PENGANTAR SOSIOLOGI
PELANGGARAN TERHADAP NORMA-NORMA MASYARAKAT
Disusun Oleh :
1. Sidik Handoko (06051282025020)
2. Nelse Avriliya Al Habsi (06051282025027)
3. Wella Ayu Marvini (06051282025029)
4. Yunik Pujianingsih (06051282025038)
5. Lilis Nurmana (06051182025009)
6. Hasannah Rahma Illahi (06051182025010)
7. Lupia (06051282025042)
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya , kami dapat
menyusun makalah ini sesuai dengan kemampuan kami dan dengan baik untuk
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi dengan judul tugas makalah
“Pelanggaran Terhadap Norma-norma di masyarakat”. Tidak lupa pula kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan saran,ide dan dukungan kepada kami
untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya kami mengharapkan semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami sendiri dan juga mahasiswa
Universitas Sriwijaya.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa
kesempurnaan hanya milik Nya. Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna
bagi kita semua. Aamin-aamin yarabbal ‘alamin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB 1: PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.3. Tujuan.................................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................................................3
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, pelanggaran norma dapat terjadi di mana pun tempatnya tanpa
terkecuali. Terjadinya pelanggaran norma disebabkan karena sikap apatis masyarakat
dalam melaksanakan nilai dan norma masyarakat, masyarakat masih buta akan
pentingnya mematuhi norma-norma yang telah ada. Oleh karena itu timbullah
perilaku yang melanggar norma, tetapi pada dasarnya, norma itu ada untuk
membentuk masyarakat kearah yang lebih baik lagi. Menangkap fenomena ini,
penulis bermaksud untuk membahas mengenai “Pelanggaran Terhadap Norma-norma
dalam Masyarakat”
1.3 Tujuan
1.Menyadarkan masyarakat agar lebih peduli terhadap norma yang berlaku
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pelanggaran, Norma dan Masyarakat
1. Pelanggaran
Perbuatan (perkara) melanggar, tindak pidana yang lebih ringan dari pada kejahatan.
Menurut Robert M. Z. Lawang penyimpangan perilaku adalah semua tindakan yang
menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari
mereka yang berwenang dalam sitem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang.
Menurut James W. Van Der Zanden perilaku menyimpang yaitu perilaku yang bagi
sebagian orang dianggap sebagai sesuatu yang tercela dan di luar batas toleransi.
Menurut Lemert penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam,yaitu
penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu
bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-menerus
sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu lalu lintas, buang sampah
sembarangan, dll. Sedangkan penyimpangan sekunder yakni perilaku menyimpang yang
tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti
merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, dan lain-lain.
2. Norma
Norma merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, aturan
ini dibentuk secara tidak sengaja. Lama – kelamaan norma - norma itu disusun atau dibentuk
secara sadar. Norma dalam masyarakat berisi tata tertib, aturan, dan petunjuk standar perilaku
yang pantas atau wajar.
Norma, aturan prosedural dan aturan perilaku dalam kehidupan social pada
hakikatnya bersifat kemasyarakatan. Yang di maksud bersifat kemasyarakatan bukan saja
karena norma-norma tersebut berkaitan dengan kehidupan sosial tetapi juga karena norma
norma tersebut adalah pada dasarnya merupakan hasil dari kehidupan bermasyarakat. Norma-
norma adalah bagian dari masyarakat.
Masyarakat yang menginginkan hidup aman, tentram dan damai tanpa gangguan,
maka bagi tiap manusia perlu menjadi pedoman bagi segala tingkah laku manusia dalam
pergaulan hidup, sehingga kepentingan masing - masing dapat terpelihara dan terjamin.
Setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajiban masing - masing.
Norma - norma itu mempunyai dua macam isi, dan menurut isinya berwujud :
perintah dan larangan. Apakah yang dimaksud perintah dan larangan menurut isi norma
tersebut? Perintah merupakan kewajiban bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena
akibat - akibatnya dipandang baik. Sedangkan larangan merupakan kewajiban bagi seseorang
untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat - akibatnya dipandang tidak baik.
3. Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi
adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat"
sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat
adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah
komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah
masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu
komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan
sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang
sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka
berdasarkan kemaslahatan.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata
pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat
pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga
disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-
industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.
1. Norma Agama
2. Norma kesusilaan
Norma kesusilaan yaitu peraturan yang dianggap sebagai suara hati nurani manusia. Norma
ini berwujud akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik dan apa
yang dianggap buruk. Pelanggaran dari norma kesusilaan ini mendapat sanksi yaitu
penyesalan dari diri sendiri dia diisolir/disingkir oleh masyarakat dan menjadi buah mulut
masyarakat. Contohnya, berbicara yang santun kepada orangtua, berbuat baik terhadap
sesama manusia, berkata jujur, menggunakan pakaian sesuai dengan keadaan, dan
sebagainya.
3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah kepantasan, kepatutan, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
Norma kesopanan sering disebut sopan santun, tata krama atau adat istiadat. Norma kesopanan tidak
berlaku bagi seluruh masyarakat dunia, melainkan bersifat khusus dan setempat (regional) dan hanya
berlaku bagi segolongan masyarakat tertentu saja. Apa yang dianggap sopan bagi segolongan
masyarakat, mungkin bagi masyarakat lain tidak demikian. Norma kesopanan yaitu peraturan yang
muncul dari hubungan antar manusia dalam kelompok masyarakat dan dianggap penting dalam
pergaulan masyarakat. Sanksi yang akan didapatkan saat melanggar norma kesopanan ini yaitu bisa
berupa celaan dari sesama, celaan tersebut berwujud kata-kata, pandangan rendah orang
disekelilingmu, sikap kebencian, dijauhi di pergaulan. Jadi nantinya akan menimbulkan rasa hina,
malu, dikucilkan yang mengakibatkan tekanan atau penderitaan batin.
4. Norma hukum
Norma hukum adalah peraturan yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu yang mempuyai
wewenang untuk mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Peraturan tersebut sumbernya dari perundang – undangan, yurisprudensi, kebiasaan, dan juga
doktrin. Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang memaksa, sanksinya berupa
ancaman hukuman. Penataan dan sanksi terhadap pelanggaran peraturan - peraturan hukum
bersifat heteronom, artinya dapat dipaksakan oleh kekuasaan dari luar, yaitu kekuasaan
negara.
Pasal 362 KUHP: Barang siapa mengambil sesuatu yang seluruhnya atau sebagian
milik orang lain dengan maksud buat dimiliki secara melawan hukum, maka akan
diancam karena itu tindak pencurian dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau
denda paling banyak enam puluh rupiah.
Pasal 40 Ayat (1) UU No 15 Tahun 2002: Setiap orang yang melaporkan terjadinya
dugaan tindak pencucian uang, maka wajib diberi perlindungan khusus oleh negara
dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri, jiwa, hartanya dan
keluarganya.
Kewajiban buat membayar pajak.
Dilarang melakukan tidakan kekerasan atau pembunuhan.
Kendaraan umum harus melalui rute khusus.
Semua pengendara wajib memperhatikan dan mengikuti rambu-rambu lalu lintas.
Sanksi yang didapatkan oleh pelanggar norma hukum bisa berupa pidana penjara atau denda
atau pernyataansahnya suatu perbuatan.Sanksi tersebut bisa dipaksakan oleh lembaga yang
berwenang atau penguasa.
Di Indonesia, sepertinya sudah tidak asing lagi melanggar norma yang ada Bebagai
bentuk pelanggaran sudah sering kita jumpai, dan berikut beberapa bentuk-bentuk
pelanggaran norma-norma :
Pelanggaran yang semakin banyak itu menyebabkan aturan yang ada akan tidak
terlihat karena masyarakatnya yang tidak peduli dengan ada peraturan norma. Selain itu
factor mengapa pelanggaran sering dilakukan adalah karena sosialisasi tentang peraturan-
peraturan yang kurang menyebar seolah pemerintah tidak peduli, selain itu pelanggaran
terjadi diakibatkan kurangnya ketegasan dari pihak yang bersangkutan. Seperti halnya saat
adanya peraturan kendaraan bermotor tidak boleh melewati trotoar pejalan kaki, peraturan
tersebut hanya berjalan lancar di beberapa kota yang tidak berpenduduk banyak. Kita lihat
saja di Jakarta peraturan tersebut tidak berjalan sesuai rencana.
1. Tidak tahu
Alasan yang paling umum kenapa seseorang melanggar norma adalah dengan alasan tidak
tahu ada aturan. Alasan ini sebenarnya alasan klasik, karena setiap tindakan manusia ada
aturan yang mengaturnya, apalagi jika negara sudah menyatakan dirinya negara hukum.
Alasan ini tidak membebaskan seseorang dari sanksi hukum.
Banyak orang tahu aturan ketika melakukan suatu tindakan atau perbuatan, tetapi aturan itu
dilanggar dan diabaikan. Biasanya orang seperti ini merasa hukum telah menjadi penghabat
bagi pencapaian keinginannya. Sepanjang tidak ada yang mengusik atau merasa aman-aman
saja, ia akan terus melakukannya dan ia baru berhenti saat perbuatannya ada yang
melaporkannya, atau tertanggkap petugas hukum dan diproses secara hukum. Tindakkan
orang serupa ini tergolong perbuatan melanggar hukum yang mendasar karena ada unsur
kesengajaan.
3. Terpaksa
Kebanyakan orang memberikan alasan mengapa ia melanggar aturan karena terpaksa. Orang
itu merasa tidak ada pilihan lain, ia tepaksa melakukannya bisa jadi karena kondisi ekonomi,
social atau dilakukan atas perintah atasan, atau pun karena diancam. Alasan terpaksa
terkadang hanya merupakan alibi, sebab keadaan terpaksa dalam hukum itu ada ukuran dan
nilainya.
Sabar adalah sebagian dari iman. Tetapi seseorang melanggar karena tidak sabar, sehingga
tidak mampu mengendalikan dirinya, dan emosinyalah yang meledak. Biasanya perbuatan
melanggar pada orang seperti ini, oranganya tidak berfikir panjang dan tidak memikirkan
akibat hukum dari perbuatan atau tindakkannya. Bagi orang serupa ini, urusan hukum
belakangan yang terpenting baginya ia harus puaskan dan salurkan emosinya terlebih dahulu.
5. Sudah Terbiasa.
Orang yang sudah biasa melanggar aturan bukan lagi hal yang aneh dan merepotkan untuk
kembali melakukan pelanggaran. Meskipun sudah pernah mendapat ganjaran, tetapi ganjaran
yang pernah ia terima itu bukannya membuat dia sadar, melainkan ia makin paham dan mahir
untuk melakukan pelanggaran lagi. Orang seperti ini sudah memperhitungkan akibat yang
akan diterima apabila ia melanggar dan perbuatan itu dilakukannya dengan penuh kesadaran.
Pada prinsipnya manusia terlahir baik dan nilai-nilai kebaikan itu ada dalam diri setiap
manusia. Dan manusia pada umumnya cenderung berbuat baik atau melakukan yang baik-
baik. Tetapi karena ada kesempatan atau peluang, ia pun melakukan suatu perbuatan yang
melanggar.
1. Berkata Bohong
Contoh norma ini berkaitan erat dengan norma agama yang diyakini seseorang. Karena
mengetahui hal tersebut, hati nurani akan mengatakan berkata bohong secara susila adalah
tindakan yang salah.
Secara tidak sadar, terkadang seseorang melakukannya dalam hidup bermasyarakat. Apalagi
bila itu berkaitan dengan kehidupan seseorang yang dijadikan topik pembicaraan. Tidak ada
hukum yang memberi sanksi akan hal ini. Namun, biasanya, ketika orang melakukan hal
tersebut dan mengetahui kebenarannya, hatinya akan malu sendiri
3. Berzina
Berzina meupakan kategori norma susila yang juga berkaitan erat dengan norma agama. di
beberapa masyarakat perilaku pelanggaran ini diakui dan tidak melanggar norma susila atas
nama pergaulan bebas. Namun, di Indonesia ini melanggar norma susila. Pelakunya bisa
diadili di depan pengadilan masyarakat dan digunjingkan.
Menghargai dan menghormati orang lain tidak ada dalam norma hukum. Biasanya pelaku
akan merasa menyesal, apabila suatu saat dia membutuhkan orang yang pernah tidak dihargai
dan dihormatinya
Menolong orang lain meskipun disebutkan sebagai kewajiban sesama manusia, merupakan
anjuran. Sehingga banyak orang pada akhirnya tidak mempedulikan orang lain dan tidak mau
menolong orang lain. Masyarakat yang mengetahui pelanggaran yang demikian, biasanya
hanya memberi cap sebagai orang pelit dan sombong, dan paling berat ketika orang tersebut
membutuhkan pertolongan orang lain, tidak ada yang mau membantu.
Sikap tidak adil terhadap sesama, umumnya dilandasi memandang orang lain hanya
berdasarkan materi dan kedudukan. Akibatnya, seseorang hanya berlaku baik karena ada
maksud tertentu. Atau mereka berbuat baik hanya pada golongan tertentu saja. Orang yang
melakukan ini, akan menyesali perbuatannya, apabila ternyata orang yang diperlakukan adil
berlaku baik terhadap mereka dan sebaliknya
BAB III
PENUTUP
Dalam kehidupan manusia saling membutuhkan dan kemudian terjadi interaksi sosial
yang sesuai dengan perannya masing-masing.Kehidupan masyarakat menuntut cara
berperilaku antar sesama, dan dalam berperilaku itulah norma yang yang menjadi patokan
atau sebagai aturan untuk kita menjadi pribadi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Kreastif SIMPATI. 2011. Modul SIMPATI Kelas X . Surakarta ; Grahadi.
Tim Edukatif HTS. 2012. Modul Sosiologi X untuk SMA atau MA semester gasal. Surakarta ;
CV Hayati Tumbuh Subur.