DISUSUN OLEH :
JESICA GUSTIANA
DBB 117 012
DOSEN PEMBIMBING :
DR. INDRABAKTI SANGALANG, S.T., M.T
NIP. 19750111 200003 1 003
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
TAHUN 2021
DAFTAR ISI
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………
1.2 Identifikasi Masalah……………………………………………………
1.3 Rumusan Masalah……………………………………………………...
1.4 Ruang Lingkup Permasalahan………………………………………….
1.5 Tujuan Dan Sasaran…………………………………………………….
1.6 Metodologi………………………………………………………………
1.7 Sistematika Penulisan……………………………………………………
1.8 Kerangka Pemikiran……………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, keberadaan pasar sangatlah penting. Hal ini dikarenakan
apabila ada kebutuhan yang tidak dapat dihasilkan sendiri, maka kebutuhan tersebut dapat
diperoleh di pasar. Para konsumen atau pembeli datang ke pasar untuk berbelanja dan memenuhi
kebutuhannya dengan membawa sejumlah uang guna membayar harganya.
Pasar dapat dititik beratkan dalam arti ekonomi yaitu untuk transaksi jual dan beli. Pada
prinsipnya, aktivitas perekonomian yang terjadi di pasar didasarkan dengan adanya kebebasan
dalam bersaing, baik itu untuk pembeli maupun penjual. Penjual mempunyai kebebasan untuk
memutuskan barang atau jasa apa yang seharusnya untuk diproduksi serta yang akan di
distribusikan. Sedangkan bagi pembeli atau konsumen mempunyai kebebasan untuk membeli
dan memilih barang atau jasa yang sesuai dengan tingkat daya belinya.
Di kota Palangka Raya, terdapat sebuah pasar yang menjadi tempat jual beli yang sering
di kunjungi oleh masyarakat kota Palangka Raya dan juga masyarakat dari kabupaten lain yaitu
Pasar Blauran. Pasar Blauran merupakan pasar terbesar yang ada di kota Palangka Raya. Orang –
orang yang berada di pasar tersebut memiliki berbagai tujuan seperti terdapat orang yang
berjualan, orang yang membeli berbagai macam barang untuk pribadi dan juga eceran untuk
dijual kembali di daerahnya.
Dari dulu hingga sekarang, Pasar Blauran kota Palangka Raya dikenal dengan barang jualannya
yaitu kebutuhan sandang manusia seperti pakaian, sepatu, sendal dan lainnya. Terkait nama
Blauran, menurut masyarakat setempat memiliki arti berantakan mengingat pasar Blauran yang
padat dan sempit sehingga penataan tempat para pedagang berjualan terlihat berantakan dan
tidak tertata dengan baik.begitupula dengan lahan parkir pada pasar Blauran tersebut yang
terlihat kurang tertata dengan baik. Karena padatnya kawasan pasar blauran pada saat mulai
beraktivitas maka perlu adanya sebuah pasar tradisional baru di kota Palangka Raya untuk
menampung para pedagang tersebut.
Pasar Blauran ini tidak buka 24 jam seperti hal nya pasar besar yang berada di dekat
pasar blauran tersebut. Pasar Blauran mulai beroperasi pada pukul 3 sore hingga jam 12 malam.
Keberadaan pasar besar saling mendukung pasar Blauran. Pasar besar memberikan wadah bagi
pasar Blauran untuk beroperasi.
Peraturan Presiden No.112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang mengatur dasar perencanaan dan
penyelenggaraan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, serta hubungan
keruangan di antara ketiganya dan daerah layanannya. Peraturan tersebut menjadi penting
mengingat desakan atau keinginan mengembangkan kawasan pasar. Tiga hal penting dalam
peraturan tersebut adalah definisi dan tolok ukur masing-masing prasarana perdagangan tersebut,
tata letak dan persyaratan teknis dasar berserta manajemen.
1.4.2 SASARAN
Penelitian ini dibuat untuk pedagang pasar blauran agar dapat mengedukasi mereka
tentang tatanan pasar tradisional yang nyaman dan aman.
Batasan yang diambil dalam penelitian ini yaitu mengenai pasar tradisional yang
berdasarkan persepsi dan preferensi pedagang pasar blauran kota Palangka Raya.
1.6 METODOLOGI
1. Studi Literatur
Mencari data penunjang berupa literatur – literatur bersumber dari buku, ebook,
artikel, dan jurnal sebagai referensi kajian teori yang berkaitan dengan pasar tradisional
2. Studi banding
Mencari dan membuat sebuah objek studi banding yang berkaitan dan sesuai
dengan fungsi bangunan
3. Analisis Preseden
Sistematika penulisan dalam studi ini terdiri dari lima bab yang meliputi :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran,
manfaat. lingkup penelitian, sistematika penulisan dan keaslian penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijelaksan mengenai landasan teori dan
perundang-undangan, peraturan-peraturan terkait dengan studi ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai Langkah-langkah yang diambil oleh penulis dalam rangka
untuk mengumpulkan informasi atau data serta melakukan investigasi pada data yang telah
didapatkan tersebut.
BAB IV ANALISA
Bab ini menjelaskan hasil analisis dari hasil penelitian pasar tradisional berdasarkan presepsi
dan preferensi pedagang pasar blauran kota Palangka Raya
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bagian yang terakhir dari studi, yang akan mengemukakan kesimpulan
dan rekomendasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian ini memuat sumber yang menjadi referensi dalam melakukan penelitian
1.8 KERANGKA PENELITIAN
Latar Belakang
Isu dan fenomena: Pembangunan Pasar Tradisional baru untuk para
pedagang pasar blauran
Fakta: Pasar Blauran merupakan pasar yang menutup jalan milik pasar besar
Alasan Logis: Perlu adanya pasar tradisional baru untuk menampung
pedagang pasar blauran
Identifikasi Masalah
Di kota Palangka Raya masih kurang adanya pasar tradisional yang nyaman dan baik sehingga perlunya
diadakan angket berdasarkan persepsi dan preferensi dalam sudut pandang pedagang khususnya pedagang
pasar blauran mengenai pasar tradisional yang sesuai harapan para pedagang tersebut.
Rumusan Masalah
1. Pasar Tradisional seperti apa yang di harapkan oleh para pedagang pasar
blauran?
2. Bagaimana potensi wilayah untuk pasar Tradisional yang baru?
Analisis Preseden
Sintesa Sintesa
Pasar Tradisional Yang Berdasarkan Presepsi Dan Preferensi Pedagang Pasar Blauran
Dan Mendapatkan Tempat Untuk Pasar Tradisional Baru Tersebut
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 PASAR
2.1.1 Pengertian Pasar
Pengertian pasar dapat dititik beratkan dalam arti ekonomi yaitu untuk transaksi jual dan
beli. Pada prinsipnya, aktivitas perekonomian yang terjadi di pasar didasarkan dengan adanya
kebebasan dalam bersaing, baik itu untuk pembeli maupun penjual.Penjual mempunyai
kebebasan untuk memutuskan barang atau jasa apa yang seharusnya untuk diproduksi serta yang
akan di distribusikan. Sedangkan bagi pembeli atau konsumen mempunyai kebebasan untuk
membeli dan memilih barang atau jasa yang sesuai dengan tingkat daya belinya
Pasar menurut Weber adalah sebagai suatu organisasi ekonomi murni yang terpusat pada
konflik kepentingan ekonomi terutama antara seller dan buyers yang didalamnya terdapat
kompetisi dan pertukaran. Kompetisi untuk melihat siapa yang akan menjadi penjual terakhir dan
pembeli terakhir (perjuangan melalui pertukaran) (Sodality jurnal transdisiplin sosiologi,
komunikasi dan ekologi manusia Vol. 01, No. 02, Agustus 2007).
Menurut Belshaw (1981) pasar tidak hanya merupakan lembaga tukar menukar, tetapi
pasar berfungsi sebagai tempat penyebaran dan penyimpanan barang serta berpindahnya
komoditi dari satu orang ke orang lain, atau dari satu tempat ke tempat lain dan peranan satu ke
peranan lain.Jadi pasar adalah tempat yang memiliki unsur – unsur sosial, ekonomis,
kebudayaan, politis, tempat pembeli dan penjual saling bertemu untuk mengadakan tukar
menukar.
Damsar mendefinisikan pasar sebagai salah satu lembaga yang paling penting dalam
institusi ekonomi. Pasar merupakan salah satu institusi yang menggerakkan dinamika kehidupan
ekonomi. Pasar tidak lepas dari berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pembeli dan pedagang.
Pembeli dapat diklasifikasikan dalam beberapa tipe diantaranya pengunjung yaitu mereka yang
datang ke lokasi pasar tanpa mempunyai tujuan untuk melakukan pembelian terhadap sesuatu
barang atau jasa. Pembeli yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud untuk
membeli suatu barang atau jasa tetapi tidak mempunyai tujuan di(ke) mana ia harus membeli.
Pelanggan yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud membeli sesuatu barang
atau jasa dan mempunyai arah tujuan yang pasti di (ke) mana akan membeli.
Peraturan Presiden No.112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang mengatur dasar perencanaan dan
penyelenggaraan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, serta hubungan
keruangan di antara ketiganya dan daerah layanannya. Peraturan tersebut menjadi penting
mengingat desakan atau keinginan mengembangkan kawasan pasar. Tiga hal penting dalam
peraturan tersebut adalah definisi dan tolok ukur masing-masing prasarana perdagangan tersebut,
tata letak dan persyaratan teknis dasar berserta manajemen.
1. Segi Ekonomi
Merupakan tempat transaksi antara produsen dan konsumen yang merupakan komoditas
untuk mewadahi kebutuhan sebagai demand dan suplai.
3. Segi Arsitektur
Menunjukkan ciri khas daerah, yang menampilkan bentuk-bentuk fisik bangunan dan
artefak yang dimiliki.
Dari ketiga segi atau bidang yang disebutkan diatas, dapat diambil atau diartikan
fungsi dari pasar adalah suatu wadah aktivitas dari tradisi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan, baik dilakukan secara barter maupun jual-beli yang diwujudkan dalam suatu
bangunan.
2. Tipe B Kriteria:
a. Memiliki luas lahan minimal 2000 m2
b. Memiliki jumlah pedagang minimal 150 orang
c. Jam operasional minimal 3 kali dalam seminggu
d. Berlokasi di ibukota kabuaten/kota
3. Tipe C Kriteria:
a. Memiliki luas lahan minimal 500 m2
b. Memiliki jumlah pedagang minimal 50 orang
c. Jam operasional minimal 2 kali dalam seminggu
d. Berlokasi di ibukota kecamatan/desa
4. Tipe D Kriteria:
a. Memiliki luas lahan minimal 500 m2
b. Memiliki jumlah pedagang minimal 50 orang
c. am operasional minimal 1 kali dalam seminggu
d. Berlokasi di ibukota kecamatan/desa
2. Ruang-ruang Terpinggirkan
Dalam penataan ruang pasar juga terdapat beberapa masalah yang dapat memberi efek tertentu terhadap
konsumen/pengunjung dan juga para pedagang. Salah satunya adalah masalah ruang terpinggirkan karena
adanya kesalahan dalam penataan ruang pasar terkait letak kios dan los. Hal ini mempengaruhi terhadap
sering atau tidaknya suatu kios dan los itu dikunjungi oleh pembeli. Dalam buku karya David Dewar dan
Vanessa Watson yang berjudul “Urban Market Developing Informat Retailing” (1990), terdapat
kemungkinan adanya sebuah area yang jarang sekali didatangi oleh pengunjung karena letaknya yang
dicirikan sebagai ruang mati. Terdapat 4 (empat) macam deadspots yang ada, yaitu:
a. Yang disebabkan karena titik pedagang terlalu tersebar/terpecah Titik atau area mati ini disebabkan
karena tatanan toko yang terletak saling berhadapan dan pada satu sisi posisi toko tersusun secara acak
sehingga terdapat titik yang kosong dan membentuk pertemuan sirkulasi.
b. Yang disebabkan karena adanya toko dan kios yang berhadapan dan membentuk pola siku
Selain masalah dead spots, juga terdapat bebera maslaah dalam penataan ruang pasar yang berhubungan
dengan tata komoditi barang dagangan. Antara lain: a. Jarak pertemuan pergerakan pembeli terlalu
pendek
b. Pergerakan pembeli terlalu lebar
Arah Sirkulasi Manusia Pada Pasar Menurut buku Data Arsitek Jilid 2 (2002) karya Ernst Neufert,
terdapat 3 jenis pola sirkulasi manusia pada sebuah pasar
Ukuran Sirkulasi Manusia Ukuran sirkulasi berfungsi untuk menentukan berapa ukuran lebar jalan yang
dibutuhkan di dalam pasar agar tidak terjadi kepadatan sirkulasi di dalamnya. Terdapat beberapa standar
ukuran sirkulasi manusia sesuai dengan berapa orang yang akan melewati jalan
Pola Sirkulasi Manusia Pada Bangunan Pada sebuah bangunan terdapat beberapa pola yang dijadikan
sebagai patokan perancangan, mulai dari pola sirkulasi, pola ruangan, dan pola bentuk ruang. Dalam
perancangan sebuah pasar, sangat penting untuk mengetahui bagaimana pola-pola sirkulasi yang biasa
dilakukan oleh manusia (D.K. Ching, 2007) yang nantinya akan mempengaruhi bagaimana penempatan
komoditas, kios-kios atau los, parkir, dan entrace. Berikut beberapa pola sirkulasi secara umum:
1. Pola Linear
Pola linear merupakan pola sirkulasi yang membntuk satu garis lurus yang dimulai dari satu titik dan
berakhir pada titik yang dituju. Pola ini biasa digunakan untuk menentukan deretan ruang yang akan
dibentuk. Pola linear ini biasa digunakan pada jalan, lorong, dan lainnya.
2. Pola Radial
Pola radial juga merupakan pola sirkulasi yang berawal dari satu titik yang menjadi pusat dan berakhir di
beberapa titik yang menyebar dan bisa juga kebalikannya. Pola ini digunakan untuk menciptakan ruang
yang kaya pergerakan contohnya seperti ruang gym.
3. Pola spiral
Seperti pada namanya, pola ini merupakan pola yang berbentuk memutar dan berujung pada satu titik di
tengah. Pola ini banyak digunakan dalam perancangan yang berada pada area lahan terbatas karena pola
sirkulasi akan diarahkan kedalam atau ketengah, tidak menyebar keluar.
4. Pola Network
Pola network merupakan pola sirkulasi yang terbentuk menjadi jaringanjaringan grid. Karena adanya grid
tersebut maka banyak terdapat beberapa titik pertemuan yang saling menghubungkan ruang satu sama
lainnya. Dengan kata lain pola ini juga dikenal dengan pola titik terpadu. Sesuai dengan konsep gridnya,
pola ini biasa digunakan pada bangunan dan ruangan perkantoran, sekolah, dan lainnya
5. Pola Campuran
Pola ini adalah pola sirkulasi campuran dari keempat pola di atas. Pada pola ini dicoba untuk membentuk
sebuah perpaduan pada ruang, tetapi akan justru terlihat membingungkan.
Pasar tradisional adalah suatu pasar dimana tempat tersebut merupakan bertemunya para
penjual dan pembeli serta terdapat transaksi jual beli secara langsung serta pada umumnya terjadi
proses tawar-menawar. Bangunan dari pasar tradisional biasanya berupa los, kios-kios atau gerai,
serta dasaran terbuka yang dibuka oleh para penjual ataupun dari pengelola pasar. Kebanyakan
pasar tradisional menjual berbagai macam barang kebutuhan yang diperlukan sehari-hari, jasa
dan lain sebagainya. Pasar tradisional masih banyak ditemukan di daerah-daerah Indonesia.
Beberapa pasar tradisional yang terkenal adalah pasar Johar di Semarang, pasar Klewer di Solo,
pasar Beringharjo di Yogyakarta dan daerah-daerah yang lainnya. Pasar tradisional tersebut
masih terus mencoba untuk bertahan menghadapi serangan dari adanya pasar modern.
b. Pasar khusus yaitu tempat diperjualbelikannya satu jenis dagangan saja misalnya; pasar
burung, pasar sepeda. Sedangkan jenis dagangan dalam pasar khusus:
Gol A : Kendaraan bemotor
Gol B : Tanaman atau bunga hias, bahan bangunan, burung
GolC : Hasil bumi, meubel sederhana, sepeda dan yang disamakan.
• Pola 2 (Plaza) Dapat dilihat pada Gambar 2.1.4 bahwa pada pola ini terdapat satu ruang kosong yang
luas dan berpusat pada bangunan yaitu berupa void atau ruang terbuka. Void tersebut difungsikan agar
menjadi pusat orientasi sirkulasi pengunjung di dalam bangunan dan dapat menjadi pembatas area
pertokoan. Pada bagian void ini bisa digunakan sebagai area taman ataupun tangga (jika memiliki 2
lantai). Untuk sistem sirkulasi antar toko tetap menggunakan pola sirkulasi koridor.
• Pola 3 (Mall) Pola ini (Gambar 2.1.5) memfokuskan arah sirkulasi hampir ke semua bagian pertokoan.
Di bagian tengah terdapat 2 (dua) buah void yang dapat memecah orientasi sirkulasi pengunjung untuk
dapat jalan kesemua arah toko. Pola seperti ini cocok dijadikan sebagai bagian sirkulasi utama dari
sebuah bangunan karena dapat menghubungkan dua titik area pertokoan.
2.3 PENGERTIAN PERSEPSI
Kenneth A. Sereno dan Edward M. Bodaken berpendapat bahwa persepsi yaitu sarana
yang mungkin bisa menjadikan seseorang memperoleh kesadaran dengan sekelilingnya dan
lingkungan seseorang. Sedangkan persepsi yang dikemukakan oleh Joseph A. Devito adalah
proses dimana seseorang menjadi sadar dengan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera
seseorang. Persepsi merupakan bentuk interpretasi atas sensasi sebagai representatif objek
eksternal. Persepsi terdiri dari tiga aktivitas, yaitu seleksi, organisasi dan interpretasi.
Persepsi berlangsung lebih cepat dari proses pengenalan atau berpikir. Seseorang
pertama-tama berpikir sesuai dengan rasa suka atau tidak suka jika melihat orang lain. Oleh
karena itu sering kali persepsi berbeda dengan kenyataan sesungguhnya. Proses yang terjadi
dalam persepsi adalah asosiasi dimana informasi tersebut bisa didapat melalui penginderaan dan
dikaitkan dengan hal-hal yang ada serta pengalaman seseorang di masa lampau. Dalam proses
asosiasi ini terlihat pada tahap penafsiran.
Robbins mendeskripsikan bahwa persepsi jika dikaitkan dengan lingkungan yaitu suatu
proses dimana individu berusaha mengorganisasikan serta menafsirkan apa yang ditangkap oleh
indera mereka dengan tujuan memberi makna terhadap lingkungan mereka
Dari beberapa pengertian persepsi diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu
proses seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan informasi serta pengalaman
kemudian ditafsirkan sehingga menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.
b. Faktor-faktor social
1) Kelompok referensi, kelompok yang mempunyai pengaruh langsung
maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Beberapa
diantaranya kelompok primer, dengan adanya interaksi yang berhubungan, seperti
keluarga, teman, tetangga dan teman sejawat. Kelompok sekunder, yang
cenderung lebih resmi dan lebih formal dimana interaksi yang terjadi kurang
berhubungan.
2) Keluarga, dalam kegiatan jual beli, keluarga dapat dibedakan menjadi
dua. Yang pertama adalah keluarga orientasi merupaka orang tua. Karena dari
orang tualah seseorang pertama kali mendapatkan pandangan tentang agama,
politik dan ekonomi. Yang kedua adalah keluarga prokreasi, yaitu pasangan
hidup, anak-anak, keluarga merupakan organisasi pembeli yang paling penting
dalam suatu masyarakat.
3) Peran dan Status, bentuk partisipasi seseorang terhadap kelompok
selama dalam hidupnya, keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap
kelompok dapat di identifikasi dalam peran dan status.
c. Faktor Pribadi
1) Umur dan tahapan dalam siklus hidup, konsumsi seseorang bisa
dibentuk dari tahapan siklus hidup keluarga. Pada saat mereka menjalani
hidupnya, biasanya mengalami perubahan atau transformasi dan ini biasa dialami
oleh orang-orang dewasa.
2) Pekerjaan, para pekerja yang memiliki minat diatas rata-rata terhadap
produk dan jasa tertentu menjadi sasaran oleh pemasar untuk diidentifikasi
berdasarkan kelompok kerja.
3) Gaya hidup, gaya hidup seseorang merupakan pola hidup didunia yang
di ekspresikan oleh kegiatannya, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup dapat
mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang dan bisa menggambarkan
seseorang secara keseluruhan.
4) Kepribadian dan konsep diri, yang dimaksud dengan kepribadian adalah
karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang
responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten.
d. Faktor-faktor Psikologis
1) Motivasi, merupakan kebutuhan biogenik yang timul dari suatu keadaan
fisiologis tertentu seperti rasa lapar, haus, resah dan tidak nyaman. Motivasi juga
termasuk dalam kebutuhan psikogenik yang timbul dari keadaan fisiologis seperti
kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima. Terdapat
beberapa unsur yang terlibat dalam proses motivasi:
a) Kebutuhan Setiap orang mempunyai berbagai macam kebutuhan
yang antar individu bisa berbeda-beda. Kebutuhan tersebut ada yang
bersifat fisiologik dan tidak dipelajari, tetapi ada pula yang bersifat
dipelajari. Kebutuhan kana makanan, udara, air dan pakaian termasuk
kebutuhan yang bersifat fisiologis dan tidak dipelajari. Sedangkan
penghargaan diri, prestise, kekuasaan, dan lain-lain merupakan kebutuhan
yang bersifat dipelajari.
Adapun untuk pengolahan tata ruang luar faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah harus
dibedakan antara ruang sirkulasi pejalan kaki dengan area parkir kendaraan. Untuk pejalan kaki
dengan cara :
Pencapaian dari luar ke dalam bangunan harus langsung dan berupa garis
lurus sehingga akan memperpendek jarak
Jalan masuk harus luns dan jelns
Adanya perbedaan ketinggian lantai
Untuk kendaraan dan sepeda motor dengan pola parkir berjajar disatu sisi dan di sisi lainnya
berbaris dengan kemiringan 90°. Untuk sepeda motor dan sepeda bentuk parkir susunan
bergabung lurus, sehingga area parkir yang ada dapat menghasilkan ruang parkir yang optimal.
1. Tata letak dan distribusi ruang penyewa dengan penyewa yang lain, menganut kaidah
umum yang berlaku yaitu pemilihan tata letak yang semakin sederhana akan semakin baik,
karena akan memudahkan pembeli dan penjual untuk membuat peta mental ketika mereka
menjelajahi pusat perbelanjaan.
2. Penerapan konsep atrium atau jenis desain lainnya. Hal ini harus dipertimbangkan
dengan cermat untuk memnuhi harapan penyewa yang membutuhkan paparan dan visibilitas
baik secara vertikal maupun secara horizontal, yaitu dengan menghindari penempatan terlalu
banyak tangga, eskalator, kolom dan sebagainya yang dapat mengganggu pandangan,
4. Sebaiknya menghindari pola sirkulasi dan tata ruang dengan efek laras panjang dengan
koridor yang panjang dan lurus.
6. Tata letak fasilitas transportasi vertikal seperti eskalator dan elevator di lokasi strategis,
untuk meratakan distribusi pengunjung serta memudahkan pergerakan penyewa dengan cepat
dari satu lantai ke lantai yang lainnya.
7. Tata letak dan distribusi ruang parkir untuk meratakan arus masuk pengunjung,
khususnya untuk lantai yang lebih tinggi. Area bongkar muat barang harus ditempatkan jauh dari
rute pembelanja untuk menghindari benturan dengan arus pengunjung.
BAB III
STUDI BANDING
2. Los
4. Area Parkir
a. Tinjauan Umum
Pasar ini telah menjadi pusat kegiatan ekonomi selama puluhan tahun dan
keberadaannya tidak asing lagi bagi masyarakat Kota Palangka Raya. Pasar yang
bertempat di Jalan Halmahera Kecamatan Pahandut ini beroperasi mulai jam 14:00
sampai 21:00 WIB. Pasar tersebut didominasi oleh pedagang baju,pedagang pakaian
dalam, pedagang sepatu, dan warung makan. Fasilitas yang tersedia di pasar Blauran ini
yaitu tempat parkir. Dalam masalah keamanan di pasar Blauran juga terdapat 1 kantor
polisi yang mana setiap harinya beroperasi hingga pasar tutup.
1. ATM
4.1 Gambaran umum dan deskripsi singkat tentang lokasi penelitian (Pasar Blauran)
4.1.1 Sejarah kota Palangka Raya
Sejarah pembentukan Pemerintahan Kota Palangka Raya merupakan bagian integral dari
pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957,
lembaran Negara Nomor 53 berikut penjelasannya (Tambahan Lembaran Negara Nomor 1284) berlaku
mulai tanggal 23 Mei 1957, yang selanjutnya disebut Undang-Undang Pembentukan Daerah Swatantra
Provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1958, Parlemen Republik
Indonesia tanggal 11 Mei 1959 mengesahkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959, yang menetapkan
pembagian Provinsi Kalimantan Tengah dalam 5 (lima)Kabupaten dan Palangka Raya sebagai
Ibukotanya.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 dan Surat Keputusan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia tanggal 22 Desember 1959 Nomor : Des. 52/12/2-206, maka ditetapkanlah
pemindahan tempat dan kedudukan Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah dari Banjarmasin ke Palangka
Raya terhitung tanggal 20 Desember 1959. Selanjutnya, Kecamatan Kahayan Tengah yang berkedudukan
di Pahandut secara bertahap mengalami perubahan dengan mendapat tambahan tugas dan fungsinya,
antara lain mempersiapkan Kotapraja Palangka Raya. Kahayan Tengah ini dipimpin oleh Asisten
Wedana, yang pada waktu itu dijabat oleh J. M. NAHAN.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu di Kota Palangka Raya. Secara umum Kota Palangka
Raya dapat dilihat sebagai sebuah kota yang memiliki 3 (tiga) wajah yaitu wajah perkotaan, wajah
pedesaan dan wajah hutan. Kondisi ini memberikan tantangan tersendiri bagi pemerintah Kota Palangka
Raya dalam membangun Kota Palangka Raya. Kondisi ini semakin menantang lagi apabila mengingat
luas Kota Palangka Raya yang berada pada urutan ke-3 di Indonesia yaitu 2.687,51 Km2. Berikut penulis
memaparkan mengenai gambaran umum Kota Palangka Raya berdasarkan data yang diperoleh.
Kota Palangka Raya sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Tengahmulai dibangun pada tanggal
17 Juli 1957. Secara gegrafis, Palangka Raya terletak pada 60 40’ – 70 20’ Bujur Timur dan 10 31’ – 20
30’ Lintang Selatan. Secara administrasi berbatasan dengan :
Sebelah Utara: Kabupaten Gunung Mas
Sebelah Timur: Kabupaten Pulang Pisau
Sebelah Selatan: Kabupaten Pulang Pisau
Sebelah Barat: Kabupaten Katingan
Luas Wilayah Kota Palangka Raya adalah 284.250 Ha. Secara administrasi Kota Palangka Raya
dibagi menjadi 5 Kecamatan dan 30 Kelurahan, yaitu Kecamatan Pahandut dengan 6 Kelurahan, Kecama-
tan Sabangau dengan 6 kelurahan, Kecamatan Jekan Raya dengan 4 kelurahan, Kecamatan Bukit Batu
dengan 7 desa/kelurahan dan Kecamatan Rakumpit dengan 7 Kelurahan. Dengan kondisi awal kota yang
belum sesuai persyaratan fisik kota, pembangunan Kotamadya Palangka Raya dimulai dari Kampung
Pahandut yang merupakan kampung tradisional terletak di tepi Bantaran Sungai Kahayan. Seiring
perjalanan perkembangan kota muncul permukiman di sepanjang kawasan tepian Sungai Kahayan.
Lokasi penelitian penulis di sini ialah Pasar Blauran Kota Palangka Raya yang mana
pasar tersebut merupakan pasar tradisional yang patut dikunjungi oleh masyarakat Kota Palangka
Raya. Pasar ini telah menjadi pusat kegiatan ekonomi selama puluhan tahun dan keberadaannya
tidak asing lagi bagi masyarakat Kota Palangka Raya. Pasar yang bertempat di Jalan Halmahera
Kecamatan Pahandut ini beroperasi mulai jam 14:00 sampai 21:00 WIB. Pasar tersebut
didominasi oleh pedagang baju,pedagang pakaian dalam, pedagang sepatu, dan warung makan.
Fasilitas yang tersedia di pasar Blauran ini yaitu tempat parkir. Dalam masalah keamanan di
pasar Blauran juga terdapat 1 kantor polisi yang mana setiap harinya beroperasi hingga pasar
tutup.
4.2 Hasil survey
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil survey yang dilakukan pada pedagang pasar
blauran kota Palangka Raya yang dilakukan pada hari Jum’at, 2 Juli 2021. Berdasarkan hasil
survey mengenai pasar tradisional yang sesuai persepsi dan perspektif menurut pedagang pasar
blauran adalah sebagai berikut:
Jenis tempat berjualan Diantara 2 pilihan kios atau losm kebanyakan dari mereka memilih
jenis tempat berjualan berupa kios. Alasan mereka memilih kios
adalah karena agar mudah menyimpan barang – barang mereka.
Jadi tidak perlu menggunakan gerobak lagi.
Lantai tempat berjualan Semua responden memilih lantai tempat berjualan berupa cor.
Alasan memilih cor agar terlihat bersih dan mudah dibersihkan.
Jalur sirkulasi Jalur sirkulasi menurut pedagang pasar blauran yaitu jalur sirkulasi
yang hanya dapat dilewati oleh orang saja. Motor atau kendaraan
yang lain tidak boleh melewati jalan di depan tempat jualan
mereka. Alasan mereka memilih hanya dapat dilewati oleh orang
saja agar pembeli tidak dibahayakan oleh kendaraan yang lewat
dan agar tidak menggangu aktivitas jual – beli mereka
Jarak antar tempat Karena jawaban para pedangan pasar blauran banyak yang meilih
berjualan dengan jenis tempat berjualan dalam bentuk kios, mereka tidak masalah
pedagang di sebelahnya juka harus mepet dengan pedagang disebelahnya.
Fasilitas yang diperlukan Salah satu fasilitas yang mereka sangat butuhkan yaitu WC. Di
pasar blauran sangat jauh dari WC sehingga pedagang maupun
pembeli merasa sulit jika ingin ke WC.
Penataan susunan tempat Penataan susunan tempat berjualan menurut perspektif pedagang
berjualan berdasarkan: pasar blauran yaitu jenis dagangan yang campur. Tidak
berdasarkan blok jenis dagangan yang sama. Menurut mereka
karena hal itu dapat mempengaruhi pendapatan mereka.
Berdasarkan hasil survey, responden kebanyakan memilih pilihan yang sama seperti
mereka ingin pasar tradisional yang berjenis kios dan berbahan bangunan beton. Alasan mereka
memilih itu agar bangunan awet dan tahan lama. Mereka juga memilih sirkulasi di depan
dagangan mereka yang hanya bisa di lalui oleh orang saja. Mereka menginginkan adanya tempat
parkir untuk para pembeli. Fasilitas yang mereka inginkan ada di sebuah pasar tradisional
nantinya adalah WC. Di pasar blauran, pembeli maupun penjual merasa kesulitan jika ingin
buang air kecil kaena letak WC yang jauh dari pasar tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disusun oleh peneliti, maka dapat
disimpulkan bahwa menurut pedagang pasar blauran, pasar tradisional yang baik yaitu:
Jenis tempat berjualan yaitu berupa kios
Bahan utama bangunan berupa beton
Lantai tempat berjualan berupa cor
Sirkulasi di depan kios mereka hanya dapat di lalui oleh orang saja. Kendaraan apapun
tidak boleh masuk ke area jualan
Fasilitas yang diinginkan yaitu berupa WC.
Penataan penyusunan kios dagangan yang mereka inginkan adalah perblok dengan
dagangan yang berbeda. Mereka tidak menginginkan jika penyusunan tataan tempat
berjualan mereka berdasarkan jenis dagangan mereka.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disusun oleh peneliti,
saran yang dapat diberikan yaitu:
Pemerintah perlu memberikan perhatian lebih dalam segi ekonomi dan wista kota
Palangka Raya agar kota Palangka Raya dapat menjadi tempat yang baik dalam segi
ekonomi dan wisatanya.