Anda di halaman 1dari 9

MENGUKUR TEKANAN DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan dan Manusia

yang dibina oleh Bapak Dr. H. Abdul Ghofur, M.Si dan IbuDra. Hj. Susilowati, M.S.

Oleh:

Nabila Gezy A

NIM 130341603384

Kelompok 3

Offering A-A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

OKTOBER 2014
A. Topik
“Mengukur Tekanan Darah”
B. Tanggal Praktikum
Praktikum dilakukan pada hari Senin, 27 Oktober 2014
C. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Mengukur tekanan arteri dan tekanan vena secara tidak langsung.
2. Meneliti berbagai faktor yang mempengaruhi tekanan darah, dan perbedaan besar
antara tekanan arteri dan tekanan vena.
D. Dasar Teori

Tekanan darah didefinisikan sebagai tekanan darah yang mendesak suatu unit
area dinding pembuluh darah, dan ini biasanya diukur pada arteri. Tekanan darah
adalah daya dorong darah ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup; yaitu,
pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah berasal dari
aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati
pembuluh-pembuluh. Karena jantung secara ritmik berkontraksi dan relaksasi, maka
hasil aliran darah secara ritmik pula mengalir ke dalam arteri, menyebabkan tekanan
darah naik turun pada setiap denyutan. Darah mengalir melalui system pembuluh
tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradient tekanan antara ventrikel kiri dan
atrium kanan (Ganong, 2003).

Jantung merupakan sebuah organ yang sangat vital bagi tubuh makhluk hidup dan
merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot-otot jantung.Jantung mempunyai
bentung seperti jantung pisang. Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam
jantung selama peredaran darah. Jantung secara bergantian berkontraksi dan berelaksasi
dalam siklus berirama. Ketika berkontraksi, jantung memompa darah; ketika
berelaksasi, bilik-bilik akan terisi dengan darah. Satu urutan lengkap pemompaan dan
pengisian disebut siklus jantung (cardiac cycle). Fase kontraksi siklus disebut sistol,
dan fase relaksasi disebut diastole (Campbell dkk, 2000).

Siklus jantung terdiri dari 2 gerakan, yaitu Konstriksi (systole) selama 0,3 detik
dan Pengendoran (diastole) selama 0,5 detik. Jadi pada arteri akan terjadi dua macam
tekanan darah, yaitu tekanan sistol dan tekanan diastol. Tekanan sistol adalah tekanan
darah di dalam arteri pada puncak penyemprotan ventrikular sedangkan tekanan diastol
merefleksikan tekanan darah selama relaksasi ventrikular (Tim Dosen, 2013). Menurut
Smeltzer and Bare (2001), tekanan puncak terjadi saat pentrikel berkontraksi yang di
sebut tekanan sistol, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi
saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap diastolik dengan nilai dewasa normalnya adalah 120/80 mmHg atau
berkisar 90/60 – 130/90 mmHg.

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung
dan tidak langsung. Secara langsung dengan memasukkan kanula ke dalam pembuluh
darah arteri dan dimonitor dengan alat pendeteksi tekanan darahnya (tidak lazim
dipakai). Cara tidak langsung dengan menggunakan alat sphygmomanometer. Alat
sphygmomanometer terdiri dari suatu magnet yang dibebatkan pada lengan atas dan
dipompa ke tekanan yang lebih tinggi daripada tekanan sistolik untuk menutup sirkulasi
ke lengan bawah. Tekanan manset secara bertahap dikurangi, pengukur mendengarkan
dengan suatu stetoskop untuk suara khas yang disebut “suara Koratkoff” , yang
menunjukkan pembukaan kembali aliran darah ke lengan bawah. Tekanan yang
ditunjukkan bersamaan dengan terdengarnya suara denyutan lemah pertama, dicatat
sebagai tekanan sistole. Apabila tekanan manset terus dikurangi, maka aliran darah
menjadi lebih lancar dan suara menjadi lebih keras. Kalau tekanan manset terus
dikurangi sampai bawah tekanan diastolik, maka arteri tidak lagi tertekan, dan darah
akan mengalir bebas tanpa hambatan. Tekanan yang ditunjukkna bersamaan dengan
saat hilangnya suara Karatkoof, dicatat sebagai tekanan diastolik (Tim Dosen, 2013).

Tekanan darah adalah tekanan yang mendesak dinding arteri ketika ventrikel
kiri melakukan sistol kemudian diastole. Tekanan darah sistol adalah tekanan darah
yang direkam selama kontraksi ventrikuler. Tekanan darah diastole adalah tekanan
darah yang direkam selama relaksasi ventricular (Soewolo dkk, 2005). Tekanan
denyutan adalah perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan darah
timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh
darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular
yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang
memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer (2007)
menyatakan bahwa tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa dimana
tekanan darah dinyatakan dalam mmHg, dengan tekanan sistolik dinyatakan pertama,
dan tekanan diastolik yang kedua.
Menurut Guyton (1989) ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi denyut
nadi dan tekanan darah adalah seperti halnya aktivitas hormon, rangsang saraf
simpatis, jenis kelamin, umur, suhu tubuh, termasuk juga diantaranya pengaruh posisi
tubuh, pengaruh respirasi dan aktivitas fisik.

E. Alat dan Bahan


1. Stetoskop,
2. Sphygmomanometer,
3. Alkohol 70%,
4. Kapas.
F. Prosedur Kerja
a. Mengukur Tekanan Arteri

dikerjakan dengan berpasangan

Ujung stetoskop untuk telinga dibersihkan dengan alkohol 70%, dan dipastikan
bahwa manset tidak berisi udara. Bila berisi udara, manset ditekan di atas meja
supaya udara keluar.

Subyek duduk dengan posisi yang enak dengan satu lengan ditumpangkan
di atas meja (setingi letak jantung)

Manset dibebatkan pada lengan atas subyek persis di atas siku, dengan bagian
untuk dipompa berada di tengah-tengah permukaan lengan. Bila manset diberi
tanda panah, maka panah harus berada di atas arteri brakhialis. Kemudian
manset dimantapkan dengan mengkaitkan ujung distalnya pada bagian bawah
manset.

Titik denyut nadi brakhial diraba, kemudian diafragma stetoskop


diletakkan di atas titik denyut nadi tersebut. Stetoskop dipasang pada
telinga pengamat.

Manset dipompa sampai tekanannya mencapai ± 160 mmHg, kemudian secara


perlahan-lahan tekanan di turunkan dengan membuka katup pembebas tekanan.
Didengarkan dengan hati-hati suara denyutan halus pertama yang muncul (tekanan
sistole).

Tekanan terus diturunkan sambil tetap mendengarkan suara


denyutan. Bila suara denyutan menghilang, tekanan saat suara
terakhir terdengar dicatat sebagai tekanan diastole.

Pengukuran diulangi tiga kali, dicatat hasilnya. Tekanan denyutan pada setiap
pengukuran yang merupakan selisih tekanan sistole dengan tekanan diastole
dihitung. Tekanan denyutan ini menunjukkan jumlah darah yang keluar jantung
selama siklus jantung.
b. Memperkirakan Tekanan Vena

Subyek berdiri dekat papan tulis, dengan sisi tubuh sebelah


kanan menghadap ke papan tulis, lengan tergantung pada sisi
tubuh. Tandai pada papan perkiraan ketinggian atrium kanan.

Subyek menaikkan dan menurunkan lengan kanannya dengan


pelan-pelan dan diamati vena superfisial pada bagian dorsal
lengan tersebut. Vena akan muncul dan menghilang selama
subyek menurunkan dan menaikkan lengannya. diulangi sampai
ditemukan ketinggian yang tepat saat hilangnya vena, diberi
tanda pada papan tulis.

diukur dalam mm jarak vertikal antara ketinggian atrium kanan


dengan menghilangnya vena misalnya mm (a).

Tekanan vena (Pv) dalam mmHg dapat dihitung dengan rumus Pv= 1,056 X
a /13,6mmHg

G. Hasil Pengamatan
Data Terlampir

H. Analisis Data
Pada perlakuan pertama, diukur besar tekanan arteri subyek dengan
menggunakan alat sphygmomanometer. Pengukuran dilakukan terhadap 3 subjek
yaitu A (perempuan), B (laki-laki), dan C (perempuan). Pada subyek A ulangan
pertama diperoleh hasil pengukuran tekanan sistole/diastole 100/60 mmHg
sedangkan pada ulangan kedua hasilnya 100/62 mmHg, sehingga dapat diperoleh
rata-rata ulangan sebesar 100/60 mmHg.
Pada subyek B, pada ulangan pertama diperoleh tekanan sistole 96 mmHg dan
ulangan kedua 100 mmHg, sedangkan tekanan diastole pada ulangan pertama dan
kedua adalah sama 68 mmHg, sehingga dapat diambil rata-rata ulangan sebesar 98/68
mmHg. Begitu pula pada subjek C yang memiliki rata-rata ulangan tekanan
sistole/diastole 90/61 mmHg.
Pada perlakuan kedua yaitu mengukur tekanan vena, digunakan metode
perkiraan yaitu denga cara menaikkan dan menurunkan lengan kanan dan mengamati
vena superficial pada bagian dorsal lengan tersebut, kemudian diukur tinggi saat vena
tersebut menghilang pada subyek A (perempuan), subyek B (laki-laki) dan subyek C
(perempuan). Pada subyek A ulangan pertama, diperoleh tinggi rata-rata ulangan saat
vena menghilang adalah 158,5 mm, sedangkan pada subyek B 184 mm dan subyek C
107,5 mm.
Hasil pengukuran tinggi saat vena menghilang digunakan untuk mengukur
tekanan vena pada tiap subyek. Tekanan vena (Pv) dalam mmHg dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:

1,056 𝑋𝑥
Pv= mmHg
13,6

Keterangan :
1.056 = gaya berat khusus darah
13,6 =gaya berat khusus Hg
Berdasarkan hasil percobaan dari masing-masing subjek, dapat dihitung
sebagai berikut:
 Subjek A
1,056 𝑋158,5 𝑚𝑚
Rata-rata ulangan Pv (A)= = 12,307059 mmHg
13,6

 Subjek B
1,056 𝑋184 𝑚𝑚
Rata-rata ulangan Pv (B) = = 14,287059 mmHg
13,6

 Subjek C
1,056 𝑋107,5 𝑚𝑚
Rata-rata ulangan Pv (C) = = 8,3470588 mmHg
13,6

Berdasarkan perhitungan tersebut, pada subjek A didapatkan hasil tekanan


vena sebesar 12,307059 mmHg, tekanan subjek B 14,287058 mmHg dan tekanan
vena subyek C adalah 8,3470588 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan vena
pada laki-laki lebih besar daripada perempuan.
I. Pembahasan

Pada praktikum mengukur tekanan darah, metode yang digunakan adalah


secara tidak langsung menggunakan alat spigmomanometer yang dilakukan di lengan
bagian atas. Tekanan darah dari masing-masing praktikan diukur dalam rileks dan
duduk. Berdasar hasil praktikum yang telah dilakukan, rata-rata tekanan darah arteri
subyek A,B dan C masih dalam keadaan normal, dimana subyek A tekanan arterinya
100/61, subyek B 98/68 dan subyek C 90/61 mmHg. Tekanan darah sistolik yang
dianggap normal untuk orang dewasa adalah adalah 90-130 mmHg, sedangkan
tekanan diastolik yang normal untuk orang dewasa adalah sebesar 60-90 mmHg
(Smeltzer and Bare, 2001). Tekanan sistolik selalu lebih besar dari angka diastolik
karena tekanan sistol merupakan tekanan darah di dalam arteri pada puncak
penyemprotan ventrikular sedangkan tekanan diastol merefleksikan tekanan darah
selama relaksasi ventrikular (Tim Dosen, 2012).
Pada pengukuran tekanan arteri, hasil pada tiap subyek berbeda namun dengan
jarak yang tidak begitu besar. Menurut Guyton (2002) ada berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah adalah seperti halnya aktivitas hormon,
rangsang saraf simpatis, jenis kelamin, umur, suhu tubuh, termasuk juga diantaranya
pengaruh posisi tubuh, pengaruh respirasi dan aktivitas fisik.

Pada pengaruh faktor posisi tubuh, sikap atau posisi duduk yang
rileksmembuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk
sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan
secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama
otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut
yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari
cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia
bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat (Guyton, 2002). Sedangkan untuk
pengaruh jenis kelamin, tidak dapat ditarik kesimpulan karena tekanan antara subyek
perempuan dan laki-laki tidak menunjukkan perbedaan yang besar. Hal ini
dikarenakan subyek laki-laki yang diamati dalam keadaan puasa sehingga tekanan
darahnya rendah dan hampir sama seperti perempuan.
Praktikum selanjutnya adalah pengukuran tekanan pada vena. Berdasarkan
data yang diperoleh, didapatkan hasil tekanan vena sebesar 12,307059 mmHg,
tekanan subjek B 14,287058 mmHg dan tekanan vena subyek C adalah 8,3470588
mmHg. Jika dibandingkan dengan dasar teori, ketiga subjek yang diukur tekanan
darah pada venanya memiliki nilai yang jauh dibawah batas normal dimana menurut
Tim Dosen (2013) dalam keadaan normal, tekanan normal vena bervariasi antara 30-
90 mmHg; tekanan vena pada tangan antara 30-40 mmHg. Hal ini bisa disebabkan
oleh banyak faktor sebagaimana faktor yang mempengaruhi tekanan arteri, mulai dari
usia, pekerjaan/aktifitas, asupan nutrisi dan sebagainya.

J. Kesimpulan
Mengukur tekanan arteri secara tidak langsung dapat dilakukan menggunakan
alat sphygmomanometer sehingga diperoleh tekanan sistole dan tekanan diastole.
Tekanan darah sistolik yang dianggap normal untuk orang dewasa adalah adalah 90-
130 mmHg, sedangkan tekanan diastolik yang normal untuk orang dewasa adalah
sebesar 60-90 mmHg. Sedangkan untuk tekanan normal vena bervariasi antara 30-90
mmHg dan tekanan vena pada tangan antara 30-40 mmHg.
Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, jenis
kelamin, aktivitas, obesitas, obat-obatan, kondisi kesehatan,asupan nutrisi, stress, dan
sebagainya. Tekanan arteri lebih besar daripada tekanan vena karena aliran darah pada
vena lebih besar daripada aliran arteri sehingga tekanan vena menjadi lebih kecil.

Daftar Rujukan

Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2000. Biologi,Edisi Kelima-Jilid
3. (Terjemahan Wasmen Manalu). Jakarta: Erlangga. (Buku asli diterbitkan
tahun 1999)

Ganong, William. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku.
Palmer, Anna, Bryan Williams. 2007Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Alih Bahasa :
dr Elizabeth Yasmine, Editor :Rina Astikawati, Amalia Safitri. Jakarta : Erlangga

Smeltzer, S.C. and Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
Vol.2. Jakarta : EGC.

Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.

Tim Dosen Fisiologi Hewan. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Malang:
Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai