Anda di halaman 1dari 30

Organ Aksesoris Sistem Pencernaan

Posted: Mei 7, 2011 in Feri Padri

0 Organ Aksesoris Sistem Pencernaan Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan yaitu saluran panjang yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ organ aksesoris seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu, dan pancreas. a. Gigi (dentis) - Fungsi : Berperan dalam proses mastikasi (pengunyahan). - Bagian-bagian gigi adalah sebagai berikut: Mahkota Gigi : dilapisi oleh email dan di dalamnya terdapat dentin (tulang gigi). Tulang Gigi ; terletak di bawah lapisan email. Rongga gigi ; berada di bagian dalam gigi. Di dalamnya terdapat pembuluh darah, jaringan ikat, dan jaringan saraf. b. Lidah (lingua) Lidah berfungsi untuk membantu mengunyah makanan yakni dalam hal membolak-balikkan makanan dalam rongga mulut, membantu dalam menelan makanan, sebagai indera pengecap, dan membantu dalam berbicara. - Sebagai indera pengecap,pada permukaan lidah terdapat badan sel saraf perasa (papila). ada tiga bentuk papila, yaitu: Papila fungiformis Papila filiformis. Papila serkumvalata c. Kelenjar Ludah / Kelenjar Saliva Kelenjar ludah menghasilkan saliva. Saliva mengandung enzim ptyalin atau amylase dan ion natrium, klorida, bikarbonat, dan kalium. Fungsi saliva adalah : Melarutkan makanan secara kimia, Melembabkan dan melumasi makanan Mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltose Zat buangan Zat antibakteri dan antibodi Kelenjar ludah terdiri atas tiga pasang sebagai berikut: 1. Kelenjar sublingual adalah kelenjar saliva yang paling kecil, terletak di bawah lidah bagian depan. 2. Kelenjar submandibular terletak di belakang kelenjar sublingual dan lebih dalam. 3. Kelenjar parotid adalah kelenjar saliva paling besar dan terletak di bagian atas mulut depan telinga. d. Hepar (hati) Hati merupakan kelenjar terbesar dan terpenting dalam tubuh. Hati terdiri atas dua lobus. Setiap lobus memiliki saluran untuk mengangkut cairan empedu, yakni duktus hepatikus. Secara umum, hati mempunyai fungsi: a. Memproduksi cairan empedu

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

b. Memetabolisme protein, lemak dan karbohidrat c. Penyimpanan mineral dan vitamin larut lemak. d. Pusat detoksifikasi zat yang beracun di dalam tubuh. e. Penyimpanan darah f. Memproduksi panas Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Darah diolah dalam 2 cara: - Bakteri dan partikel asing lainnya yang diserap dari usus dibuang - Berbagai zat gizi yang diserap dari usus selanjutnya dipecah sehingga dapat digunakan oleh tubuh. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. Hati menghasilkan sekitar separuh dari seluruh kolesterol dalam tubuh, sisanya berasal dari makanan. Sekitar 80% kolesterol yang dihasilkan di hati digunakan untuk membuat empedu. Hati juga menghasilkan empedu, yang disimpan di dalam kandung empedu. e. Kandung empedu & Saluran empedu Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus umum. Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum. Duktus pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umum dan masuk ke dalam duodenum. Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan di dalam duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu berkontraksi. Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur dengan makanan. Empedu memiliki 2 fungsi penting: - Membantu pencernaan dan penyerapan lemak - Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol. Secara spesifik empedu berperan dalam berbagai proses berikut: - Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan - Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan isinya - Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan - Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

tubuh - Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam empedu. Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja. f. Pankreas - Pankreas merupakan kelenjar yang besifat endokrin dan eksokrin. Bersifat endokrin karena menghasilkan hormone insulin dan hormone glukogen yang dimasukkan ke darah. Bersifat eksokrin karena menghasilkan enzim pencernaan. Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar: - Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan - Pulau pankreas, menghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim-enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini dan mengalir melalui berbagai saluran ke dalam duktus pankreatikus. Duktus pankreatikus akan bergabung dengan saluran empedu pada sfingter Oddi, dimana keduanya akan masuk ke dalam duodenum. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung. 3 hormon yang dihasilkan oleh pankreas adalah: - Insulin, yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah - Glukagon, yang berfungsi menaikkan kadar gula dalam darah - Somatostatin, yang berfungsi menghalangi pelepasan kedua hormon lainnya (insulin dan glukagon).

1. Konsep Medis A. Pengertian Hernia Ingunalis Lateral adalah hernia yang melalui alunus ingunalis intermus/lateralis menyelusuri kanalis ingunalis dan keluar dari rongga perut melalui analus ingunalis ekserna/medilis (Mansjoer A, 2000).

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan Saluran gantrointestinal (gastointestinal tractus), juga disebut saluran digestik (digestive tract) adalah sebuah saluran berotot yang memanjang mulai dari mulut sampa ke anus. Pada prinsipnya fungsi utama sistem gastrointestinal (GI) adalah mensuplai nutrisi ke sel-sel tubuh yang diperoleh melalui proses Ingestion yang terjadi pada saat mulai intake makanan masuk kedalam mulut, Digestion dimana peristiwa mencerna makanan dimulai dalam lambung dan usus halus dan Absorption yang terjadi terutama dalam usus halus dan juga dalam usus besar. Proses eliminasi adalah pengeluaran sisa-sisa hasil pencernaan. Sistem GI (Digestive System) terdiri dari saluran GI dan organ beserta kelenjar yang terkati dengan pencernaan yaitu mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sedangkan organ-organ yang berhubungan adalah hati, pankreas, dan kandung empedu. Faktor psikologis atau emosi seperti stress dan kecemasan akan mempengaruhi fungsi-fungsi GI. Stress dapat dimeanifestasikan sebagai 7 anoreksia, nyeri epigastrium dan abdomen, atau diare. Faktor fisik yang dapat mempengaruhi fungsi-fungsi GI seperti intake diet, mengkonsumsi

minuman/makanan yang beralkohol atau caffeine, merokok, kelemahan. Beberapa gangguan organik yang mempengaruhi misalnya penyakit peptic ulcer, ulceratisi colitis yang dapat menyebabkan gangguan GI.

Struktur dan Fungsi Sistem GI

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

Saluran GI merupakan tabung sepanjang 9 meter yang berentang mulai dari mulut sampai ke anus. Pada umumnya saluran ini terdiri dari 4 lapisan yaitu mulai dari dalam lapisan mukosa, submukosa, otot dan serosa. Saluran GI diaktifkan oleh sistem saraf otonom yaitu saraf

parasimpatis, sedang saraf simpatis bersifat menghambat sistem GI. Misalnya adanya peristaltik yang meningkat karena perangsangan /stimulasi saraf parasimpatis dan terjadi penurunan akibat stimulasi saraf simpatis. Sistem GI dan organ yang terkait (organ asesoris) rata-rata memperoleh cardiac output sebanyak 25 % sampai dengan 30 %. Sirkulasi dalam sistem GI terutama pada aliran darah vena dimana Sistem GI mengalirkan darah vena melalui vena portal. Bagian atas sistem GI menerima darah dari arteri splanikus. Usus halus menerima darah dari cabang arteri hepatik dan arteri mesenterika superior. Usus besar terutama dari arteri mesenterika superior dan inferior. Dua jenis gerakan saluran GI yaitu mencampur dan mengaduk. Gerakan ini menyebabkan teriadinya segmentasi dan peristaltik. Sekresi dari sistem GI yang terdiri dari enzim dan hormon untuk mendukung pencernaan, dan mukus akan memberikan perlindungan dan melunakkan, juga air dan elektrolit. Organ abdominal dibungkus oleh peritoneum. Terdapat 2 lapisan yaitu peritoneum parieteal yang merupakan dinding dari rongga peritoneum dan peritoneum visceral yang membungkus organ abdomen. Berikut ini akan diuraikan sistem pencernaan tersebut sebagai berikut: a. M u l u t menerima darah

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

Rongga mulut dibentuk oleh pipi, langit-langit keras, dan langitlangit lembut. Lidah pada bagian dasar rongga mulut. Bibir merupakan jaringan penutup yang terdapat pada bagian depan mulut yang berfungsi membuka/menutup mulut. Fungsi mulut adalah : 1. Mengunyah 2. Sekresi saliva dari kelenjar parotis, sublingual, dan submandibularis 3. Menelan yang merupakan aktifitas refleks gerakan makanan dalam mulut melalui faring kedalan esofagus. Makanan ini berupa bolus. b. Esofagus Esofasgus belakang merupakan saluran berotot yang terletak dibagian

trakhea dan laring. Dibagian bawah dari esofagus terdapat

sphincter yang befungsi mencegah aliran balik isi lambung ke esofagus. Fungsi esofagus adalah adalah Menerima bolus dari faring dan menyalurkan kedalam lambung.

c. Lambung Lambung terletak di bagian kuadran kiri atas dari abdomen dan mempunyai kapasitas kira-kira 1500 mL. Terdapat 3 bagian utama yaitu fundus, badan dan antrum. Pylorus adalah bagian kecil dari antrum Fungsi lambung adalah : 1. 2. Mencerna makanan secara mekanikal. Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 3000 mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene utamanya yaitu

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air. Hormon gastrik yang disekresi langsung masuk kedalam aliran darah. 3. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein dirobah menjadi polipeptida 4. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air, alkohol, glukosa, dan beberapa obat. 5. Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam lambung oleh HCL. 6. Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam lambung) kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam duodenum, akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari fundus ke pylorus.

d. Usus Halus Panjangnya kira-kira 6 meter dengan diameter 2.5 cm. Berentang dari sphincter pylorus ke katup ileocecal. Usus halus dibagi dalam duodenum, jejenum, dan ileum. Duodenum panjangnya 25 cm, jejenum 2.5 m dan ileum 3.5 m. Bagian mukosa dan submukosa yang disebut villi yang dapat meningkatkan area permukaan usus guna memungkinkan absorpsi maksimal. Setiap villus dikelilingi oleh jaringan kapiler dan pembuluh limfe yang disebut Lacteal. Lacteal akan mengabsorpsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak.jaringan kapiler akan mengabsorpsi nutrisi yang lain dan air.

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

Fungsi usus halus adalah : 1. Sekresi mukus. Sel-sel goblet dan kelenjar mukosa duodenum akan mensekresi mukus guna melindungi mukosa usus. 2. Mensekresi enzim. Sel-sel mikrovilli (brush border cell) mensekresi sucrase, maltase, lactase dan enterokinase yang bekerja pada disakarida guna membentuk monosakarida yaitu peptidase yang bekerja pada polipeptida, dan enterokinase yang mengaktifkan trypsinogen dari pankreas. 3. Mensekresi hormon. Sel-sel endokrin mensekresi cholecystokinin, secretin, dan enterogastrone yang mengontrol sekresi empedu, pancreatic juice, dan gastric juice. 4. Mencerna secara kimiawi. Enzim dari pankreas dan empedu dari hati masuk kedalam duodenum. Pencernaan secara kimiawi terutama terjadi dalam jejenum yang siap untuk diabsorpsi kedalam kapiler darah dan lacteal dari villi. Karbohidrat oleh enzim amilase (berasal dari saliva dan pankreas) menjadi disakarida (sukrosa, maltosa dan laktosa), yang oleh sucrase, maltase dan lactase menjadi monosakarida (fruktosa, glucosa, dan galaktosa). Protein, oleh enzim pepsin (dari lambung) dan trypsin (dari pankreas) menjadi peptida, yang oleh peptidase (dari usus halus) menjadi asam amino.Lemak, oleh empedu diemulsikan, dan selanjutnya oleh lipase menjadi monogliserida dan asalm lemak bebas. 5. Absorpsi. Nutrisi dan air akan bergerak dari lumen usu kedalam kapiler darah dan lacteal dari villi. 6. Aktifitas motorik. Mencampur, kontraksi dan peristaltik. Gerakan

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

mencampur disebabkan oleh kontraksi serabut otot sirkuler pada usus menyebabkan chyme kontak dengan villi untuk diabsorpsi. Peristaltik akan mendorong chyme melalui saluran dengan rata-rata 1 2 cm per menit. Chyme tinggal dalam usus halus selama 3-10 jam, dan zat sisa akan bergerak kedalam usus besar. Stimulasi oleh sistem simpatis akan menghambat motilitas dan aktifitas sekresi usus halus. Sistem parasimpatis terutama saraf vagus(N X) akan meningkatkan tonus otot intestinal, motilitas, dan proses pencernaan.

e. Hati Adalah organ terbesar yang terdapat dalam rongga abdomen, yang pada orang dewasa kira-kira seberat 1,37 kg. Letaknya pada hipokondria kanan dan area hipogastik. Unit fungsional dari hati disebut lobulus yang mengandung hepatosit (sel hati) yang ada disekitar vena sentral hati. Kapiler (sinusoid) berlokasi diantara hepatosit dan bersama dengan sel Kuffer yang mempunyai fungsi pagosit (mengeluarkan bakteri dan toksin dari tubuh). Saluran empedu interlobaris membentuk kapiler empedu (canaliculi). Sel hepatik akan mensekresi empedu kedalam canaliculi. Sistem sirlulasi portal (enterohepatic) membawa darah yang berasal dari lambung, usus, limfa, dan pankreas. Darah masuk kedalam hati melalui vena portal.. Fungsi :

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

Menghasilkan , menyimpan dan mentransfortasi serta ekresi sejumlah substan/zat yang diperlukan dalam : 1. Metabolisme karbohidrat yaitu mengkonversi glucose menjadi glycogen (glygenesis), 2. Metabolisma protein yaitu sintesa asam amino nonessential, sintesa plasma protein, sintesa faktor-faktor pembekuan, dan mem urea dari NH3 3. Metabolisme lemak yaitu mensintesa lipoprotein, memecahkan

triglyserida menjadi asam lemak dan gliserol, membentuk ketone bodies, mensintesa asam lemak dari asam amino dan glucose, mensintesa dan memecahkan sholesterol. 4. Detoksifikasi : menginaktivasi obata-obatan dan zat lainnya serta

mengekresi zat-zat yang tidak diperlukan 5. Memproduksi empedu : membentuk empedu yang mengandung garam empedu, pigmen empedu dan cholesterol (empedu dihasilkan setiap hari sekitar 1 liter). 6. Menyimpan : Glucose dalam bentuk glycogen, vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E,K) dan yang larut dalam air (B1, B2, Cobvalamin, Vit C), asam lemak, mineral mineral, asam amino dalam bentuk albumin dan ( globulin. 7. Sistem pagosit (sel kuffer) : memecahkan eritrosit yang sudah tua, eritrosit, bakteri, dan partikel lainnya, memecahkan hemoglobil dari eritrosit kedalam bilirubin dan biliverdin.

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

10

f. Usus Besar Usus besar dimulai dari katup ileocecal ke anus dan rata-rata panjangnya 1,5 m. Usus halkus terbagi kedalam cecum, colon, dan rectum. Vermiform appendix berada pada bagian distal dari cecum. Colon terbagi menjadi colon ascending, colon transversal, colon descending, dan bagian sigmoid. Bagian akhir dari usus besar adalah rectum dan anus. Sphincter internal dan eksternal pada anus berfungsi untuk mengontrol pembukaan anus. Fungsi utama usus besar adalah : 1. Sebagai aktifitas motorik. Gerakan mengayun dan peristaltik akan menggerakkan zat sisa menuju kebagian distal. 2. Sekresi. Pada umunya memproduksi mukus yang melindungi mukosas akan tidak mengalami injury, melunakkan feces yang memungkinkan bergerak dengan lancar kearah pelepasan dan menghambat pengaruh pembentukan keasaman oleh bakteri. 3. Absorpsi air, garam, dan chlorida. Colon mempunyai kemampuan mengabsorpsi 90 % air dan garam dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. 4. Mensintesa vitamin. Bakteri pada uisus halus akan mensintesa vitamin K, thiamin, riboflavin, vitamin B12, dan folic acid. 5. Membentuk feces. Feces terdiri dari air dan massa padat. Massa padat termasuk sisa makanan dan sel yang mati. Pigmen empedu memberikan warna pada feces. Dan menstimulasi gerakan isi usus

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

11

kearah pelepasan. 6. Defekasi. Yaitu aktifitas mengeluarkan feces dari dalam tubuh keluar. Pada saat feces dan gas berada dalam rektum, tekanan dalam rektum meningkat, menyebabkan terjadinya refleks defekasi.

Kanalis Inguinalis Pleksus saraf dalam dinding usus besar akan mempertahankan tonus otot secara kontinu pada usus besar dan menstimulasi gerakan usus. Impuls saraf parasimpatis dari saraf vagus menstimulasi bagian proksimal colon. Kanalis Ingunalis pada pria berisi funikulus spermatikus dan pada wanita berisi ligamentum rotundum. Batas kanalis ingunalis : 1. Anulus ingunalis internus berada di eraniolateral yang merupakan bagian terbuka dari fasia transveralis dan poneurosis transverses abdominis. Annulus internus terletak di pertengahan antara SIAS dengan tuberkulum pugikan dan 1 jari dari di atas ligamentum ingunalis. 2. Anulus ingunalis eksternus berada di eaudomedil, diatas tuberlakum pugikum yang merupakan bagian terbuka dari aponeurosis m. oblikus eksternus. 3. Atapnya adalah aponeurosis M. oblikus eksternus. 4. Dasarnya terdapat ligametum ingunalis. Trigonum hasselbach, merupakan daerah yang dibatasi: a). Inferior oleh ligamentum ingunalis. b). Di bagian lateral oleh vasa efigastrika inferior.

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

12

c). Di bagian medial oleh tepi lateral m rektur abdominis. d). Dasarnya dibentuk oleh ransverses.

C. Etiologi Kongential terjadi akibat prosessus vaginalis perisisten disertai dengan annulus yang terbuka lebar. Terutama ditemukan adanya faktor kausal yang berperan untuk timbulnya Hernia: 1. Prosesus vaginalis yang cepat terbuka 2. Peninggian tekanan intraabdomen a. Pekerjaan mengangkat barang-barang berat b. Batuk kronik: bronchitis kronik, TBC c. Hipertropi prostat, stikter ureta, konstipasi, asites

3. Kelemahan otot dinding perut a. Usia tua, sering melahirkan b. Kerusakan, N Mouguinalis dan iliofemoralis setelah apendektomi (bedah digestif)

D. Insiden Hernia ingunalis pada bayi dan anak sekitar 1-2 %, sisi kanan biasanya lebih sering (60 %) dibanding sisi kiri (20 %) dan bilateral sebanyak 10-15 % Hernia ingunalis lateralis hampir selalu disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdominal dan kelemahan otot dinding perut.

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

13

Umumnya terjadi bilateral, khususnya pria tua. Hernia ini jarang menimbulkan inkarserasi.

E. Patofisiologi Kanalis ingunalis adalah kanal yang normal pada bulan ke-8 kehamilan terjadi testis melalui kanal tersebut. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosessus ini lebih mengalami obiterasi sehingga ini rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Bila prosessus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul Hernia ingunalis congenital. Pada orang dewasa kanalis tersebut telah tertutup, namun karena lokus minoris resistensie, maka keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat kanal tersebut dapat terbuka kembali Hernia ingunalis lateralis. F. Manifestasi Klinik Umumnya pasien mengatakan turun berok atau kelingsir atau mengatakan adanya benjolan diselengkangan.kemaluan, benjolan tersebut biasa mengecil atau menghilang pada waktu tidur, dan bila menangis mengejam atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali. Bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri. Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejam dan merasakan apakah ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila massa tersebut menyentuh jari maka itu adalah Hernia ingunalis

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

14

lateral, sedangkan bila sisi jari maka diagnosanya adalah Hernia ingunalis medialis.

G. Test Diagnostik Lab : Peningkatan jumlah sel darah putih dengan pergeseran diferensial. 1. Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih 2. Pemeriksaan ronsen abdomen untuk mendeteksi penyebab lain 3. Ronsen data untuk mengesampingkan pneumonia (Tucker, 1999)

H. Penatalaksanaan Medik Operatif merupakan satu pengobatan yang rasional, untuk Hernia prinsip dasar operasi terdiri dari herniotomi dan herniorafi. 1. Konservatif seperti pemberian sedatif. Kompres, posisi tidur Trandelenburg hanya ditujukan pada hernia kanal. 2. Pembedahan a. Herniotomi : kantong hernia dibuka dan didorong kedalam rongga abdomen kantong proximal dijahit, ikat stangulasi, mungkin dipotong, kantong distal dibiarkan. b. Herniorafi : setelah heniotomi dilakukan tindakan memperkecil annulus internus diperkuat dinding belakang kanalis ingunal ini penting untuk mencegah terjadinya residif.

II. Konsep Keperawatan

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

15

A. Pengertian Keperawatan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan yang profesional yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, bentuk pelayanan bio, psiko, social dan spritual yang komphrehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Proses keperawatan adalah suatu sistem yang mempunyai 5 tahap yaitu pengkajian, Diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. B. Proses keperawatan pada klien Hernia 1. Pengkajian : a) Preoperasi 1) Kemerahan, padat, nyeri, globular, bengkak yang tidak berkurang pada lipatan paha. 2) Rewel karena nyeri 3) Anoreksia 4) Muat muntah 5) Distensi abdomen 6) Tak ada peristaltic Usus. 7) Dehidrasi 8) Jika saluran usus mengalami isekemik atau gangren akan mengakibatkan syok, deman, tak ada bising usus, dan asidosis metabolik

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

16

b) Pasca Operasi 1) Nyeri abdominal, tiba-tiba hilang dan nyeri pada perforasi diikuti dengan peningkatan nyeri menyebar 2) Posisi miring dengan lutut fleksi memberikan rasa nyaman yang maksimal. 3) Distensi abdomen secara progrersif. 4) Muntah (mungkin terjadi setelah serangan nyeri). 5) Diare atau konstipasi. 6) Penurunan atau hilangnya bising usus. 7) Demam. 8) Takipnea. 9) Pucat atau kemerahan. 10) Peka rangsang. 11) Gelisah dan dehidrasi (Tucker, 1999) 2. Dampak Pasca Operasi Hernia Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia: Hernia Post operasi Terputusnya kontuinitas jaringan Port D Entry Resiko infeksi Mengeluarkan zat-zat proteolitik (Bradakinin, histamine dan prostaglandin)

Luka terbuka

Perubahan status kesehatan Stressor pada klien Koping tak efektif Kecemasan

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

17

merangsang ujung-ujung syaraf tepi dihantarkan oleh afferent 1-2 segmen di dorsal rool menuju hipotalamus Dikembalikan oleh syaraf efferent Perawatan di rumah Persepsi nyeri Kurangnya informasi aktivitas dibatasi gerakan terbatas Penatalaksanaan di rumah Kurang Perawatan Diri Resiko tinggi terhadap komplikasi Kerusakan Jaringan

Kurang pengetahuan

c. Diagnosa Keperawatan Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien dengan gangguan sistem pencernaan: Hernia inguinalis lateralis adalah: 1. Ansietas berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian preoperasi dan pasca operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan. 2. Nyeri berhubungan dengan pembedahan. 3. Resiko tinggi terhadap kerusakan terhadap komplikasi

berhubungan dengan pembedahan.

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

18

4. Resiko tinggi terhadap infeksi pada retensi perkemihan akut, insisi dan pembedahan dan inflamasi skrotum terhadap herniorafi. 5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik skunder terhadap pembedahan. 6. penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang.

d. Intervensi 1. Ansites berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian preoperasi dan pasca operasi, takut tentang bebeapa aspek pembedahan. Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang kejadian preoperasi dan pasca operasi, melaporkan berkurangnya perasaan cemas atau gugup, ekspresi ceria.

INTERVENSI

RASIONAL

1. Jelaskan apa yang terjadi Pengetahuan tentang apa yang selama periode praoperasi diperkirakan dan pasca kulit, operasi, mengurangi membantu ansietas dan

persiapan

alasan meningkatkan kerjasama pasien pemulihan. konstan

status puasa, obat-obatan selama praopeasi, tinggal diruang mempertahankan pemulihan, dan program memberikan pasca informasikan operasi kontrol. nyeri terbaik pasien

bahwa obat nyeri sebelum nyeri menjadi berat.

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

19

2. Ajarkan

dan

usahakan Untuk mendorong keterlibatan pasien dalam perawatan diri.

pasien untuk : a. Nafas dalam b. Berbalik c. Turun tidur d. Membabat bagian dari tempat

yang dibedah ketika batuk Jika ada, gunakanlah audiovisual membedakan

program untuk khusus.

3. Biarkan pasien dan orang Dengan

mengungkapkan

terdekat mengungkapkan perasaan membantu pemecahan perasaan tentang masalah dan memungkinkan untuk

pengalaman pembedahan. pemberi

perawatan

Perbaiki jika ada yang mengidentifikasi

kekeliruan

kekeliruan konsep. Rujuk yang dapat menjadi sumber pernyataan tentang khusus kekuatan orang terdekat adalah pembedahan sistem . Pendukung bagi pasien. Agar efektif, system pendukung harus mempunyai mekanisme yang kuat. 4. Lengkapi daftar aktivitas Daftar cek memastikan semua pada daftar cek praoperasi aktivitas yang diperlukan telah (Apendiks K). Beritahu lengkap. dokter jika ada kelainan dirancang dari hasil tes laboratorium pasien praoperasi. Aktivitas untuk telah tersebut

kepada ahli bedah.

memastikan siap secara

fisiologi, untuk pembedahan,

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

20

sehingga 5. Tegaskan

mengurangi

resiko

penjelasan- lamanya penyembuhan. Pengulangan-pengulangan tersebut belajar. mendorong untuk

penjelasan dari dokter.

2. Nyeri berhubungan dengan pembedahan Tujuan : pasien tidak merasa takut, postur tubuh rileks, tidak mengeluh nyeri atau nyeri berkurang .

INTERNVENSI 1. Pantau : a. Tekanan darah, ,nadi dan Untuk pernafasan setiap 4 jam b. Intensitas nyeri c. Tingkat kesadaran kemajuan

RASIONAL

mengenal atau

indikasi

penyimpangan

dari hasil yang diharapkan

2. Berikan obat analgetik jika Pasien yang paling dapat menilai dibutuhkan dan evaluasi intensitas nyeri, sebab nyeri subyektif.

keefektifannya. berikan obat adalah analgestik sesuai

pengalaman

dengan Analgesik yang kuat diperlukan untuk nyeri yang lebih hebat.

nyeri yang dirasakan pasien. a. Nyeri ringan-analgetik

oral-oral non-narkotik. b. Nyeri sedang-analgetik

orl-oral narkoti atau obat entiinflamasi nonsteroid (nsaid) seperti torodal. c. Nyeri hebat-analgetik

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

21

narkotik parenteral.

secara

3. Memberitahu dokter jika Ini merupakan indikasi bahwa nyeri bertambah buruk atau perlu analgesik yang lebih besar tidak ada respons terhadap bila mulai ada komplikasi. analgetik sampai yang diberikan obat

pemberian

selanjutnya. 4. Memberitahukan dokter efek yang analgesik merugikan narkotik dari dan

intervensi dengan tepat: a. Depresi pernafasan 1) pernafasan Defresi pernafasan adalah efek tidak samping yang paling utama dari

teratur kurang dari 12 analgetik narkotik antagonis.. menit. 2) berikan nalokson

hci(narcan) iv sesuai pesanan. 3) berikan separuh dosis obat narkotik selama pengaruh anesta. b. Sedasi Jika pasien sulit untuk Sedasi yang berlebihan adalah bangun, kurangi jumlah gejala-gejala takar lajak obat. analgesik dan hindarkan Pasien pemberian obat dengan gagal ginjal,

yang penyakit hepar dan lanai adalah mudah terkena efek

lain yang menyebabkan paling

penekanan system syaraf samping takar lajak obat. pusat (hipnotik). c. Konstipasi Kontipasi adalah masalah bagi

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

22

Anjurkan

masukan yang

menggunakan

analgetik

cairan bebas, makanan narkotik yang lama. tinggi serat dan lunak fases. d. Retensi Urin Rertensi urine lebih sering terjadi

Kateter dianjurkan jika pedang analgetik narkotik, yang pasien mengeluh tidak mengontrol nyeri kuat mampu mengeluarkan walaupun mengedan menyertai suprapubis. 5. Bantu pasien untuk mengambil nyaman. ekstremitas posisi untuk urine dengan yang distensi Tempatkan tubuh pada posisi yang nyaman untuk mengurangi yang penekanan dan mencegah untuk penekanan otot-otot dan tegang

Tinggikan mengurangi yang terasa mencegah

sakit. Tekuk lutut dengan membantu menurunkan rasa tidak menggunakan bantal atau nyaman. penyokong lutut ditempat tidur untuk menurunkan

ketegangan otot-otot perut setelah tindakan bedah atau bila ada nyeri dipunggung. 6. Pakai kompres es Dingin mencegah Panas

atau pembengkakan.

kompres panas (kalau tidak melemaskan otot dan pembuluh ada kontraindikasi). darah berdilatasi untuk

Hindarkan kompres panas meningkatkan sirkulasi. untuk luka dan insisi baru. 7. Ajarkan bernafas pasien berirama teknik Distaksi mengganggu stimulas untuk nyeri dengan mengurangi rasa

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

23

nyeri yang ringan sampai nyeri. Distaksi tidak mengubah yang sedang dalam intensitas nyeri. Paling baik

hubungannya dengan nyeri digunakan untuk periode pendek yang lain meringankan pada nyeri ringan sampai sedang.

intervensi. .8. Berikan istirahat sampai Istirahat nyeri hilang. Kurangi pengeluaran perifer hebat pasien menurunkan energi. terjadi dan panas Biasanya yang

kebisingan dan sinar yang Vasokonstruksi terang. pasien ekstra. Jaga kehangatan pada nyeri

dengan

selimut menyebabkan merasa rangsangan kuat, pasien.

dingin.

lingkungan

memperhebat

persepsi

3. Resiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan pembedahan. Tujuan : tidak ada infeksi tidak ada pendarahan, penyembuhan luka. INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau keadaan tepi luka Untuk mengidentifikasi kemajuan ketika mengganti verban. atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. 2. Agar pasien menahan insisi Untuk mencegah tegangan pada abdomen ketika batuk. jahitan.

3. Jika terjadi dehisens, tutup Lembab melindungi jaringan agar insisi dengan verban steril tidak mengering.

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

24

yang dibasahi larutan saline untuk melindunginya. Infeksi luka adalah penyebab

Beritahu dokter. 4. Berikan perawatan

luka utama dehisens.

dengan menggunakan teknik aseptik yang ketat.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan resensi perkemahan akurat, insisi pembedahan, dan inflamasi skrotum sekunder terhadap herntrofi. Tujuan : Urine jerih kuning atau kekuning-kuningan, berkemah tanpa keluhan ketidak nyamanan, suhu 37o, luka sembuh, SDP diantara 500010.000/mm3. INTERVENSI 1. Pantau a. Untuk kesulitan berkemih setiap 8 jam. b. Masukkan dan keluaran setiap 8 jam. c. Warna dan ukuran skrotum setiap hari. d. Penampilan luka pada penggantian balutan. e. Suhu setiap 4 jam. 2. Laporkan pada dokter temuan tentang: a. Ketidakmampuan berkemih disertai dengan distensi suprapubis RASIONAL Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyampaian dari hasil yang diharapkan.

Temuan ini menandakan retensi perkemihan akut dan memerlukan katerisi untuk mengosongkan kandung kemih. Retensi perkemihan meningkatkan risiko

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

25

kemih dengan infeksi saluran kemih. jumlah sedikit. Katerisasi sesuai pesanan. Temuan ini menandakan infeksi 3. Konsultasi dokter bila pasien kompres dingin dan peninggian mengalami bengkak dan membantu menghilangkan ekimosis skrotum atau nyeri bengkak. Antibiotik diperlukan berkemih dengan bau tak untuk mengatasi infeksi. Cairan sedap, urine keruh. Berikan membantu pembilasan ginjal dan kompres es dan sokong meningkatkan antibiotik lebih scrotal sesuai pesanan. baik. Berikan antibiotik yang diprogramkan. Tingkatkan masukan cairan sampai sedikitnya 2-3 setiap hari.

b. Sering

5. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahan. Tujuan : mengidentifikasi area kebutuhan dan mengungkapkan ADL terpenuhi.

INTERVENSI

RASIONAL

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

26

1. Tentukan tingkat bangunan Untuk mendorong kemandirian yang diperlukan. Berikan

bantuan dengan ADL sesuai keperluan. Membiarkan

pasien melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya. 2. Berikan waktu yang cukup Membebani bagi pasien pasien dengan

untuk aktivitas menyebabkan frustasi.

melaksanakan sktivitas. 3. Instruksikan pasien adaptasi Untuk diperlukan mendorong kemandirian

untuk pujian memotivasi untuk terus

melaksanakan ADL. Dimulai belajar. dengan tugas yang mudah dilakukan sampai Berikan dan berlanjut yang sulit. untuk

tugas

pujian

keberhasilan tersebut.

6. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang. Tujuan : Menyatakan mengerti tentang instruksi, melaksanakan dengan tepat keterampilan perawatan diri yang diperlukan. INTERVENSI 1. Pastikan instruksi pasien tertulis memiliki Instruksi tentang terlupakan RASIONAL verbal akan mudah

perawatan diri dan perjanjian untuk kunjungan evaluasi.

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

27

2. Ajarkan dan biarkan pasien Praktik akan membantu pasien merawat penggantian dilakukan Tekankan luka verban di jika mengembangkan perlu dengan perawatan keyakinannya diri. Juga

rumah. memungkinkan

perawat

pentingkan mengevaluasi kemampuan pasien keterampilan

mencuci sebelum dan sesudah melaksanakan merawat luka

tersebut sendiri dan menentukan apakah diperlukan bantuan.

Tindakan untuk mencegah infeksi harus dilanjutkan sampai luka benar-benar sembuh. 3. Evaluasi kebutuhan bantuan Layanan sosial atau perencanaan perawatan di rumah pemulangan pasien berfungsi

tersedianya sistem pendukung sebagai penghubung yang penting yang memadai untuk untuk memindahkan pasien ke yang lingkungan rumah atau fasilitas

memberikan bantuan diperlukan.

Hubungi perawatan luar untuk memastikan penyembuhan atau

perencana atau pemulangan kelanjutan pasien untuk mengatur rehabilitasi.

bantuan perawatan di rumah jika tetapi memerlukan tidak bantuan

mempunyai

system pendukung di rumah. 4. Instruksikan memberitahu terjadi kemerahan, pasien dokter untuk Diperlukan antibiotik untuk

jika mengatasi infeksi. luka, tekan,

infeksi nyeri

drainase, demam. 5. Pastikan pasien mempunyai Persediaan penting untuk

persediaan yang cukup untuk mengurangi kecemasan yang pada perawatan luka dan resep umumnya berhubungan dengan

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

28

untuk analgetik.

pemulangan memberi

pasien.

Analgetik dan

kenyamanan

mendorong untuk tidur. 6. Instruksikan agar pasien Pembedahan adalah stresor.

beristirahat sepanjang hari, secara bertahap melakukan aktivitas serta menghindari benda-benda berat dan latihan yang berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA Arief Mansyur, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, EGC, Jaharta Brunner & Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 vol, EGC, Jakarta Carpenito, Lynda Juall, 1995, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6, EGC, Jakarta Carpenito, Lynda Juall, 1995, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan Edisi 2, EGC, Jakarta Engram, Barbara,1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I, EGC, Jakarta Gayton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, EGC, Jakarta Gibson, John, MD, 1995, Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, EGC, Jakarta Hudak & Gallo, 1996, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Edisi VI, EGC, Jakarta Keliat, B.A. 1994, Proses Keperawatan, Arcan, Jakarta Made Kusala Girl, Farid Nur Mantu, 2000, Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak-anak, Laboratorium Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

29

Marrilyn. E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 EGC, Jakarta Polaski, Arlene L, 1996, Luckmans Core Principles and practice of Medical Surgical Nursing, , W.B Saunders Company, Philadelphia Soeparman A. Sarwono Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam jilid II, , UI, Jakarta Susan Martin Tucker, 1999, Standar Perawatan Pasien, EGC, Jakarta

Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

30

Anda mungkin juga menyukai