Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum

FARMASI FISIKA
BOBOT JENIS

LAPORAN

Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Praktikum Farmasi Fisika

Oleh :

DWITA CAHYANI PANIGORO


821419008

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
2020
Lembar Pengesahan

FARMASI FISIKA
“BOBOT JENIS”

OLEH

NAMA : DWITA CAHYANI PANIGORO


NIM : 821419008
KELAS : A-S1 FARMASI 2019
KELOMPOK : II (DUA)

Gorontalo, November2020 NILAI


Mengetahui

DEVIE ARIANY DAUD


KATA PENGANTAR
Assalamulaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugrahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan
praktikum farmasi fisika tentang “BOBOT JENIS” ini dengan baik. Saya
menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan laporan ini tidak akan terlaksana
sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak yang
turut berperan dalam penyelesaian laporan ini. Oleh karena itu saya sampaikan
terima kasih atas waktu, tenaga dan fikirannya yang telah diberikan.
Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa hasil laporan
praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga saya selaku penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, November 2020

Dwita Cahyani Panigoro

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Maksud Percobaan ................................................................................ 2
1.3 Tujuan Percobaan .................................................................................. 2
1.4 Prinsip Percobaan .................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
2.1 Dasar Teori............................................................................................ 3
2.1.1 Pengertian Bobot Jenis .......................................................................... 3
2.1.2 Macam-macam Bobot Jenis ................................................................... 4
2.1.3 Metode Penentuan Bobot jenis .............................................................. 4
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bobot Jenis ..................................... 5
2.1.5 Pengertian Rapat Jenis ........................................................................... 6
2.1.6 Tipe-tipe Rapat Jenis ............................................................................. 7
2.2 Uraian Bahan......................................................................................... 7
2.2.1 Alkohol ................................................................................................. 7
2.2.2 Aquadest ............................................................................................... 8
2.2.3 Minyak Zaitun ....................................................................................... 8
BAB III METODE PRAKTIKUM.................................................................... 10
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum ........................................... 10
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 10
3.1.1 Alat yang Digunakan ............................................................................. 10
3.1.2 Bahan yang Digunakan .......................................................................... 10
3.3 Cara Kerja ............................................................................................. 10
BAB IV HASIL PENGAMATAN ..................................................................... 11
4.1 Hasil...................................................................................................... 11
4.2 Perhitungan ........................................................................................... 11
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................. 12
BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 14

ii
6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 14
6.2 Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Farmasi merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara membuat,
mencampur, meracik, menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat
beserta pendistribusian dan penggunaannya secara aman. Farmasi juga merupakan
salah satu bidang profesional kesehatan yang mempunyai kombinasi dari ilmu
kesehatan, ilmu kimia, ilmu fisika dan ilmu biologi. Dalam farmasi, terdapat
beberapa ilmu salah satunya ilmu farmasi fisika.
Farmasi fisika merupakan salah satu ilmu dibidang farmasi yang
menerapkan ilmu fisika dalam sediaan farmasi. Dalam farmasi fisika, sifat fisika
dari berbagai zat digunakan untuk membuat sediaan obat dan juga meliputi
evaluasi akhir sediaan obat tersebut. Sehingga akan menghasilkan
sediaan yang sesuai standar, aman dan stabil. Farmasi fisika mempelajari
tentang analisis kualitatif serta kuantitatif senyawa organik dan anorganik yang
berhubungan dengan sifat fisikanya. Salah satu sifat fisika yang paling
berpengaruh terhadap bioavailabilitas dari sediaan farmasi adalah bobot jenis.
Bobot jenis adalah suatu besaran yang menyatakan perbandingan antara
massa (g) dengan volume (ml), jadi satuan bobot jenis g/ml. Massa jenis adalah
perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume zat pada suhu tertentu.
Zat memiliki karakteristik yang berbeda baik dari segi fisik maupun kimia. Sifat
kimia yaitu sifat yang tidak dapat diamati secara langsung seperti kelarutan dan
kerapatan. Sedangkan sifat fisik yaitu sifat yang dapat kita amati secara langsung
seperti cairan, gas dan padat, serta sifatnya yang dapat diukur seperti massa dan
volume.
Massa adalah konsep yang mengidentifikasi bahwa besaran fisik yang
memungkinkan kita menunjukkan jumlah materi yang terkandung dalam benda.
Massa menunjukkan jumlah partikel yang tedapat pada sebuah benda. Semakin
tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Sedangkan volume adalah ukuran seberapa banyak ruang yang bisa ditempati

1
dalam suatu objek. Perbandingan antara massa dan volume dari suatu senyawa
disebut kerapatan.
Kerapatan atau densitas adalah pengukuran massa setiap satuan volume
benda. Kerapatan suatu zat dilambangkan dengan ρ (rho), yakni hasil bagi massa
zat oleh volumenya. Makin besar volume dari suatu senyawa, maka makin kecil
kerapatannya. Begitu juga sebaliknya, makin kecil volume dan massa suatu
senyawa, kerapatannya makin besar.
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan
ruangan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan dengan
menimbang air.
Dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam
memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat
menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya.
Percobaan ini dilakukan agar dapat mengetahui banyaknya manfaat dari
penentuan bobot jenis.
1.2 Maksud Percobaan
Mengetahui dan menentukan bobot jenis serta rapat jenis dari minyak
zaitun.
1.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara menentukan bobot jenis suatu zat atau
sediaan dengan menggunakan piknometer.
2. Mahasiswa dapatmengetahui bobot jenis cairan dari minyak zaitun.
1.4 Prinsip Percobaan
Penentuan bobot jenis dengan menggunakan metode piknometer, prinsip
metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang
ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang piknometer.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Bobot Jenis
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding
dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25o C). Kecuali dinyatakan lain
dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk
cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di
udara pada suhu 25°C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama.
Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat
di udara pada suhu yang ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu
yang sama. Bila pada suhu 25°C zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada
suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi, dan mengacu pada air
yang tetap pada suhu 25oC (Dirjen POM, 1995).
Bobot jenis juga dapat didefinisikan sebagai rasio bobot suatu zat terhadap
bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam
desimal. Penting untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan
adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya,
satu mililiter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6
g/mL. Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot
jenis merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara
bobot suatu zat terhadap sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan
dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin
adalah 1,25 , artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara, dan
bobot jenis alkohol adalah 0,81 , artinya bobot jenis alkohol 0,81 kali bobot
volume air yang setara (Ansel, 2006).
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa
dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang
cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai
perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu
40C atau temperatur lain yang telah ditentukan (Ansel, 1989).

3
Penerapan dalam farmasi. Bobot jenis adalah faktor yang memungkinkan
pengubahan jumlah zat dalam formula farmasetik dari bobot menjadi volume dan
sebaliknya. Bobot jenis juga digunakan untuk mengubah pernyataan kekuatan
dalam b/b, b/v, dan v/v (Ansel.H.C, 2006).
2.1.2 Macam – Macam Bobot Jenis
Menurut Lachman (1994), pengujian bobot jenis dilakukan untuk
menentukan 3 macam bobot jenis yaitu :
1. Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka
dan tertutup.
2. Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka,
tetapi termasuk pori yang tertutup.
3. Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan
tertutup.
2.1.3 Metode Penentuan Bobot Jenis
Menurut Voight (1994) dalam penentuan bobot jenis ada beberapa metode
yang digunakan untuk penentuan bobot jenis pada cairan, yakni :
a. Metode Piknometer
Prinsip metode ini didasarkann atas ketentuan massa cairan dan penentuan
ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang
yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah
hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume
piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
b. Metode Neraca Hidrostatik
Metode ini berdasarkan hukum Achimedes yaitu suatu benda yang
dicelupkan ke dalam cairan akan hilang massa sebesar barat volume cairan yang
terdesak.

4
c. Metode Mohr-Westphal
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada blok timbangan yang ditoreh
menjadi 10 bagian sama dan disetimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan
penentuan kerapatan dengan neraca mohr-westphal adalah penggunaan waktu
yang singkat dan mudah dilakukan.
d. Metode Areometer
Penentuan kerapatan dengan aerometer berskala (timbangan benam,
sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup
yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.
Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang sudah ditera,
dengan isi ruang dalam ml dan suhu tetentu (25oC). Ketelitian metode piknometer
akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan bertambahnya volume
piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipe piknometer,
yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Martin, 1993).
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bobot Jenis
Menurut Sinko (2011), ada beberapa faktor yang mempengaruhi bobot jenis
suatu zat, yakni :
a. Temperatur
Dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat
menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya
pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga
sulit untuk menghitung bobot jenisnya.
b. Massa zat
Jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya
juga menjadi lebih besar.
c. Volume zat
Jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung
pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya
serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.

5
d. Kekentalan/viskositas
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan
senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat
terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya
larut suatu zat.
2.1.5 Pengertian Rapat Jenis
Menurut definisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam
decimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama
kedua zat mempunyai temperature yang sama atau temperature yang telah
diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau
udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut
cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai
standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Roth, 1988).
Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya adalah
kilogram per meter kubik, atau ungkapan yang umum, gram per sentimeter
kubik, atau gram per milliliter. Kerapatan berubah dengan perubahan temperatur
(dalam banyak kasus, kerapatan menurun dengan kenaikan temperatur, karena
hampir semua substansi mengembang ketika dipanaskan). Konsekuensinya
temperatur harus dicatat dengan nilai kerapatannya, tekanan gas harus spesifik.
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur dan tertentu.
Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus
merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat
digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat. Hubungan antara massa dan
volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen,
tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik pemadatan (Packing
Characteristic). Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram/ml (untuk
cairan) atau gram/cm2 (Stoker, 1993).
Menurut Annief (2001), kerapatan partikel bisa keras dan lembut dalam satu
hal dan kasar serta berpori dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan
kerapatan dengan hati-hati. Kerapatan partikel secara umum didefinisikan sebagai

6
berat per satuan volume, kesulitan timbul bila seseorang mencoba untuk
pmenentukan volume dan partikel yang mengandung retakan-retakan mikroskopis
pori-pori dalam ruang kapiler.
2.1.6 Tipe - Tipe Rapat Jenis
Menurut Martin (1993), bisa didefinisikan tiga tipe kerapatan, yaitu :
a. Kerapatan sebenarnya dari bahan itu sendiri, tidak termasuk rongga-rongga
dan pori-pori di dalam partikel yang lebih besar dari dimensi molekuler
atau dimensi atomis dalam kisi-kisi kristal.
b. Kerapatan granul, seperti ditentukan oleh perpindahan tempat dari air raksa,
yang tidak mempenetrasi pada tekanan biasa ke dalam pori-pori yang lebih
kecil sekitar 10 mili micron.
c. Kerapatan bulk, seperti ditentukan dari volume bulk dan berat suatu serbuk
kering dalam sebuah gelas ukur.
Tipe-tipe ruang-ruang udara atau rongga dapat dibedakan menjadi rongga
intrapartikel yang terbuka, rongga intrapartikel yang tertutup, dan ronggan
antarpartikel. Rongga intrapartikel yang terbuka yaitu rongga-rongga terdapat
didalam partikel tunggal, tetapi terbuka pada lingkungan luar. Rongga
intrapartikel yang tertutup yaitu rongga-rongga terdapat didalam partikel tunggal,
tetapi tertutup dari lingkungan luar. Serta, rongga antarpartikel yaitu ruang-ruang
udara antara dua partikel individu (Lachman, L. 1994).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, Etanol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46,07 g/mol
Rumus Struktur :

7
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik
Pemerian : Cairan tak berwarna; jernih; mudah menguap;
dan mudah bergerak; bau khas dan rasa panas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Antiseptik (menghambat mikroorganisme)
Kegunaan : Mensterilkan alat.
2.2.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979 )
Nama Resmi : AQUADESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Rumus Struktur :

Kelarutan : Larut dalam etanol gliserol


Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut
2.2.3 Minyak Zaitun ( Dirjen POM, 1979; Navarro, 1999)
Nama Resmi : OLEUM OLIVAE
Nama Lain : Minyak Zaitun
Rumus Molekul : CH3(CH2)7CHCH(CH2)7)COOH
Berat Molekul : 280,45 g/mol
Rumus Struktur :

8
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol, tercampur dengan eter,
dengan kloroform, dan dengan karbondisulfida
Pemerian : Minyak kuning pucat atau kuning kehijauan
terang; bau dan rasa khas lemah dengan rasa
agak pedas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh
Kegunaan : Sebagai sampel
Khasiat : Mengatasi kulit kemerahan dan melembabkan
kulit

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 20 November 2020,
pukul 10.00 WITA. Bertempat di laboratorium Teknologi jurusan Farmasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan kali ini yaitu : Corong, Gelas Ukur,
Oven, Penjepit, Piknometer, Pipet, Termometer, dan Wadah Stainless.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini, yaitu : Alkohol 70%,
Aquadest, Es batu, Minyak Zaitun, dan Tisu.
3.2 Cara Kerja
1. Dibersihkan piknometer dengan air suling, kemudian dibilas dengan
Alkohol 70%.
2. Dipanaskan piknometer pada suhu 100o C selama 15 menit
3. Dikeluarkan piknometer dari oven, lalu ditimbang massa piknometer kering
50 ml pada neraca analitik sebanyak 3 kali
4. Dimasukkan minyak zaitun sebanyak 50 ml kedalam piknometer
5. Dimasukkan piknometer yang sudah berisi minyak zaitun kedalam wadah
stainless yang berisi es batu
6. Diukur suhunya dengan termometer sampai mencapai suhu 25 o C
7. Setelah mencapai suhu 25o C, diangkat piknometer dan dibersihkan bagian
luar piknometer
8. Ditimbang kembali piknometer pada neraca analitik sebanyak 3 kali
9. Dihitung bobot jenis minyak zaitun

10
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Pengamatan
Piknometer Kosong Piknometer Berisi Sampel
29,7358 g 68,4260 g
29,7427 g 68,4429 g
29,7429 g 68,4280 g
∑ = 89,2213 g ∑ = 205,2969 g
4.2 Perhitungan
Dik : b1 = 89,2213 g / 3 = 29,7404
b2 = 205,2969 g / 3 = 68,4323
v = 50 ml
Dit : ρ = ...?
d = ...?
m
Peny : ρ =
v
b2-b1
=
v
68,4323 - 29,7404 g
=
50 ml
38,6919 g
=
50 ml
= 0,773838 g/ml
ρzat
d =
ρair
0,773838 g/ml
=
1 g/ml

= 0,773838
Jadi, bobot jenis minyak zaitun yang dihasilkan dari percobaan ini
adalah 0,78 g/mL dan rapat jenisnya adalah 2,321512.

11
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan percobaan untuk menentukan bobot jenis
dari minyak zaitun dengan menggunakan metode piknometer. Pertama disiapkan
alat dan bahan. Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah piknometer.
Piknometer digunakan untuk mencari bobot jenis dari suatu zat/cairan, biasanya
terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 10ml-50ml. Alat
lain yang digunakan seperti corong, gelas ukur, oven, penjepit, pipet, termometer,
dan wadah stainless. Bahan yang digunakan alkohol 70%, aquadest, es batu,
minyak zaitun, dan tisu.
Dibersihkan piknometer dengan menggunakan aquadest, kemudian dibilas
dengan alkohol 70% untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong serta
menghilangkan sisa dari pembersihan, karena menurut Rahardjo (2010), biasanya
pencucian menggunakan air akan meninggalkan tetesan pada dinding alat yang
dibersihkan, sehingga dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer
kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel.
Setelah itu dilakukan kalibrasi piknometer, karena menurut Pratama (2008),
kalibrasi ini bertujuan untuk mengetahui berapa volume yang mampu ditampung
dalam satu piknometer.
Piknometer kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 100°C
selama 15 menit. Pada suhu ini, tekanan uap cairan bisa mengatasi tekanan
atmoser dan membentuk gelembung di dalam massa cair. Menurut Lachman
(1994), pada saat ini, standar titik didih yang ditetapkan oleh IUPAC adalah suhu
dimana pendidikan terjadi pada tekanan 1 bar. Pada tekanan dan temperature
udara standar 76 cmHg, 25°C titik didih air sebesar 100°C.
Piknometer yang telah dikeringkan di dalam oven yang bersuhu 100°C
kemudian ditimbang pada neraca analitik sebanyak tiga kali. Nilai berat yang
diperoleh tersebut dirata-ratakan sehingga mendapatlan nilai berat piknometer
kosong. Menurut At.Wood (2008), penimbangan dilakukan sebanyak tiga kali
agar mendapatkan hasil yang lebih akurat dalam suatu proses pengukuran.

12
Minyak zaitun yang digunakan sebagai sampel dimasukkan ke dalam
piknometer sebanyak 50 ml. piknometer yang berisi minyak zaitun kemudian
dimasukkan ke dalam wadah berisi es batu agar terjadi penurunan suhu yang
cepat. Hal ini sesuai dengan Stoker (1993), yaitu tujuan penggunaan wadah yang
berisi es batu untuk mempercepat penurunan suhu hingga mencapat suhu yang
telah ditentukan yakni 25°C. Pengukuran suhu piknometer dengan menggunakan
termometer dilakukan pada suhu 25˚C atau suhu ruangan. Menurut Martin
(1990), karena pada suhu 25C atau pada suhu ruang. Kemudian dibersihkan
bagian luar dari piknometer dan ditimbang kembali piknometer yang sudah berisi
minyak zaitun.
Piknometer berisi minyak zaitun ditimbang kembali pada neraca analitik
sebanyak tiga kali. Hasil yang di dapatkan kemudian dirata-ratakan kembali untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat. Setelah ditimbang, dilakukan perhitungan
sesuai dengan persamaan yang tertera pada literatur. Pada penentuan bobot jenis
diperoleh hasil bobot jenis sebesar 0,773838 g/ml. Menurut Petrucci (1995), bobot
jenis bergantung pada tingkat kekentalan atau viskositas dari sampel. Semakin
encer suatu larutan maka semakin kecil bobot jenisnya, sebaliknya jika semakin
kental suatu cairan maka semakin besar pula bobot jenis.
Menurut Dirjen POM (1979), bobot jenis minyak zaitun pada suhu 25oC
adalah 0,910 sampai 0,913 gram/ mililiter. Sedangkan dari data hasil percobaan
yang telah dilakukan, untuk pengukuran bobot jenis hanya sebesar 0,773838
gram/mililiter.
Kemungkinan yang terjadi yaitu kurangnya ketelitian dari alat yang
digunakan maupun dari pengamat yang melakukan percobaan. Pada percobaan
bobot jenis kesalahan terjadi pada penggunaan alat yaitu kurangnya tingkat
ketelitian pada neraca analitik yang digunakan, kesalahan mata pengamat dalam
membaca angka pada neraca analitik saat menimbang minyak zaitun sehingga
data yang dihasilkan tidak akurat. Selain itu juga pemanasan piknometer yang
kurang maksimal mengakibatkan masih adanya air yang belum menguap serta
kenaikan bobot jenis.

13
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini, yaitu:
1. Penentuan bobot jenis suatu zat atau sediaan dapat dilakukan dengan
menggunakan metode piknometer, dimana ditimbang berat piknometer
kosong dan piknometer berisi minyak zaitun, hasil dari penimbangan ini
akan dimasukan pada rumus bobot jenis. Sehingga dapat ditentukan nilai
dari bobot jenis minyak zaitun.
2. Hasil dari perhitungan bobot jenis cairan minyak zaitun yang didapatkan
yaitu sebesar 0,773838 g/ml.
6.2 Saran
6.2.1 Saran untuk jurusan
Untuk jurusan saran kami yaitu agar jurusan dapat melengkapi sarana dan
prasarana agar dapat memberikan kenyamanan kepada mahasiswa dalam
melakukan aktivitas di kampus Universitas Negeri Gorontalo.
6.2.2 Saran untuk laboratorium
Untuk laboratorium saran kami yaitu agar pihak laboratorium dapat
melengkapi seluruh alat maupun bahan yang ada di dalam laboratorium agar
seluruh aktivitas di dalam laboratorium dapat berjalan dengan tanpa terkendala
masalah apapun.
6.2.3 Saran untuk asisten
Untuk asisten saran kami yaitu agar mereka lebih dapat memperhatikan
praktikan pada saat berjalanny praktikum. Selain itu juga kami berharap asisten
dapat bekerja sama dengan praktikan agar suasana di laboratorium tidak terlalu
menegangkan.

14
15

Anda mungkin juga menyukai