Anda di halaman 1dari 10

SISTEM REPRODUKSI PADA WANITA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Anatomi Fisiologi Manusia

Dosen pengampu : Dr. NugrahaningsihWh, M.Kes

Disusun oleh :

1. Salwa Nurafifah (4401416004)


2. Titrik Dwiwinahyu (4401416017)
3. Definatun Naziyah (4401416044)
4. Nurtantuhu Nastiti (4401416045)

ROMBEL 2
PENDIDIKAN BIOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2019
A. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami cara menghitung masa subur menggunakan ovutest
dan perhitungan sistem kalender.
B. Tinjauan Pustaka
Suatu mahluk di katakan mahluk hidup apabila memiliki kemampuan untuk
melakukan perbanyakan diri. Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk
menghasilkan keturunan yang baru. Pada manusia untuk menghasilkan keturunan yang baru
diawali dengan peristiwa fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia
dilakukan dengan cara generatif atau seksual. Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan
interaksi organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem
reproduksi pada suatu organisme berbeda antara jantan dan betina. Sistem reproduksi pada
perempuan berpusat di ovarium (Sumiati, 2013).
Sistem reproduksi dari wanita di bagi menjadi organ reproduksi bagian luar dan
bagian dalam. Pada bagian luar terdapat vagina dan juga vulva. Vagina merupakan saluran
yang menghubungkan organ uterus dengan tubuh bagian luar. Berfungsi sebagai organ
kopulasi dan saluran persalinan keluarnya bayi sehingga sering disebut dengan liang
peranakan. Di dalam vagina ditemukan selaput dara (Sumiati, 2013). Sedangkan vulva
merupakan suatu celah yang terdapat di bagian luar dan terbagi menjadi 2 bagian yaitu,
labium mayor merupakan sepasang bibir besar yang terletak di bagian luas dan membatasi
vulva. Dan juga labium minor merupakan sepasang bibir kecil yang terletak di bagian dalam
dan membatasi vulva (Sumiati, 2013).
Kemudian organ reproduksi wanita bagian dalam terdiri dari ovarium, fimbrae,
infundibulum, oviduct, tuba fallopi, rahim/uterus, cervix, saluran vagina, dan klitoris.
Ovarium merupakan organ utama pada wanita. Berjumlah sepasang dan terletak di dalam
rongga perut pada daerah pinggang sebelah kiri dan kanan. Berfungsi untuk menghasilkan sel
ovum dan hormon wanita seperti estrogen yang berfungsi untuk mempertahankan sifat
sekunder pada wanita, serta juga membantu dalam prosers pematangan sel ovum. Sedangkan
progesterone yang berfungsi dalam memelihara masa kehamilan (Sumiati, 2013). Gonad
perempuan adalah sepasang ovarium yang mengapit uterus dan dipertahankan pada posisi
didalam rongga abdominal oleh ligamen. Lapisan luar dari setiap ovarium disarati oleh
folikel, yang masing-masing terdiri atas satu oosit, sel telur yang berkembang sebagian,
dikelilingi oleh sekelompok sel-sel penyokong (Campbell , 2008).
Kemudian selanjutnya fimbrae berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan oleh
ovarium. Ovum yang ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke oviduk. Oviduk berfungsi
untuk menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus (Setiadi, 2007). Fimbriae merupakan
serabut/silia lembut yang terdapat di bagian pangkal ovarium berdekatan dengan ujung
saluran oviduct. Berfungsi untuk menangkap sel ovum yang telah matang yang dikeluarkan
oleh ovarium. Sedangkan Infundibulum merupakan bagian ujung oviduct yang berbentuk
corong/membesar dan berdekatan dengan fimbriae. Berfungsi menampung sel ovum yang
telah ditangkap oleh fimbriae.
Salah satu bagian yang selanjutnya adalah, tuba fallopi. Tuba fallopi merupakan
saluran memanjang setelah infundibulum yang bertugas sebagai tempat fertilisasi dan jalan
bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada dindingnya. Kemudian oviduct
merupakan saluran panjang kelanjutan dari tuba fallopi. Berfungsi sebagai tempat fertilisasi
dan jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada dindingnya (Sumiati,
2013). Uterus atau rahim merupakan ronggs pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk
seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks. Uterus manusia
berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari
dinding berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan
endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel epitel dan
membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak lendir dan pembuluh darah.
Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan
akan meluruh pada saat menstruasi (Pearce, 2009).
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak di panggul
kecil di antara rectum (bagian usus sebelum dubur) dan didepannya terletak kandung
kemih.. Lapisan otot rahim terdiri dari tiga lapis, yang mempunyai kemampuan untuk
tumbuh kembang, sehingga dapat memelihara dan mempertahankan kehamilan selama
sembilan bulan (Indrawati, 2012). Selanjutnya cervix merupakan bagian dasar dari uterus
yang bentuknya menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Menghubungkan
uterus dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dari uterus menuju saluran
vagina.
Saluran vagina merupakan saluran lanjutan dari cervic dan sampai pada vagina
(Sumiati, 2013). Setelah itu klitoris merupakan organ erektil yang dapat disamakan dengan
penis pada pria. Meskipun klitoris tidak sama percis dengan penis,namun klitoris juga
mengandung korpus kavernosa (Sloane, 2010). Pada klitoris terdapat banyak pembuluh darah
dan ujung-ujung saraf perasa. Pada vulva bermuara dua saluran,yaitu saluran uretra (saluran
kencing) dan saluran kelamin (vagina). Pada daerah dekat saluran ujung vagina terdapat
hirmen atau selaput dara. Hymen merupakan selaput mukosa yang banyak mengandung
pembuluh darah.
Pada wanita memiliki siklus reproduktif, yaitu terdapat siklus yang di namakan siklus
menstruasi yaitu pelepasan ovum yang menempel pada dinding endometrium dan tidak di
buahi oleh sel sperma mengakibatkan runtuhnya dinding rahim. Siklus menstruasi terdiri dari
4 fase, yang pertama adalah fase menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang
tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat diakibatkan juga
karena berhentinya sekresi hormone estrogen dan progresteron. Yang kedua adalah fase
proliferasi/fase Folikuler ditandai dengan menurunnya hormon progesteron sehingga memacu
kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium, serta
dapat membuat hormone estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi
folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan hormone estrogern yang merangsangnya
keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekersei FSH tetapi dapat
memperbaiki dinding endometrium yang robek (Snell, 2006).
Yang ketiga adalah fase ovulasi/fase Luteal/ masa subur, masa dimana sel telur
dilepaskan dari ovarium. Pada waktu pelepasan, telur sudah dalam keadaan matang dan
menunggu dibuahi oleh sperma. Apabila tidak dibuahi, maka ia akan terlepas dari rahim, dan
mengalami pendarahan serta dibuang melalui tuba fallopi serta lewat ke saluran rahim untuk
dibuang dalam bentuk darah menstruasi. Dalam siklus menstruasi perempuan terdapat sel
telur matang yang siap dibuahi, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan maka
kemungkinan akan terjadi kehamilan (Vemale, 2013). Fase ovulasi ini ditandai dengan
sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah mentruasi 1. Sel
ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel aka mengkerut dan berubah
menjadi corpus luteum (Snell, 2006). Dan selanjutnya yang ke empat adalah fase pasca
ovulasi/fase Sekresi ditandai dengan Corpus luteum yang mengecil dan menghilang dan
berubah menjadi Corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormone
estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensekresikan FSH dan LH. Dengan
terhentinya sekresi progesteron maka penebalan dinding endometrium akan terhenti sehingga
menyebabkan endometrium mengering dan robek. Terjadilah fase pendarahan/menstruasi
(Snell, 2006).
Cara menghitung masa subur dapat melalui cara manual melalui perhitungan sistem
kalender maupun menggunakan alat uji tes masa subur yaituOvutest scope. Ovutest
scope merupakan alat uji masa subur dengan air liur yang membantu wanita untuk
mempermudah menghitung masa subur dari ovulasi yang sedang terjadi (Waluyo, 2016).
Sistem Kalender Menentukan masa subur dengan menggunakan system kalender ada
dua cara yaitu :
1. Bagi yang siklus haidnya teratur, masa subur berlangsung 14 +/- 1 hari haid
berikutnya. Artinya masa subur berlangsung pada hari ke 13 sampai hari ke 15
sebelum tanggal haid yang akan datang.
2. Bagi yang siklus haidnya tidak teratur maka pertama tama harus dicatat panjang
siklus haid sekurang kurangnya selama 6 siklus (Ekarini, 2008: 127).
C. Alat dan Bahan
- Ovulation (LH) Test Strip
- Urin
- Wadah urin
D. Cara Kerja

Mengeluarka Membaca Mengecek control


Mencelupka
n strip dan hasil dalam line, test line untuk
n strip tes ke Menunggu
diletakkan 10 menit, mengetahui kriteria:
dalam urin selama 10 tetapi tidak indikator No LH
pada
selama 5 menit lebih dari 15 Surge, LH Surge,
permukaan
detik menit Invalid.
yang rata

Berikut merupakan kriteria indikator kandungan LH:

 No LH Surge : Hanya satu pita warna yang muncul di wilayah kontrol, atau
pita uji muncul tetapi lebih ringan daripada pita kontrol. Hal ini berarti tidak
ada lonjakan LH.
 LH Sutge : Jika dua pita warna terlihat, dan pita uji sama dengan atau lebih
gelap dari pita kontrol, satu mungkin akan mengalami ovulasi dalam 24-48
jam ke depan. Jika mencoba untuk hamil, waktu untuk melakukan hubungan
intrim adalah setelah 24 jam tetapi sebelum 48 jam.
 Invalid : Tidak ada pita yan g terlihat sama sekali
E. Hasil Pengamatan

No. Probandus Ada/tidaknya LH (Hasil Gambar


Tes)
1. Definatun Naziyah Negatif

2. Salwa Nurafifah Negatif

3. Fitria Titrik Positif


Dwiwinahyu
4. Nurtantuhu Nastiti Negatif

F. Pembahasan
Ovulasi dikendalikan oleh berbagai hormon. Untuk mendeteksi apakah seorang
wanita berovulasi dapat dilakukan dengan cara mendeteksi kadar progesteron, hormon yang
mengindikasikan terjadinya ovulasi. Pemeriksaan kadar hormon LH (luteinizing hormone)
juga mungkin diperlukan karena hormon ini meningkat sesaat sebelum ovulasi. Selain itu,
suhu basal tubuh juga dapat membantu. Pemeriksaan hormon lainnya, termasuk hormon
tiroid, mungkin perlu dilakukan untuk memeriksa kondisi medis lain terkait ketidaksuburan.
Berdasarkan uji menggunakan testrip LH yang digunakan, hasilnya yang pertama
yaitu Fitria Titrik Dwiwinhayu pada garis control tipis sedangkan garis testnya tebal. Itu
menandakan bahwa terdapat kandungan hormone LH, dapat dikatakan praktikan tersebut
dalam keadaan masa subur Suhu tubuh ketika tes yaitu 36,7 derajat celcius. Suhu tubuh
sangat sensitif terhadap kadar hormon. Jadi, suhu seorang wanita mungkin lebih tinggi atau
lebih rendah saat berovulasi atau mengalami menstruasi. Berdasarkan Journal of American
Medical Association menemukan suhu normal rata-rata untuk orang dewasa adalah 36,7°C,
bukannya pas 37°C. Secara umum, dunia medis menyepakati bahwa suhu tubuh normal
berkisar antara 36,1°C sampai 37,2°C. jadi dapat dikatakan bahwa suhu praktikan pertama
ketika kandungan LH ditemukan masih dikatakan normal. Sedangkan untuk tesnya dilakukan
14 hari setelah hari pertama haid. Hari pertama yaitu tanggal 27 juli, tes dilakukan tanggal 15
juni. Saat hari tesebut secara fisik saat pipis, urin yang keluar yaitu di barengi dengan cairan
kental bening.
Selanjutnya yaitu pada praktikan kedua yaitu Definatun Naziyah. Hasil menunjukkan
bahwa pada garis controlnya tebal dan garis tesnya tipis bahkan tidak terlihat. Sehingga dapat
dikatakan tidak ada kandungan hormone LH. Tes dilakukan setelah 12 hari dari hari pertama
haid yaitu tanggal 14 mei. Pada praktikan ketiga yaitu Salwa Nurafifah hasilnya
negatif..Tesnya dilakukan setelah 15 hari dari hari pertama haid yaitu tanggal 16 juni. Selain
itu, pada praktikan keempat juga menunjukkan hasil yang negative. Tes dilakukan setelah 14
hari dari hari pertama haid yaitu pada tanggal 29 mei 2019. Dapat dikatakan dalam kelompok
kami melakukan tes setelah 12-15 dari hari pertama haid, namun hasil yang tidak sama.
Dengan demikian masa subur wanita umumnya dimulai sejak sekitar 10 sampai 14 hari
sebelum masa haid selanjutnya tiba. Namun, hal ini hanya berlaku bagi wanita yang mempunyai
siklus haid teratur 28 hari. Untuk wanita yang mempunyai siklus menstruasi kurang teratur, cukup
sulit mendeteksi kapan tubuh akan melakukan ovulasi setiap bulannya. Untuk itu, dibutuhkan alat tes
masa subur
Pada alat tes masa subur digunakan untuk mengukur perubahan pada tingkat hormon seorang
yang sedang mengalami ovulasi. Berdasarkan literatur, kenaikan hormon luteinizing mendahului
ovulasi selama 25-44 jam, dan tingkat tertinggi mendahuluinya selama 10-12 jam. Kenaikkan
hormon luteinizing dapat diperiksa dalam serum dan secara lebih praktis dalam urin dengan alat-
alat over the counter. Tingkat kehamilan adalah tertinggi apabila hubungan seksual dilakukan sekitar
2 hari sebelum ovulasi, dan oleh sebab itu penilaian kenaikan hormon luteinizing pada wanita yang
ingin mengandung baik untuk dilakukan.
Sedangkan seorang wanita dengan siklus menstruasi yang teratur dapat memeriksa kadar
hormon luteinizing pada urin sekali atau dua kali dalam sehari pada hari ke 10 atau ke 11 siklusnya.
Namun, kapan terjadi kenaikan hormon luteinizing pada wanita dengan siklus tidak teratur lebih sulit
diprediksi, dan kenaikan hormon tersebut belum tentu diikuti dengan ovulasi. Sebuah penelitian
menyatakan bahwa 46.8% dari kejadian kenaikan hormon luteinizing tidak diikuti oleh ovulasi pada
wanita infertil dan 10.7% pada wanita fertil.

G. Kesimpulan
1. Memprediksi ovulasi pada wanita dengan siklus menstruasi teratur dapat dilakukan 14
hari sebelum haid pertama setiap bulannya. Sedangkan untuk memprediksi ovulasi
pada wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur seringkali cukup sulit
dilakukan.
2. Memprediksi ovulasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat Ovulation Test Trip
LH yang dapat mengukur kadar LH pada urin seorang wanita.
3. Hasil positif ditunjukkan dengan garis control tipis dan garis tesnya tebal, Hasil
negative ditunjukkan dengn garis control tebal dan garis tesya tipis.
H. Daftar Pustaka

Campbell, Neil A. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid III. Jakarta: Erlangga

Ekarini, Sri Madya Bhakti. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap
Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Selo Kabupaten
Boyolali. Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro

Indrawati, Koes. 2012. Upaya Meningkatkan Pengetahuan Tentang Kebersihan Organ


Reproduksi Siswi Kelas Viii Smpn 10 Surabaya Melalui Metode Tutor Sebaya. E-
Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Vol 5 (1)

Pearce. E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jogyakarta: Penerbit Graha Ilmu

Sumiati. 2013. Sistem Reproduksi Manusia. Jurnal biologi. Vol 2 (2) : 1-13

Sloane, E. L. 2010. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Vemale. 2013. Tanda-tanda wanita sedang dalam masa subur.


http://www.vemale.com/kesehatan/38606-tanda-tanda-wanita-sedang-dalam-masa-
subur.html. Diakses 21 juni 2019

Waluyo dan Wahono. 2016. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Jember :
Universitas Jember.
LAMPIRAN

Test pack ovulasi yang digunakan oleh probandus

Anda mungkin juga menyukai