Anda di halaman 1dari 34

SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

Dosen Pengampu:
Ni Luh Pande Latria Devi, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Berliana Artharena Agustia Hermansyah (2013071006)
Ni Wayan Sri Pusparani (2013071009)

2A PENDIDIKAN IPA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai “Sistem
Reproduksi Manusia” dengan baik guna memenuhi tugas mata kuliah Biologi
Dasar II.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang


sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan perhatian,
dorongan serta bantuan secara moril. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat memerlukan saran,
tanggapan, ataupun kritik yang konstruktif untuk kesempunaan makalah ini serta
untuk kesempurnaan makalah berikutnya

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya untuk menambah pembendaharaan pengetahuan
dalam memahami pemahaman peserta didik.

Singaraja, 8 Mei 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

1.1. Latar Belakang............................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................4

1.3. Tujuan Penulisan........................................................................................5

1.4. Manfaat Penulisan......................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6

2.1. Anatomi Organ Reproduksi Pria..............................................................6

2.2. Anatomi Organ Reproduksi Wanita.......................................................11

2.3. Gametogenesis Pada Manusia..................................................................18

2.4. Siklus Hormon pada Manusia.................................................................22

2.5. Penyakit pada Sistem Reproduksi...........................................................26

2.6. Teknologi Reproduksi Modern................................................................29

BAB III PENUTUP..............................................................................................31

3.1. Simpulan....................................................................................................31

3.2. Saran..........................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi organ reproduksi pria ………………………………..…..


6

Gambar 2. Organ reproduksi internal pria ……………………………………


6

Gambar 3. Kelenjar kelamin pada pria ………………………………………..


9

Gambar 4. Anatomi penis ……………………………………………………...


10

Gambar 5. Anatomi organ reproduksi pada wanita …………………………


11

Gambar 6. Jenis selaput dara …………………………………………………


16

Gambar 7. Anatomi payudara ………………………………………………...


18

Gambar 8. Spermatogenesis ………………………………………………….. 19

Gambar 9. Oogenesis …………………………………………………………..


21

Gambar 10. Siklus hormonal pria …………………………………………….


23

Gambar 11. Siklus hormonal wanita ………………………………………….


25

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Reproduksi adalah proses biologis suatu individu untuk menghasilkan
individu baru. Reproduksi merupakan cara dasar mempertahankan diri yang
dilakukan oleh semua bentuk kehidupan oleh pendahulu setiap individu
organisme untuk menghasilkan suatu generasi selanjutnya. Pada manusia,
reproduksi dapat diartikan sebagai pertemuan sel telur dari wanita dengan sel
sperma dari pria dan berkembang di dalam rahim untuk membentuk janin.

Awal proses reproduksi manusia terjadi ketika sel sperma bertemu


dengan sel telur, yang umumnya terjadi dalam hubungan seksual. Proses ini
dapat berlangsung berkat adanya organ-organ reproduksi yang berfungsi. Organ
reproduksi beserta kelenjar dan hormon, membentuk sistem reproduksi yang
berperan dalam proses reproduksi manusia. Sistem reproduksi pada pria dan
wanita berbeda, serta bekerja secara spesifik untuk masing-masing jenis kelamin
secara genetik. Baik pria dan wanita memiliki organ reproduksi dalam dan luar
dengan karakteristik serta fungsi yang berbeda.
Dari organ reproduksi tersebut sel telur dan sel sperma terbentuk.
Pembentukan sel ini disebut dengan gametogenesis. Proses pematangan
spermatozoa pada pria disebut dengan spermatogenesis, sedangkan pada wanita
pematangan sel telur disebut oogenesis. Sistem reproduksi manusia juga rentan
mengalami masalah berupa penyakit, kelainan, serta gangguan. Penyakit pada
sistem reproduksi adalah berbagai jenis penyakit yang terjadi pada organ-organ
reproduksi. Penyakit pada sistem reproduksi manusia dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, yang meliputi virus, bakteri, tumor ataupun memang karena
disfungsi organ reproduksi yang juga disebabkan oleh adanya zat-zat kimia yang
tentunya memang masuk ke dalam tubuh.

.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut, didapatkan rumusan makalah sebagai
berikut.

4
1. Bagaimana anatomi organ reproduksi pada pria?
2. Bagaimana anatomi organ reproduksi pada wanita?
3. Bagaimana konsep gametogenesis pada manusia?
4. Bagaimana siklus hormon yang terjadi pada pria dan wanita?
5. Apa aja penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi?
6. Bagaimana bentuk teknologi pada sistem reproduksi?

1.3. Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan dari makalah ini adalah
sebagai berikut.

1. Mengetahui anatomi dari sistem reproduksi manusia


2. Mengetahui konsep gametosis pada manusia
3. Mengetahui siklus hormone yang terjadi pada pria dan wanita
4. Mengetahui jenis penyakit yang terjadi pada sistem reproduksi
5. Mengetahui teknologi yang dapat diterapkan pada sistem reproduksi

.4. Manfaat Penulisan


Dari tujuan penulisan tersebut, makalah penulisan dari makalah ini
adalah sebagai berikut.

1. Bagi penulis
Makalah ini dapat menjadi bahan sekaligus evaluasi penulis dalam
penyusunan makalah serta metode pembelajaran secara mandiri dalam
menjalankan proses pembelajaran. Selain itu, terdapat bebarapa hal yang
akan menjadi persiapan penulis sebagai seorang calon tenaga pengajar,
sehingga menjadi refleksi terhadap materi ajar yang akan disampaikan,
yang nantinya akan berpengaruh pada peserta didik.
2. Bagi pembaca

Makalah ini dapat menjadi bahan referensi bagi pembaca untuk


memperdalam pengetahuan serta pemahaman mengenai sistem reproduksi
manusia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Organ Reproduksi Pria


Organ reproduksi pria merupakan sekelompok organ yang terlibat dalam
sistem reproduksi dan terbagi menjadi dua bagian, yakni organ internal dan
organ eksternal. Organ reproduksi eksternal pada pria terdiri dari skrotum dan
penis.

Gambar 1. Anatomi organ reproduksi pria

Sumber: kumparan.com

Sedangkan, organ reproduksi internal terdiri dari epididimis, kelenjar


prostat, kelenjar bulbouretral, vesikula seminalis, uretra, dan vas deferens. Organ
reproduksi pria berfungsi untuk menghasilkan air mani dan sperma di dalamnya,
kemudian memasukkan sperma ke dalam organ reproduksi wanita untuk proses
pembuahan.

1. Organ Internal

6
Gambar 2. Organ reproduksi internal pria
Sumber: slideplayer.info
1) Testis
Testis merupakan alat untuk memproduksi sperma. Berjumlah
sepasang, dan berbentuk bulat telur. Organ ini tersimpan dalam suatu
kantung pelindung yang disebut skrotum dan terletak diluar rongga perut
yang berfungsi untuk menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoa) dan
juga hormon kelamin jantan yaitu testosteron. Testis terdiri dari banyak
saluran yang menggulung berkali-kali, dikelilingi oleh beberapa lapis
jaringan ikat. Saluran-saluran ini adalah tubulus seminiferus
(seminiferous tubules), tempat sperma terbentuk. Dinding sebelah dalam
saluran tersebut terdiri dari jaringan epitelium dan jaringan ikat. Di dalam
jaringan epitelium terdapat:
a. Sel induk sperma (spermatogonium), yaitu calon sperma
b. Sel sertoli yang berfungsi memberi makan sperma
c. Sel leydig yang berfungsi menghasilkan hormon testosterone.
Pada manusia, skrotum mempertahankan suhu testis sekitar 2°C di
bawah suhu di dalam rongga perut. Testis sangat berkembang di dalam
rongga perut dan turun ke dalam skrotum tepat sebelum kelahiran; testis
di dalam skrotum seringkali disebut testikel (testicle).
2) Epididimis
Epididimis adalah saluran di dalam skrotum yang menempel pada
bagian belakang testis. Organ ini berfungsi mengangkut dan menyimpan
sperma yang diproduksi oleh testis. Epididimis terdiri dari caput (kepala),
corpus (tubuh), dan cauda (ekor). Setiap bagian tersebut memiliki fungsi
yang berbeda. Kepala epididimis berfungsi sebagai tempat menyimpan
sperma. Tubuh epididimis berperan sebagai tempat pematangan sperma.
Sperma membutuhkan waktu 20 hari di epididimis yang panjangnya
hampir mencapai 6 meter. Selama perjalanan sperma di epididimis,
sperma menjadi motil dan mendapatkan kemampuan untuk membuahi.
Sedangkan, ekor epididimis bertugas menyalurkan sperma ke saluran
ejakulasi. Lapisan otot saluran ini, makin tebal kearah ekor, ini sesuai

7
dengan fungsi epididimis untuk mendorong sperma menuju ke vas
deferens.
3) Vas Deferens
Vas Deferens merupakan saluran berotot yang keluar dari ekor
epididimis menuju ke uretra. Sebelum sampai di uretra, terjadi pelebaran
saluran yang disebut ampula, diakhir saluran ampula akan bersatu dengan
saluran vesika seminalis membentuk saluran kecil yang disebut duktus
ejakulasi, duktus ini masuk kedalam prostat dan bermuara pada uretra.
4) Kelenjar Kelamin
Selain saluran kelamin, organ internal dilengkapi dengan kelenjar
kelamin, yang bertugas menghasilkan sekrit yaitu sebagai berikut.
a. Vesicula seminalis (kantung sperma), berjumlah sepasang dan
menjadi satu kantong. Kelenjar ini menyumbang 60% total
volume semen. Cairan dari vesicula sernininalis mempunyai
sifat kental kekuning-kuningan dan alkalis (basa). Cairan ini
mengandung mucus, gulaftuktosa (sumber energi bagi sperma),
enzim pengkoagulasi, asam askrobat, dan prostaglan.
b. Kelenjar prostat, kelenjar yang bertugas untuk membuat cairan
bersamaan dengan cairan yang diproduksi oleh vesikula
seminalis. Cairan yang dihasilkan kemudian dialirkan ke saluran
sperma. Cairan ini mempunyai sifat encer seperti susu dan
sedikit asam, serta mengandung enzim antikoagulan (seminin)
dan sitrat (nutrient bagi sperma).
c. Kelenjar Cowper atau kelenjar Bulbouretral, sepasang kelenjar
kecil eksokrin yang terdapat pada sistem reproduksi pria.
Kelenjar Cowper terletak di belakang samping (posterior-
lateral) bagian uretra yang bermembran di dasar penis. Kelenjar
Cowper menghasilkan cairan preseminal atau cairan
praejakulasi, yaitu cairan transparan, tidak berwarna, kental
yang dikeluarkan dari uretra ketika terjadi peningkatan hasrat
seksual, sebelum terjadi ejakulasi. Cairan ini membantu

8
melubrikasi uretra agar dapat dilalui spermatozoa dan membantu
menyingkirkan sisa urin serta benda asing lainnya.

Umumnya, sperma dan cairan yang diproduksi oleh kelenjar


reprodukis akan membentuk suatu komponen yang disebut semen.
Semen ini akan dikeluarkan melalui uretra yang terdapat di dalam penis.

Gambar 3. Kelenjar kelamin pada pria

Sumber: dosenpendidikan.co.id

5) Uretra
Uretra merupakan ujung saluran dari sistem reproduksi laki-laki,
yang berfungsi sebagai saluran sperma dan urine. Pada laki-laki uretra ini
akan melewati kelenjar prostat, selaput (diafragma) urogenital, dan penis.
Ujung uretra pada penis disebut urethral orifice.
2. Organ Eksternal
1) Penis
Penis digunakan untuk mentransfer sperma ke dalam vagina. Ujung
distal penis mem-besar disebut glans, bagian ini ditutupi oleh kulit yang
terpisah dinamakan prepuse. Secara internal penis disusun oleh tiga
jaringan masa silindris yang diikat bersama-sama oleh jaringan fibrosa.
Dua masa di bagian dorsolateral disebut corpora cavernosa penis dan
masa yang lebih kecil di bagian midventral disebut corpus spongiosum
penis. Ketiga jaringan tersebut mengandung banyak sinus-sinus
pembuluh darah dan dapat berereksi.

9
Gambar 4. Anatomi penis

Sumber: nature.com

Di bawah pengaruh rangsangan seksual atau lainnya akan terjadi


dilatasi (pelebaran) arteri-arteri yang mensuplai penis. Sejumlah daerah
akan memasuki sinus pembuluh darah. Dengan masuknya darah ke
bagian penis ini menyebabkan corpora cavernosa penis dan corpus
spongiosum penis membesar dan mengeras, dan inilah yang disebut
ereksi penis. Perubahan penis berupa ereksi tersebut adalah suatu
parasimpatis. Selama eyakulasi refleks parasimpatis akan menyebabkan
spinkter otototot polos pada bagian dasar kantung kemih menutup karena
adanya tekanan yang cukup besar pada uretra sebagai akibat pembesaran
dari corpus spongiosum penis. Dengan demikian urine tidak akan dapat
dikeluarkan dan cairan sperma tidak akan masuk ke dalam kantung
kemih.
2) Skrotum
Skotrum merupakan organ genitalia eksternal yang dapat dilihat
dari luar. Bagian ini berupa kantung yang disusun oleh kulit tipis dan
fascia superficial. Dari luar skrotum nampak seperti sebuah kantung kulit
yang dipisahkan ke arah lateral oleh sekat tengah yang disebut rafe.
Sedangkan di bagian dalam skrotum ini dipisahkan oleh suatu sekat
(septum) menjadi dua buah kantung yang masing-masing berupa sebuah
testis.

10
Sekat pemisah tersebut terdiri atas fascia superficial dengan
jaringan kontraktil yang disebut dartos yang terdiri dari ikatan serabut-
serabut polos. Dartos juga terdapat pada jaringan subkutan (bawah kulit)
skrotum yang secara langsung berhubungan dengan jaringan subkutan
dinding abdomen. Dartos inilah yang menyebabkan skrotum mengkerut
bila berkontraksi.
Lokasi skrotum dan kontraksi serabut-serabut ototnya dapat
mengatur temperatur testis. Produksi dan kehidupan sperma memerlukan
temperatur yang lebih rendah dari temperatur tubuhnya. Kerena skrotum
terletak di luar rongga tubuh, maka temperaturnya selalu di bawah
temperatur tubuh. Dalam skrotum juga terdapat kremaster suatu otot serat
lintang yang kecil dan dapat mengangkat testes mendekati rongga pelvis
bila dalam keadaan dingin. Dengan demikian testis akan dapat menyerap
panas dari tubuh. Untuk menghilangkan kelebihan panas akan terjadi
proses sebaliknya.

.2. Anatomi Organ Reproduksi Wanita


Ketika dilahirkan, perempuan telah mempunyai organ reproduksi yang
lengkap. Akan tetapi belum berfungsi sepenuhnya dengan sempurna. Organ
reproduksi akan berfungsi sepenuhnya saat seorang wanita telah memasuki masa
pubertas ditandai dengan perubahan-perubahan pada organ seks seperti
pembesaran payudara, pinggul dan keluar darah haid (menstruasi).

Gambar 5. Anatomi organ reproduksi pada wanita

11
Sumber: siswapedia.com

Struktur reproduksi ekstrenal perempuan terdiri dari klitoris dan dua


pasang labia yang mengelilingi klitori dan bukaan vagina. Sedangkan organ
internalnya terdiri vagina, uterus, dan ovarium.

1. Organ Internal
1) Vagina
Vagina merupakan saluran penghubung vulva dengan rahim yang
terletak diantara saluran kemih dan lubang anus. Vagina merupakan
tabung berotot yang dilapisi membrane epitelium serta dialiri pembuluh
darah dan serabut sarat berlimpah. Dinding vagina terdiri dari tiga lapis,
yaitu
a. Lapisan dalam berupa selaput lender (membrane mukosa)
berlipat-lipat (rugae).
b. Lapisan tengah terdapat bagian yang lebih keras yang disebut
kolumna rugarum.
c. Lapisan luar merupakan lapisan berotot yang terdiri atas serabut
longitudinal dan melingkar. Pada lapisan ini, terdapat sebuah
lapisan dari jaringan erekti; yang terdiri atas jaringan areolar,
pembuluh darah, dan beberapa serabut otot polos.

Pada perbatasan dengan serviks terdapat ruang berbentuk lengkung,


yaitu forniks posterior, forniks anterior, dan forniks posterior. Suplai
darah ke vagina diperoleh dari arteri uterine, arteri vesikalis inferior,
arteri hemoroidalis mediana, dan arteri pudendus interna. Permukaan
anterior vagina menyentuh basis vesica urinaria (kandung kemih) dan
uretra. Sementara itu, dinding posteriornya menyentuh rectum dan
kantong recto-vagina (ruang douglas). Seperempat bagian bawah vagina
menyentuh badan perineum. Dinding vagina mempunyai banyak selaput
lendir yang berkelenjar, salah satu kelenjar yang penting ialah glandula
Bartholini.

Mukosa vagina banyak mengandung glikogen melalui proses


dekomposisi dapat menghasilkan asam-asam organic. Asam-asam

12
organic ini menyebabkan pH di daerah vagina menjadi asam sehingga
dapat menghambat pertumbuhan mikro. Namun keadaan ini juga
merupakan hal yang tidak menguntungkan bagi sperma. Oleh karena itu
cairan sperma berperan dalam menetralkan keadaan asam tersebut.

2) Uterus (Rahim)
Uterus merupakan tempat implatansi sel telur yang telah dibuahi,
bahkan perkembangan fetus sampai saatnya dilahirkan juga terjadi di
dalam uterus ini. Uterus terletak di antara kantung kemih dan rektum,
bentuknya menyerupai buah pir yang terbalik. Secara anatomi uterus
dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu:
a. Fundus uteri, merupakan bagian yang terletak di antar kedua
pangkal tuba falopii.
b. Korpus uteri, merupakan bagian yang paling besar saat
kehamilan. Bagian ini berfungsi sebagai tempat janin
berkembang. Rongga di dalam korpus uteri disebut dengan
kavum uteri (rongga Rahim)
c. Serviks uteri, merupakan bagian ujung serviks yang menuju
puncak vagina disebut porsio. Hubungan antara kavum uteri dan
kanalis servikalis disebut ostium utri internum.
Di antara korpus dan serviks terdapat suatu daerah sempit yang
disebut isthmus, rongga di dalam badan uterus disebut rongga uterus dan
di dalam serviks disebut saluran serviks. Persatuan antara isthmus dengan
saluran servix dinamakan internal os, sedangkan tempat serviks terbuka
ke dalam vagina disebut eksternal os. Uterus memiliki tiga lapisan
jaringan, yaitu:
a. Perimetrium viseral atau serosa, merupakan lapisan yang paling
luar. Ke arah lateral akan menjadi ligamen lebar dan ke arah
anterior setelah melalui kantung kemih akan membentuk kantung
dangkal yang disebut kantung vesicouterine.
b. Miometrium, merupakan lapisan tengah yang membentuk dinding
uterus menjadi lebar. Lapisan ini terdiri atas tiga lapisan serabut
otot yang sangat padat di bagian fundus dan sangat tipis di bagian

13
servix. Selama proses kelahiran kontraksi otot polos penyusun
myometrium ini sangat membantu untuk mendorong fetus ke luar
rahim.
c. Endometrium, lapisan paling dalam berupa membran mukosa
yang disusun oleh dua lapisan dasar yaitu stratum functionalis dan
stratum basalis. Stratum functionalis merupakan lapisan yang
paling dekat ke rongga uterus dan akan rusak selama masa haid.
Sedangkan stratum basalis bersifat permanen menghasilkan sel-
sel functionalis setelah haid. Endometrium memiliki sejumlah
kelenjar.

Darah akan disuplai ke dalam uterus oleh cabang-cabang dari


arteri iliacus yang disebut arteri verus. Cabang-cabang arteri iliacusnya
sendiri disebut arteri urcuatus yang tersusun di dalam myometrium.
Darah dari uterus akan dikembalikan melalui vena uterus.

3) Ovarium
Pada organ internal wanita, sepasang ovarium yang mengapit
uterus dan dipertahankan pada posisi di dalam rongga abdominal oleh
ligamen. Lapisan luar dari setiap ovarium disarati dengan folikel
(follicle). yang masing masing terdiri dari satu oosit (oocyte), sel telur
yang berkembang sebagian, dikelilingi oleh sekelompok sel-sel
penyokong. Sel-sel sekeliling memberi nutrien dan melindungi oosit
selama sebagian besar oogenesis, pembentukan dan perkembangan
ovum. Walaupun pada saat lahir kedua ovarium mengandung sekitar 1-2
juta folikel, hanya sekitar 500 folikel yang matang sepenuhnya antara
masa pubertas dan menopause Selama siklus menstruasi yang biasanya
berlangsung 4 minggu, satu folikel menjadi matang dan melepaskan sel
telurnya, suatu proses yang disebut ovulasi.
Sebelum ovulasi, sel-sel folikel menghasilkan hormon seks utama
perempuan, estradiol (sejenis estrogen). Setelah ovulası, jaringan folikel
yang tersisa tumbuh di dalam ovarium, membentuk suatu massa yang
disebut korpus luteum (corpus luteum). Korpus luteum menyekresikan
estradiol tambahan, serta progesteron, suatu hormon yang membantu

14
mempertahankan lapisan uterus selama kehamilan lika sel telur tersebut
tidak difertilisasi, korpus luteum akan hancur, dan folikel baru akan
matang selama siklus berikutnya.
4) Tuba Falopii
Tuba falopii merupakan saluran ovum yang berjalan lateral kiri dan
kanan. tuba falopii terdiri dari:
a. Pars interstitialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus.
b. Pars Isthmus, yaitu bagian medial tuba falopii yang sempit.
c. Pars Ampularis, yaitu bagian berbentuk saluran leher sedikit
melebar dan merupakan tempat terjadinya fertilisasi atau konsepsi
ovum oleh sperma.
d. Infundibulum, yaitu bagian ujung tuba falopii yang terbuka ke
arah rongga peritoneum dan memiliki rumbai yang disebut
fimbriae untuk menangkap ovum yang matang saat terjadi ovulasi
di ovarium kemudian disalurkan ke tuba falopii
2. Organ Eksternal
1) Vulva
Vulva adalah organ seksual wanita bagian luar dan merupakan
bagian sistem reproduksi yang berada pada bagian luar vagina atau jalan
lahir. Vulva terdiri dari sepasang bibir luar dan dalam (labia) dimana
banyak struktur anatomi yang berbeda dan jauh lebih komplek. Alat
kelamin wanita dewasa ini bisa terlihat saat bibir utama (labia mayora)
dalam keadaan istirahat dan tidak membuka luas. Struktur yang tampak
pada vulva yaitu mons veneris, labia majora, perineum dan anus. Wanita
mempunyai labia minora yang selalu nampak seperti menonjol diantara
labia majora. Kadang-kadang klitoris atau kepala klitoris selalu tampak
dengan baik.
2) Mons veneris
Mons veneris merupakan daerah yang menggantung di atas simfisis
pubis. Organ ini terdiri dari jaringan dan lemak serta ditumbuhi rambut
kemaluan (pubes).
3) Labia mayora

15
Labia mayora merupakan dua lipatan tebal yang membentuk sisi
vulva, berbentuk berada di bagian kanan dan kiri, serta ditumbuhi rambut
sebagai kelanjutan dari mons veneris. Organ ini terdiri atas kulit dan
lemak, jaringan otot polos, pembuluh darah, serta serabut saraf.
4) Labia minora
Labia minora merupakan bagian dalam dari labia mayora yang
berwarna merah jambu. Pada bagian ini, terdapat frenulum klitoris,
preputium, dan frenulum pudenda. Labia minora mengandung jaringan
erektil.
5) Klitoris
Klitoris merupakan sebuah jaringan ikat erektil. Glans klitoris
berisi jaringan yang dapat berereksi dan sangat sensitive karena banyak
ujung serabut saraf.
6) Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga di bawah selaput lender vulva di
antara dua labia minora. Di dalam vestibulum, terdapat muara liang
vagina, uretra, kelenjar skene kanan dan kiri, serta kelenjar vestibuli
mayor.
7) Hymen
Hymen merupakan selaput yang menutupi introitus vagina.
Terdapat lubang di bagian tengah agar kotoran menstruasi dapat keluar.
Hymen terletak di dalam mulut vagina sehingga memisahkan bagian
tractus reproduksi eksternal dan internal. Bentuknya hymen bisa berbeda-
beda antara tiap wanita. Selaput ini akan robek pada saat bersenggama,
kecelakaan, masturbasi/onani yang terlalu dalam, olah raga dan
sebagainya. Jenis-jenis selaput dara (hymen):

Gambar 6. Jenis selaput dara


Sumber: slideplayer.info

16
a. Annular hymen, bentuk selaput dara ini melingkari penuh lubang
vagina.
b. Septate hymen, bentuk selaput dara ini ditandai dengan beberapa
lubang yang terbuka.
c. Cribriform hymen, bentuk selaput dara ini ditandai dengan beberapa
lubang yang terbuka, tapi lubang ini lebih kecil dan jumlahnya lebih
banyak.
d. Parodus Introitus, pada perempuan yang sangat berpengalaman
dalam hubungan seksual bisa saja lubang selaputnya membesar,
namun masih menyisakan jaringan selaput dara.
8) Kelenjar payudara
Kelenjar ini terdapat satu pasang dan merupakan modifikasi dari
kelenjar keringat yang terletak di atas otot dada dan menempel pada otot
tersebut oleh jaringan ikat. Masing-masing kelenjar payudara memiliki
kira-kira 15 – 20 lobus yang dipisahkan oleh jaringan lemak. Jumlah
jaringan lemak ditentukan oleh besarnya payudara, akan tetapi besarnya
payudara tidak berhubungan dengan jumlah produksi air susu. Lobus
memiliki beberapa lobulus yang disusun oleh jaringan-jaringan ikat
dengan kelenjar-kelenjar yang berbentuk seperti buah anggur. Kelenjar-
kelenjar ini mensekresikan air susu dan disebut alveoli.
Di antara lobulus terdapat jaringan ikat yang disebut ligamen
suspensoris payudara. Ligamen-ligamen ini terletak di sepanjang kulit
dan fascia sebelah dalam berfungsi untuk menunjang payudara. Alveoli
akan meneruskan air susu ke dalam sederetan tubulus sekunder dan
selanjutnya akan diteruskan ke dalam saluran payudara (ductus
mamilaris). Ketika mendekati putting susu, saluran tersebut melebar
membentuk sinus yang disebut ampula. Ampula ini merupakan tempat
penyimpanan air susu yang berlanjut sebagai ductus lactiferus dan
berakhir pada putting susu (nipple). Disekitar puttingsusu terdapat daerah
yang melingkar berpigmen yang disebut areolar. Daerah tersebut nampak
kasar karena berisi modifikasi kelenjar-kelenjar minyak (sebaceous).

17
Gambar 7. Anatomi payudara

Sumber: id.theasianparent.com

Pada waktu lahir, kelenjar payudara laki – laki dan wanita tidak
berkembang dan nampak rata di atas permukaan dada. Setelah masa
puber, payudara wanita mulai berkembang, sistem saluran mulai matang,
terjadi desposisi lemak secara ekstensif, areola dan puttingpayudara
tumbuh dan menjadi berpigmen. Perubahan – perubahan tersebut sangat
erat hubungannya dengan bertambahnya pengeluaran estrogen pada
ovarium. Lebih jauh lagi perkembangan payudara terjadi pada saat
kematangan seksual dan permulaan terjadinya ovulasi serta pembentukan
korpus luteum.
Selama pendewasaan, tingkat penambahan progesteron
menyebabkan alveoli tumbuh, bertambah besar dan menjadi sekretori.
Selain itu penimbunan lemak yang terus-menerus menyebabkan
penambahan ukuran kelenjar payudara. Oleh karena itu perubahan
perkembangan kelenjar payudara erat kaitannya dengan sekresi estrogen
dan progesteron oleh ovarium. Fungsi puttingdari kelenjar payudara ini
adalah sekresi dan pancaran air susu yang disebut laktasi. Sekresi air susu
ini dipengaruhi oleh hormon prolaktin. Sedangkan memancarnya air susu
dipengaruhi oleh hormon oksitosin.

.3. Gametogenesis Pada Manusia


Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Sel
gamet terdiri dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis dan
gamet betina (ovum) yang dihasilkan di ovarium. Sebelum saling bertemu

18
dalam proses pembuahan, kedua sel kelamin melalui proses pematangan untuk
akhirnya dilepaskan. Proses pematangan spermatozoa dinamakan
spermatogenesis dan untuk sel telur disebut oogenesis. Masing-masing proses
pematangan memiliki empat tahap, yaitu tahap perbanyakan, pertumbuhan,
pematangan, dan perubahan bentuk.

1. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah awal dari proses pembentukan sel
spermatozoa yang biasa kita kenal sebagai sperma. Proses ini terjadi di
organ reproduksi pria yaitu testis, tepatnya di bagian tubulus seminiferous.
Tubulus seminiferous berperan penting pada proses pembentukan sperma
karena pada dindingnya terdapat calon sperma
(spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan. Benih-benih
sperma ini diberi nutrisi oleh sel Sertoli, yang juga terdapat di tubulus
seminiferous, untuk bisa melakukan pembelahan sel yang terdiri dari
mitosis dan meiosis, hingga pada akhirnya terbentuk menjadi sperma yang
matang. Sperma yang matang kemudian disimpan di suatu saluran yang
terletak di belakang testis, yakni epididimis.

Gambar 8. Spermatogenesis
Sumber: mapel.id
Dari epididimis, sperma bergerak ke bagian lain yang dinamakan
vas deferens dan duktus ejakulatorius. Di dalam duktus ejakulatorius, cairan
yang dihasilkan oleh organ reproduksi lainnya, seperti vesikula seminalis,
kelenjar prostat, dan bulbo uretra, ditambahkan pada sperma hingga
membentuk cairan yang biasa disebut sebagai semen atau air mani. Cairan

19
ini kemudian mengalir menuju uretra dan dikeluarkan ketika ejakulasi.
Faktor yang memengaruhi spermatogenesis adalah sebagai berikut.
1) Hormon, hormon memegang peranan penting dalam proses
pembentukan sperma. Beberapa jenis hormon yang punya andil dalam
proses ini, yaitu:
2) LH (Luteinizing Hormone), berfungsi untuk merangsang sel Leydig
yang terdapat di testis untuk menghasilkan hormon testosteron yang
dapat mendorong proses spermatogenesis terjadi.
3) FSH (Folicle Stimulating Hormone), hormon ini dapat merangsang sel
Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein), yang
berfungsi untuk melindungi, menunjang, dan memberi makan benih
sperma hingga menjadi sperma yang matang.
4) Testosteron, hormon ini dihasilkan oleh testis yang berfungsi
merangsang perkembangan organ seks untuk melakukan
spermatogenesis. Keseimbangan hormon-hormon di atas akan
membantu pembentukan sperma yang berkualitas. Sebaliknya, jika
terdapat ketidakseimbangan dalam jumlahnya, maka sperma akan
mengalami penurunan kualitas hingga dapat menyebabkan gagalnya
sperma dalam membuahi sel telur.
5) Suhu testis, peningkatan suhu di dalam testis akibat demam
berkepanjangan atau terlalu lama melakukan kegiatan dengan kondisi
panas yang berlebihan, bisa menyebabkan berkurangnya pergerakan
dan jumlah sperma, serta meningkatkan jumlah sperma yang abnormal
di dalam semen. Pembentukan sperma yang paling efisien adalah pada
suhu 33,5° C (lebih rendah dari suhu tubuh).
6) Penyakit, penyakit serius pada testis atau terjadinya penyumbatan
pada vas deferens bisa mengakibatkan azoospermia, yang merupakan
gangguan di mana sperma tidak terbentuk sama sekali. Selain itu, jika
terjadi pelebaran vena di dalam skrotum (kantong testis) yang
dinamakan varikokel, dapat menyebabkan terhalangnya aliran darah
pada testis sehingga mengurangi laju pembentukan sperma.

20
7) Obat-obatan, penggunaan obat-obatan, seperti simetidin,
spironolakton dan nitrofurantoin, atau pemakaian ganja, dapat
memengaruhi jumlah sperma yang dihasilkan.
2. Oogenesis
Proses oogenesis diawali dengan pembentukan bakal sel-sel telur
yang disebut dengan oogonia. Proses ini akan menghasilkan satu ovum
fungsional. Oogenesis dialami wanita sejak dalam kandungan. Namun,
proses ini akan berhenti pada masa anak-anak dan kembali berlanjut saat
seorang wanita mengalami masa pubertas. Proses ini ditandai dengan
munculnya menstruasi. Ketika seorang wanita mengalami pubertas, ada
sekitar 1 juta sel telur yang dihasilkan. Namun, seiring dengan
bertambahnya usia seorang wanita, jumlah dan kualitas sel telur yang
dihasilkan akan terus menurun.
Proses oogenesis dimulai dengan adanya mitosis dan meiosis.
Mitosis adalah proses pembelahan sel yang menghasilkan dua gamet
identik. Sedangkan meiosis adalah pembelahan sel yang menghasilkan
empat gamet yang masing-masing memiliki jumlah kromosom setengah dari
sel induknya. Sel induk telur atau oogonium kemudian akan matang dan
bermitosis menjadi oosit primer. Oosit primer akan membelah secara
meiosis, tetapi hanya sampai fase profase (tahap pertama mitosis).
Pembelahan meiosis berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan.
Oosit melanjutkan pembelahan meiosis I yang menghasilkan dua
sel haploid, yang disebut oosit sekunder untuk sel yang lebih besar,
sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer.
Selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer mengalami pembelahan
meiosis II. Pada tahap ini, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel,
yaitu satu sel berukuran normal yang disebut ootid dan satu sel berukuran
lebih kecil yang disebut badan kutub sekunder.

21
Gambar 9. Oogenesis
Sumber: artikelmateri.com
Badan kutub primer yang dihasilkan bergabung dengan dua badan
kutub sekunder yang berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga
menghasilkan tiga badan kutub sekunder. Kemudian, ootid akan mengalami
perkembangan lebih lanjut sehingga menjadi ovum yang matang. Sementara
ketiga badan kutub sekunder akan mengalami degenerasi (hancur).
Hormone sangan berperan dalam prosesnya oogenesis. Hormone tersebut
diantaranya:
1) Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), yaitu hormon berperan
dalam stimulasi hipofisis untuk mensekresikan hormone FSH dan LH.
GnRH dihasilkan dengan adanya aktivitas hypothalamus-hipofisis-
ovarium yang wanita sedang mengalami siklus menstruasi.
2) Lutinuezing Hormone (LH), yaitu hormon yang merangsang korpus
luteum untuk menghasilkan hormon progesteron dan merangsang
terjadinya ovulasi.
3) Follicle Stimulating Hormone (FSH), berperan merangsang ovulasi dan
memicu folikel untuk membentuk estrogen serta memacu
perkembangan folikel.

.4. Siklus Hormon pada Manusia


Umumnya siklus hormone terjadi baik pada pria maupun wanita. Namun,
siklus antara pria dan wanita tentunya berbeda baik secara lama siklus
berlangsung maupun hormone yang berperan di dalamnya.

1. Siklus Hormonal pada Pria

22
Pada pria, FSH dan LH yang disekresikan sebagai respons terhadap
GnRH sama-sama diperlukan untuk spermatogenesis normal. Masing-
masing hormon bekerja pada suatu tipe sel yang berbeda di dalam testis.
FSH akan mendorong aktivitas sel-sel Sertoli. Di dalam tubulus seminiferus,
sel-sel ini memberikan nutrien pada sperma yang sedang berkembang. LH
kemudian meregulasi sel-sel Leydig, sel-sel yang terletak di dalam ruang
interstisial di antara tubulus-tubulus seminiferous. Sebagai respons terhadap
LH, sel-sel Leydig menyekresikan testosteron dan androgen-androgen lain,
yang mendorong spermatogenesis di dalam tubulus.

Gambar 10. Siklus hormonal pria

Sumber: penjaskes.co.id

Sekresi androgen spermatogenesis terjadi terus-menerus sejak


pubertas. Dua mekanisme umpan-balik negatif mengontrol produksi
hormone pada pria. Testosteron meregulasi kadar GnRH, FSH, dan LH
dalam darah melalui efek-efek penghambatan pada hipotalamus dan pituitari
anterior. Selain itu, inhibin, suatu hormon yang pada laki-laki dihasilkan
oleh sel-sel Sertoli, bekerja pada kelenjar pituitari anterior untulk
mengurangi sekresi FSH. Secara bersamaan, sirkuit-sirkuit umpan balik
negatif ini mempertahankan produksi androgen pada tingkat optimal.
2. Siklus Hormonal pada Wanita
Siklus menstruasi adalah perubahan dalam tubuh wanita,
khususnya pada bagian organ reproduksi. Menstruasi terjadi ketika lapisan

23
dinding rahim (endometrium) yang menebal luruh karena tidak adanya
pembuahan sel telur. Siklus menstruasi pada tiap wanita berbeda-beda, bisa
terjadi antara 23-35 hari, namun rata-rata siklus menstruasi adalah 28 hari.
Pada dasarnya, siklus menstruasi dibagi menjadi beberapa fase yang diatur
oleh lima hormon di dalam tubuh. Hormon yang dimaksud antara lain
adalah sebagai berikut.
1) Estrogen, hormon yang diproduksi pada ovarium ini sangat berperan
di dalam tubuh, terutama pada ovulasi dalam siklus reproduksi wanita.
Hormon estrogen juga berperan pada perubahan tubuh remaja dalam
masa pubertas serta terlibat dalam pembentukan kembali lapisan
rahim setelah periode menstruasi.
2) Progesteron, hormon ini bekerjasama dengan estrogen dalam menjaga
siklus reproduksi dan menjaga kehamilan. Seperti estrogen,
progesteron juga diproduksi di ovarium dan berperan dalam penebalan
dinding rahim.
3) Hormon pelepas gonadotropin (Gonadotrophin-releasing hormone-
GnRh), diproduksi oleh otak, hormon ini membantu memberikan
rangsangan pada tubuh untuk menghasilkan hormon perangsang
folikel dan hormon pelutein.
4) Hormon Pelutein (Luteinizing hormone-LH), sel telur dan proses
ovulasi dihasilkan oleh ovarium berkat rangsangan dari hormon ini.
5) Hormon perangsang folikel (Follicle stimulating hormone-FSH),
hormon ini berfungsi membantu sel telur di dalam ovarium matang
dan siap untuk dilepaskan. Hormon ini diproduksi di kelenjar pituitari
pada bagian bawah otak.

Pada wanita, siklus menstruasi terdiri dari empat fase, yaitu


menstruasi, pra ovulasi dan ovulasi, serta pra menstruasi. Fase dalam siklus
menstruasi yang pertama biasanya terjadi selama 3-7 hari. Pada masa ini,
lapisan dinding rahim luruh menjadi darah menstruasi. Biasanya wanita
akan merasakan nyeri atau kram pada bagian panggul, kaki, dan punggung.
Nyeri pada bagian perut yang juga kerap dirasakan dipicu karena adanya
kontraksi dalam rahim. Kontraksi otot rahim ini terjadi karena adanya

24
peningkatan hormon prostaglandin selama menstruasi terjadi. Kontraksi
yang kuat dalam rahim menyebabkan suplai oksigen ke rahim tidak berjalan
dengan lancar. Sehingga kram atau nyeri perut dirasakan selama menstruasi.

Gambar 11. Siklus hormonal wanita

Sumber: idschool.net

Kontraksi yang terjadi selama menstruasi sebetulnya berfungsi


membantu mendorong dan mengeluarkan lapisan dinding rahim yang luruh
menjadi darah menstruasi. Luruhnya lapisan dinding rahim ini juga
disebabkan oleh penurunan kadar estrogen dan progesteron. Pada saat yang
sama, hormon perangsang folikel (FSH) mulai sedikit meningkat dan
memancing perkembangan 5-20 folikel di dalam ovarium. Dari beberapa
folikel yang berkembang, hanya ada satu folikel yang terus berkembang
akan memproduksi estrogen. Selama masa menstruasi, hormon estrogen
akan berada pada tingkatan yang rendah. Maka secara emosional wanita
lebih mudah untuk marah ataupun tersinggung selama masa menstruasi.

Pada fase pra ovulasi, lapisan dinding rahim yang sempat luruh
akan menebal kembali. Lapisan dinding rahim tersebut cukup tipis, sehingga
sperma dapat melewati lapisan ini dengan mudah dan bisa bertahan kurang
lebih selama 3-5 hari. Proses penebalan rahim dipicu oleh peningkatan
hormon. Masa ovulasi tiap wanita tidaklah sama, hal ini tergantung kepada

25
siklus menstruasi masing-masing dan beberapa faktor, seperti penurunan
berat badan, stress, sakit, diet dan olahraga.

Dan fase yang terakhir yaitu pra menstruasi. Pada fase ini lapisan
dinding rahim makin menebal. Hal ini dikarenakan folikel yang telah pecah
dan mengeluarkan sel telur, membentuk korpus luteum dan memproduksi
progesteron yang membuat lapisan dinding rahim makin tebal. Jika tidak
terjadi pembuahan, maka wanita mulai merasakan gejala pramenstruasi
(PMS), seperti perubahan emosi yang lebih sensitif dan perubahan kondisi
fisik, seperti nyeri pada payudara, pusing, cepat lelah, atau kembung. Selain
gejala tersebut, korpus luteum akan mengalami degenerasi dan berhenti
memproduksi progesteron.

.5. Penyakit pada Sistem Reproduksi


Sistem reproduksi juga dapat mengalami gangguan atau penyakit.
Penyakit pada sistem reproduksi bisa menyerang pria dan wanita. Karena
struktur dan fungsinya berbeda, penyakit pada sistem reproduksi pria dan wanita
juga akan berbeda, hingga kanker. Penyakit yang menyerang sistem reproduksi
ini berpeluang tinggi untuk menyebabkan masalah kesuburan.

1. Penyakit pada Sistem Reproduksi Pria


1) Prostatitis
Prostatitis adalah penyakit pada sistem reproduksi pria karena
kelenjar prostat mengalami infeksi. Penyebab dari prostatitis adalah
bakteri. Bakteri yang menginfeksi kelenjar prostat pria adalah E. coli,
Klebsiella, dan Proteus. Pria yang mengalami prostatitis akan memiliki
beberapa gejala seperti sulit ejakulasi, gagal ereksi, disuria, dan demam.
2) Epididimitis
Penyakit pada sistem reproduksi pria yang selanjutnya adalah
epididimitis. Penyakit ini umumnya terjadi karena adanya infeksi pada
organ reproduksi pria. Epididimitis adalah kondisi dengan bagian
epididimis mengalami peradangan. Beberapa bakteri yaitu Chlamydia
trachomatis, E. coli, dan Neisseria gonorrhoeae adalah jenis bakteri yang
sering menyebabkan penyakit epididimitis. Penyakit ini sering terjadi

26
pada pria yang suka berganti-ganti pasangan seks. Gelaja dari penyakit
epididimitis, yaitu nyeri pada testis, ada darah di dalam sperma, sakit saat
ejakulasi, nyeri pada testis, dan dysuria.
3) Sifilis
Penyakit pada sistem reproduksi pria yang selanjutnya adalah
sifilis.  Penyakit sifilis juga biasa disebut ‘raja singa’. Sifilis bisa terjadi
karena aktivitas seksual. Selain itu, bisa juga karena transfusi darah.
Bakteri yang menyebabkan sifilis adalah bakteri Reponema Pallium.
4) Gonorhea
Gonorhea atau kencing nanah merupakan penyakit pada sistem
reproduksi pria yang sering terjadi. Penyebab dari gonorhea adalah
bakteri Neisseria Gonorrheae. Penyakit ini ditularkan melalui aktivitas
seksual yang bebas dan menyimpang.
5) Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah kondisi testis pria tidak dapat memproduksi
hormon testosteron yang cukup. Masalah ini bisa dialami sejak janin
berkembang di perut.
2. Penyakit pada Sistem Reproduksi Wanita
1) Vaginitis
Vaginitis adalah penyakit pada sistem reproduksi wanita dengan
kondisi vagina yang mengalami infeksi yang disebabkan oleh beberapa
jenis mikroorganisme, yaitu seperti bakteri, jamur, dan parasit. Penyakit
pada sistem reproduksi ini bisa menyerang vagina langsung atau melalui
perineum. Penyakit vaginitis bisa disebabkan oleh jamur Candida
Albicans, bakteri Gardnerella, parasit Trichomonas Vaginalis, dan virus.
Penderita dari vaginitis memiliki beberapa gejala yang dapat diamati,
seperti nyeri hebat pada vagina, disuria, pruritas di vulva, ruam bibir
vagina, edema vukva, vagina bau busuk, dan perdarahan vagina.
2) Condiloma Accuminata
Condiluma accuminata merupakan penyakit pada sistem
reproduksi wanita yang dapat disebabkan oleh adanya virus yang disebut
dengan human papiloma. Virus tersebut juga merupakan virus penyebab

27
kutil. Wanita yang mengalami penyakit condiloma accuminata sebaiknya
segera diobati dikarenakan obat condiluma accuminta bisa berkembang
menjadi kanker pada organ lainnya seperti rahim wanita.
3) Kanker Ovarium
Kanker ovarium biasanya berawal dari kista ovarium yang
merupakan tumor jinak dan kecil yang terdapat di dalam rahim. Kista
ovarium yang sering terjadi adalah kista dermoid, kista lutein, dan kista
cokelat. Tumor jinak atau kista ovarium tersebut lambat laun akan
berkembang menjadi semakin besar dan ganas yang menjadi kanker
ovarium.
Tumor ganas atau ovarium (kanker ovarium) dengan ukuran yang
besar akan dapat menyebabkan kelainan letak janin. Penyebab penyakit
kanker ovarium disebabkan oleh gaya hidup yang keliru, asupan, kurang
olahraga, dan lainnya. Berhati-hatilah kamu jika memiliki siklus
menstruasi yang tidak teratur karena itu merupakan gejala dari penyakit
kanker ovarium.
4) Kanker Serviks
Kanker serviks adalah penyakit pada sistem reproduksi wanita yang
juga umum terjadi. Penyakit ini disebabkan oleh adanya sel-sel abnormal
yang tumbuh pada lapisan epitel serviks. Sel abnormal tersebut akan
terus tumbuh dengan ganas dan menyebabkan jaringan yang ada di
sekitar leher rahim jadi kurang berfungsi. Pengobatan kanker serviks
umumnya dilakukan dengan mengangkat rahim, oviduk, ovarium,
sepertiga dari vagina (bagian atas).
5) Kanker Payudara
Penyakit ini sangat rentan menyerang wanita sebab jaringan lemak
yang ada pada payudara akan jauh lebih besar jika dibandingkan dengan
pria.
6) Endometriosis
Penyakit ini terjadi ketika ada jaringan yang tumbuh di dinding
uterus. Penderita endometriosis akan merasa nyeri terutama saat sedang
menstruasi bahkan berpengaruh terhadap kesuburannya. Dibandingkan

28
dengan perempuan subur, mereka yang menghadapi kesulitan memiliki
keturunan 8 kali lebih rentan mengalami endometriosis. Penyakit ini
dapat dicegah dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat,
olahraga teratur, hindari stres, dan juga memilah apa saja yang
dikonsumsi sehari-hari. Makanan bergizi berperan penting terhadap
kesehatan reproduksi seseorang.
7) HIV/AIDS
Sebagian besar kasus HIV pada perempuan diperoleh dari kontak
langsung saat berhubungan seksual dengan pasangan. Berbagi jarum
dengan orang yang terinfeksi juga merupakan media penularan HIV.
Dengan adanya pengobatan modern, HIV bisa diatasi seperti halnya
penyakit kronis lainnya. Banyak penderita HIV yang kualitas hidupnya
tetap baik bahkan memiliki keturunan. Dengan perawatan infertilitas
khusus, kemungkinan menularkan virus pada bayi cukup rendah.

.6. Teknologi Reproduksi Modern


Kemajuan saintifik dan teknologi terbaru memungkinkan kita menangani
berbagai masalah reproduktif, termasuk kelainan genetis dan infertilitas.

1. Mendeteksi Kelainan Selama Kehamilan


Banyak penyakit genetik dan gangguan perkembangan kini dapat
didiagnosis sewaktu fetus masih berada di dalam uterus. Pencitraan
ultrasonik, yang menghasilkan citra dengan menggunakan frekuensi suara di
atas kisaran pendengaran normal dapat digunakan untuk menganalisis
ukuran dan kondisi fetus. Amniosentesis dan pengambilan sampel viltus
korionik merupakan teknik yang menggunakan jarum suntik untuk
mendapatkan sel-sel fetus dari cairan atau jaringan di sekeliling embrio.
Suatu teknik alternatif untuk mendapatkan jaringan fetus
mengandalkan pada fakta bahwa segelintir sel-sel darah fetus merembes
melalui plasenta ke dalam aliran darah ibu. Sampel darah dari ibu
menghasilkan sel-sel fetus yang dapat diidentifikasi dengan antibodi
spesifik (yang berikatan ke protein-protein pada permukaan sel-sel fetus)
dan kemudian diuji untuk mengetahui kelainan genetis.

29
2. Menangani Infertilitas
Penyebab dari infertilitas sangat bervariasi, dengan kemungkinan
cacat reproduktif yang hampir sama besar pada laki-laki dan perempuan.
Teknologi reproduksi dapat membantu mengatasi sejumlah masalah
kesuburan salah satunya adalah terapi hormon. Terapi hormon dapat
meningkatkan produksi sperma atau sel telur, dan operasi seringkali dapat
mengoreksi saluran yang gagal terbentuk dengan benar atau tersumbat.
Umumnya pasangan yang infertil memilih teknologi reproduktif terbantu
(assisted reproductive technology) dengan prosedur yang umumnya
melibatkan pengangkatan sel-sel telur (oosit sekunder) melalui operasi dari
ovarium perempuan setelah rangsangan hormonal, fertilisasi sel-sel telur,
dan pengembalian sel-sel telur tersebut ke dalam tubuh perempuan.
Sel telur, sperma, dan embrio yang tak terpakai dari prosedur
semacam itu terkadang dibekukan untuk usaha-usaha kehamilan berikutnya.
Untuk fertilisasi in vitro (in vitro fertilization, IVF), oosit dicampur dengan
sperma dalam cawan kultur. Sel-sel telur terfertilisasi diinkubasi hingga
telah membentuk yang setidaknya delapan sel dan biasanya ditransfer ke
dalam uterus perempuan untuk implantasi. Jika sperma matang bersifat
cacat, berjumlah sedikit atau bahkan tidak ada, fertilitas seringkali
dikembalikan dengan teknik yang disebut injeksi sperma intrasitoplasmik
(intracytoplasmic sperm injection, ICSI). Dalam bentuk IVF ini, kepala
spermatid atau sperma ditarik ke dalam jarum suntik dan disuntikkan
langsung ke dalam oosit untuk mencapai fertilisasi.

30
BAB III

PENUTUP

.1. Simpulan
Sistem reproduksi pada pria dan wanita berbeda, serta bekerja secara
spesifik untuk masing-masing jenis kelamin secara genetik. Organ reproduksi
pria merupakan sekelompok organ yang terlibat dalam sistem
reproduksi dan terbagi menjadi dua bagian, yakni organ internal dan organ
eksternal. Organ reproduksi eksternal pada pria terdiri dari skrotum dan penis.
Sedangkan, organ reproduksi internal terdiri dari epididimis, kelenjar prostat,
kelenjar bulbouretral, vesikula seminalis, uretra, dan vas deferens. Sama halnya
dengan pria, organ reproduksi wanita terdiri dari reproduksi ekstrenal, yaitu
klitoris dan dua pasang labia yang mengelilingi klitori dan bukaan vagina.
Sedangkan organ internalnya terdiri vagina, uterus, dan ovarium.

Proses pematangan pada pria dan wanita terdiri dari spermatogenesis dan
oogenesis. Masing-masing proses pematangan memiliki empat tahap, yaitu tahap
perbanyakan, pertumbuhan, pematangan, dan perubahan bentuk. Selain itu,
siklus hormone terjadi baik pada pria maupun wanita. Namun, siklus antara pria
dan wanita tentunya berbeda baik secara lama siklus berlangsung maupun
hormone yang berperan di dalamnya. Sistem reproduksi juga dapat mengalami
gangguan atau penyakit. Karena struktur dan fungsinya berbeda, penyakit pada
sistem reproduksi pria dan wanita juga akan berbeda. Penyakit yang menyerang
sistem reproduksi ini berpeluang tinggi untuk menyebabkan masalah kesuburan.

.2. Saran
Setelah mempelajari mengenai sistem reproduksi, tentunya kita
mengetahui lebih dalam mengenai sistem reproduksi, siklus hormonal, hingga
penyakit yang dapat menyerang reproduksi manusia. Oleh karena itu, akan lebih
baik jika kita menjaga kesehatan reproduksi baik secara kebersihan maupun pola
hidup sehat guna mencegah terjadinya penyakit yang dapat menyebabkan
infertilisasi.

31
32
DAFTAR PUSTAKA

Damaring Tyas Wulandari, S. (2008). Reproduksi Hewan. Dalam N. A.


Campbell, & J. B. Reece, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3 (hal. 170-178).
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Desiyani Nani, S. N. (2018). Fisiologi Manusia Siklus Reproduksi Wanita.


Jakarta: Penebar Plus+.

Drs. Nono Sutarno, M. (2010). Reproduksi Manusia. Dalam M. Drs. Nono


Sutarno, Pembinaan Kehidupan Keluarga (hal. 1.3 - 1.18). Jakarta:
Universitas Terbuka.

Noya, d. A. (2018, Maret 27). Memahami Fase-fase dalam Siklus Menstruasi.


Diambil kembali dari Alodokter: https://www.alodokter.com/yang-terjadi-
selama-siklus-menstruasi

Ns. Hernida Dwi Lestari, S. M. (2016). Sistem Reproduksi. Dalam S. M. Ns.


Hernida Dwi Lestari, Guru Produktif Keperawatan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) (hal. 42-52). Jakarta: PPPPTK Bisnis dan Pariwisata.

Rafiqua, N., & Lestari, D. (2020, Februari 3). Spermatogonesis dan Oogenesis,
Kisah Perjalanan Sperma dan Sel Telur. Diambil kembali dari SehatQ:
https://www.sehatq.com/artikel/spermatogonesis-dan-oogenesis

Widyananda, R. F. (2020, Desember 2). Penyakit pada Sistem Reproduksi Pria


yang Lainnya. Diambil kembali dari merdeka.com:
https://www.merdeka.com/jatim/10-penyakit-pada-sistem-reproduksi-pria-
dan-wanita-jangan-disepelekan-kln.html?page=5

33

Anda mungkin juga menyukai