
 Fasilitas yang diinginkan yaitu berupa WC.
 Penataan penyusunan kios dagangan yang mereka inginkan adalah perblok dengan
dagangan yang berbeda. Mereka tidak menginginkan jika penyusunan tataan tempat
berjualan mereka berdasarkan jenis dagangan mereka.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disusun oleh peneliti,
saran yang dapat diberikan yaitu:
Pemerintah perlu memberikan perhatian lebih dalam segi ekonomi dan wista kota
Palangka Raya agar kota Palangka Raya dapat menjadi tempat yang baik dalam segi
ekonomi dan wisatanya.

Anda mungkin juga menyukai