2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami. Tanpa pertolongannya tentu kami tidak dapat
menuntaskan makalah ini. Shalawat serta salam juga kami curahkan kepada baginda tercinta Nabi
Muhammad SAW.
Adapun penulisan makalah ini guna memenuhi tugas kami yang berjudul " PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL DI INDONESIA SERTA KULTUR MAKRO-MIKRO DAN INTERAKSI
RAS, SUKU AGAMA DAN BUDAYA”. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan kami selaku penulis dan para pembaca. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada
dosen kami yang memberikan tugas ini untuk membantu kami memahami Pendidikan
multikultural.
Kami juga berterima kasih kepada beberapa sumber yang menjadi acuan pembuatan tugas kami.
Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih perlu
pembelajaran. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran pembaca untuk kami berkembang
di masa mendatang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan................................................................................................................1
A.Latar Belakang...................................................................................................................1
B.Rumusan Masalah..............................................................................................................1
BAB 2 Pembahasan................................................................................................................2
BAB 3 Penutup……………………………………………....................................................7
A.Kesimpulan...........................................................................................................................7
B.Saran......................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara multikultural. Adanya budaya makro dan mikro di Indonesia
dapat dilihat dari dua perspektif. Yang pertama adalah dari segi pernyataan dan yang kedua
adalah dari segi kenyataan. Indonesia adalah negara yang sangat menghargai perbedaan
sehingga kebudayaan makro dan mikro seharusnya tidak terjadi. Hal ini dapat dilihat pada sila-
sila Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Persatuan Indonesia dan Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Artinya, segala perbedaan budaya yang ada pada masyarakat
Indonesia, termasuk perbedaan budaya kedaerahan, perbedaan agama, warna kulit, dan lain-
lain dihargai sepenuhnya dan mendapatkan perhatian yang sama atau adil. Ini juga
menandakan bahwa seharusnya di Indonesia tidak terjadi adanya budaya makro dan mikro.
Konsep keadilan tidak cocok apabila terdapat budaya makro dan mikro sebab orang-orang
yang berkebudayaan mikro terpaksa harus membaur ke kebudayaan yang makro.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pendidikan multikultural adapun beberapa definisi bahwa bangsa Indonesia adalah
terdiri dari banyak etnik, dengan keragaman budaya, agama, ras, dan bahasa. Indonesia
memiliki falsafah berbeda suku, etnik, bahasa, agama dan budaya, tapi memiliki satu tujuan,
yakni terwujudnya bangsa Indonesia yang kuat, kokoh, memiliki identitas yang kuat, dihargai
oleh bangsa lain sehingga tercapai cita-cita yang ideal dari pendiri bangsa yang maju, adil,
makmur dan sejahtera, (Dede Rosyada, 2014).
Dimensi pendidikan multikultural juga memiliki perbedaan dengan kebudayaan dan juga
seringkali orang terjebak pada rumusan-rumusan peristilahan tanpa tau asal usulnya sehingga
memperoleh definisi yang berbeda dengan tujuan pendidikan multikultural itu sendiri.
Seringkali kita mencari rumusan kultur dan multikultural itu apa, lalu dapat kita simpulkan
bahwa pendidikan multikultural adalah sebagai upaya mengajarkan berbagai macam kultur
Indonesia, mulai dari bahasa, lagu, pakaian dan lain sebagainya. (Afandi, 2018)
2
B. Kultur Makro Mikro di Indonesia
Dari perspektif sosiokultural yang luas, sebagian besar masyarakat kontemporer, terutama
yang sangat multikultural, terdiri dari makrokultur bersama serta mikrokultur. Makrokultur
bersama adalah budaya yang menyeluruh (dominan, arus utama, mayoritas, inti, dan numerik
besar) dan mikrokultur adalah budaya bawahan (minoritas, numerik kecil). Apakah kondisi budaya
makro dan mikro ini terjadi di Indonesia?
Indonesia merupakan negara multikultural. Adanya budaya makro dan mikro di Indonesia
dapat dilihat dari dua perspektif. Yang pertama adalah dari segi pernyataan dan yang kedua adalah
dari segi kenyataan. Pendapat saya mengenai budaya makro dan mikro di Indonesia akan
dijelaskan pada paragraf-paragraf berikut.
Menurut saya, secara pernyataan, Indonesia adalah negara yang sangat menghargai perbedaan
sehingga kebudayaan makro dan mikro seharusnya tidak terjadi. Hal ini dapat dilihat pada sila-sila
Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Persatuan Indonesia dan Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Artinya, segala perbedaan budaya yang ada pada masyarakat Indonesia,
termasuk perbedaan budaya kedaerahan, perbedaan agama, warna kulit, dan lain-lain dihargai
sepenuhnya dan mendapatkan perhatian yang sama atau adil. Ini juga menandakan
bahwa seharusnya di Indonesia tidak terjadi adanya budaya makro dan mikro. Konsep keadilan
tidak cocok apabila terdapat budaya makro dan mikro sebab orang-orang yang berkebudayaan
mikro terpaksa harus membaur ke kebudayaan yang makro.
Apabila dilihat dari segi kenyataan, menurut saya yang selama ini terjadi di Indonesia adalah
adanya kebudayaan makro dan mikro. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan salah satunya adalah
bahwa Indonesia selama ini terlalu Jawa-sentris. Kebudayaan-kebudayaan Timur biasanya
dianggap kultur minor, sedangkan kebudayaan Jawa dianggap sebagai kebudayaan yang dominan.
Orang-orang selain Jawa, ketika berinteraksi dengan orang-orang Jawa, biasanya akan
menyesuaikan diri mereka. Sedangkan, orang Jawa tetap mempertahankan kulturnya saat
berinteraksi dengan orang luar Jawa. Selain itu, dalam hal agama, Islam menjadi kebudayaan yang
dominan. Agama selain Islam dianggap sebagai kebudayaan minor. Contoh konkretnya dapat
dilihat pada acara-acara resmi yang dihadiri oleh berbagai orang dari kultur berbeda. Saat
membacakan salam maupun doa, biasanya dalam acara-acara tersebut tetap menggunakan kultur
Islami.
3
C. Interaksi Antar Ras, Suku, Agama ,dan Budaya
RAS
Masyarakat awal pada zaman praaksara yang datang pertama kali di Kepulauan Indonesia adalah
ras Austroloid sekitar 20.000 tahun yang lalu.
Selanjutnya, disusul kedatangan ras Melanosoid Negroid sekitar 10.000 tahun lalu. Ras yang
datang terakhir ke Indonesia adalah ras Melayu Mongoloid sekitar 2500 tahun SM pada zaman
Neolithikum dan Logam.
Ras Austroloid kemudian bermigrasi ke Australia dan sisanya hidup di di Nusa Tenggara Timur
dan Papua.
Ras Melanesia Mongoloid berkembang di Maluku dan Papua, sedangkan ras Melayu Mongoloid
menyebar di Indonesia bagian barat. Rasras tersebut tersebar dan membentuk berbagai suku
bangsa di Indonesia.
SUKU
Interaksi antara suku bangsa di Indonesia adalah pihak masing-masing kebudayaan
memperlihatkan adanya prinsi-prinsip kesamaan dan saling menyesuaikan antara satu dengan yang
lainnya.
Menurut van Vollenhoven, masyarakat Indonesia dikelompokkan menjadi 23 suku bangsa yang
memiliki sistem budaya dan adat yang berbeda-beda. 23 suku bangsa tersebut, antara lain:
1) Aceh;
2) Gayo-Alas dan Batak;
3) Nias dan Batu;
4) Minangkabau;
5) Mentawai;
6) Sumatra Selatan;
7) Enggano;
8) Melayu;
9) Bangka dan Belitung;
10) Kalimantan;
11) Sangir Talaud;
12) Gorontalo;
13) Toraja;
14) Sulawesi Selatan;
15) Ternate;
16) Ambon dan Maluku;
17) Kepulauan Barat Daya;
18) Irian;
19) Timor;
20) Bali dan Lombok;
4
21) Jawa Tengah dan Jawa Timur;
22) Surakarta dan Yogyakarta;
23) Jawa Barat.
Berdasarkan penelitian antropolog J.M Melalatoa, di Indonesia terdapat kurang lebih 500 suku
bangsa. Menurut Zulyani Hidayah, di Indonesia terdapat kurang lebih 656 suku bangsa.
Di antara suku-suku bangsa tersebut suku bangsa Jawa merupakan suku bangsa terbesar dengan
jumlah penduduk sebesar 90 juta jiwa. Namun, terdapat pula suku bangsa yang terdiri atas 981
jiwa, yaitu suku bangsa Bgu di pantai utara Provinsi Papua.
Budaya dan adat istiadat suku-suku bangsa di indonesia tersebut mempunyai berbagai perbedaan.
Suku-suku bangsa yang sudah banyak bergaul dengan masyarakat luar dan bersentuhan dengan
budaya modern seperti suku Jawa, Mingkabau, Batak, Aceh, dan Bugis
memiliki budaya lokal yang berbeda dengan suku-suku bangsa yang masih tertutup atau terisolir
seperti suku Dayak di pedalaman Kalimantan dan suku Wana di Sulawesi Tengah.
AGAMA
Struktur sosial masyarakat Indonesia ditandai oleh keragaman di bidang agama yang dianut oleh
suku-suku bangsa tertentu.
Suku bangsa Aceh yang tinggal di Sumatra mayoritas memeluk agama Islam, sedangkan suku
bangsa Batak yang tinggal di Provinsi Sumatra Utara mayoritas beragama Kristen.
Di lain pihak, suku bangsa Jawa, Sunda, dan Betawi yang tinggal di Pulau Jawa mayoritas
penduduknya memeluk agama Islam.
Sebagian besar penduduk Bali memeluk agama Hindu, sedangkan mayoritas penduduk Pulau
Lombok yang berbatasan dengan Bali memeluk agama Islam.
Keragaman agama dan kepercayaan di Indonesia juga tercermin dari praktik religi dan
kepercayaan yang dianut oleh suku-suku pedalaman di Indonesia.
Misalnya, suku bangsa Dayak di Kalimantan yang masih mempraktikkan ritual-ritual animisme
dan dinamisme warisan nenek moyang.
BUDAYA
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere,
5
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Sedangkan mengenai kebudayaan sendiri yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan
itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
6
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan multikultural adalah suatu gerakan pembaharuan dan proses untuk
menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh siswa. Sebagai sebuah gerakan
pembaharuan,istilah pendidikan multicultural masih dipandang asing bagi masyarakat umum,
bahkan penafsiran terhadap definisi maupun pengertian pendidikan multicultural juga masih
diperdebatkan dikalangan pakar pendidikan, (Hidayatullah, 2012).
B. SARAN
7
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/47891570/_IMPLEMENTASI_PENDIDIKAN_MULTIKUL
TURAL_DI_INDONESIA_NITA_TALIA
https://www.materiedukasi.com/2017/01/potensi-dan-masalah-akibat-keberagaman-
budaya-dan-kemajemukan-masyarakat-di-indonesia-serta-cara-mengatasinya.html?m=1
https://www.ayoksinau.com/keanekaragaman-budaya-indonesia/
https://medium.com/@adindakidung/kultur-makro-dan-mikro-di-indonesia-a2e7379767af