MAKALAH
Disusun oleh :
Nabilla Gezy Amaringga
NIM 180341863041
KATA PENGANTAR
Penyusun
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 10
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
4
5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian mitos sebagai produk olah pikir manusia?
2. Bagaimanakah perkembangan mitos?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mitos sebagai produk olah pikir manusia
2. Untuk mengetahui perkembangan mitos
6
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Mitos
6
7
seperti halnya pada cerita-cerita wayang kulit dimana masing-masing cerita ada
pengarangnya, namun tidak terlalu diperhatikan karena yang penting adalah alur
ceritanya.
B. Perkembangan Mitos
Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut legenda. Mitos timbul
disebabkan antara lain oleh keterbatasan alat indera manusia: penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, dan perasa. Alat-alat indera tersebut berbeda-
beda di antara manusia. Ada yang sangat tajam inderanya, ada yang tidak. Akibat
keterbatasan alat indera, maka mungkin saja timbul salah informasi. Dan akibat
perbedaan ketajaman alat indera, maka mungkin saja timbul perbedaan informasi.
Indera bisa terus dilatih untuk meningkatkan fungsi dan ketajamannya.
Pada masa itu, mitos masih dapat diterima oleh masyarakat karena: a.
keterbatasan pengetahuan yang disediakan oleh keterbatasan penginderaan, baik
langsung maupun tidak langsung; b. keterbatasan penalaran manusia pada saat itu;
c. terpenuhinya hasrat ingin tahu (Mawardi dan Hidayati, 2009)
Perkembangan mitos sampai saat ini masih berlaku dan diyakini oleh
sebagian besar masyarakat. Kebanyakan dari mereka adalah mayarakat pedesaan
yang masih kental memegang erat hukum adat. Bahkan beberapa kasus, mitos ini
masih diakui oleh masyarakat kota. Pengakuan akan adanya mitos, berkembang
menjadi sebuah kepercayaan. Dan kepercayaan inilah yang nantinya diambil,
difiltrasi, berasimilasi dengan sebuah agama serta menjadi sebuah budaya
mayarakat tertentu yang mencoba untuk dilestarikan.
Seseorang yang memperacayai sebuah mitos akan memiliki suatu
pemikiran bahwa orang yang tidak menjalankan sesuai dengan yang dianjurkan,
dipercaya akan mendapat masalah dikemudian hari dan mungkin pula akan
mendapat kutukan (Sutomo, 2009). Sebagai contoh adalah orang tua yang
menceritakan tentang anak kecil yang dilarang keluar malam ketika menjelang
maghrib. Orang tua tersebut mengatakan jika anaknya melanggar larangan itu, ia
akan dibawa oleh wewe gombel atau kolong wewe. Tentu saja tidak ada
hubungan antara keluar malam dengan wewe gombel, namun begitulah cara orang
tua untuk melarang anaknya jika akan melakukan sesuatu yang dapat
mencelakakan.
8
Kemungkinan mitos tersebut telah ada sejak jaman dulu, dimana rumah-
rumah penduduk masih banyak di hutan yang lebat dan masih banyak harimau
atau hewan buas yang lainnya serta belum ada penerangan listrik ketika menjelang
malam sehingga semua penduduk harus berhati-hati. Meskipun tidak pernah
mengenyam pendidikan formal apalagi bergelar, masyarakat jaman dulu cukup
cerdas. Namun ketika cara tersebut digunakan oleh masyarakat modern sekarang
yang tidak bertempat tinggal di hutan, malam hari terang benderang dan
mengetahui binatang buas semacam harimau setelah berkunjung di kebun
binatang, larangan itu terdengar naïf dan takhayul. Padahal masyarakat zaman
dulu tidak bermaksud menciptakan takhayul, melainkan berfikir empiris dan
cukup logis yang dikemas dengan hal-hal yang dapat dipercaya secara turun-
temurun.
Mitos yang berupa cerita yang mengandung makna ajaran tertentu
apabila diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur tingkah
laku manusia dalam masyarakat, maka akan menjadi suatu kebudayaan. Budaya
yang tumbuh dalam masyarakat yang memiliki pola pikir mitologi, maka akan
memiliki persepsi budaya yang mitologis sehingga masyarakat akan mengaitkan
antara pengetahuan, pengalaman dan kepercayaan.
Mitos adalah cara atau metode paling dasar yang dipakai oleh manusia
zaman dahulu untuk meyakini sebuah kebenaran. Mitos secara kebetulan terjadi
berulang-ulang sehingga keakuratannya lebih bisa diakui oleh masyarakat. Jika
mitos hanya terjadi sekali atau dua kali, maka masyarakat tidak akan
mempercayai hal tersebut sehingga belum dianggap sebagai sebuah mitos.
Seiring berkembangnya kemampuan berpikir manusia, disertai dengan
penemuan alat-alat penelitian, seperti teropong, lensa pembesar, mikroskop, dan
sebagainya, maka manusia semakin terdorong untuk melakukan pengamatan,
observasi dan penelitian. Akhirnya, banyak kebenaran baru yang terungkap
berdasarkan empirisme tersebut. Adakalanya hasil penemuan empiris bersesuaian
dengan mitos yang ada sehingga mendukung adanya mitologi yang berkembang
di masyarakat. Namun tak jarang pula penemuan tersebut berbeda dengan
mitologi yang sudah terlanjur diyakini masyarakat. Hasil penemuan yang berbeda
dari pengamatan yang lebih bersifat empiris inilah yang kemudian secara otomatis
9
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Mitos merupakan hasil olah pikir manusia yang muncul akibat adanya
gabungan dari pemikiran dan pengalaman yang kemudian ditanamkan secara
turun-temurun karena telah menjadi suatu kepercayaan. Mitos pada dasarnya
mengandung unsur-unsur pendidikan berupa pemikiran dan pengalaman tentang
fenomena alam, yang diajarkan secara tersirat atau tersembunyi dan biasanya
dikemas dalam bentuk cerita.
Perkembangan mitos telah terbentuk dari jaman dulu hingga sekarang,
dimana mitos yang berbentuk suatu kepercayaan dikembangkan turun menurun
antar generasi. Namun pada saat ini, telah ada metode ilmiah sebagai cara lain
untuk membuktikan suatu fakta atau fenomena dalam masyarakat, sehingga
sedikit demi sedikit kepercayaan masyarakat tekait mitos mulai berkurang.
10
11
Daftar Rujukan