Sistem Endokrin
Oleh:
Kelompok 3, Kelas B
UNIVERSITAS JEMBER
2017
KATA PENGANTAR
Penyusun
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Secara umum sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk
memproduksi hormon yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid,
kelenjar hipofisa/putuitari, kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar
suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu. Beberapa dari organ endokrin
ada yang menghasilkan satu macam hormon (hormon tunggal) disamping itu juga
ada yang menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau hormon ganda
misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang lain.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila sistem endokrin
umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang nengirimkan
hasil sekresinya langsung ke dalam darah ang beredar dalam jaringan kelenjar
tanpa melewati duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon.
Kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah .
Kelenjar endokrin ini termasuk hepar, pancreas (kelenjar eksokrin dan endokrin),
payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, Kelenjar eksokrin
melepaskan sekresinya kedalam duktus pada permukaan tubuh, sepertikulit, atau
organ internal, seperti lapisan traktusintestinal.
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon
di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi
tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon
harus diatur dalam batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke
waktu apakah diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon.
1.2 Rumusan masalah
Dengan memperhatikan ulasan singkat latar belakang di atas, maka dapat
disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apakah yang dimaksud dengan sistem endokrin ?
b. Bagaimana karakteristik sistem endokrin?
c. Apa yang dimaksud dengan hormon serta bagaimana sifatnya ?
d. Bagaimanakah mekanisme kerja hormon ?
e. Bagaimana struktur kelenjar pituitari serta bagaimana mekanisme
kerjanya ?
f. Bagaimana struktur kelenjar tiroid serta bagaimana mekanisme
kerjanya?
g. Bagaimana struktur kelenjar paratiroid serta bagaimana mekanisme
kerjanya?
h. Bagaimana struktur kelenjar adrenal serta bagaimana mekanisme
kerjanya?
i. Bagaimana struktur kelenjar pankreas serta bagaimana mekanisme
kerjanya ?
j. Bagaimana struktur kelenjar pineal serta bagaimana mekanisme
kerjanya?
k. Bagaimana struktur kelenjar timus serta bagaimana mekanisme
kerjanya
l. Apa sajakah kelainan-kelainan yang ada pada sistem endokrin?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan sistem endokrin.
b. Untuk mengetahui karakteristik sistem endokrin.
c. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan hormon serta sifatnya.
d. Untuk mengetahui mekanisme kerja hormon .
e. Untuk mengetahui struktur kelenjar pituitari serta mekanisme kerjanya.
f. Untuk mengetahui struktur kelenjar tiroid serta mekanisme kerjanya.
g. Untuk mengetahui struktur kelenjar paratiroid serta mekanisme
kerjanya.
h. Untuk mengetahui struktur kelenjar adrenal serta mekanisme kerjanya.
i. Untuk mengetahui struktur kelenjar pankreas serta mekanisme
kerjanya.
j. Untuk mengetahui struktur kelenjar pineal serta mekanisme kerjanya.
k. Untuk mengetahui struktur kelenjar timus serta mekanisme kerjanya.
l. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang ada pada sistem endokrin.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
a. Mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud dengan sistem
endokrin.
b. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik sistem endokrin.
c. Mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud dengan hormon serta
sifatnya.
d. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja hormon .
e. Mahasiswa dapat mengetahui struktur kelenjar pituitari serta
mekanisme kerjanya.
f. Mahasiswa dapat mengetahui struktur kelenjar tiroid serta
mekanisme kerjanya.
g. Mahasiswa dapat mengetahui struktur kelenjar paratiroid serta
mekanisme kerjanya.
h. Mahasiswa dapat mengetahui struktur kelenjar adrenal serta
mekanisme kerjanya.
i. Mahasiswa dapat mengetahui struktur kelenjar pankreas serta
mekanisme kerjanya.
j. Mahasiswa dapat mengetahui struktur kelenjar pineal serta
mekanisme kerjanya.
k. Mahasiswa dapat mengetahui struktur kelenjar timus serta
mekanisme kerjanya.
l. Mahasiswa dapat mengetahui kelainan-kelainan yang ada pada
sistem endokrin.
BAB 2. ISI
Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia, untuk
mendapatkan gambaran umum tentang sistem endokrin, dan dengan makalah ini
maka mengajarkan mahasiswa untuk memahami sistem endokrin secara teori.
Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengertian dari system endokrin.
2) Mengetahui karakteristik dari system endokrin.
3) Mengetahui mekanisme kerja hormone.
4) Mengetahui kelenjar-kelenjar system pada endokrin yang meliputi kelenjar
pituitari, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, kelenjar
pancreas, kelenjar pineal, dan kelenjar timus.
Mengetahui kelainan dari sitem endokrin.
2.3 Hormon
Hormon merupakan zat kimia yang disekresi dalam cairan tubuh oleh
suatu sel atau kelompok sel dan menimbulkan efek pengaturan fisiologis pada
sel-sel tubuh lainnya. Sebagian diantaranya dinamakan hormon lokal dan
lainnya dinamakan hormon umum. Hormon lokal meliputi asetilkolin, yang
dilepaskan pada ujung saraf parasimpatik dan otot rangka, sekretin yang
dilepaskan oleh dinding duodenum dan ditransport dalam darah ke pankreas
untuk menyebabkan sekresi pankreas alkali seperti air, kolesistokinin yang
dikeluarkan pada usus halus ke kandung empedu untuk menyebabkan
kontraksi kandung empedu maupun sekresi enzim oleh pankreas. Hormon-
hormon ini jelas memiliki efek spesifik lokal, dari sinilah berasal nama
hormon lokal.
Hormon dapat diklasifikasikan menurut situs mereka bertindak dengan
situs mereka diproduksi, menjadi hormon endokrin, hormon parakrin dan
hormon otokrin.
hormon endokrin: hormon disekresikan oleh kelenjar endokrin.
hormon parakrin: hormon yang bertindak pada sel-sel tetangga
lokal.
hormon autokrin: hormon yang bertindak pada sel
memproduksinya.
Hormon umumnya disekresikan oleh kelenjar endokrin yang bekerja
secara spesifik dan ditransport dalam darah untuk menyebabkan kerja fisiologis
pada tempat yang jauh dalam tubuh. Beberapa hormon umum mempengaruhi
semua atau hampir seluruh sel tubuh, contohnya hormon pertumbuhan dan
hormon tiroid. Akan tetapi hormon umum lain mempengaruhi jaringan tertentu
jauh lebih banyak daripada jaringan lain, contohnya kortikotropin dan hormon-
hormon ovarium.
Berdasarkan letaknya sistem hormon dapat digolongkan dalam beberapa
kelenjar yaitu :
a. Hormon hipofisis anterior : hormon pertumbuhan,
adrenokortikotropin, hormon perangsang tiroid, hormon
perangsang folikel, hormon luteinisasi, proaktin dan hormon
perangsang melanosit.
b. Hormon hipofisis posterior : hormon antideuretik dan oksitosin
c. Hormon korteks adrenal : khususnya kortison dan aldosterone
d. Hormon tiroid : tiroksin, tryodotironin dan kalsitonin
e. Hormon pankreas : insulin dan glucagon
f. Hormon ovarium : esterogen dan progesteron
g. Hormon testis : testosterone
h. Hormon paratiroid : parathormon
i. Hormon plasenta : gonadotropin korion, esterogen, progesteron
dan lactogen plasenta manusia.
2.4 Mekanisme Kerja Hormon
1. Reseptor Hormon Pada Membran
Reseptor untuk hormone pada suatu sel dapat terletak pada membrane atau
sitoplasma biasanya merupakan reseptor untuk hormon protein atau peptida.
Apabila sudah sampai di dekat sel sasaran, hormone akan segera berikatan dengan
reseptornya dan memebentuk kompleks hormon-reseptor. Pembentukan hormon-
reseptor terjadi melalui mekanisme yang serupa dengan penggabungan antara
anak kunci dan gemboknya. Kompleks hormone reseptor akan memicu
serangkaian reaksi biokimia yang menimbulkan tanggapan hayati.Berikut adalah
contoh beberapa peristiwa yang dapat diubah oleh hormone dengan cara kerja
seperti di atas :
a. Perubahan aktivitas enzim: perubahan aktivitas enzim memungkinkan
proses metabolisme tertentu dapat terselenggara atau terhenti.
b. Pengaktifan mekanisme transport aktif: proses transport aktif sangat
penting bagi sel untuk memasukkan atau mengeluarkan suatu zat.
c. Aktivitas pembentukan mikrotubulus: perubahan aktivitas
pembentukan mikrotubulus dapat mempengaruhi berbagai peristiwa
yang tergantung padanya, antara lain pergerakan amoeba dan mitosis
sel.
d. Pengubahan aktivitas metabolism DNA: pengubahan aktivitas
metabolisme DNA dapat mempengaruhi proses pertumbuhan atau
pembelahan sel.
2. Reseptor Hormon Pada Sitoplasma (Reseptor Sitosolik)
Merupakan hormon yang terdapat dalam sitoplasma sel sasaran.Hormon
yang menggunakan reseptor sitosolik adalah hormon steroid dan hormone turunan
asam amino. Hormon tersebut sangat mudah larut dalam lipid sehingga mudah
melewati membrane sel sasaran. Selama dalam peredaran darah ke seluruh tubuh,
hormone selalu berkaitan dengan pengembannnya .Hormon akan terlepas dari
molekul pengemban dan masuk ke sel sasaran. Dalam sitoplasma sel sasaran,
hormone berkombinasi dengan reseptor khusus sehingga menghasilkan kompleks
hormon-reseptor yang aktif. Kompleks tersebut memiliki daya gabung yang
sangat tinggi terhadap DNA sehingga setelah masuk ke inti, akan segera
berkombinasi dengan DNA. Hal ini yang mengawali transkrip DNA.Pengikatan
kompleks hormon-reseptor pada daerah promoter akan merangsang gen tertentu
untuk aktif atau pasif (Harper, 1979).
Kelenjar hipofisis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian anterior, bagian
tengah, dan bagian posterior. Tidak semua kelenjar endokrin berada dibawah
kendali hipofisa, beberapa diantaranya memberikan respon, baik langsung
maupun tidak langsung, terhadap konsentrasi zat-zat di dalam darah (Mader,
2004).
Pituitary posterior atau neurohipofisis adalah perluasan hipotalamus
yang tumbuh ke bawah menuju mulut selama perkembangan embrionik. Pituitari
posterior menyimpan dan menyekresikan dua hormon yang dibuat oleh
hipotalamus. Pituitari anterior atau adenohipofisis berkembang dari lipatan
jaringan di langit-langit mulut embrionik, jaringan ini tumbuh ke atas menuju otak
dan akhirnya kehilangan hubungan dengan mulut. Di bawah kontrol hiotalamus ,
pituitari anterior dan posterior menghasilkan serangkaian hormon yang berperan
sentral terhadap persinyalan endokrin di seluruh tubuh.
a. Hormon-Hormon yang dihasilkan oleh Pituitari Lobus Posterior
Pituitari Posterior melepaskan dua neurohormon, yaitu oksitosin dan
hormon antidiuretik (ADH). Di sintesis di dalam hipotalamus, hormon-hormon ini
berjalan di sepanjang akson panjang sel-sel neurosekresi menuju ke pituitari
posterior. Di sana hormon-hormon itu disimpan dan dilepaskan saat diperlukan.
Kedua hormon ini disintesis oleh sel-sel saraf dalam hipotalamius, dibawa di
sepajang aksonnya (transport aksoplasma) dan disimpan dalam neurohipofisis
untuik dilepas ke ujung akson. Masing-masing hormon disekresi oleh sekelompok
neurion yang terpisah.
Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin pada mamalia adalah untuk meregulasi pengeluaran
susu selama menyusui. Fungsi ini diperantarai oleh jalur neurohormon sederhana.
Dalam jalur-jalur semacam itu, suatu rangsangan yang diterima oleh sebuah
neuron sensoris merangsang sebuah sel neurosekresi. Sel neurosekresi tersebut
kemudian menyekresikan suatu neurohormon yang berdifusi ke dalam aliran
darahdan bergerak ke sel-sel target. Dalam kasus jalur oksitosin, rangsangan awal
berupa gerakan mengisap susu oleh bayi. Rangsangan sel-sel saraf sensoris di
dalam puting susu menghasilkan sinyal di dalam sistem saraf yang mencapai
hipotalamus. Impuls saraf dari hipotalamus kemudian memicu pelepasan
oksitosindari kelenjar pituitari posterior. Sebagai respons terhadap oksitosin yang
bersikulasi, kelenjar-kelenjar susu menyekresikan susu.
Jalur oksitosin yang meregulasi kelenjar susu menjadi contoh mekanisme
umpan balik positif. Umpan balik positif memperkuat rangsangan , menghasilkan
respons yang lebih besar lagi. Dengan demikian, oksitosin merangsang pelepasan
susu, yang menyebabkan bayi akan semakin banyak mengisap, sehingga
rangsangan semakin besar. Aktivasi jalur tersebut dipertahankan hingga bayi
berenti mengisap. Oksitosin memiliki beberapa peran tambahan yang terkait
dengan reproduksi. Ketika mamalia melahirkan oksitosin menginduksi sel-sel
target dalam otot-otot uterus untuk berkontraksi. Jalur ini juga dicirikan oleh
regulasi umpan balik positif , sedemikian rupa sehingga mendorong penuntasan
proses melahirkan. Oksitosin juga berfungsi untuk dalam meregulasi suasana hati
dan pembangkitan gairah seksual pada laki-laki maupun perempuan (Campbell et
all, 2008).
b. Hormon-hormon yang Disekresikan dari Lobus Anterior Hipotalamus
Pituitari anterior menyintesis dan menyekresikan berbagai hormon yang
berbeda dan diregulasi oleh hormon-hormon yang disekresikan oleh hipotalamus.
Setiap hormon hipotalamus merupakan hormon pelepas atau hormon penghambat,
mencerminkan perannya dalam mendorong atau menghambat pelepasan satu atau
lebih hormon spesifik pituitari anterior. Hormon pelepas tirotropin (TRH)
misalnya, adalah produk hipotalamus yang merangsang pituitari anterior untuk
menyekresikan tirotropin yang juga dikenal dengan hormon perangsang tiroid
(TSH). Setiap hormon pituitari anterior diatur setidaknya satu hormon pelepas.
Beberapa diantaranya bahkan memiliki hormon pelepas maupun hormon
penghambat.
Hormon pelepas dan hormon penghambat disekresikan di dekat kapiler di
dasar hipotalamus. Kapiler-kapiler tersebut mengalir ke dalam pembuluh darah
pendek yang disebut pembuluh portal, yang terbagi-bagi ke dalam bantalan
kapiler kedua di dalam pituitari anterior. Dengan cara ini hormon pelepas dan
hormon penghambat memiliki akses langsung ke kelenjar yang dikontrol.
Hormon TSH (Thyroid Stimulating hormone)
Sintesis dan pelepasan TSH dikendalikan oleh hormon pelepas-tirotropin
(Thyrotropin releasing hormone (TRH)) hipotalamus yang dibawa melalui sistem
portal hipotalamus hipofisis. sebaliknya, sekresi TRH diatur oleh kadar hormon
tiroid yang bersikulasi dalam darah (umpan balik negatif) dan melalui laju
metabolik tubuh. Jika kadar sirkulasi hormon tiroid meningkat dan laju
metabolisme tubuh juga meningkat, TRH akan dihambat. Jika kadar hormon TRH
rendah atau metabolisme seluler menurun maka sekresi TRH akan di stimulasi.
Sebagai contoh yaitu pada suhu seorang anak kecil yang turun,
hipotalamus menyekresikan TRH, target TRH adalah pituitari anterior yang
merespon dan menyekresikan TSH. TSH bekerja pada kelenjar tiroid untuk
merangsang pelepasan hormon tiroid. Saat terakumulasi, hormon tiroid
meningkatkan laju metabolik sehingga melepaskan energi termal yang menaikkan
suhu tubuh.
Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)
Hormon pertumbuhan dinamakan somatotropik hormon atau
somatotropin, merupakan molekul protein kecil yang mengandung 191 asam
amino dalam satu rantai dan mempunyai berat molekul 22.005. Hormon
pertumbuhan menyebabkan pertumbuhan semua jaringan tubuh yang mampu
tumbuh. Hormon pertumbuhan meningkatkan penambahan ukuran sel dan
meningkatkan mitosis bersama peningkatan jumlah sel. Hormon pertumbuhan
diketahui mempunyai efek dasar pada proses-proses metabolisme tubuh sebagai
berikut:
Meningkatkan kecepatan sintesis protein dalam sel tubuh
Menurunkan kecepatan penggunaan karbohidrat diseluruh tubuh.
Meningkatkan mobilisasi lemak dan penggunaan lemak untuk energi
Kecepatan sekresi hormon pertumbuhan meningkat dan menurun dalam
beberapa menit dalam hubungannya dengan keadaan gizi atau stress seseorang
seperti selama kelaparan, hipoglikemia, gerak badan, kegelisahan dan trauma.
Konsentrasi normal hormon pertumbuhan dalam plasma pada orang dewasa
sekitar 3 ng per ml dan pada anak-anak sekitar 5 ng per ml. Pada keadaan akut,
hipoglikemia merupakan stimulator sekresi hormon pertumbuhan yang jauh lebih
kuat daripada penurunan konsentrasi asam amino dalam darah. Sebaliknya, pada
keadaan kronis derajat pengurangan protein sel tampaknya lebih dikaitkan dengan
tingkat hormon pertumbuhan daripada persediaan glukosa.
Jadi hampir pasti bahwa sekresi hormon pertumbuhan diatur waktu demi
waktu oleh keadaan gizi dan stress tubuh, dan tampaknya faktor yang terpenting
yang mengatur sekresi hormon pertumbuhan adalah kadar protein sel. Akibatnya
dapat dikemukakan bahwa hormon pertumbuhan bekerja pada sistem umpan
balik, selanjutnya hormon pertumbuhan meningkatkan sintesis protein baru,
sementara pada saat yang sama menghemat protein yang telah terdapat dalam sel.
Keseluruhan efek umpan balik ini yang mengontrol sekresi hormon
pertumbuhan dianggap dimediasi melalui hipotalamus. Hipotalamus mensekresi
growth hormon releasing hormon yang sebaliknya menyebabkan hipofisis anterior
mensekresikan hormon pertumbuhan. Nukleus hipotalamus yang menyebabkan
sekresi hormon pertumbuhan adalah nukleus ventromedialis, nukleus yang sama
juga mengontrol aspek metabolisme lain seperti tingkatan makan dan lapar.
Hormon ACTH
Hormon ini juga dinamakan kortikotropin dan adrenokortikotropin yang
berfungsi meningkatkan pembentukan androgen adrenal oleh korteks adrenal.
ACTH diatur oleh hormon pelepasan kortikotropin (corticotropin-releasing
hormon (CRH) dari hipotalamus. Mekanisme umpan balik untuk stimulasi atau
inhibisi CRH, ACTH dan hormon-hormon korteks adrenal memiliki fungsi yang
sama dengan mekanisme umpan balik pada TRH, TSH dan hormon-hormon
tiroid.
Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan Hormon LH
(Luteinizing Hormone)
Hormon ini disebut juga gonadotropin karena hormon ini mengatur
fungsi gonad. Pada perempuan, FSH menstimulasi pertumbuhan folikel varium
dan mambantu menstimulasi produksi estrogen ovarium. Sedangkan pada laki-
laki, FSH merangsang pertumbuhan dan perkembangan spermatozoa dalam
tubulus seminiferus testis. Sedangkan pada hormon LH pada perempuan LH
bekerja sama dengan FSH menstimulasi produksi estrogen. LH bertanggung
jawab untuk ovulasi dan sekresi progesteron dari folikel yang ruptur. Pada laki-
laki, LH menstimulasi sel-sel interstisial tubulus seminiferus testis untuk
memproduksi androgen (testosteron). Kendali sekresi FSH dan LH diatur oleh
hormon pelepas gonadotropin (gonadotropin releasing hormon (GnRH)) dari
hipotalamus. GnRH menyebabkan pelepasan FSH dan LH yang pada gilirannya
akan menyebabkan pelepasan hormon-hormon gonad (estrogen, progesreron dan
testosteron).
Hormon Prolaktin dan MSH (Melanocyte Stimulating Hormone)
Prolaktin merupakan hormon yang luar biasa karena memiliki efek yang
beraneka ragam misalnya prolaktin merangsang pertumbuhan kelenjar susu, dan
sintesis susu pada mamalia, meregulasi metabolisme lemak, dan reproduksi ,
menunda metamorfosis, serta meregulasi keseimbangan air dan garam. Sedangkan
hormon MSH meregulasi aktifitas sel-sel pengandung pigmen di dalam kulit.
2.6 Kelenjar Tiroid
Diantara vertebrata-vertebrata, hormon tiroid yang disekresikan oleh
kelenjar tiroid meregulasi homeostatis maupun perkembangan. Pada manusia dan
mamalia , hormon tiroid meregulasi bioenergetika yaitu membantu
mempertahankan tekanan darah, detak jantung, dan kekuatan otot yang normal,
serta meregulasi fungsi pencernaan dan reproduksi.
Korteks Adrenal
Mineralokortikoid
Mineralokortikoid (pada manusia terutama adalah aldosteron)
dibentuk pada zona glomerulosa korteks adrenal. Hormon ini mengatur
keseimbangan elektrolit dengan meningkatkan retensi natrium dan ekskresi
kalium. Aktivitas fisiologik ini selanjutnya membantu dalam
mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung. Defisiensi
mineralokortikoid (penyakit Addisons) mengarah pada hipotensi,
hiperkalemia, penurunan curah jantung, dan dalam kasus akut, syok.
Kelebihan mineralokortikoid mengakibatkan hipertensi dan hipokalemia.
Glukokortikoid
Glukokortikoid dibentuk dalam zona fasikulata. Kortisol merupakan
glukokortikoid utama pada manusia. Kortisol mempunyai efek pada tubuh
antara lain dalam: metabolisme glukosa (glukosaneogenesis) yang
meningkatkan kadar glukosa darah, metabolisme protein, keseimbangan
cairan dan elektrolit, inflamasi dan imunitas, dan terhadap stresor.
Gonadokortikoid
Korteks adrenal mensekresi sejumlah kecil steroid seks
dari zona retikularis. Umumnya adrenal mensekresi sedikit
androgen dan estrogen dibandingkan dengan sejumlah besar
hormon seks yang disekresi oleh gonad. Namun produksi
hormon seks oleh kelenjar adrenal dapat menimbulkan gejala
klinis. Misalnya, kelebihan pelepasan androgen menyebabkan
virilisme. sementara kelebihan pelepasan estrogen (mis.,
akibat karsinoma adrenal menyebabkan ginekomastia dan
retensi natrium dan air.
Medula Adrenal
Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi sebagai alat asinar pankreas yang
memproduksi cairan penkreas yang disekresi melalui duktus pankreas ke dalam
usus halus.
Sel endokrin dapat ditemukan dalam pulau-pulau Langerhans, yaitu kumpulan
kecil sel yang tersebar di seluruh organ.
Sel alfa mensekresi glukagon, yang meningkatkan kadar gula
darah
Sel beta mensekresi insulin menurunkan kadar gula darah
Sel delta mensekresi hormon Somatostatin yang fungsinya menghambat
pelepasan insulin dan glucagon
Sel f yang menghasilkan polipeptida pankreatik dan fungsinya untuk
mengatur fungsi eksokrin pancreas
2.10 Kelenjar Pineal
2.12.2 Gigantisme
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, A.Neil, Jane B. Reece. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta :
Penerbit Erlangga