Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, menyampur, meracik,


memformulasi, mengidentifikasi, menganalisis, serta standar obat dan
pengobatan, juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaannya
secara aman. Kata farmasi diturunkan dari bahasa Yunani “pharmakon”, yang
berarti cantik atau elok, yang kemudian berubah artinya menjadi racun, dan
selanjutnya berubah lagi menjadi obat atau bahan obat. Oleh karena itu seorang
ahli farmasi (Pharmacist) ialah orang yang paling mengetahui hal ihwal obat. Ia
satu-satunya ahli mengenai obat, karena pengetahuan keahlian mengenai obat
memerlukan pengetahuan yang mendalam mengenai semua aspek kefarmasian
seperti yang tercantum pada definisi di atas.
Informasi Umum Sediaan Herbal Dalam buku ini yang dimaksud dengan
Sediaan Herbal adalah sediaan obat tradisional yang dibuat dengan cara sederhana
seperti infus, dekok dan sebagainya yang berasal dari simplisia. Simplisia adalah
bahan alamiah berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman yang
digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan atau mengalami
pengolahan secara sederhana serta belum merupakan zat murni kecuali dinyatakan
lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Eksudat tanaman adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni.
Dalam ilmu farmasi sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang
pernah dikenal. Sabun sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun
berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak atau
minyak. Kemampuan sabun dalam pengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat
dibuang dengan pembilasan. Ini sebabkan karena memiliki sifat yaitu rantau
hidrokarbon yang bersifat non polar dapat larut dalam non polar seperti tetesan
minyak dan ujung anion yang tertarik air sehingga terjadi tolak menolak antara
tetes sabun dan minyak.

1
Sabun merupakan senyawa kimia yang salah satunya yang sudah lama
ditemukan. Tahun 2500 sebelum masehi, sabun kalium telah ditemukan oleh
masyarakat Sumeria yang dimanfaatkan sebagai pembersih wol. Sabun berasal
dari campuran minyak dengan kalium karbonat yang terdapat pada abu kayu.
Bangsa mesir pun telah menuliskan tentang sabun yang berkaitan dengan ilmu
kedokteran. Sabun dikenal dengan soap pada Bahasa Inggris yang Bahasa
Latinnya sapo yang telah digunakan pertama kali tahun 77 Masehi oleh Plinny.
Sabun dibuat dengan tallow atau lemak hewan dicampurkan dengan abu dari
pembakaran kayu beech yang bisa dimanfaatkan untuk mewarnakan rambut.
Sabun sebagai pencuci dan pembersih dengan menggunakan air. Sabun yang
memiliki tekstur keras disebut sabun batang. Sabun cair telah digunakan meluas
pada saat itu terutama sarana penunjang publik.
Berdasarkan pernyataan diatas dalam praktikum kali ini kita membuat
modifikasi sediaan herbal yaitu penyabuan tujuan dari percobaan ini yaitu agar
mahasiswa dapat mengetaahui manfaat dari tanaman herbal yang dapat
dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah sediaan herbal yang
telah dimodifikasi dan bermanfaat bagi masyarakat
1.1 Maksud Percobaan
Agar mahasiswa dapat memahami dari tanaman herbal yang dapat
dikembangkan dan cara pembuatan sabun.
1.2 Tujuan Percobaan
Agar mahasiswa dapat mengetahui manfaat dari tanaman herbal yang dapat
dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah sediaan herbal yang
telah dimodifikasi dan bermanfaat bagi masyarakat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Definisi

Sediaan Herbal adalah sediaan obat tradisional yang dibuat dengan cara
sederhana seperti infus, dekok dan sebagainya yang berasal dari simplisia.
Simplisia adalah bahan alamiah berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan
atau mengalami pengolahan secara sederhana serta belum merupakan zat murni
kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Dirjen POM,
1995).
Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum
berupa zat kimia murni. Setiap judul monografi menggunakan nama Latin dari
simplisia yang terdiri atas nama suku (genus) atau nama jenis (species) atau
petunjuk jenis tanaman asal, diikuti dengan bagian tanaman yang dipergunakan.
Ketentuan ini tidak berlaku untuk sediaan herbal yang diperoleh dari beberapa
macam tanaman yang berbeda-beda marganya maupun eksudat tanaman. Pada
monografi setiap simplisia dicantumkan informasi tentang deskripsi tanaman dan
simplisia, habitat, sinonim, nama daerah, nama asing, kandungan kimia, efek
farmakologi, indikasi, kontraindikasi, peringatan, efek yang tidak diinginkan,
interaksi obat, toksisitas, penyimpanan, penyiapan dan dosis. Pada deskripsi
diuraikan nama latin tanaman dan bagian yang digunakan, pemerian serta
makroskopis dari bagian tanaman yang digunakan. Cara kerja obat atau efek
farmakologi didukung oleh data penelitian praklinik maupun data klinik (Dirjen
POM, 1995)
2.1.2 Cara Pembuatan Sediaan Herbal
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam membuat sediaan herbal terdapat
beberapa factor yang harus diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap
khasiat dan keamanan penggunaan sediaan herbal tersebut untuk pengobatan.
Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah (Dirjen POM, 1995):
1) Identifikasi Sebelum menggunakan sediaan herbal sebagai obat harus dipastikan
bahwa tidak menggunakan bahan tanaman yang salah. Menggunakan sediaan
herbal yang salah dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan atau keracunan.
2) Peralatan Peralatan panci atau wadah yang digunakan sebaiknya dari bahan gelas
atau kaca. Gunakan pisau atau spatula atau pengaduk yang terbuat dari bahan
kayu atau baja, saringan dari bahan plastik atau nilon. Jangan menggunakan
peralatan dari bahan aluminium karena dapat bereaksi dengan kandungan kimia
tertentu dari tanaman yang mungkin menjadi toksis.
3) Penimbangan dan pengukuran Pada umumnya timbangan dapur dapat digunakan
walaupun dengan gelas ukur lebih akurat. Ukuran gram atau liter lebih mudah dan
lebih umum digunakan dari pada ukuran besaran lainnya. Apabila mendapat
kesukaran dalam menimbang jumlah yang sedikit atau kecil seperti 10 g, maka
dapat dilakukan dengan penimbangan 20 g, kemudian hasil penimbangan dibagi
dua.
4) Derajat kehalusan bahan tumbuhan obat dalam penyarian bahan berkhasiat yang
terdapat dalam bahan tumbuhan obat, derajat kehalusan merupakan hal yang
terpenting. Derajat kehalusan bukan merupakan faktor tunggal yang
mempengaruhi proses pelepasan bahan berkhasiat, tetapi jumlah dan sifat alami
dari bahan pendamping atau metabolit primer lain yang terdapat dalam bahan obat
juga memegang peranan penting. 131 indikasi secara tradisional digunakan pada
penderita kanker.
5) Penyimpanan Sediaan yang berbeda dapat bertahan untuk jangka waktu yang
berbeda sebelum mulai berkurang atau kehilangan kandungan bahan
berkhasiatnya. Simpanlah infus atau dekok didalam lemari pendingin atau pada
tempat yang teduh. Infus harus dibuat segar setiap hari (24 jam) dan dekok harus
digunakan dalam waktu 48 jam. Tingtur dan sediaan cair lannya seperti sirup dan
minyak atsiri perlu disimpan dalam botol berwarna gelap pada tempat yang teduh
terlindung dari cahaya matahari dan dapat bertahan selama beberapa bulan atau
tahun.
2.1.3 Pengertian Sabun Herbal
Sabun Herbal adalah sabun yang alami di buat secara handmade dengan
mencampurkan bahan-bahan alami dan bahan herbal. Sabun yang berasal dari
bahasa India atau Hindi adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk
mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang
disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga
telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu
permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah
dibawa oleh air bersih (Dirjen POM, 1995).
Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai
alat bantu mencuci atau membersihkan. Banyak sabun merupakan campuran
garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak
atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium
hidroksida) pada suhu 80–100°C melalui suatu proses yang dikenal dengan
saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun
mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan
dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari
minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun. Sama seperti perawatan kulit wajah,
perawatan kulit tubuh kini semakin beragam (Dirjen POM, 1995).
2.1.4 Jenis–Jenis Sabun
Sabun memiliki berbagai bentuk sediaan, diantaranya yaitu (Dirjen POM,
1995):
1. Sabun Batang
Sabun jenis ini adalah jenis pembersih tubuh yang paling lama dan
kemungkinan yang paling pertama diciptakan manusia. Dalam sebuah
prasasti dari zaman Babylonia sekitar tahun 2200 SM, ada catatan yang
menyatakan penggunaan sabun batang yang terbuat dari air, alkali dan
minyak cassia. Sabun jenis ini biasanya mengandung sodium hydroxide
yang diperlukan untuk mengubah lemak nabati atau hewani cair menjadi
sabun keras. Kandungan ini yang bisa membuat kulit menjadi kering.
2. Sabun Cair
Banyak orang yang lebih memilih sabun jenis ini karena lebih
praktis dan higienis. Sama seperti sabun batang, sabun jenis ini juga
memiliki berbagai variasi.
3. Sabun Gel
Dengan tekstur gel, sabun ini tak seringan sabun cair pada
umumnya, namun tak kental sampai terasa lengket. Shower gel semakin
sering ditemukan karena mampu menjadikan kulit lebih lembut setelah
mandi alias tak mengeringkan. Sabun jenis ini pun kadang dikemas
multifungsi sehingga bisa digunakan juga sebagai sampo.
4. Sabun Mandi Minyak
Setelah gel, Anda bisa menemukan sabun dengan kadar minyak
yang lebih banyak. Sabun jenis ini tergolong lebih kental karena
kandungan minyak tersebut. Biasanya, sabun jenis ini memiliki tingkat
pH yang netral sehingga aman digunakan.
5. Sabun Krim
Jenis yang satu ini sedikit mirip dengan sabun cair pada umumnya.
Perbedaannya terletak pada teksturnya yang berupa krim. Sabun jenis ini
biasanya bebas deterjen dan diperkaya dengan pelembap. Untuk
memaksimalkan efeknya, gunakan shower cream dengan gerakan
memijat. Setelah dibilas pun, sabun ini tak meninggalkan rasa kesat pada
kulit. Sabun jenis ini bagus digunakan untuk yang memiliki kulit sangat
kering.
6. Lulur
Membersihkan tubuh sekaligus mengangkat sel-sel kulit mati yang
menumpuk. Ini adalah kegunaan utama dari body scrub. Jenis yang satu
ini bisa digunakan langsung sebagai pembersih tubuh. Tak perlu
scrubbing, menunggu hingga kering, baru mandi. Gunakan dengan
gerakan melingkar sambil memijat tubuh dengan lembut untuk
membantu melancarkan peredaran darah. Pembersih tubuh ini bisa
digunakan untuk jenis kulit apa pun.
2.1.5 Sifat Sabun
Sabun termasuk golongan deterjen karena mempunyai sifat menurunkan
tegangan permukan suatu zat. Untuk itu, bila sabun dipakai membersihkan sesuatu
harus dengan air yang melarutkannya, sambil membuat busa dan mengadakan
emulsifikasi atau lemak palit dan kotoran yang menempel dikulit. Tetapi bila
dengan air sadah sabun tidak dapat berbusa, bahkan ia akan membentuk garam-
garam kapur dan magnesium yang tidak larut air (Rostamailis, 2005)
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Tanaman Jeruk (Citrus spp)
A. Klasifikasi Tjitrosoepomo (2002)
Kingdiom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledomae

Ordo : Rutales Gambar 2.2.1 Jeruk


Famili : Rutaceae (Citrus spp)

Genus : Citrus
Species : Citrus spp.
B. Morfologi
Jeruk (Citrus sp) merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari
Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Jeruk sebagai
tanaman budidaya terdapat bermacam-macam spesies. Masing-masing jenis
banyak sekali kultivarnya. Pada umumnya bentuk tanaman anggota suku Rutaceae
berupa pohon atau perdu dan jarang sekali berbentuk semak. Posisi daun
berhadap-hadapan atau berseling, merupakan daun majemuk menyirip beranak
daun satu (unifoliolatus), permukaan daun berkelenjar minyak yang transparan
(Sarwono, 1982). Bunga beraturan berbentuk anak payung, tandan atau malai,
umumnya berkelamin dua. Kelopak bunga berjumlah empat sampai lima ada yang
berlekatan atau tidak, berwarna hijau, mahkota bunga kebanyakan berjumlah
empat sampai lima dan berdaun lepas berwarna putih. Benang sari berjumlah
empat sampai lima atau delapan sampai sepuluh jarang enam dan jarang lebih dari
sepuluh. Kepala sari berjumlah dua. Tonjolan dasar bunga beringgit atau berlekuk
di dalam benang sari. Bakal buah menumpang tergolong dalam kelompok buah
sejati tunggal berdaging. Dinding buah mempunyai lapisan kulit luar yang tipis,
kaku agak menjangat dan mengandung banyak kelenjar minyak atsiri, mula-mula
berwarna hijau setelah masak warnanya berubah menjadi kuning atau jingga,
lapisan ini berubah menjadi kuning atau jingga, lapisan ini disebut flavedo.
Lapisan tengah bersifat seperti spons terdiri dari jaringan bunga karang yang
berwarna putih, lapisan ini disebut albedo. Lapisan dalam bersekat-sekat sehingga
terbentuk beberapa ruangan. Dalam ruangan terdapat gelembung-gelembung yang
berair yang disebut juice sac. Bijibiji terdapat bebas diantara gelembung-
gelembung tersebut, Placenta axillaris. Bentuk buah bervariasi antara bulat, oval
dan memanjang (Sarwono, 1986).
C. Kandungan Kimia
Komponen utama dari total padatan terlarut sari buah jeruk adalah gula
yang mencapai 75 – 85 %. Jenis gula yang terpenting adalah 2 monosakarida,
yaitu D-glukosa dan D-fruktosa, serta disakarida sukrosa dengan perbandingan
jumlah D-glukosa : D-fruktosa : sukrosa yaitu 1:1:2. Setiap 100 ml sari buah jeruk
siam mengandung 1.02 – 1.24 g glukosa, 1.49 – 1.58 g fruktosa, 2.19 – 4.90 g
sukrosa dengan total gula berkisar antara 4.93 – 7.57 gram. Kandungan gula
meningkat dengan semakin matangnya buah dan sebanding dengan berkurangnya
cadangan pati (Ting dan Attaway, 1971).
D. Khasiat dan Manfaat
Buah jeruk manis juga mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, banyak
mengandung vitamin C untuk mencegah penyakit sariawan dan menambah selera
makan. Selain vitamin C, buah jeruk mengandung vitamin dan mineral lainnya
yang berguna untuk kesehatan. Bila kita memakan jeruk manis setiap hari, maka
tubuh akan sehat (Pracaya, 2000).
2.2.2 Pepaya (Carica papaya L)
A. Klasifikasi Suprapti (2005)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Angiospermae

Ordo : Caricales
Gambar 2.2.2 Pepaya
Famili : Caricaceae (Carica papaya L)
Genus : Carica
Species : Carica papaya L

B. Morfologi
Carica papaya L. adalah semak berbentuk pohon dengan batang yang
lurus dan bulat. Bagian atas bercabang atau tidak, sebelah dalam berupa spons dan
berongga, sebelah luar banyak tanda bekas daun. Tinggi pohon 2,5-10 m, tangkai
daun bulat berongga, panjang 2,5-10 m, daun bulat atau bulat telur, bertulang
daun menjari, tepi bercangap, berbagi menjari, ujung runcing garis tengah 25-75
cm, sebelah atas berwarna hijau tua, sebelah bawah hijau agak muda daun licin
dan suram, pada tiap tiga lingkaran batang terdapat 8 daun. Bunga hampir selalu
berkelamin satu atau berumah dua, tetapi kebanyakan dengan beberapa bunga
berkelamin dua pada karangan bunga yang jantan. Bunga jantan pada tandan yang
serupa malai dan bertangkai panjang, berkelopak sangat kecil mahkota berbentuk
terompet berwarna putih kekuningan, dengan tepi yang bertaju lima, dan tabung
yang panjang, langsing, taju berputar dalam kuncup, kepala sari bertangkai
pendek, dan duduk bunga betina kebanyakan berdiri sendiri, daun mahkota lepas
dan hampir lepas, putih kekuningan, bakal buah beruncing satu, kepala putik lima
duduk,. Buah buni bulat telur memanjang, biji banyak, dibungkus oleh selaput
yang berisi cairan, didalamnya berduri. Berasal dari Amerika, ditanam sebagai
pohon buah (Steenis, 1992).
C. Kandungan Kimia
Tanaman papaya mempunyai kandungan kimia yang berbeda-beda pada
buah, daun, akar maupun biji. Pada buah terkandunga asam butanorat, metal
butanoat, benzilglukosinolat, linalool, papain, asam alfa linoleat, alfa filandren,
alfa terpinen, gamma terpinen, 4-terpineol, dan terpinolen. Pada daun terkandung
alkaloid, dehidrokarpain, pesedokarpain, flavonol, benzilglukosinolat, papain dan
tannin. Seratus gram daun dilaporkan mengandung 74 kalori, 77.5 g H2O, 7 g
protein, 2 g lemak, 11.3 g karbohidrat total, 1.8 g serat, 2.2 g abu, 344 mg
kalsium, 142 mg fosfor, 0.8 mg besi, 18 g natrium, 652 mg kalium, 11.565 µg
beta karoten, 0.09 mg thiamin, 0.48 mg riboflavin, 2.1 mg niasin, 140 mg asam
askorbat dan 136 mg vitamin E (Duke, 1983).
D. Khasiat dan Manfaat
Tanaman papaya ini mempunyai banyak sekali manfaat dan kegunaan dan
telah digunakan secara tradisional untuk: arthiris dan reumatik di Indonesia dan
Haiti; asma dan infeksi pernapasan di Mauritius, Meksiko dan Filipina; kanker di
Australia dan Meksiko; konstipasi dan laksatif di Honduras, Panama dan Trinidad;
meningkatkan produksi susu di Indonesia dan Malaysia; tumor (Uterus) di Ghana,
Indochina, dan Nigeria; dan sifilis di Afrika. Papain adalah enzim yang terkandung
dalam papaya dan telah banyak diteliti manfaatnya. Dalam industri, papain
mempunyai banyak kegunaan antara lain dalam proses penggumpalan susu
(rennet), proses penguraian protein, pembuatan bir, mengempukkan daging, proses
ekstraksi minyak hati ikan tuna, dan membersihkan sutra dan wool sebelum
pewarnaan (Duke, 1983)
2.2.3 Pisang (Musa spp)

A. Klasifikasi (Tjitrosoepomo, 2001)


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales
Gambar 2.2.3 Pisang
Famili : Musaceae (Musa spp)
Genus : Musa
Species : Musa spp
B. Morfologi
Tanaman pisang berasal dari Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat.
Tanaman pisang tumbuh subur di daerah tropik dataran rendah yang curah
hujannya lebih dari 1250 mm tiap tahun dan rata-rata suhu minimum di atas 15oC.
Akan tetapi daerah penghasil pisang yang penting terdapat di luar daerah iklim
tersebut seperti dataran tinggi Afrika Timur, beberapa negara di daerah subtropis
dan di daerah-daerah panas yang terletak dibawah garis lintang 30oC (Bridge et
al., 1995). Secara morfologi tanaman pisang terdiri dari akar (Radix), batang
(Caulix), daun (Folium), bunga (Flos), buah (Frunctus) dan biji (Semen). Organ
tanaman pisang sudah banyak dimanfaatkan, terutama yang sering dimanfaatkan
yaitu buahnya. Buah pisang dapat dikonsumsi secara langsung dan dapat pula
diolah menjadi berbagai jenis olahan makanan seperti kripik pisang, selei pisang,
pisang goreng, dan lain-lain. Tentu saja yang diolah hanya bagian dagingnya saja,
sehingga dari hasil produksi atau pengolahan tersebut meninggalkan limbah yaitu
kulit pisang.
C. Kandungan Kimia
Pisang sudah dikenal sebagai buah yang lezat dan berkhasiat bagi
kesehatan karena pisang mengandung gizi yang baik antara lain menyediakan
energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain dan harganya juga
relatif murah namun memiliki manfaat yang cukup besar. Pisang memiliki
kandungan gizi yang tinggi, dalam 100 g pisang mengandung energi 91 kkal, air
63 g, karbohidrat 24,3 g, lemak 0,10 g, ca 7 mg, magnesium 33 mg, fosfor 33 mg,
vitamin B1 0,05 mg, vitamin B2 0,05 mg, vitamin B6 0,07 mg, vitamin C 20 mg
(Aurore et al., 2009).
D. Khasiat dan Manfaat
Buah pisang juga memiliki banyak manfaat. Kandungan yang terdapat
dalam pisang antara lain vitamin A, vitamin B (Thiamine, Riboflavin, Niacin,
vitamin B6, Folic Acid), vitamin C, Kalsium, Magnesium, Besi, dan Seng.
Dengan demikian pisang juga merupakan salah satu bahan pangan yang mampu
meningkatkan gizi masyarakat (Kasijadi, 2006).
2.2.4 Sereh (Cymbopogon nardus (L.) Rendle.)
A. Klasifikasi Ketaren (1985)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledonae
Ordo : Poales Gambar 2.2.4 Sereh
Famili : Poaceae (Cymbopogon
nardus (L.) Rendle.)
Genus : Cymbopogon
Species : Cymbopogon nardus (L.) Rendle.

B. Morfologi
Serai mempunyai perawakan berupa rumput-rumputan tegak, menahun
dan mempunyai perakaran yang sangat dalam dan kuat. Batangnya dapat tegak
ataupun condong, membentuk rumpun, pendek, masif, bulat dan sering kali di
bawah buku-bukunya berlilin, penampang lintang batang berwarna merah.
Daunnya merupakan daun tunggal, lengkap dan pelepah daunnya silindris,
gundul, seringkali bagian permukaan dalam berwarna merah, ujung berlidah
(ligula), helaian, lebih dari separuh menggantung, remasan berbau aromatik.
Susunan bunganya malai atau bulir majemuk, bertangkai atau duduk, berdaun
pelindung nyata, biasanya berwarna sama umumnya putih. Daun pelindung
bermetamorfosis menjadi gluma steril dan fertil (pendukung bunga). Kelopak
bunga 5 bermetamorfosis menjadi bagian palea (2 unit) dan lemma atau sekam (1
unit), mahkota bermetamorfosis menjadi 2 kelenjar lodikula, berfungsi untuk
membuka bunga di pagi hari. Benang sari berjumlah 3-6, membuka secara
memanjang, kepala putik sepasang berbentuk bulu dengan perpanjangan
berbentuk jambul. Buahnya berupa buah padi, memanjang, pipih dorso ventral,
embrio separo bagian biji (Sudarsono, dkk., 2002).
C. Kandungan Kimia
Kandungan kimia yang terdapat di dalam tanaman serai wangi antara lain
mengandung 0,4% minyak atsiri dengan komponen yang terdiri dari sitral,
sitronelol (66-85%), α-pinen, kamfen, sabinen, mirsen,βfelandren, psimen,
limonen, cis-osimen, terpinol, sitronelal, borneol, terpinen-4-ol, α- terpineol,
geraniol, farnesol, metil heptenon, ndesialdehida, dipenten, metil heptenon,
bornilasetat, geranilformat, terpinil asetat, sitronelil asetat, geranil asetat, β-
elemen, β-kariofilen, βbergamoten, trans- metilisoeugenol, β- kadinen, elemol,
kariofilen oksida (Rusli dkk., 1979 dalam Kristiani, 2013).
D. Khasiat dan Manfaat
Secara tradisional serai wangi digunakan sebagai pembangkit cita rasa pada
makanan, minuman dan obat tradisional (Wijayakusuma, 2002). Serai wangi juga
digunakan sebagai pembangkit cita rasa yang digunakan pada saus pedas, sambel
goreng, sambel petis dan saus ikan (Oyen,1999). Dibidang industri pangan
minyak serai wangi digunakan sebagai bahan tambahan dalam minuman, permen,
daging, produk daging dan lemak (Leung dan Foster,1996). Penggunaan serai
wangi kemudian berkembang, terutama dalam industri parfum yang sebagian
besar terdiri dari citral, yaitu bahan utama untuk produksi α dan β ionon, yang
digunakan sebagai bahan pewangi pada sabun, detergen, krim dan lotion (Oyen,
1999).
2.2.5 Tomat (Lycopersicum esculentum)
A. Klasifikasi Vincent dkk ( 1999)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Magnoliophyta

Ordo : Solanales
2.2.5 Tomat
Famili : Solaneceae (Lycopersicu
Genus : Solanum m esculentum)
Species : Lycopersicum esculentum

B. Morfologi
Tanaman tomat merupakan tanaman herba semusim dari keluarga
Solanaceae. Batang tanaman tomat bervariasi ada yang tegak atau menjalar, padat
dan merambat, berwarna hijau, berbentuk silinder dan ditumbuhi rambut-rambut
halus terutama dibagian yang berwarna hijau. Daunnya berbentuk oval dan
bergerigi dan termasuk daun majemuk. Daun tanaman tomat biasanya berukuran
panjang sekitar 20 – 30 cm serta lebarnya 16 – 20 cm. Daun tanaman tomat
memiliki jarak yang dekat dengan ujung dahan sementara tangkai daunnya
berbentuk bulat berukuran 7 – 10 cm. Bunga tomat berwarna kuning cerah,
termasuk hermaprodit dan dapat menyerbuk sendiri (Setiawan, 2015). Tanaman
tomat memiliki akar tunggang dengan akar samping yang menjalar ke samping.
Warna buah tomat bervariasi dari kuning, orange sampai merah tergantung dari
pigmen yang dominan. Buah tomat adalah buah buni, buah yang masih muda
memiliki warna hijau dan memiliki bulu yang keras, setelah tua buah akan
berwarna merah muda, merah atau kuning mengkilat dan relatif lunak. Buah
tomat memiliki diameter sekitar 4 – 15 cm, rasanya juga bervariasi mulai dari
asam hingga asam kemanisan. Buah tomat berdaging dan banyak mengandung air,
didalamnya terdapat biji berbentuk pipih berwarna coklat kekuningan. Buah tomat
memiliki panjang 3 - 5 mm dan lebar 2 - 4 mm. Biji tomat saling melekat,
diselimuti daging buah dan tersusun berkelompok dengan dibatasi daging buah.
Jumlah biji tomat setiap buah bervariasi, umumnya adalah 200 biji per buah
(Nyoman, 2016).
C. Kandungan Kimia
Buah tomat memiliki banyak kandungan vitamin, diantaranya terdapat
vitamin C yang berfungsi untuk memelihara kesehatan gusi dan gigi. Vitamin A
yang berfungsi untuk kesehatan organ penglihatan, sistem kekebalan tubuh,
pertumbuhan dan reproduksi. Sari buah tomat mengandung vitamin dan mineral
yang cukup lengkap. Dari 100 g jus tomat akan diperoleh kalsium 5 mg, posfor
2,7 mg, zat besi 0,5 mg, natrium 230 mg dan kalium 230 mg (Jumberi, 2006).
Vitamin yang terkandung dalam 100 g sari buah adalah vitamin A1 (1, 50 mg), B1
(0,06 mg), vitamin B2 (0,03 mg) dan vitamin C (40 mg) (Pitojo, 2005).
D. Khasiat dan Manfaat
Tomat mengandung vitamin yakni alkaloid solanin, asam malat, asam
sitrat, adenine, vitamin B1, B2, B6, C dan E yang berfungsi untuk mengobati
beberapa penyakit seperti sariawan, beri-beri, radang syaraf dan sebagainya
(Dalimartha, 2011)
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, Etanol, Etil alcohol
RM/BM : C2H5OH / 46,07 gr/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah


menguap dan mudah bergerak; bau khas ; rasa .
Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru
yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P dan eter P
Kegunaan : Membunuh bakteri pada sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api
2.3.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02 gr/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa


dan tidak berwarna.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2.3.3 NaOH (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
RM / BM : NaOH / 40,00 gr/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping,


keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur ;
putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan
korosif. Segera menyerap karbondioksida. .
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol
(95%)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Zat tambahan.
2.3.4 Minyak Kelapa Murni (Darmoyuwono, 2006)
Nama resmi : VIRGIN COCONUT OIL
Nama lain : Minyak Kelapa Murni
RM/BM : C12H24O2/0,905 gr/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Tidak berwarna, kristal seperi jarum.


Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam alkohol
Kegunaan : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.3.5 Minyak Zaitun (FI ed III 1979 : 458)
Nama resmi : OELUM OLIVAE
Nama lain : Minyak Zaitun
RM/BM : C10H34O2/ 0,910 gr/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan, kuning pucat, atau kuning kehijauan, bau


lemah, tidak tengik, rasa khas. Pada suhu rendah
sebagian atau seluruhnya membeku
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%)P, mudah larut
dakam kloroform P, dan dalam eter P dan dalam
eter minyak tanah P
Kegunaan : Sebahai pelembut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Pelaksanaan
Praktikum Farmakognosi mengenai Modifikasi sediaan herbal yang
dilaksanakan di laboratorium bahan alam Farmasi Fakultas Olahraga dan
Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo pada hari kamis tanggal 22 Oktober 2020
pukul 18.00-20.00 WITA.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam pratikum ini antara lain: Batang
pengaduk, blender, cawan porselen, cetakan, corong, gelas beker, gelas ukur,
kacamata, kain kasar, kain saring, masker, neraca analitik, pipet, spatula, wadah
stainless.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pratikum ini antara lain: Air,
alkohol 70%, simplisia Solanum lycopersicum fructus, simplisia Carica papaya
fructus, simplisia Citrus aurantifolia fructus, simplisia Musa paradisiaca fructus,
simplisia Piper betle folium, minyak zaitun, minyak kelapa, minyak sawit,
pewarna, pewangi, NaOH dan tisu.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Solanum lycopersicum fructus
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang minyak zaitun 23,5 ml, minyak kelapa 15 ml, minyak sawit 10
ml, NaOH 7,4 gr, sampel tomat 250 gr.
3. Dihaluskan sampel menggunakan blender kemudian diperas untuk
mendapatkan sarinya menggunakan kain saring.
4. Diukur sari tomat sebanyak 21 ml di gelas ukur.
5. Dimasukkan NaOH ke dalam wadah yang sudah berisi sari yang telah
diukur dan diaduk sampai larut.
6. Dimasukkan minyak zaitun, minyak kelapa, minyak sawit yang telah diukur
ke dalam dinding blender
7. Dicampurkan larutan NaOH dengan sampel ke dalam minyak zaitun,
minyak kelapa dan minyak sawit di blender tadi.
8. Dipasang cover blender, taruh kain diatas cover tadi untuk menghindari
cipratan dan proses pada putaran tadi. Hentikan blender dan periksa sabun
untuk melihat tahap “ trace ’’
9. Dituang hasil sabun ini ke dalam cetakan, simpan sabun dalam cetakan tadi
selama 2 hari.
3.3.2 Carica papaya fructus
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang minyak zaitun 23,5 ml, minyak kelapa 15 ml, minyak sawit 10
ml, NaOH 7,4 gr, sampel tomat 250 gr.
3. Dihaluskan sampel menggunakan blender kemudian diperas untuk
mendapatkan sarinya menggunakan kain saring.
4. Diukur sari tomat sebanyak 21 ml di gelas ukur.
5. Dimasukkan NaOH ke dalam wadah yang sudah berisi sari yang telah
diukur dan diaduk sampai larut.
6. Dimasukkan minyak zaitun, minyak kelapa, minyak sawit yang telah
diukur ke dalam dinding blender
7. Dicampurkan larutan NaOH dengan sampel ke dalam minyak zaitun,
minyak kelapa dan minyak sawit di blender tadi.
8. Dipasang cover blender, taruh kain diatas cover tadi untuk menghindari
cipratan dan proses pada putaran tadi. Hentikan blender dan periksa sabun
untuk melihat tahap “ trace ’’
9. Dituang hasil sabun ini ke dalam cetakan, simpan sabun dalam cetakan tadi
selama 2 hari.
3.3.3 Citrus aurantifolia fructus
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang minyak zaitun 23,5 ml, minyak kelapa 15 ml, minyak sawit 10
ml, NaOH 7,4 gr, sampel tomat 250 gr.
3. Dihaluskan sampel menggunakan blender kemudian diperas untuk
mendapatkan sarinya menggunakan kain saring.
4. Diukur sari tomat sebanyak 21 ml di gelas ukur.
5. Dimasukkan NaOH ke dalam wadah yang sudah berisi sari yang telah
diukur dan diaduk sampai larut.
6. Dimasukkan minyak zaitun, minyak kelapa, minyak sawit yang telah
diukur ke dalam dinding blender
7. Dicampurkan larutan NaOH dengan sampel ke dalam minyak zaitun,
minyak kelapa dan minyak sawit di blender tadi.
8. Dipasang cover blender, taruh kain diatas cover tadi untuk menghindari
cipratan dan proses pada putaran tadi. Hentikan blender dan periksa sabun
untuk melihat tahap “ trace ’’
9. Dituang hasil sabun ini ke dalam cetakan, simpan sabun dalam cetakan tadi
selama 2 hari.
3.3.4 Musa paradisiaca fructus
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang minyak zaitun 23,5 ml, minyak kelapa 15 ml, minyak sawit 10
ml, NaOH 7,4 gr, sampel tomat 250 gr.
3. Dihaluskan sampel menggunakan blender kemudian diperas untuk
mendapatkan sarinya menggunakan kain saring.
4. Diukur sari tomat sebanyak 21 ml di gelas ukur.
5. Dimasukkan NaOH ke dalam wadah yang sudah berisi sari yang telah
diukur dan diaduk sampai larut.
6. Dimasukkan minyak zaitun, minyak kelapa, minyak sawit yang telah
diukur ke dalam dinding blender
7. Dicampurkan larutan NaOH dengan sampel ke dalam minyak zaitun,
minyak kelapa dan minyak sawit di blender tadi.
8. Dipasang cover blender, taruh kain diatas cover tadi untuk menghindari
cipratan dan proses pada putaran tadi. Hentikan blender dan periksa sabun
untuk melihat tahap “ trace ’’
9. Dituang hasil sabun ini ke dalam cetakan, simpan sabun dalam cetakan tadi
selama 2 hari.
3.3.5 Piper betle folium
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang minyak zaitun 23,5 ml, minyak kelapa 15 ml, minyak sawit 10
ml, NaOH 7,4 gr, sampel tomat 250 gr.
3. Dihaluskan sampel menggunakan blender kemudian diperas untuk
mendapatkan sarinya menggunakan kain saring.
4. Diukur sari tomat sebanyak 21 ml di gelas ukur.
5. Dimasukkan NaOH ke dalam wadah yang sudah berisi sari yang telah
diukur dan diaduk sampai larut.
6. Dimasukkan minyak zaitun, minyak kelapa, minyak sawit yang telah
diukur ke dalam dinding blender
7. Dicampurkan larutan NaOH dengan sampel ke dalam minyak zaitun,
minyak kelapa dan minyak sawit di blender tadi.
8. Dipasang cover blender, taruh kain diatas cover tadi untuk menghindari
cipratan dan proses pada putaran tadi. Hentikan blender dan periksa sabun
untuk melihat tahap “ trace ’’
9. Dituang hasil sabun ini ke dalam cetakan, simpan sabun dalam cetakan tadi
selama 2 hari.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No Sampel Hasil Organoleptis
1. Buah Tomat Berwarna merah
bata dan memiliki
bau yang wangi

2. Buah Pepaya Berwarna orange


dan memiliki bau
khas sabun

3. Buah Jeruk Berwarna kuning


dan memiliki bau
khas manis

4. Buah Pisang Berwarna merah


bata dan memiliki
bau aromatik soft

5. Daun sirih Berwarna hijau dan


memiliki bau yang
wangi

4.2 Pembahasan
Sediaan herbal adalah sediaan obat tradisional yang dibuat dengan cara
sederhana seperti infus, dekok, dan sebagainya yang berasal dari simplisia.
Simplisia adalah bahan alamiah berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan
apapun kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
Tujuan praktikum modifikasi sediaan herbal ini yaitu agar kita bisa
mengetahui manfaat dari tanaman herbal yang dapat dikembangkan sedemikian
rupa sehingga menjadi sebuah sediaan herbal yang telah dimodifikasi dan dapat
bermanfaat.
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan sabun. Sabun herbal adalah sabun
yang alami di buat secara handmade dengan mencampurkan bahan-bahan alami
dan bahan herbal.
Di percobaan pembuatan sabun ini, sampel yang digunakan yaitu sampel
simplisia dari tomat, pepaya, jeruk, pisang dan sirih. Cara kerjanya hampir sama,
yang membedakan hanya penggunaan sampel masing-masing kelompok yang
berbeda.
Hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan kemudian membersihkan semua alat menggunakan alkohol 70%,
karena menurut (Pratiwi, 2008) alkohol dengan konsentrasi 70% dapat berperan
sebagai desinfektan dan mempercepat pembersihan alat dari benda asing maupun
mikrooraganisme.
Lalu ditimbang masing-masing sampel tersebut sebanyak 45 gr dan 25 gr
pada neraca mekanik tujuannnya untuk mendapatkan berat sampel yang akan
digunakan serta dapat memperoleh hasil penimbangan yang pasti atau akurat
(Rully, 2012).
Sampel yang telah di ukur tadi, dimasukan kedalam blender dan diblender
hingga halus. Lalu sampel tersebut diperas dan diambil air perasan sampel
tersebut. Diukur masing-masing sari sampel tersebut sebanyak 10,5 ml. Lalu sari
sampel tersebut dimasukan kedalam gelas erlenmeyer dan ditambahkan NaOH
dan diaduk hingga homogen. Ketika penambahan NaOH campuran harus diaduk
terus menerus agar campuran bercampur secara merata. Penambahan NaOH
berfungsi untuk penetralisir asam karena sifatnya yang basa. Penambahan ini juga
dilakukan agar terbentuk sabun yang keras, karena apabila menggunakan basa
kuat lainseperti KOH maka akan terbentuk sabun yang lunak bahkan cair (Kirk
dkk., 1952)
Lalu di ukur minyak kelapa sebanyak 15 ml, minyak kelapa sawit sebanyak
10 ml, dan minyak zaitun 23,5 ml. Penambahan minyak kelapa berfungsi sebagai
penghasil busa dalam sabun dan menghasilkan sabun yang keras. Juga merupakan
agen pembersih pada sabun karena bersifat membersihkan. Minyak kelapa sawit
juga berfungsi untuk menghasilkan sabun yang keras dan dapat bertahan lama saat
digunakan. Minyak kelapa sawit dapat menghambat busa yang dihasilkan oleh
sabun jika digunakan terlalu banyak. Dan penambahan minyak zaitun pada
pembuatan sabun dianggap sebagai obat terbaik untuk kulit kering karena
membantu mengangkat sel kulit mati dan dapat melembabkan kulit (Taufik,
2012).
Lalu tuangkan minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak zaitun dan
pewangi ke dalam blender, dan ditambahkan juga NaOH yang telah bercampur
dengan sarian sampel tadi. Diblender hingga mengental atau sudah terbentuk
trace. Trace adalah kondisi dimana sabun sudah terbentuk dan merupakan akhir
dari proses pengadukan. Kemudian dimasukan kedalam cetakan dan dimasukan
ke dalam suhu ruangan atau lemari es.
Setelah semuanya selesai, praktikan meneliti warna dan bau dari masing-
masing sampel yang dibuat. Dan hasilnya yaitu pembuatan sabun dengan
menggunakan sampel tomat hasilnya berwarna merah bata dan memiliki bau yang
wangi, untuk pembuatan sabun dengan menggunakan sampel papaya hasilnya
berwarna orange dan memiliki bau khas sabun, untuk pembuatan sabun dengan
menggunakan sampel jeruk hasilnya berwarna kuning muda dan memiliki bau
yang wangi, untuk pembuatan sabun dengan menggunakan sampel pisang
hasilnya berwarna merah bata dan memiliki bau aromatik soft, dan untuk
pembuatan sabun dengan menggunakan sampel sirih hasilnya berwarna hijau dan
memiliki bau yang wangi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan ini maka dapat disimpulkan bahwa tanaman


herbal dapat di kembangkan sedemikian rupa menjadi sediaan sabun yang telah di
modifikasi serta memiliki manfaat dan berguna untuk msyarakat.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Asisten
Diharapkan agar kerja sama antara asisten dengan praktikan lebih
ditingkatkan dengan banyak memberi wawasan tentang tingtur, asisten dan
praktikan diharapkan tidak ada missed communication selama proses praktikum
agar hubungan antara asisten dengan praktikan tetap terjaga baik, hubungan
asisten dengan praktikan diharapkan selalu terjaga keharmonisannya agar dapat
tercipta suasana kerjasama yang baik.
5.2.2 Saran Untuk Praktikan
Untuk praktikan diharapkan lebih banyak menguasai materi mengenai
percobaan tingtur ini dan diharpakan dapat tepat waktu dalam proses pelaksanaan
praktikum. Praktikan diharapkan akan mendapatkan hasil yang maksimal.
5.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan dapat menjaga kebersihan dan tatanan di dalam laboratorium
agar dapat melakukan praktikum dengan nyaman.
5.2.4 Saran Untuk Jurusan
Untuk lebih memfasilitasi alat yang akan digunakan untuk praktikum di
laboratorium agar para praktikan tidak mengalami kendala dalam melakukan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Aurore, G., B. Parfait, and L. Fahrasmane. 2009. Bananas, raw materials for
making processed food products. Journal Trends in Food Science and
Technology, 20 : 78-91

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, 458.

Ditjen POM, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi ke IV. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Duke. 1983. A handbook of bioenergy crops. Earthscan Press. New York

Dalimartha, S dan Adrian, F. 2011. Khasiat Buah dan Sayur. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Darmoyuwono, W.(2006). Gaya Hidup Sehat Dengan Virgin Coconut Oil.


Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Dirjen POM. 1997. Acuan Sediaan Herbal Volume Kelima. Jakarta: Depkes RI

Gembong Tjitrosoepomo. 2002. Taksonomi Tumbuhan

(spermatopyta).
Yogyakarta : Gajah MadaUniversity Press

Kasijadi, F. (2006). Penerapan Agribisnis Berbasis Pisang Spesifik Lokasi Pisang


Mas dan Agung. Pertanian BB2TP. BPTP Jawa Timur

Ketaren, S., 1985, Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, Balai Pustaka, Jakarta.

Nyoman, D. 2016. Uji efektivitas teknik ekstraksi dan dry heat treatment terhadap
kesehatan bibit tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Jurnal
Agroekoteknologi. 5 (1) : 2301 – 6515.

Leung A. Y. dan S. Foster. 1996. Encyclopedia of common natural ingredients


used in food, drugs and cosmetic. Edition 2, John Wiley & Sons, New
York.

Oyen, L. P. A., and N. X. Dung. 1999. Plants Resources of South East Asia :
Essential Oil No. 19, Prosea, Bogor, Indonesia

Pitojo,S. 2005. Benih Tomat. Kanisius. Yogyakarta

Pracaya. 2000. Jeruk Manis: Varietas, Budidaya dan Pascapanen. Swadaya.


Jakarta
Rostamailis, A. 2005. Analisis Sediaan Sabun. Padang: Universitas Negeri
Andalas.

Rusli, S., Sumangat, D., dan Sumirat, I.S. (1979). Pengaruh Lama Pelayuan dan
Lama Penyulingan Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak
Pada PenyulinganSerai Dapur. Pemberitaan LPTI

Sarwono, B. 1986. Jeruk dan kerabatnya. Penebar Swadaya.

Setiawan, A. Budi. 2015. Induksi Partenokarpi pada Tujuh genotip tomat


(Solanum lycopersicum) dengan Giberelin. Tesis. Yogyakara: UGM

Sudarsono, dkk. (2002). Dalam Tumbuhan obat II. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada Sekip Utara.

Suprapti, Lies. 2005. Dasar – dasar Teknologi Pangan. Surabaya: Penerbit Vidi
Ariesta

Ting, V.S. dan J.A Attaway. 1971. Citrus Fruits. Academic Press. London.

Tjitrosoepomo, (2001). Morfologi Tumbuhan.Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta

Van Steenis,C.G.G.J. 1992. Flora. Penerjemah : M Soeryowinoto,dkk. Cetakan 5.


PT.Pradnya Paramita.Jakarta.

.
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Alat dan Bahan


1. Alat
No. Nama Alat Gambar Fungsi
1. Batang pengaduk Sebagai pengaduk
larutan

2. Blender Untuk menghaluskan


sampel

3. Cawan porselin Untuk meletakkan


NaOH

4. Cetakan Untuk meletakkan


sampel yang telah di
blender
5. Cetakan Untuk meletakkan
sampel yang telah di
blender

6. Gelas Kimia Untuk meletakkan


larutan uji atau sampel

7. Gelas ukur Untuk mengukur


larutan

8. Kain Saring Untuk memisahkan


filtrat dan residu

9. Masker Di pakai selama


pembuatan NaOH

29
10. Neraca Mekanik Untuk menimbang
berat sampel

11. Pipet Untuk memindahkan


sampel atau zat
tambahan yang
bersifat cair

12. Spatula Untuk mengambil


sampel

13. Sarung tangan Digunakan selama


pembuatan sabun
2. Bahan
No. Nama Bahan Gambar Fungsi
1. Alkohol 70% Sebagai desinfektan
untuk membersihkan
alat

2. Aquadest Sebagai zat pelarut

3. Minyak kelapa Sebagai bahan


tambahan

4. Minyak sawit Sebagai bahan


tambahan

5 Minyak zaitun Sebagai bahan


tambahan

30
6. NaOH Sebagai zat tambahan

7. pewarna Sebagai zat tambahan

8. Pewangi Sebagai zat tambahan

9. Sampel jeruk Sebagai sampel

Sampel papaya Sebagai sampel

11. Sampel jeruk Sebagai sampel


12. Sampel tomat Sebagai sampel
Lampiran 2 : Diagram Alir
1. Modifikasi Sediaan Herbal Solanum lycopersicum fruktus

Sampel Buah Tomat

- Ditimbang sampel sebanyak 25 dan 45 gr.


- Diblender sampel pertama 25 gr dan ditambahkan aquadest
sebnyak 100 mL.
- Diperas dan diletakkan di gelas.
- Ditimbang sampel kedua sebanyak 45 gr tanpa air.
- Diblender sampai halus.
- Diperas dan dicampurkan dengan sari pertama
(diuasahakan jumlah sari adalah 300 mL, kalau tidak cukup
ditambahkan aquadest sampai 300 mL).
- Diukur minyak kelapa 15 mL.
- Diukur minyak zaitun 23,5 mL.
- Diukur minyak sawit 10 mL.
- Ditimbang NaOh sebanyak 7,4 gr.
- Dimasukkan ke dalam gelas.
- Dimasukkan kedalam sari.
- Diaduk sampai tercampur.
- Dimasukkan kedalam blender.
- Dimasukkan minyak kelapa, minyak zaitun, dan minyak
sawit.
- Di blender hingga tercampur, lalu ditambahkan pewarna
dan pewangi.
- Dikocok lalu di letakkan di cetakan.
- Didiamkan dengan suhu ruangan.

Modifikasi Sediaan Herbal


Solanum lycopersicum
fruktus
2. Modifikasi Sediaan Herbal Carica papaya fruktus

Sampel Buah Pepaya

- Ditimbang sampel sebanyak 25 dan 45 gr.


- Diblender sampel pertama 25 gr dan ditambahkan aquadest
sebnyak 100 mL.
- Diperas dan diletakkan di gelas.
- Ditimbang sampel kedua sebanyak 45 gr tanpa air.
- Diblender sampai halus.
- Diperas dan dicampurkan dengan sari pertama
(diuasahakan jumlah sari adalah 300 mL, kalau tidak cukup
ditambahkan aquadest sampai 300 mL).
- Diukur minyak kelapa 15 mL.
- Diukur minyak zaitun 23,5 mL.
- Diukur minyak sawit 10 mL.
- Ditimbang NaOh sebanyak 7,4 gr.
- Dimasukkan ke dalam gelas.
- Dimasukkan kedalam sari.
- Diaduk sampai tercampur.
- Dimasukkan kedalam blender.
- Dimasukkan minyak
kelapa, minyak zaitun, dan minyak
sawit.
- Di blender hingga tercampur, lalu ditambahkan pewarna
dan pewangi.
- Dikocok lalu di letakkan di cetakan.
- Didiamkan dengan suhu ruangan.

Modifikasi Sediaan Herbal


Carica -papaya
fruktus
3. Modifikasi Sediaan Herbal Citrus limon fruktus

Sampel Buah Lemon

- Ditimbang sampel sebanyak 25 dan 45 gr.


- Diblender sampel pertama 25 gr dan ditambahkan aquadest
sebnyak 100 mL.
- Diperas dan diletakkan di gelas.
- Ditimbang sampel kedua sebanyak 45 gr tanpa air.
- Diblender sampai halus.
- Diperas dan dicampurkan dengan sari pertama
(diuasahakan jumlah sari adalah 300 mL, kalau tidak cukup
ditambahkan aquadest sampai 300 mL).
- Diukur minyak kelapa 15 mL.
- Diukur minyak zaitun 23,5 mL.
- Diukur minyak sawit 10 mL.
- Ditimbang NaOh sebanyak 7,4 gr.
- Dimasukkan ke dalam gelas.
- Dimasukkan kedalam sari.
- Diaduk sampai tercampur.
- Dimasukkan kedalam blender.
- Dimasukkan minyak
kelapa, minyak zaitun, dan minyak
sawit.
- Di blender hingga tercampur, lalu ditambahkan pewarna
dan pewangi.
- Dikocok lalu di letakkan di cetakan.
- Didiamkan dengan suhu ruangan.

Modifikasi Sediaan Herbal


-
Citrus limon
fruktus
4. Modifikasi Sediaan Herbal Musa acuminata fruktus

Sampel Buah Pisang

- Ditimbang sampel sebanyak 25 dan 45 gr.


- Diblender sampel pertama 25 gr dan ditambahkan aquadest
sebnyak 100 mL.
- Diperas dan diletakkan di gelas.
- Ditimbang sampel kedua sebanyak 45 gr tanpa air.
- Diblender sampai halus.
- Diperas dan dicampurkan dengan sari pertama
(diuasahakan jumlah sari adalah 300 mL, kalau tidak cukup
ditambahkan aquadest sampai 300 mL).
- Diukur minyak kelapa 15 mL.
- Diukur minyak zaitun 23,5 mL.
- Diukur minyak sawit 10 mL.
- Ditimbang NaOh sebanyak 7,4 gr.
- Dimasukkan ke dalam gelas.
- Dimasukkan kedalam sari.
- Diaduk sampai tercampur.
- Dimasukkan kedalam blender.
- Dimasukkan minyak
kelapa, minyak zaitun, dan minyak
sawit.
- Di blender hingga tercampur, lalu ditambahkan pewarnadan
pewangi.
- Dikocok lalu di letakkan di cetakan.
- Didiamkan dengan suhu ruangan.

Modifikasi Sediaan Herbal


-
Musa
acuminata
fruktus
5. Modifikasi Sediaan Herbal Piper betle folium

Sampel Daun Sirih

- Ditimbang sampel sebanyak 25 dan 45 gr.


- Diblender sampel pertama 25 gr dan ditambahkan aquadest
sebnyak 100 mL.
- Diperas dan diletakkan di gelas.
- Ditimbang sampel kedua sebanyak 45 gr tanpa air.
- Diblender sampai halus.
- Diperas dan dicampurkan dengan sari pertama
(diuasahakan jumlah sari adalah 300 mL, kalau tidak cukup
ditambahkan aquadest sampai 300 mL).
- Diukur minyak kelapa 15 mL.
- Diukur minyak zaitun 23,5 mL.
- Diukur minyak sawit 10 mL.
- Ditimbang NaOh sebanyak 7,4 gr.
- Dimasukkan ke dalam gelas.
- Dimasukkan kedalam sari.
- Diaduk sampai tercampur.
- Dimasukkan kedalam blender.
- Dimasukkan minyak kelapa, minyak zaitun, dan minyak
sawit.
- Di blender hingga tercampur, lalu ditambahkan pewarna an
pewangi.
- Dikocok lalu di letakkan di cetakan.
- Didiamkan dengan suhu ruangan.

Modifikasi Sediaan Herbal


Piper betle
folium
Lampiran 3 : Skema Kerja
1. Modifikasi Sediaan Herbal Solanum lycopersicum fruktus
2.
3.
4.
5.
Ditimbang
6. sampel 45 gr. Diblender Ditambahkan aquadest 100 ml. Diletakkan di
7. sampai halus. kain saring
lalu di peras.

Diukur minyak sawit sebnyak 15 mL Diperas Diblender


Ditimbang
sampai
sampel
halus.kedua seenyak 45 gram tanpa aqu
kembali

Ditimbang
Diukur minyak sawit sebanyak 10 mL Diukur Dimasukka kedalam sari
NaOH
minyak sebanyak 7,4 gr
zaitun dan
sebanyak dimasukkan
23,5 mL dalam wadah.

Dicampurkan Diaduk sampai tercampur


Ditambahkan pewarna dan pewangi
Diletakan di cetakan semua bahan
dan diblender.
2. Modifikasi Sediaan Herbal Carica papaya fruktus
8.
9.
10.
11.
Ditimbang
12. sampel 45 gr. Diblender Ditambahkan aquadest 100 ml. Diletakkan di
13. sampai halus. kain saring
lalu di peras.

Diukur minyak sawit sebnyak 15 mL Diperas Diblender


Ditimbang
sampai
sampel
halus.kedua seenyak 45 gram tanpa aqu
kembali

Diukur minyak sawit sebanyak 10 mL Diukur Ditimbang NaOH Dimasukka


sebanyak
minyak 7,4 gr dan dimasukkan dalam wadah. sari
kedalam
zaitun
sebanyak
23,5 mL

Ditambahkan Dicampurkan Diaduk sampai


Diletakan di
pewarna dan semua bahan tercampur
cetakan
pewangi dan diblender.

39
3. Modifikasi Sediaan Herbal Citrus limon fruktus
1.
2.
3.
4.
Ditimbang
5. sampel 45 gr. Diblender Ditambahkan aquadest 100 ml. Diletakkan di
6. sampai halus. kain saring
lalu di peras.

Diukur minyak sawit sebnyak 15 mL Diperas Diblender


Ditimbang
sampai
sampel
halus.kedua seenyak 45 gram tanpa aqu
kembali

Diukur minyak sawit sebanyak 10 mL Diukur Ditimbang NaOH Dimasukka


sebanyak
minyak 7,4 gr dan dimasukkan dalam wadah. sari
kedalam
zaitun
sebanyak
23,5 mL
4. Modifikasi Sediaan Herbal Musa acuminata fruktus
14.
15.
16.
17.
Ditimbang
18. sampel 45 gr. Diblender Ditambahkan aquadest 100 ml. Diletakkan di
19. sampai halus. kain saring
lalu di peras.

Diukur minyak sawit sebnyak 15 mL Diperas Diblender


Ditimbang
sampai
sampel
halus.kedua seenyak 45 gram tanpa aqu
kembali

Diukur minyak sawit sebanyak 10 mL Diukur Ditimbang NaOH Dimasukka


sebanyak
minyak 7,4 gr dan dimasukkan dalam wadah. sari
kedalam
zaitun
sebanyak
23,5 mL

Ditambahkan Dicampurkan Diaduk sampai


Diletakan di pewarna dan pewangi semua bahan tercampur
cetakan
dan
diblender.
41
5. Modifikasi Sediaan Herbal Piper betle folium
1.
2.
3.
4.
Ditimbang
5. sampel 45 gr. Diblender Ditambahkan aquadest 100 ml. Diletakkan di
6. sampai halus. kain saring
lalu di peras.

Diukur minyak sawit sebnyak 15 mL Diperas Diblender


Ditimbang
sampai
sampel
halus.kedua seenyak 45 gram tanpa aqu
kembali

Diukur minyak sawit sebanyak 10 mL Diukur Ditimbang NaOH Dimasukka


sebanyak
minyak 7,4 gr dan dimasukkan dalam wadah. sari
kedalam
zaitun
sebanyak
23,5 mL

Ditambahkan Dicampurkan Diaduk sampai


Diletakan di pewarna dan pewangi semua bahan tercampur
cetakan
dan
diblender.
1

Anda mungkin juga menyukai