Anda di halaman 1dari 34

Makalah Anatomi Fisiologi Manusia

Sistem Endokrin

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia

Oleh:

Kelompok 3, Kelas B

Raden Roro Diyah Murtiastuti P 140210103061

Nadia Grace Meidy Respitosari 140210103038

Nafi Tristiyani P 140210103039


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penyusun diberikan kemudahan dan kelancaran untuk
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Anatomi Fisiologi Manusia dengan judul Sistem Endokrin.

Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen


pengampu mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia yang telah
membimbing selama kegiatan perkuliahan sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Tak lupa juga saya sampaikan terimakasih kepada segenap
teman-teman Pendidikan Biologi khususnya di Kelas B, saya
ucapkan terimakasih banyak atas bantuan dan kerjasamanya.

Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, oleh


karenanya penyusun tetap mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Penyusun juga
memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan
penyusunan makalah. Demikian penulisan makalah ini, semoga
bermanfaat bagi semua khusunya bagi pembaca.

Jember, 6 Maret 2017

Penyusun

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Secara umum sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk
memproduksi hormon yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid,
kelenjar hipofisa/putuitari, kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar
suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu. Beberapa dari organ endokrin
ada yang menghasilkan satu macam hormon (hormon tunggal) disamping itu juga
ada yang menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau hormon ganda
misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang lain.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila sistem endokrin
umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang nengirimkan
hasil sekresinya langsung ke dalam darah ang beredar dalam jaringan kelenjar
tanpa melewati duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon.
Kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah .
Kelenjar endokrin ini termasuk hepar, pancreas (kelenjar eksokrin dan endokrin),
payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, Kelenjar eksokrin
melepaskan sekresinya kedalam duktus pada permukaan tubuh, sepertikulit, atau
organ internal, seperti lapisan traktusintestinal.
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon
di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi
tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon
harus diatur dalam batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke
waktu apakah diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon.
1.2 Rumusan masalah
Dengan memperhatikan ulasan singkat latar belakang di atas, maka dapat
disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apakah yang dimaksud dengan sistem endokrin ?
b. Bagaimana karakteristik sistem endokrin?
c. Apa yang dimaksud dengan hormon serta bagaimana sifatnya ?
d. Bagaimanakah mekanisme kerja hormon ?
e. Bagaimana struktur kelenjar pituitari serta bagaimana mekanisme
kerjanya ?
f. Bagaimana struktur kelenjar tiroid serta bagaimana mekanisme
kerjanya?
g. Bagaimana struktur kelenjar paratiroid serta bagaimana mekanisme
kerjanya?
h. Bagaimana struktur kelenjar adrenal serta bagaimana mekanisme
kerjanya?
i. Bagaimana struktur kelenjar pankreas serta bagaimana mekanisme
kerjanya ?
j. Bagaimana struktur kelenjar pineal serta bagaimana mekanisme
kerjanya?
k. Bagaimana struktur kelenjar timus serta bagaimana mekanisme
kerjanya
l. Apa sajakah kelainan-kelainan yang ada pada sistem endokrin?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan sistem endokrin.
b. Untuk mengetahui karakteristik sistem endokrin.
c. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan hormon serta sifatnya.
d. Untuk mengetahui mekanisme kerja hormon .
e. Untuk mengetahui struktur kelenjar pituitari serta mekanisme kerjanya.
f. Untuk mengetahui struktur kelenjar tiroid serta mekanisme kerjanya.
g. Untuk mengetahui struktur kelenjar paratiroid serta mekanisme
kerjanya.
h. Untuk mengetahui struktur kelenjar adrenal serta mekanisme kerjanya.
i. Untuk mengetahui struktur kelenjar pankreas serta mekanisme
kerjanya.
j. Untuk mengetahui struktur kelenjar pineal serta mekanisme kerjanya.
k. Untuk mengetahui struktur kelenjar timus serta mekanisme kerjanya.
l. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang ada pada sistem endokrin.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
a. Mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud dengan sistem
endokrin.
b. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik sistem endokrin.
c. Mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud dengan hormon serta
sifatnya.
d. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja hormon .
e. Mahasiswa dapat mengetahui struktur kelenjar pituitari serta
mekanisme kerjanya.
f. Mahasiswa dapat mengetahui struktur kelenjar tiroid serta
mekanisme kerjanya.
g. Mahasiswa dapat mengetahui struktur kelenjar paratiroid serta
mekanisme kerjanya.
h. Mahasiswa dapat mengetahui struktur kelenjar adrenal serta
mekanisme kerjanya.
i. Mahasiswa dapat mengetahui struktur kelenjar pankreas serta
mekanisme kerjanya.
j. Mahasiswa dapat mengetahui struktur kelenjar pineal serta
mekanisme kerjanya.
k. Mahasiswa dapat mengetahui struktur kelenjar timus serta
mekanisme kerjanya.
l. Mahasiswa dapat mengetahui kelainan-kelainan yang ada pada
sistem endokrin.
BAB 2. ISI
Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia, untuk
mendapatkan gambaran umum tentang sistem endokrin, dan dengan makalah ini
maka mengajarkan mahasiswa untuk memahami sistem endokrin secara teori.

Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengertian dari system endokrin.
2) Mengetahui karakteristik dari system endokrin.
3) Mengetahui mekanisme kerja hormone.
4) Mengetahui kelenjar-kelenjar system pada endokrin yang meliputi kelenjar
pituitari, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, kelenjar
pancreas, kelenjar pineal, dan kelenjar timus.
Mengetahui kelainan dari sitem endokrin.

2.1 Pengertian Sistem Endokrin


Kata Endokrin berasal dari bahasa Yunani yang berarti sekresi ke
dalam , zat aktif utama dari sekresi interna ini disebut hormon, dari kata Yunani
yang berarti merangsang . Pengetahuan tentang fungsi kelenjar-kelenjar di
dapati dengan mempelajari efek dari peyakit yang ada di dalamnya dan hal ini
biasanya dapat di terangkan sebagai akibat produksi terlalu banyak atau terlalu
sedikit hormon yang di perlukan. Sistem Endokrin disebut juga kelenjar
buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus
untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin
dinamakan hormon.

2.2 Karakteristik Sistem Endokrin


2.2.1 Kelenjar endokrin tidak memiliki duktus
Kelenjar ini mensekresikan hormon langsung ke dalam cairan
jaringan di sekitar sel selnya. Sebaliknya kelenjar eksokrin seperti
kelenjar saliva, mensekresikan produknya ke dalam duktus.

2.2.2 Kelenjar endokrin mensekresikan lebih dari satu hormon


Dalam tubuh manusia telah diidentifikasi sekitar 40 sampai 50
jenis hormon. Hormon hormon baru ditemukan di berbagai bagian tubuh
termasuk di saluran gastrointestinal (GI), sistem saraf pusat (SSP), dan
saraf perifer.
2.2.3 Konsentrasi hormone dalam sirkulasi adalah rendah
Hormon yang bersirkulasi dalam aliran darah hanya sedikit jika
dibandingkan dengan zat aktif biologis lainnya, seperti glukosa dan
kolesterol. Walaupun hormon dapat mencapai sebagian besar sel tubuh,
hanya sel target tertentu yang memiliki reseptor spesifik yang dapat
dipengaruhi.
2.2.4 Kelenjar endokrin memiliki persediaan pembuluh darah yang baik
Secara mikroskopis, kelenjar tersebut terdiri dari korda atau
sejumlah sel sekretori yang dikelilingi banyak kapiler dan ditopang
jaringan ikat.

2.3 Hormon
Hormon merupakan zat kimia yang disekresi dalam cairan tubuh oleh
suatu sel atau kelompok sel dan menimbulkan efek pengaturan fisiologis pada
sel-sel tubuh lainnya. Sebagian diantaranya dinamakan hormon lokal dan
lainnya dinamakan hormon umum. Hormon lokal meliputi asetilkolin, yang
dilepaskan pada ujung saraf parasimpatik dan otot rangka, sekretin yang
dilepaskan oleh dinding duodenum dan ditransport dalam darah ke pankreas
untuk menyebabkan sekresi pankreas alkali seperti air, kolesistokinin yang
dikeluarkan pada usus halus ke kandung empedu untuk menyebabkan
kontraksi kandung empedu maupun sekresi enzim oleh pankreas. Hormon-
hormon ini jelas memiliki efek spesifik lokal, dari sinilah berasal nama
hormon lokal.
Hormon dapat diklasifikasikan menurut situs mereka bertindak dengan
situs mereka diproduksi, menjadi hormon endokrin, hormon parakrin dan
hormon otokrin.
hormon endokrin: hormon disekresikan oleh kelenjar endokrin.
hormon parakrin: hormon yang bertindak pada sel-sel tetangga
lokal.
hormon autokrin: hormon yang bertindak pada sel
memproduksinya.
Hormon umumnya disekresikan oleh kelenjar endokrin yang bekerja
secara spesifik dan ditransport dalam darah untuk menyebabkan kerja fisiologis
pada tempat yang jauh dalam tubuh. Beberapa hormon umum mempengaruhi
semua atau hampir seluruh sel tubuh, contohnya hormon pertumbuhan dan
hormon tiroid. Akan tetapi hormon umum lain mempengaruhi jaringan tertentu
jauh lebih banyak daripada jaringan lain, contohnya kortikotropin dan hormon-
hormon ovarium.
Berdasarkan letaknya sistem hormon dapat digolongkan dalam beberapa
kelenjar yaitu :
a. Hormon hipofisis anterior : hormon pertumbuhan,
adrenokortikotropin, hormon perangsang tiroid, hormon
perangsang folikel, hormon luteinisasi, proaktin dan hormon
perangsang melanosit.
b. Hormon hipofisis posterior : hormon antideuretik dan oksitosin
c. Hormon korteks adrenal : khususnya kortison dan aldosterone
d. Hormon tiroid : tiroksin, tryodotironin dan kalsitonin
e. Hormon pankreas : insulin dan glucagon
f. Hormon ovarium : esterogen dan progesteron
g. Hormon testis : testosterone
h. Hormon paratiroid : parathormon
i. Hormon plasenta : gonadotropin korion, esterogen, progesteron
dan lactogen plasenta manusia.
2.4 Mekanisme Kerja Hormon
1. Reseptor Hormon Pada Membran
Reseptor untuk hormone pada suatu sel dapat terletak pada membrane atau
sitoplasma biasanya merupakan reseptor untuk hormon protein atau peptida.
Apabila sudah sampai di dekat sel sasaran, hormone akan segera berikatan dengan
reseptornya dan memebentuk kompleks hormon-reseptor. Pembentukan hormon-
reseptor terjadi melalui mekanisme yang serupa dengan penggabungan antara
anak kunci dan gemboknya. Kompleks hormone reseptor akan memicu
serangkaian reaksi biokimia yang menimbulkan tanggapan hayati.Berikut adalah
contoh beberapa peristiwa yang dapat diubah oleh hormone dengan cara kerja
seperti di atas :
a. Perubahan aktivitas enzim: perubahan aktivitas enzim memungkinkan
proses metabolisme tertentu dapat terselenggara atau terhenti.
b. Pengaktifan mekanisme transport aktif: proses transport aktif sangat
penting bagi sel untuk memasukkan atau mengeluarkan suatu zat.
c. Aktivitas pembentukan mikrotubulus: perubahan aktivitas
pembentukan mikrotubulus dapat mempengaruhi berbagai peristiwa
yang tergantung padanya, antara lain pergerakan amoeba dan mitosis
sel.
d. Pengubahan aktivitas metabolism DNA: pengubahan aktivitas
metabolisme DNA dapat mempengaruhi proses pertumbuhan atau
pembelahan sel.
2. Reseptor Hormon Pada Sitoplasma (Reseptor Sitosolik)
Merupakan hormon yang terdapat dalam sitoplasma sel sasaran.Hormon
yang menggunakan reseptor sitosolik adalah hormon steroid dan hormone turunan
asam amino. Hormon tersebut sangat mudah larut dalam lipid sehingga mudah
melewati membrane sel sasaran. Selama dalam peredaran darah ke seluruh tubuh,
hormone selalu berkaitan dengan pengembannnya .Hormon akan terlepas dari
molekul pengemban dan masuk ke sel sasaran. Dalam sitoplasma sel sasaran,
hormone berkombinasi dengan reseptor khusus sehingga menghasilkan kompleks
hormon-reseptor yang aktif. Kompleks tersebut memiliki daya gabung yang
sangat tinggi terhadap DNA sehingga setelah masuk ke inti, akan segera
berkombinasi dengan DNA. Hal ini yang mengawali transkrip DNA.Pengikatan
kompleks hormon-reseptor pada daerah promoter akan merangsang gen tertentu
untuk aktif atau pasif (Harper, 1979).

Kerja sistem endokrin lebih lambat dibandingkan dengan system saraf,


sebab untuk mencapai sel target hormon harus mengikuti aliran system
transportasi. Hormon bekerjasama dengan system saraf untuk mengatur
pertumbuhan dan tingkah keseimbangan internal, reproduksi dan tingkah laku.
Kedua system tersebut mengaktifkan sel untuk berinteraksi satu dengan yang
lainnya dengan menggunakan messenger kimia. Hormon bertindak sebagai
"pembawa pesan atau messenger kimia" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai
sel dalam tubuh, dan mempengaruhi sel target yang ada diseluruh tubuh, dan
selanjutnya sel target akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu
tindakan. Messenger kimia dalam system neuron adalah neurotransmitter.
Neurotransmitter bergerak melalui celah sinapsis, hingga mencapai sel target.Sel
target memiliki reseptor sebagai alat untuk mengenali impuls atau rangsangan.
Ikatan antara reseptor dengan hormon didalam atau diluar sel target, menyebabkan
respon pada sel target (Sheerwood, 2001).

2.5 Kelenjar Pituitari (Pituitary gland)


Pada vertebrata , hipotalamus (hypothalamus) berperan penting dalam
pengintegrasian sistem endokrin dan sistem saraf. Hipotalamus, salah satu dari
beberapa kelenjar endokrin yang terletak di otak, menerima informasi dari saraf-
saraf di seluruh tubuh dan dari bagian-bagian otak lainnya. Sebagai respons,
hipotalamus memicu persinyalan endokrin yang sesuai dengan kondisi
lingkungan. Sinyal-sinyal dari hipotalamus bergerak menuju kelenjar pituitari
(Pituitary gland), suatu kelenjar yang terletak di dasar hipotalamus. Berukuran dan
berbentuk seperti kacang koro. Pituitary memiliki bagian (lobus) posterior dan
anterior (Campbell et all, 2008).
Hipotalamus terletak di batang otak tepatnya di diencephalon. Hipotalamus
mengatur kerja sistem endokrin, mengatur sintesis dan sekresi hormon-hormon
hipofise (hormon pertumbuhan). Hipotalamus berfungsi sebagai pengatur
terpenting dari seluruh hormon-hormon endokrin. Hipotalamus juga merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem limfatik, dan merupakan konektor
sinyal dari berbagai bagian otak menuju ke korteks otak besar. Akson dari
berbagai sistem indera berakhir pada hipotalamus (kecuali sistem olfaction)
sebelum informasi tersebut diteruskan ke korteks otak besar Hipotalamus
berfungsi sebagai monitoring dan mengontrol berbagai aktivitas dari tubuh yang
sangat banyak.

Kelenjar hipofisis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian anterior, bagian
tengah, dan bagian posterior. Tidak semua kelenjar endokrin berada dibawah
kendali hipofisa, beberapa diantaranya memberikan respon, baik langsung
maupun tidak langsung, terhadap konsentrasi zat-zat di dalam darah (Mader,
2004).
Pituitary posterior atau neurohipofisis adalah perluasan hipotalamus
yang tumbuh ke bawah menuju mulut selama perkembangan embrionik. Pituitari
posterior menyimpan dan menyekresikan dua hormon yang dibuat oleh
hipotalamus. Pituitari anterior atau adenohipofisis berkembang dari lipatan
jaringan di langit-langit mulut embrionik, jaringan ini tumbuh ke atas menuju otak
dan akhirnya kehilangan hubungan dengan mulut. Di bawah kontrol hiotalamus ,
pituitari anterior dan posterior menghasilkan serangkaian hormon yang berperan
sentral terhadap persinyalan endokrin di seluruh tubuh.
a. Hormon-Hormon yang dihasilkan oleh Pituitari Lobus Posterior
Pituitari Posterior melepaskan dua neurohormon, yaitu oksitosin dan
hormon antidiuretik (ADH). Di sintesis di dalam hipotalamus, hormon-hormon ini
berjalan di sepanjang akson panjang sel-sel neurosekresi menuju ke pituitari
posterior. Di sana hormon-hormon itu disimpan dan dilepaskan saat diperlukan.
Kedua hormon ini disintesis oleh sel-sel saraf dalam hipotalamius, dibawa di
sepajang aksonnya (transport aksoplasma) dan disimpan dalam neurohipofisis
untuik dilepas ke ujung akson. Masing-masing hormon disekresi oleh sekelompok
neurion yang terpisah.

Hormon Antidiuretik (ADH)


Hormon antidiuretik atau vasopresin membantu meregulasi osmolaritas
darah. ADH adalah salah satu dari beberapa hormon yang meregulasi fungsi
ginjal. Tepatnya ADH meningkatkan retensi air di dalam ginjal, sehingga
menurunkan volume urin. Hal ini penting untuk menjaga kadar air dalam tubuh.
Pelepasan ADH diatur melalui perubahan osmolaritas darah (konsentrasi elekrolit)
dan perubahan volume serta tekanan darah. Jika konsentari cairan tubuh
meningkat atau volume darah menurun akan menyebabkan sekresi ADH yang
bekerja di ginjal untuk mempertahankan cairan tubuh. Sedangkan konsentrasi
cairan tubuh menurun atau volume darah meningkat menyebabkan inhibisi ADH,
sehingga volume air yang hilang melalui ginjal bertambah besar.
Contoh dari peran hormon antidiuretik ini adalah haus. Jika osmolaritas
darah meningkat, pusat haus di hipotalamus akan terangsang dan memotivasi
seseorang untuk minum. Haus akan segera hilang saat kita mulai minum, hal ini
mencegah kita minum terlalu banyak dan menyediakan waktu untuk absorpsi air
dan mengembalikan kesetimbangan osmotik. Respetor haus biasanya tidak
terangsang sampai ADH dikeluarkan, hal ini untuk memastikan semua air yang
diminum tertampung oleh ginjal (James, 2008).

Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin pada mamalia adalah untuk meregulasi pengeluaran
susu selama menyusui. Fungsi ini diperantarai oleh jalur neurohormon sederhana.
Dalam jalur-jalur semacam itu, suatu rangsangan yang diterima oleh sebuah
neuron sensoris merangsang sebuah sel neurosekresi. Sel neurosekresi tersebut
kemudian menyekresikan suatu neurohormon yang berdifusi ke dalam aliran
darahdan bergerak ke sel-sel target. Dalam kasus jalur oksitosin, rangsangan awal
berupa gerakan mengisap susu oleh bayi. Rangsangan sel-sel saraf sensoris di
dalam puting susu menghasilkan sinyal di dalam sistem saraf yang mencapai
hipotalamus. Impuls saraf dari hipotalamus kemudian memicu pelepasan
oksitosindari kelenjar pituitari posterior. Sebagai respons terhadap oksitosin yang
bersikulasi, kelenjar-kelenjar susu menyekresikan susu.
Jalur oksitosin yang meregulasi kelenjar susu menjadi contoh mekanisme
umpan balik positif. Umpan balik positif memperkuat rangsangan , menghasilkan
respons yang lebih besar lagi. Dengan demikian, oksitosin merangsang pelepasan
susu, yang menyebabkan bayi akan semakin banyak mengisap, sehingga
rangsangan semakin besar. Aktivasi jalur tersebut dipertahankan hingga bayi
berenti mengisap. Oksitosin memiliki beberapa peran tambahan yang terkait
dengan reproduksi. Ketika mamalia melahirkan oksitosin menginduksi sel-sel
target dalam otot-otot uterus untuk berkontraksi. Jalur ini juga dicirikan oleh
regulasi umpan balik positif , sedemikian rupa sehingga mendorong penuntasan
proses melahirkan. Oksitosin juga berfungsi untuk dalam meregulasi suasana hati
dan pembangkitan gairah seksual pada laki-laki maupun perempuan (Campbell et
all, 2008).
b. Hormon-hormon yang Disekresikan dari Lobus Anterior Hipotalamus
Pituitari anterior menyintesis dan menyekresikan berbagai hormon yang
berbeda dan diregulasi oleh hormon-hormon yang disekresikan oleh hipotalamus.
Setiap hormon hipotalamus merupakan hormon pelepas atau hormon penghambat,
mencerminkan perannya dalam mendorong atau menghambat pelepasan satu atau
lebih hormon spesifik pituitari anterior. Hormon pelepas tirotropin (TRH)
misalnya, adalah produk hipotalamus yang merangsang pituitari anterior untuk
menyekresikan tirotropin yang juga dikenal dengan hormon perangsang tiroid
(TSH). Setiap hormon pituitari anterior diatur setidaknya satu hormon pelepas.
Beberapa diantaranya bahkan memiliki hormon pelepas maupun hormon
penghambat.
Hormon pelepas dan hormon penghambat disekresikan di dekat kapiler di
dasar hipotalamus. Kapiler-kapiler tersebut mengalir ke dalam pembuluh darah
pendek yang disebut pembuluh portal, yang terbagi-bagi ke dalam bantalan
kapiler kedua di dalam pituitari anterior. Dengan cara ini hormon pelepas dan
hormon penghambat memiliki akses langsung ke kelenjar yang dikontrol.
Hormon TSH (Thyroid Stimulating hormone)
Sintesis dan pelepasan TSH dikendalikan oleh hormon pelepas-tirotropin
(Thyrotropin releasing hormone (TRH)) hipotalamus yang dibawa melalui sistem
portal hipotalamus hipofisis. sebaliknya, sekresi TRH diatur oleh kadar hormon
tiroid yang bersikulasi dalam darah (umpan balik negatif) dan melalui laju
metabolik tubuh. Jika kadar sirkulasi hormon tiroid meningkat dan laju
metabolisme tubuh juga meningkat, TRH akan dihambat. Jika kadar hormon TRH
rendah atau metabolisme seluler menurun maka sekresi TRH akan di stimulasi.
Sebagai contoh yaitu pada suhu seorang anak kecil yang turun,
hipotalamus menyekresikan TRH, target TRH adalah pituitari anterior yang
merespon dan menyekresikan TSH. TSH bekerja pada kelenjar tiroid untuk
merangsang pelepasan hormon tiroid. Saat terakumulasi, hormon tiroid
meningkatkan laju metabolik sehingga melepaskan energi termal yang menaikkan
suhu tubuh.
Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)
Hormon pertumbuhan dinamakan somatotropik hormon atau
somatotropin, merupakan molekul protein kecil yang mengandung 191 asam
amino dalam satu rantai dan mempunyai berat molekul 22.005. Hormon
pertumbuhan menyebabkan pertumbuhan semua jaringan tubuh yang mampu
tumbuh. Hormon pertumbuhan meningkatkan penambahan ukuran sel dan
meningkatkan mitosis bersama peningkatan jumlah sel. Hormon pertumbuhan
diketahui mempunyai efek dasar pada proses-proses metabolisme tubuh sebagai
berikut:
Meningkatkan kecepatan sintesis protein dalam sel tubuh
Menurunkan kecepatan penggunaan karbohidrat diseluruh tubuh.
Meningkatkan mobilisasi lemak dan penggunaan lemak untuk energi
Kecepatan sekresi hormon pertumbuhan meningkat dan menurun dalam
beberapa menit dalam hubungannya dengan keadaan gizi atau stress seseorang
seperti selama kelaparan, hipoglikemia, gerak badan, kegelisahan dan trauma.
Konsentrasi normal hormon pertumbuhan dalam plasma pada orang dewasa
sekitar 3 ng per ml dan pada anak-anak sekitar 5 ng per ml. Pada keadaan akut,
hipoglikemia merupakan stimulator sekresi hormon pertumbuhan yang jauh lebih
kuat daripada penurunan konsentrasi asam amino dalam darah. Sebaliknya, pada
keadaan kronis derajat pengurangan protein sel tampaknya lebih dikaitkan dengan
tingkat hormon pertumbuhan daripada persediaan glukosa.
Jadi hampir pasti bahwa sekresi hormon pertumbuhan diatur waktu demi
waktu oleh keadaan gizi dan stress tubuh, dan tampaknya faktor yang terpenting
yang mengatur sekresi hormon pertumbuhan adalah kadar protein sel. Akibatnya
dapat dikemukakan bahwa hormon pertumbuhan bekerja pada sistem umpan
balik, selanjutnya hormon pertumbuhan meningkatkan sintesis protein baru,
sementara pada saat yang sama menghemat protein yang telah terdapat dalam sel.
Keseluruhan efek umpan balik ini yang mengontrol sekresi hormon
pertumbuhan dianggap dimediasi melalui hipotalamus. Hipotalamus mensekresi
growth hormon releasing hormon yang sebaliknya menyebabkan hipofisis anterior
mensekresikan hormon pertumbuhan. Nukleus hipotalamus yang menyebabkan
sekresi hormon pertumbuhan adalah nukleus ventromedialis, nukleus yang sama
juga mengontrol aspek metabolisme lain seperti tingkatan makan dan lapar.
Hormon ACTH
Hormon ini juga dinamakan kortikotropin dan adrenokortikotropin yang
berfungsi meningkatkan pembentukan androgen adrenal oleh korteks adrenal.
ACTH diatur oleh hormon pelepasan kortikotropin (corticotropin-releasing
hormon (CRH) dari hipotalamus. Mekanisme umpan balik untuk stimulasi atau
inhibisi CRH, ACTH dan hormon-hormon korteks adrenal memiliki fungsi yang
sama dengan mekanisme umpan balik pada TRH, TSH dan hormon-hormon
tiroid.
Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan Hormon LH
(Luteinizing Hormone)
Hormon ini disebut juga gonadotropin karena hormon ini mengatur
fungsi gonad. Pada perempuan, FSH menstimulasi pertumbuhan folikel varium
dan mambantu menstimulasi produksi estrogen ovarium. Sedangkan pada laki-
laki, FSH merangsang pertumbuhan dan perkembangan spermatozoa dalam
tubulus seminiferus testis. Sedangkan pada hormon LH pada perempuan LH
bekerja sama dengan FSH menstimulasi produksi estrogen. LH bertanggung
jawab untuk ovulasi dan sekresi progesteron dari folikel yang ruptur. Pada laki-
laki, LH menstimulasi sel-sel interstisial tubulus seminiferus testis untuk
memproduksi androgen (testosteron). Kendali sekresi FSH dan LH diatur oleh
hormon pelepas gonadotropin (gonadotropin releasing hormon (GnRH)) dari
hipotalamus. GnRH menyebabkan pelepasan FSH dan LH yang pada gilirannya
akan menyebabkan pelepasan hormon-hormon gonad (estrogen, progesreron dan
testosteron).
Hormon Prolaktin dan MSH (Melanocyte Stimulating Hormone)
Prolaktin merupakan hormon yang luar biasa karena memiliki efek yang
beraneka ragam misalnya prolaktin merangsang pertumbuhan kelenjar susu, dan
sintesis susu pada mamalia, meregulasi metabolisme lemak, dan reproduksi ,
menunda metamorfosis, serta meregulasi keseimbangan air dan garam. Sedangkan
hormon MSH meregulasi aktifitas sel-sel pengandung pigmen di dalam kulit.
2.6 Kelenjar Tiroid
Diantara vertebrata-vertebrata, hormon tiroid yang disekresikan oleh
kelenjar tiroid meregulasi homeostatis maupun perkembangan. Pada manusia dan
mamalia , hormon tiroid meregulasi bioenergetika yaitu membantu
mempertahankan tekanan darah, detak jantung, dan kekuatan otot yang normal,
serta meregulasi fungsi pencernaan dan reproduksi.

Secara anatomi, tiroid merupakan kelenjar endokrin (tidak mempunyai


ductus) dan bilobular (kanan dan kiri), dihubungkan oleh isthmus (jembatan) yang
terletak di depan trachea tepat di bawah cartilago cricoidea. Kadang juga terdapat
lobus tambahan yang membentang ke atas (ventral tubuh), yaitu lobus piramida.
Hormone yang paling banyak disekresi oleh kelenjat tiroid adalah tiroksin
(T4). Akan tetapi, juga disekresi triyodotironin(T3) dalam jumlah sedang. Fungsi
kedua hormone ini secara kualitatif sama, tetapi berbeda dalam kecepatan dan
intensitas kerja. Triyodotironin kira- kira 4 kali kekuatan tiroksin, tetapi terdapat
jauh lebih sedikit dalam darah dan menetap jauh lebih singlat daripada tiroksin.
Efek hormon tiroid dalam meningkatkan sintesis :
1) Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria;
2) Meningkatkan kecepatan pembentukan ATP.
Efek tiroid dalam transpor aktif adalah meningkatkan aktifitas enzim NaK-
ATPase yang akan menaikkan kecepatan transpor aktif dan tiroid dapat
mempermudah ion kalium masuk membran sel. Efek pada tiroid metabolisme
karbohidrat adalah menaikkan aktivitas seluruh enzim, pada metabolisme lemak
mempercepat proses oksidasi dari asam lemak. Pada plasma dan lemak hati
hormon tiroid menurunkan kolesterol, fosfolipid, dan trigliserid dan menaikkan
asam lemak bebas. Efek tiroid pada metabolisme vitamin adalah menaikkan
kebutuhan tubuh akan vitamin karena vitamin bekerja sebagai koenzim dari
metabolisme. (Guyton. 1990).
2.7 Kelenjar Paratiroid

Dalam keadaan normal terdapat 4 kelenjar paratiroid pada manusia, kelenjar


ini terletak tepat dibelakang kelenjar tiroid, satu dibelakang tiap kutub atas dan
tiap dibelakang kutub bawah setiap kelenjar tiroid. Setiap kelenjar paratiroid kira-
kira panjang 6 mm, lebar 3 mm, dan tebal 2 mm, dan mempunyai gambaran
makroskopik lemak coklat tua, oleh karena itu kelenjar paratiroid sukar ditentukan
tempatnya.
Kelenjar paratiroid memainkan peran utama dalam dalam regulasi Ca2+
darah. Ketika Ca2+ darah turun , kenejar ini melepaskan hormon paratiroid
(PTH). PTH menaikkan kadar Ca2+ darah melalui efek langsung dan tak langsung.
Pada tulang PTH menyebabkan matriks yang termineralisasi untuk menguraikan
dan melepaskan Ca2+ ke dalam darah. Di dalam ginjal , PTH merangsang
reabsorpsi Ca2+ secara langsung melalui tubulus renal. PTH juga memiliki efek tak
langsung pada ginjal, mendorong konversi vitamin D menjadi hormon aktif.
Bentuk inaktif dari vitamin D, suatu molekul derivat steroid diperoleh dari
makanan atau disintesis dalam kulit ketika terpapar sinar matahari. Aktivasi
vitamin D bermula di hati dan dituntaskan di ginjal, proses tersebut dirangsang
oleh PTH . Bentuk aktif dari vitamin D bekerja langsung pada usus halus,
merangsang pengambilan Ca2+ dari makanan sehingga memperbesar efek PTH.
Saat Ca2+ naik, lengkung umpan balik negatif menghambat pelepasan PTH lebih
lanjut dari kelenjar paratiroid.
Kelenjar ini diatur dan diawasi oleh kelenjar hipofise. Paratyroid Hormon
(PTH) atau Hormon Paratiroid (HPT) adalah konsentrasi ion-ion kalsium yang
terdapat dalam cairan ekstaseluler. Produksi PTH akan meningkat apabila kadar
kalsium (Ca2+) dalam plasma menurun. Dalam keadaan fisiologis kadar kalsium
(Ca2+) dalam plasma berada dalam pengawasan homeostatik. Jika kadar kalsium
(Ca2+)darah turun drastic, otot-otot rangka mulai kejang-kejang, suatu kondisi
yang berpotensi fatal, disebut tetanus. Sebaliknya jika kadar kalsium (Ca 2+) darah
naik secara tajam, endapan kalsium fosfat dapat terbentuk dalam jaringan tubuh,
menyebabkan kerusakan organ yang meluas.

2.8 Kelenjar Adrenal


Kelenjar adrenal pada vertebrata selalu terkait dengan ginjal (organ
renal). Pada mamalia setiap kelenjar adrenal sebenarnya tersusun dari dua kelenjar
dengan tipe sel, fungsi dan asal-usul yang berbeda : korteks adrenal pada bagian
luar dan medula adrenal pada bagian sentral. Korteks adrenal terdiri dari sel-sel
endokrin sejati, sementara sel-sel sekresi medula adrenal berasal dari jaringan
neural selama perkembangan embrionik. Dengan demikian seperti kelenjar
pituitari , setiap kelenjar adrenal merupakan kelenjar endokrin dan neuroendokrin
yang menyatu.
Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta berada di luar (ekstra)
peritoneal. Bagian yang sebelah kanan berbentuk pyramid dan membentuk topi
(melekat) pada kutub atas ginjal kanan. Sedangkan yang sebelah kiri berbentuk
seperti bulan sabit, menempel pada bagian tengah ginjal mulai dari kutub atas
sampai daerah hilus ginjal kiri. Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6
cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm. Bersama-sama kelenjar adrenal mempunyai
berat lebih kurang 8 g, tetapi berat dan ukurannya bervariasi bergantung umur dan
keadaan fisiologi perorangan. Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat
kolagen yang mengandung jaringan lemak. Selain itu masing-masing kelenjar ini
dibungkus oleh kapsul jaringan ikat yang cukup tebal dan membentuk sekat/septa
ke dalam kelenjar. Terletak di kutub atas kedua ginjal. Disebut juga sebagai
kelenjar suprarenalis karena letaknya di atas ginjal. Dan kadang juga disebut
sebagai kelenjar anak ginjal karena menempel pada ginjal.

Korteks Adrenal

Kortek adrenal mensintesis molekul steroid yang dipilah menjadi tiga


kelompok hormon yaitu glukokortikoid, mineralkortikoid dan androgen
dengan zona/lapisan penghasil yang berbeda-beda. Seperti kita ketahui,
kortek adrenal mempunyai 3 lapisan/zona yaitu :
1) Zona glomerulosa : memproduksi hormon mineralkortikoid

2) Zona fasikulata : memproduksi hormon glukokortikoid (bersama


dengan zona reticularis)

3) Zona reticularis : memproduksi homon androgen

Mineralokortikoid
Mineralokortikoid (pada manusia terutama adalah aldosteron)
dibentuk pada zona glomerulosa korteks adrenal. Hormon ini mengatur
keseimbangan elektrolit dengan meningkatkan retensi natrium dan ekskresi
kalium. Aktivitas fisiologik ini selanjutnya membantu dalam
mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung. Defisiensi
mineralokortikoid (penyakit Addisons) mengarah pada hipotensi,
hiperkalemia, penurunan curah jantung, dan dalam kasus akut, syok.
Kelebihan mineralokortikoid mengakibatkan hipertensi dan hipokalemia.
Glukokortikoid
Glukokortikoid dibentuk dalam zona fasikulata. Kortisol merupakan
glukokortikoid utama pada manusia. Kortisol mempunyai efek pada tubuh
antara lain dalam: metabolisme glukosa (glukosaneogenesis) yang
meningkatkan kadar glukosa darah, metabolisme protein, keseimbangan
cairan dan elektrolit, inflamasi dan imunitas, dan terhadap stresor.
Gonadokortikoid
Korteks adrenal mensekresi sejumlah kecil steroid seks
dari zona retikularis. Umumnya adrenal mensekresi sedikit
androgen dan estrogen dibandingkan dengan sejumlah besar
hormon seks yang disekresi oleh gonad. Namun produksi
hormon seks oleh kelenjar adrenal dapat menimbulkan gejala
klinis. Misalnya, kelebihan pelepasan androgen menyebabkan
virilisme. sementara kelebihan pelepasan estrogen (mis.,
akibat karsinoma adrenal menyebabkan ginekomastia dan
retensi natrium dan air.
Medula Adrenal

Berada di pusat, bagian ini kira-kira 20% dari keseluruhan kelenjar


adrenal, berkaitan dengan sistem saraf simpatis, bertugas untuk mensekresi
hormon epinefrin dan norepinefrin. Medula adrenal menyekresikan epinefrin
dan norepinefrin sebagai respons terhadap stres, entah itu rasa senang yang
ekstrem atau bahaya yang mengancam nyawa. Aktivitas hormon-hormon ini
adalah untuk meningkatkan jumlah energi kimiawi yang tersedia untuk
digunakan secara cepat.
Epinephrine atau Adrenaline
Adalah yang merespon stimulasi sistem saraf simpatik saat stress.
Ketika suatu organisme dihadapka pada tekanan seperti marah dan stress,
maka sejumlah hormon dilepaskan ke dalam aliran darah. Maka laju dan
kekuatan denyut jantung meningkat, tekanan darah meningkat, suplai darah
dialihkan ke otot kerangka, arteri koronaria dan otak, kadar gula darah dan
laju metabolisme meningkat. Bronkus membesar sehingga pernafasan makin
cepat, pupil mata membesar dan ada kecendrungan bulu tubuh untuk berdiri.
Norephinephrine atau Noradrenaline atau Levoarterenol
Adalah yang menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan
merangsang kontraksi arteriol. Hormon ini juga menjaga sirkulasi darah
normal.

2.9 Kelenjar Pankreas


Pankreas merupakan organ pipih yang terletak di belakang dan sedikit di
bawah lambung dalam abdomen. Organ ini memiliki dua fungsi, yaitu fungsi
endokrin dan fungsi eksokrin. Kelenjar prankeas dinamakan juga
kelenjar Langerhans atau pulau Langerhans. Pulau Langerhans merupakan
sekelompok kecil yang tersebar di seluruh pankreas. Sel-sel pulau Langerhans tak
terkait dengan saluran pembawa getah pankreas yang menuju duodenum.
Namun, sel-sel kelenjar ini sangat kaya akan pembuluh darah. Sekresi yang
dihasilkan dari kelenjar Langerhans yakni hormon insulin, sebuah hormon
berbentuk protein yang ditemukan oleh Dr. Frederick Banting pada tahun 1922.
Hormon insulin berperan saat proses pengubahan gula darah (glukosa) menjadi
gula otot (glikogen) di dalam hati. Sehingga, oleh hormon tersebut, kadar gula
darah menjadi turun. Kekurangan hormon insulin pada seseorang dapat
menyebabkan penyakit diabetes melitus atau penyakit ken cing manis. Gejala
penyakit kencing manis ditandai dengan tingginya glukosa dalam darah
yang tinggi. Glukosa yang ada dalam tubuh penderita tidak diubah
menjadi glikogen dan lemak, justru sebaliknya glikogen dan lemak yang
diubah menjadi glukosa. Selain hormon insulin, kelenjar Langerhans juga
memproduksi hormon guklagon. Hormon guklagon hormon yang berperan
dalam mengubah glikogen menjadi glukosa.
Pulau-pulau langerhans berbentuk oval tersebar di seluruh pankreas dan
terbanyak pada bagian kedua pankreas. Dalam tubuh manusia terdapat 1-2 juta
pulau-pulau langerhans, sel dalam pulau ini dapat dibedakan atas dasar granulasi
dan pewarnaannya separuh dari sel ini mensekresi insulin, yang lainnya
menghasilkan polipeptida dari pankreas diturunkan pada bagian eksokrin
pankreas. Fungsi kepulauan langerhans; Sebagai unit sekresi dalam pengeluaran
homeostatik nutrisi, rnenghambat sekresi insulin, glikogen dan polipeptida
pankreas serta mengnambat sekresi glikogen.

Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi sebagai alat asinar pankreas yang
memproduksi cairan penkreas yang disekresi melalui duktus pankreas ke dalam
usus halus.
Sel endokrin dapat ditemukan dalam pulau-pulau Langerhans, yaitu kumpulan
kecil sel yang tersebar di seluruh organ.
Sel alfa mensekresi glukagon, yang meningkatkan kadar gula
darah
Sel beta mensekresi insulin menurunkan kadar gula darah
Sel delta mensekresi hormon Somatostatin yang fungsinya menghambat
pelepasan insulin dan glucagon
Sel f yang menghasilkan polipeptida pankreatik dan fungsinya untuk
mengatur fungsi eksokrin pancreas
2.10 Kelenjar Pineal

Kelenjar pineal, yang kadang-kadang disebut sebagai mata ketiga, adalah


kelenjar endokrin kecil seperti ukuran kismis. Kelenjar pineal memiliki fungsi
fisik penting. Hal ini juga dianggap oleh banyak untuk menjadi bagian paling
misterius dari tubuh manusia. Beberapa orang percaya bahwa kelenjar pineal
menghubungkan tubuh fisik dengan dunia spiritual.
Kelenjar Pineal adalah kelenjar yang paling misterius di dalam tubuh
manusia. kelenjar ini mengeluarkan hormon yang sangat ampuh yang disebut
Melatonin, yang membuat pikiran menjadi introvertif yang memberikan rasa
kebahagiaan tanpa batas serta kesadaran yang lebih tinggi.
Sebenarnya Kelenjar Pineal ini menghasilkan dua macam hormon penting
dalam mengendalikan aktifitas manusia. Kelenjar ini berfungsi juga mengeluarkan
hormon Serotonin yang memberikan pengaruh semangat untuk melakukan
aktifitas fisik. Ini terjadi khususnya pada siang hari dimana kelenjar-kelenjar yang
dibawahnya sangat aktif karena kegiatan fisik tubuh. Sebaliknya pada malam hari
dimana semua kelenjar-kelenjar dibawahnya menjadi kurang aktif, kelenjar ini
mencapai puncak fungsinya mengeluarkan hormon Melatonin.
Kelenjar pineal berfungsi mengatur irama bagun-tidur yang disebut irama
sirkadian (sleep-wake alert, circadian circle). Kelenjar Pineal dan hormon yang
dihasilkannya, bekerja berdasarkan rangsangan cahaya. Semakin meredup
cahayanya, maka semakin banyak hormon ini dihasilkan. Semakin banyak
hormon ini beredar ke seluruh tubuh, maka tubuh kita merespon dengan rasa
kantuk. Mekanisme ini merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh,
karena dengan beristirahat, tubuh kita memiliki cukup waktu untuk mereparasi
sel-sel tubuh yang rusak.
2.11 Kelenjar Timus

Kelenjar timus merupakan kelenjar yang bertanggungjawab dalam


pertumbuhan manusia. Kelenjar timus bahkan sangat berpengaruh pada saat usia
pertumbuhan. Kelenjar timus berfungsi untuk pertumbuhan. Bila kekurangan
kelenjar timus akan menderita kretinisme (kekerdilan) dan bila kelebihan
menimbulkan gigantisme (raksasa).
Kelenjar timus mempunyai korteks yang terbungkus sempurna dengan
limfosit dan medulla yang terdiri atas massa jarang dari sel-sel epitel . Sel-sel
epitel menstimulasi sel-sel limfosit diseluruh untuk membelah dan
mengembangkan kemampuan mengenali dan menyerang benda asing.

Karakteristik dari kelenjar timus adalah terletak di sepanjang rongga trachea, di


rongga dada bagian atas. Timus membesar sewaktu pubertas dan mengecil ketika
sudah dewasa. Merupakan kelenjar penimbunan hormon somatotrof atau hormon
pertumbuhan dan setelah dewasa tidak berfungsi lagi lagi. Kelenjar ini berperan
dalam sistem pertahanan tubuh dengan menghasilkan hormone thymosin, thymic
humoral factor, thymic factor dan thymopoietin. Fungsi dari kelenjar ini adalah
mengaktifkan pertumbuhan badan, mengurangi aktivitas kelenjar kelamin dan
merangsang limfosit.
2.12 Kelainan-kelainan pada sistem endokrim
2.12.1 Diabetes Melitus
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula
darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin
atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Tubuh pasien dengan diabetes
mellitus tidak dapat memproduksi atau tidak dapat merespon hormon
insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas, sehingga kadar gula darah
meningkat dan dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun
jangka panjang pada pasien tersebut.
Diabetes mellitus (DM) dibagi menjadi beberapa tipe. DM tipe I
biasanya menimbulkan gejala sebelum usia pasien 30 tahun, walaupun
gejala dapat muncul kapan saja. Pasien DM tipe I memerlukan insulin dari
luar tubuhnya untuk kelangsungan hidupnya. DM tipe II biasanya dialami
saat pasien berusia 30 tahun atau lebih, dan pasien tidak tergantung dengan
insulin dari luar tubuh, kecuali pada keadaan-keadaan tertentu. Tipe DM
lainnya adalah DM gestasional, yakni DM yang terjadi pada ibu hamil,
yang disebabkan oleh gangguan toleransi glukosa pada pasien tersebut.
Saat ini jumlah pasien DM tipe II semakin meningkat, dikarenakan
pola hidup yang semakin tidak sehat, misalnya kurang aktivitas fisik serta
pola makan yang tidak sehat. Faktor risiko untuk DM tipe II antara lain:
genetik, lingkungan, usia tua, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, riwayat
DM gestasional, serta ras atau etnis tertentu. Gejala DM tipe II antara lain:
rasa haus yang berlebih,
buang air kecil lebih sering (frekuensi terbangun dari tidur untuk berkemih
saat malam hari menjadi lebih sering dari biasanya),
banyak makan, penurunan berat badan tiba-tiba tanpa sebab yang jelas
(Widjajahkusumah, 1995).

2.12.2 Gigantisme

Gigantisme adalah berlebihnya produksi hormon pertumbuhan pada anak-


anak yang memberi dampak kepada ukuran tinggi dan berat badannya. Kondisi ini
tergolong langka dan terjadi sebelum lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan
di dalam tulang menutup. Selama masa pertumbuhan, anak-anak yang terkena
gigantisme dapat memiliki ukuran tinggi dan berat badan yang terlihat di atas rata-
rata. Hal ini jugalah yang menjadi penyebab gigantisme tidak mudah dikenali
gejalanya dan awalnya dianggap sebagai fase pertumbuhan anak yang wajar.
Penyebab gigantisme yang paling sering ditemui adalah tumor pada kelenjar
hipofisis atau tumor kelenjar pituitari yang terletak pada bagian bawah otak.
Kelenjar ini berperan pada perkembangan seksual, pengendalian suhu tubuh,
produksi urine serta metabolisme pertumbuhan pada wajah, tangan, dan kaki.
Tumbuhnya tumor pada kelenjar hipofisis menyebabkan kelenjar ini memproduksi
hormon pertumbuhan secara berlebihan.
2.12.3 Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang
aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Tanpa hormon ini
tubuh tidak bekeja dengan semestinya sehingga bisa menimbulkan
pertumbuhan badan yang lambat, lambat berbicara, lemah, bertambah
berat badan, rambut rontok, kulit kering, dan meningkatkan sensitivitas
pada pilek. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.
Penyebabnya hampir sama dengan hipertiroidisme, yaitu
autoimunitas terhadap jaringan tiroid tersebut. Penyebab lainnya adalah
pembesaran kelenjar tiroid:
- Goiter koloid endemik: kekurangan iodium.
- Goiter koloid nontoksik idiopatik: bukan karena
kekurangan iodium tetapi sekresi hormonnya tertekan.
Gejala dari penyakit ini adalah rasa capek, rasa mengantuk,
kelemahan otot, kecepatan denyut jantung menurun, curah jantung
menurun, volume darah menurun, konstipasi, kelemahan mental
(kurangnya pertumbuhan rambut, kulit bersisik, suara parau), dan kasus
berat mengakibatkan miksedema (Widjajahkusumah, 1995).

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, A.Neil, Jane B. Reece. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta :
Penerbit Erlangga

Mader, Sylvia S. 2004. Understanding Human Anatomy & Physioloy, Fifth


Edition. The MCGraw-Hill Companies.
James, Joyce, Colin Baker, Helen Swain.2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk
Keperawatan. Jakarta : Erlangga Medical Series
Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta:
EGC.
Pearce, Evelyn C. 2010. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia.
Widjajahkusumah, 1995. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai