Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

OLEH
NAMA : MADE DWI HENDRA SANJAYA
NIM : 1925111016

PENDIDIKAN AGAMA HINDU


PROGRAM PASCA SARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU MPU KUTURAN
TAHUN 2019
KATA PENGHANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Singaraja, 13 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2

1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2

1.4 Manfaat............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4

2.1 Pengertian Pendidikan Dan Filsafat Pendidikan .............................................................. 4

2.1.1 Pengertian Pendidikan .............................................................................................. 4

2.1.2 Pengertian Filsafat Pendidikan ................................................................................. 4

2.2 Landasan – Landasan Filsafat Pendidikan ....................................................................... 5

2.3 Hubungan Filsafat Dengan Pendidikan ............................................................................ 9

2.4 Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan ............................................................................... 11

BAB III PENUTUPAN ............................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 13

3.2 Saran ............................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan berlangsung sepanjang zaman (life long education). Artinya, dari
generasi ke generasi, pendidikan berproses tanpa pernah berhenti. Pendidikan berlangsung
disetiap kehidupan manusia. Artinya, pendidikan berproses disamping pada bidang
pendidikan itu sendiri, juga dibidang ekonomi, politik, hukum, kesehatan, keamanan,
teknologi, perindustrian, dan sebagainya. Pendidikan berlangsung disegala tempat
dimanapun, dan disegala waktu kapanpun. Artinya, pendidikan berproses disetiap
kegiatan kehidupan manusia. Objek utama pendidikan adalah pembudayaan manusia
dalam memanusiawikan diri dan kehidupnnya.
Anak merupakan pribadi terkecil dari masyarakat yang masih memerlukan
bimbingan dalam proses adaptasi dan mempelajari norma, nilai, serta hal lain yang berarti
untuk menjalani kehidupannya sebagai makhluk sosial di kemudian hari. Berkaitan
dengan hal tersebut, diciptakan suatu pendidikan, baik yang bersifat formal,informal,
maupun nonformal. Selain anak mendapatkan pendidikan dari keluarga, anak juga dapat
mengikuti pendidikan di PAUD yang kemudian dilanjutkan ke sekolah dasar. Di sekolah
dasar inilah anak dikenalkan arti sebenarnya tentang sebuah pendidikan.
Untuk mendidik dirinya sendiri, pertama-tama manusia harus memahami dirinya
sendiri, apa hakikat manusia, bagaimana hakikat hidup dan kehidupannya, apa tujuan
hidup dan apa pula tujuan hidupnya.
Filsafat, sebagai daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami,
mendalami, dan menyelami secara radikal dan integral serta sisitematis mengenal
ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana hakikatnya yang dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaimana sikap
manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu, hakikat filsafat selalu
menggunakan ratio (pikiran), dalam perjalanan hidupnya manusia di hadapkan kepada
pengalaman-pengalaman peristiwa alamiyah yang ada di sekitarnya. Pengalaman-
pengalaman lahir ini merupakan sejarah hidupnya yang mengesankan dan kemudian
mendorong untuk melakukan perubahan-perubahan bagi kepentingan hidup dan
hidupnya.

1
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan
kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan
kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang
bisa diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya isi alam yang dapat diamati hanya sebagian
kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas
permukaan laut saja. Sementara filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es
itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis.
Sedangkan pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan
ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses
perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari dari induknya.
Pada awalnya pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa
membebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk
kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan
hidup manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian pendidikan dan filsafat pendidikan?
2. Apa saja landasan – landasan filsafat pendidikan?
3. Bagaimana hubungan filsafat dengan pendidikan?
4. Bagaimana ruang lingkup filsafat pendidikan?

1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian pendidikan dan filsafat pendidikan;
2. Mengetahui landasan – landasan filsafat pendidikan;
3. Menganalisis hubungan filsafat dengan pendidikan;
4. Menganalisis ruang lingkup filsafat pendidikan.

1.4 Manfaat

1. Mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di lembaga pendidikan tenaga pendidik


dituntut untuk memikirkan masalah-masalah hakiki terkait pendidikan. Dengan

2
begitu, pemikiran mahasiswa menjadi lebih terasah terhadap persoalan-persoalan
pendidikan baik dalam lingkup mikro maupun makro. Hal ini menjadikan mahasiswa
lebih kritis dalam memandang persoalan pendidikan.
2. Mahasiswa yang mempelajari dan merenungkan masalah- masalah hakiki pendidikan
akan memperluas cakrawala berpikir mereka, sehingga dapat lebih dalam memahami
problem pendidikan. Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pendidik atau
tenaga kependidikan, sudah sewajarnya bila mereka dituntut untuk berpikir reflektif
dan bukan sekedar berpikir teknis di dalam memecahkan problem-problem dasar
kependidikan, yaitu dengan menggunakan kebebasan intelektual dan tanggung jawab
sosial yang melekat padanya.

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan Dan Filsafat Pendidikan
2.1.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan yaitu suatu proses pembelajaran pengetahuan, kemampuan serta
keterampilan yang dilihat dari kebiasaan setiap orang, yang menjadi bahan warisan
dari orang sebelumnya hingga sekarang.
Arti pendidikan berasal dari bahasa inggris yaitu Education, dimana dari bahasa
latinnya yaitu Eductum. Dengan artian kata “E” yaitu sebuah proses
perkembangan dari dalam keluar kemudian kata “Duco” dengan artian yang sedang
berkembang.
Jadi Pendidikan adalah proses kemampuan serta keahlian diri yang terus
berkembang terus menerus secara individual. Hal ini dapat diambil kesimpulan
bahwa pengetahuan akan terus selalu ada dan tidak akan pernah hilang, seperti yang
dijelaskan dalam arti pendidikan.
2.1.2 Pengertian Filsafat Pendidikan
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai filsafat pendidikan.
Randal Curren (via Chambliss, 2009: 324) mengatakan bahwa filsafat pendidikan
adalah penerapan serangkaian keyakinan-keyakinan filsafati dalam praktik
pendidikan.
Kneller (1971: 4) juga mengatakan bahwa filsafat pendidikan bersandar pada
filsafat umum atau filsafat formal: artinya masalah-masalah pendidikan juga
merupakan bagian dari cara berpikir filsafat secara umum. Seseorang tidak dapat
memberikan kritik pada kebijakan pendidikan yang ada atau menyarankan
kebijakan yang baru tanpa memikirkan masalah-masalah filsafati yang umum
seperti hakikat kehidupan yang baik sebagai arah yang akan dituju oleh pendidikan,
kodrat manusia itu sendiri, sebab yang mendidik itu adalah manusia, dan yang
dicari adalah hakikat kenyataan yang terdalam, yang menjadi semua pencarian
cabang ilmu. Oleh karena itu, filsafat pendidikan merupakan penerapan filsafat
formal dalam lapangan pendidikan.
Sebagaimana halnya dengan filsafat umum, filsafat pendidikan bersifat
spekulatif, preskriptif, dan analitik. Bersifat spekulatif artinya bahwa filsafat

4
membangun teori-teori tentang hakikat manusia, masyarakat dan dunia dengan cara
menyusun sedemikian rupa dan menginterpretasikan berbagai data dari penelitian
pendidikan dan penelitian ilmu-ilmu perilaku.
Filsafat bersifat preskriptif artinya filsafat pendidikan mengkhususkan tujuan-
tujuannya, yaitu bahwa pendidikan seharusnya mengikuti tujuan-tujuan itu dan
cara-cara yang umum harus digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Filsafat pendidikan bersifat analitik tatkala filsafat pendidikan berupaya
menjelaskan pernyataan-pernyataan spekulatif dan preskriptif, menguji rasionalitas
ide-ide pendidikan, baik konsistensinya dengan ide-ide yang lain maupun cara-cara
yang berkaitan dengan adanya distorsi pemikiran. Konsep-konsep pendidikan diuji
secara kritis demikian pula dikaji juga apakah konsep-konsep tersebut memadai
ataukah tidak ketika berhadapan dengan fakta yang berbeda yang berhubungan
dengan berbagai istilah-istilah yang banyak digunakan dalam lapangan pendidikan
seperti “ kebebasan, penyesuaian, pertumbuhan, pengalaman, kebutuhan, dan
pengetahuan”. Penjernihan istilah-istilah akan sampai pada hal-hal yang bersifat
hakikih, maka kajian filsafati tentang pendidikan akan ditelaah oleh cabang filsafat
yang bernama metafisika atau ontologi.
Antologi menjadi salah satu landasan dalam filsafat pendidikan. Selain itu,
kajian pendidikan secara filsafati memerlukan landasan epistemologis dan landasan
eksiologis.
2.2 Landasan – Landasan Filsafat Pendidikan
Filsafat memberikan asumsi-asumsi dasar bagi setiap cabang ilmu pengetahuan.
Demian pila halnya dengan pendidikan. Ketika filsafat membahas tentang ilmu alam, maka
diperoleh filsafat ilmu alam. Ketika filsafat mempertanyakan konsep dasar dari hukum,
maka terciptalah filsafat umum, dan ketika filsafat mengkaji masalah-masalah dasar
pendidikan, maka terciptalah cabang filsafat yang bernama filsafat pendidikan (kneller,
1971:4) jadi, setiap bidang ilmu mempunyai landasan-landasan filsafat masing-masing.
Unsur-unsur esensial dalam landasan filsafat pendidikan ada tiga yang utama, yaitu
landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landaan aksiologis.

5
1. Landasan Ontologis Pendidikan
Landasan ontologis atau sering juga disebut landasan metafisik merupakan
landasan filsafat yang menunjuk pada keberadaan atau suntansi
sesuatu.misalnya, pendidikan secara ilmiah ditunjukkan untuk
mensistematisasikan konsep-konsep dan praktik pendidikan yang telah dikaji
secara metodologis menjadi suatu bentuk pengetahuan tersendiri yang disebut
ilmu pendidikan. Pengetahuan ilmiah mengenai pendidikan pada hakikatnya
dilandasi oleh suatu pemikiran filsafati mengenai manusia sebagai subjek dan
objek pendidikan, pandangan alam semesta: tempat manusia hisup bersama,
dan pandangan tentang tuhan sebagai pencipta manusia dan alam semesta
tersebut.Kneller (1971:6) mengatakan bahwa metafisika merupakan cabang
filsafat yang bersifat spekulatif membahas hakikat kenyataan terdalam.
Metafisika mencari jawaban atas persoalan mendasar.
Dengan kemunculan ilmu-ilmu empiris, banyak orang meyakini bahwa
metafisika telah ketinggalan jaman. Temuan ilmu-ilmu empiris tampak lebih
dipercaya, sebab temuannya dapat diukur, sedangkan pemikiran metafisik
tampaknya tidak dapat diverifikasi dan tidak bersifat aplikatif. Metafisika dan
ilmu empiris seolah merupakan dua bidang kegiatan yang berbeda.
Sebenarnya, ilmu-ilmu empiris mendasarkan diri pada asumsi-asumsi
metafisik, tetapi banyak orang yang tidak menyadarinya. Sebagaimana
dinyatakan oleh ahli fisikaMax Planck bahwa gambaran dunia secra ilmiah
yang diperoleh dari pengalaman tetaplah selalu hanya suatu pikiran saja: suatu
model yang lebih kurang. Oleh karena ada subjek material di belakang setiap
sensasi inderawi, maka demikian pula ada kenyataan metafisik dibelakang
segala sesuatu, yang menjadi nyata dalam pengalaman hidup manusia.
Gutek mengatakan persekolahan mewakili upaya dari pembuat kurikulum,
guru-guru dan pengarang buku-buku dalam menggambarkan aspek-aspek
kenyataan pada subjek didik. Contohnya, pelajaran sejarah, geografi, kimia, dan
lain-lain menggambarkan fase tertentu dari kenyataan kepada subjek didik.

6
2. Landasan Epitemologis Pendidikan
Epitemologis adalah cabang filsafat yang disebut juga teori mengetahui dan
pengetahuan. Epitemologis sangat penting bagi para pendidik. Akinpelu
(1988:11) mengatakan bahwa area kajian epistemologi ada relevansinya dengan
pendidikan, khususnya untuk kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Pencarian akan pengetahuan dan kebenaran adalah tugas utama baik dalam
bidang filsafat / etpistemologi maupun pendidikan. Sebagaimana dinyatakan
oleh Dewey, hanya saja antara epistemologi dan pendidikan terdapat perbedaan
dalam hal prosesnya. Pendidikan sebagai proses memusatkan perhatiannya
pada penanaman pengetahuan oleh guru dan perolehannya oleh peserta didik,
sedangkan epistemologi manggali lebih dalam sampai pada akarnya
pengetahuan.
Epistemologis membahas konsep dasar dan sangat umum dari peoses
mengetahui, sehingga erat kaitannya dengan metode pengajaran dan
pembelajaran. Sebagi contoh, seorang yang berpaham idealisme berperang
pada keyakinan bahwa proses mengatahui atau proses kognitif sesungguhnya
adalah proses memanggil kembali ide-ide yang telah ada dan bersifat laten
dalam pikiran manusia. Metode pembelajaran yang tepat adalah doalog
socrates. Dengan metode ini, guru berusaha menstimulasi atau membawa ide-
ide laten kedalam kesadaran subjek didik dengan mennyakan pertanyaan-
pertanyaan yang mengarah pada munculnya ide-ide tersebut dalam dialog.
Pengetahuan empiris adalah jenis pengetahuan yang sesuai dengan bukti-
bukti inderawi. Dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan
pengecapan manusia membentuk pengetahuan mengenai dunia di sekitar kita.
Dengan demikian, pengetahuan empiris terdiri dari ide-ide yang dibentuk dalam
kesesuaiannya dengan fakta yang diamati atau diindera. Pradigma ilmu
pengetahuan empiris adalah ilmu alam modern. Hipotesis ilmiah diuji melalui
observasi atau melalui pengalaman untuk mencari apakah hipotesis yang
dikemukakan terbukti sangat memuaskan bagi sederet fenomena tertentu.
Pengetahuan Otoriatif yaitu pengetahuan yang diakui kebenarannya
berdasarkan jaminan otoritas orang yang menguasai bidangnya. Seseorag

7
menerima pengetahuan begitu saja tanpa merasa perlu untuk mengujinya
karena pengetahuan tersebut telah tersedia didalam endiklopedia dan buku-
buku yang ditulis oleh ahlinya.dunia terlalu luas bila seseorang harus menguji
kebenaran semua peristiwa secara pribadi. Jadi, pengetahuan otoritatif adalah
pengetahuan yang sudah terbentuk dan diterima secara luas berdasarkan
otoritas seseornag di dalam bidang masing-masing.
Jadi, dapat diketahui bahwa dalam kegiatan pendidikan sangat erat dengan
epistemologi karena pendidikan selalu berkaitan dengan pemberian
pengetahuan oleh pendidik, dan penenrimaannya, serta pengembangannya oleh
peserta didik. Dalam setiap pengetahuan yang disampaikan oleh guru dengan
berbagai disiplin ilmu masing-masing terdapat epistemologisnya sendiri-
sendiri.
3. Landasan Aksiologis Pendidikan
Aksiologis merupakan cabang filsafat6 yang membahas teori-teori nilai dan
berusaha menggambarkan apa yang dinamakan dengan kebaikan dan perilaku
yang baik. Bagian dari aksiologi adalah etika dan estetika. Etika menunjuk pada
kajian filsafati tentang nilai-nilai moral dan perilaku manusia. Estetika
berkaitan dengan kajian nilai-nilai keindahan dan seni. Metafisika membahas
tentang hakikat kenyataan terdalam, sedangkan aksiologi menunjuk pada
preskripsi perilaku moral dan keindahan. Para pendidik selalu memperhatikan
masalah-masalah yang berkaitan dengan pembentukan nilai-nilai dalam diri
para subjek didik dan mendorong kearah perilaku yang bernilai.
Secara tidak lansung landasan aksiologis pendidikan tercermin didalam
perumusan tujuan pendidikan. Tatkala orang merancang pendidikan, maka ia
harus memulainya dengan merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan
pendidikan berdasarkan oleh nilai-nilai yang diyakini yang berusaha untuk
diwujudkan tindakan nyata.
Thomas Armstronhg ( 2006:39) mengatakan bahwa tujuan pendeidikan
adalah untuk mendukung, mendorong, dan memfasilitasi perkembangan subjek
didik sebagai manusia yang utuh ( a whole human being). hal itu dapat diartikan
bahwa menurut Armstrong pendidikan harus dilandasi oleh nilai-nilai

8
kehidupan yang bersifat holistik sehingga pendidikan yang ingin diwujudkan
adalah pendidikan yang bersifat holistik pula.
Tujuan umum pendidikan adalah untuk mencapai kedewasaan: dalam arti
susila. Dalam konteks indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional mengamanatkan tujuan pendidikan yang
meliputi banyak aspek, baik individual maupun sosial, jasmaniah dan rohaniah.
Tujuan pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai filosofis yang bersifat holistik,
yaitu nilai-nilai pancasila. Di dalam pasal 3 UU Sisdiknas disebutkan bahwa
tujuan pendiddikan adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Jadi, ada nilai-nilai kehidupan yang
berdimensi horizontal dan vertikal yang terkandung di dalam tujuan pendidikan
tersebut. Landasan Aksiologis Ilmu Pendidikan adalah konsep nilai yang
diyakini yang dijadikan landasan atau dasar dalam teori dan praktik pendidikan.
2.3 Hubungan Filsafat Dengan Pendidikan
Filsafat dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. baik dilihat
dari proses, jalan, serta tujuannya. Hal ini bisa dipahami karena pendidikan pada
hakikatnya merupakan hasil spekulasi filsafat,
Filsafat, jika dilihat dari fungsinya secara praktis, adalah sebagai sarana bagi manusia
untuk dapat memecahkan berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya, termasuk
dalam problematika di bidang pendidikan. Oleh karena itu, apabila dihubungkan dengan
persoalan pendidikan secara luas, dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan arah dan
pedoman atau pijakan dasar bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan pendidikan. Jadi,
filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan dalam bidang pendidikan yang merupakan penerapan analisis filosofis dalam
lapangan pendidikan.
Keberadaan filsafat dalam ilmu pendidikan bukan merupakan insidental. Artinya,
filsafat itu merupakan teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran
mengenai pendidikan. Filsafat mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki aspek-
aspek realita dan pengalaman yang banyak didapatkan dalam bidang pendidikan. Dengan

9
melihat tugas dan fungsinya, maka pendidikan harus dapat menyerap, mengolah,
menganalis, dan menjabarkan aspirasi dan idealitas masyarakat itu dalam jiwa generasi
penerusnya. Untuk itu, pendidikan diharapkan bisa menggali dan memahami melalui
pemikiran filosofis secara menyeluruh. Oleh karena itu, filsafat merupakan teori umum,
sebagai landasan dari semua pemikiran umum mengenai pendidikan.
Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab
menjadi dasar, arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah
aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun
proses pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan
tujuan yang ingin dicapai. Jadi, terdapat kesatuan yang utuh antara filsafat, filsafat
pendidikan, dan pengalaman manusia.
Berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha; berfilsafat ialah
memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan
mendidik ialah usaha merealisasikan nilai-nilai dan cita-cita itu dalam kehidupan, dalam
kepribadian manusia. Mendidik ialah mewujudkan nilai-nilai yang dapat disumbangkan
filsafat, dimulai dengan generasi muda, untuk membimbing rakyat, membina nilai-nilai
dan kepribadian mereka, demi menemukan cita-cita tertinggi suatu filsafat dan
melembagakannya dalam kehidupan mereka.
Tujuan pendidikan adalah tujuan filsafat, yaitu untuk membimbing kearah
kebijaksanaan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah realisasi dari
ide-ide filsafat, filsafat memberi asas kepastian bagi peranan pendidikan sebagai wadah
pembinaan manusia yang telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan
aktivitas pendidikan. Jadi, filsafat pendidikan merupakan jiwa dan pedoman dasar
pendidikan.
Dari uraian di atas, diperoleh hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan
berikut:
1. filsafat, dalam arti filosofis merupakan satu cara pendekaatan yang dipakai
dalam memecahkan problematikan.
2. filsafat berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut
aliran tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan nyata.

10
3. filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu
pendidikan (pedagogik).
Dengan demikian, antara filsafat pendidikan dan pendidikan terdapat suatu hubungan
yang erat sekali dan tak terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang amat
penting dalam sistem pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman
dasar bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi
tegaknya sistem pendidikan.
2.4 Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
Ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran manusia yang komprehensif.
Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar – benar ada (nyata),baik material konkret
maupunn nonmaterial (abstrak), jadi objek filsafat itu tidak terbatas.
Secara makro, apa yang menjadi objek pemikiran filsafat yaitu permasalahan
kehidupan manusia, alam semesta, dan alam sekitarnya, juga merupakan objek pemikiran
filsafat pendidikan. Namun secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi:
1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature Of Education).
2. Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subjek dan objek pendidikan (The
Nature Of Man).
3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama,
dan kebudayaan.
4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan.
5. Merumuskan hubungan antara negara (ideologi), filsafat pendidikan, dan politik
pendidikan (sistem pendidikan).
6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan
pedidikan
Yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan adalah semua aspek yang berhubungan
dengan upaya mannusia untuk mengerti dan memahami hakekat pendidikan, yang
berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan
pendidikan itu daoat dicapai seperti yang dicita – citakan. Dengan demikian hubungan
fiilsafat dan filsafat pendidikan menjadi begitu penting. Karena masalah pendidikan
merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan

11
berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia. Dalam kontek
ini, filsafat pendidikan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas menyangkut seluruh
aspek hidup ini.

12
BAB III

PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Filsafat pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan
merumuskan kaidah – kaidah norma dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya
dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya. Ruang lingkup filsafat
pendidikan ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti
dan memahami hakekat pendidikan, yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan
pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang
dicita – citakan.
Filsafat pendidikan dan pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat dan tak
terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam sistem
pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha – usaha
perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.
3.2 Saran
Dengan mempelajari dan mengkaji tenang filsafat pendidika ini, diharapkan mulai
sekarang mahasiswa lebih berpikir kritis terhadap masalah-masalah yang ada di dunia
pendidikan, karena sudah sepantasnya mahasiswa pendidikan nantinya akan menjadi
penerus pendidik dan filsof di dalam dunia pendidikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Uyoh Sadulloh. Pengantar Filsafat Pendidikan. Alfabeta CV. Bandung. 2008


Kneller, G.F. (1971), Introduction to The Philosophy of Education, New York: John Wiley &
Sons, Inc.
https://www.academia.edu/18954179/Makalah_Filsafat_Pendidikan Diakses pada tanggal 11
Oktober 2019. Pukul 20:00 Wita.
https://www.academia.edu/11472297/Makalah_Filsafat_Pendidikan Diakses pada tanggal 11
Oktober 2019. Pukul 20:00 Wita.

14

Anda mungkin juga menyukai