OLEH :
M. AMIEN RAIS (140210103040)
MIKOLOGI KELAS : E
2. Tujuan :
mengetahui hasil antagonism antara kapang pathogen dengan
kapang antagonis maupun kapang dengan bakteri
3. Metodologi praktikum
A. Cara kerja
mengamati diameter
Menginkubasikan penghambatan
selama 3-7 hari pertumbuhan, zona
bening antara koloni
B. Hasil pengamatan
Nama kelompok Gambar Keterangan
A : Bacillus sp.
(tidak tumbuh)
B : Trichoderma sp.
(tumbuh)
A : Aspergillus flavus
(tidak tumbuh)
B : Trichoderma sp.
(tumbuh)
A : Aspergillus niger
(tidak tumbuh)
B : Trichoderma sp.
(tumbuh)
Kelompok 3
Pertumbuhan : A > B
A : Bacillus sp.
(tidak tumbuh)
B : Trichoderma sp.
(tumbuh)
Kelompok 4 Terdapat kapang lain
(kontaminasi)
A : Fusarium sp.
(tidak tumbuh)
B : Trichoderma sp.
(tumbuh)
Kelompok 5
Terdapat Aspergillus niger
(kontaminasi)
A : Bacillus sp.
(tidak tumbuh)
B : Trichoderma sp.
(tumbuh)
Kelompok 6
Terdapat Aspergillus niger
(kontaminasi)
4. Pembahasan
Antagonisme antar mikroorganisme
Pada lingkungan di sekitar kita terdapat beberapa organisme atau mahluk
hidup, baik itu yang terlihat (makro organisme) maupun yang tidak terlihat
(mikroorganisme) di dalam hidupnya mahluk hidup tersebut melakukan
metabolisme.
Menurut (Campbell, 2012 : 1172) pada suatu daerah yang terdapat interaksi
antara dua atau lebih organisme, maka beberapa organisme tersebut akan
mensekresikan cairan atau bahan kimia yang akan meningkatkan daya pertahanan
daripada organisme yang hidup dalam suatu daerah yang sama tersebut. Hal ini
dikenal dengan interaksi antagonisme sebagai bentuk pertahanan yang meliputi
pertahanan diri, wilayah dan makanan.
Pada praktikum kali ini akan di uji antagonisme kapang patogen dengan
kapang antagonis. Menurut (Tim Mikologi, 2015 : 56) kapang pathogen umumnya
ditemukan pada tanaman sehingga menyebabakan tanaman menjadi layu dan lama-
kelamaan akan mati. Pada tanah, biasanya terdapat berbagai jenis kapang baik itu
yang menguntungkan maupun merugikan bagi tanaman budidaya. Fusarium solani,
Fusarium oxysporum, dan Fusarium verticiloides merupakan contoh kapang yang
merugikan tanaman budidaya karena bersifat patoghen. Adapun kapang yang
bersifat antagonis yaitu kapang yang menguntungkan tanaman salah satunya adalah
Trichoderma sp. Kapang tersebut memiliki kemampuan antagonisme terhadap
kapang pathogen. Daya antagonisme yang ditunjukkan antar kapang pun berbeda
satu sama lain.
Menurut (Webster, 2007 : 325) ketika dua miselium yang berbeda tumbuh
secara bersamaan, tidak akan pernah terjadi pertukaran inti sel dalam hifa keduanya
melainkan yang terjadi adalah reaksi antagonisme, terkadang diikuti oleh suatu
fenomena zona bening .
Menurut (Kumla, 2014 Online) Kapang endofit adalah mikroba yang dapat
hidup di dalam tanaman inang, dapat berada dalam jaringan tanaaman, dalam satu
kurun waktu tertentu tanpa menyebabkan kerugian bagi tanaman inangnya. Kapang
endofit hidup bersama dalam inangnya bersimbiosis dan menghasilkan metabolit
sekunder yang mempunyai aktivitas antimikroba, antifungi dan antivirus serta
antikanker. Contoh dari fungi endofit adalah beberapa fungi dari kelompok
mikoriza seperti ectendomycorrhizae, ericoid mycorrhizae serta
pseudomycorrhizae dan kelompok Balansiaceae serta Ascomycota. Contoh
mikroba yang dapat dihambat oleh kapang endofit adalah mikroba yaitu bakteri
Gram-positif (Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis), bakteri Gram negatif
(Eschericia coli) dan khamir (Candida albicans) karena menghasilkan n-butanol dan
etil asetat.
Pada praktikum antagonisme kapang kali ini selain di buat medium yang
digunakan untuk menguji antagonisme kapang dan perlakuan kontrol. Pada
perlakuan kontrol ini, mikroorganisme yang ditanam hanya satu saja, tidak di uji
daya antagonisnya. Menurut pembahasan dan uraian sebelumnya, kapang yang
memiliki sifat antagonisme pada kapang atau bakteri lain, akan membentuk zona
bening. Zona bening tersebut merupakan suatu zat yang dihasilkan karena adanya
metabolisme sekunder dari kapang antagonis. Zona bening tersebut berfungsi
sebagai pertahanan dan menghambat pertumbuhan dari kapang pathogen atau
bakteri. Pada medium yang diguanakan sebagai kontrol, kapang yang
diinokulasikan tidak membentuk zona bening. Hal ini disebabkan pada medium
tersebut hanya ada satu jenis kapang saja dan kapang tersebut tidak merasa
terancam atau tersaingi. Pada kapang yang digunakan sebagai uji antagonis, karena
dia hidup dengan kapang pathogen/bakteri, maka kapang antagonis tersebut merasa
untuk mengeluarkan sesuatu untuk tetap hidup dan dapat tumbuh dengan nutrisi
yang baik yang ada pada medium tersebut. Sebaliknya yang terjadi kepada kapang
pathogen/bakteri yang seharusnya dia dapat tumbuh dengan cepat dang menguasai
medium, maka dengan adanya zona bening tersebut akan terhambat pertumbuhan
dari kapang pathogen atau bakteri tersebut.
Keimpulan
Kapang antagonisme akan melakukan reaksi berupa pengeluaran zat hasil dari
metabolisme sekunder berupa zona bening yang semakin besar diameter zona yang
terbentuk maka semakin tinggi daya hambat kapang antagonisme terhadap kapang
pathogen atau bakteri.
Saran
Septia Arisanti & Nengah Dwianita Kuswytasari& Maya Shovitri. 2013. Uji
Antimikroba Isolat Kapang Tanah Wonorejo Surabaya. Jurnal Science. Vol-1 (2).
Kasanah, N., Amini dan Wahyono. 2008. Karakterisasi Senyawa Antimikroba Isolat
Aspergillus sp. Hasil Isolasi dari Tanah. Majalah Farmasi. 9(4) : 166-173.
Kumala, S., Agustina, E., dan Wahyu, P. 2008. Uji Aktivitas Antimikroba Metabolit
Sekunder Kapang Endofit Tanaman Trengguli (Cassia futula L ) . Jurnal Bahan Alam
Indonesia. 6(2): 46-48.
Mukarlina, Siti Khotimah & Laily Febrianti. (2011). Uji antagonis Trichoderma
harzianum terhadap Erwinia sp., penyebab penyakit busuk bakteri pada Aloe vera. J.
Fitomedika (3) : 150154.