BANTEN
A. PEMBAHASAN
1. Latar Belakang Masalah
Dialetika demokrasi Indonesia semenjak tahun 1980 yang ditandai dengan
runtuhnya rezim Soeharto berdampak pada munculnya berbagai model
pembangunan politik diberbagai daerah di Indonesia. Pembangunan politik sangat
menentukan perkembangan daerah yang baru mulai memiliki ototnomi.
Pembangunan politik yang cukup menarik untuk dicermati dari beberapa daerah di
Indonesia adalah pembangunan politik di Provinsi Banten. Titik awal
pembangunan politik di Provinsi Banten yang patut ditelaah adalah ketika tahun
2002 Banten berpisah dari Jawa Barat dan resmi menjadi provinsi sendiri sebagai
dampak dari desentralisasi di Indonesia.
Masyarakat Banten mengenal Tubagus Chasan Sochib atau yang biasa
dipanggil Abah Chasan sebagai tokoh yang paling berperan dalam berdirinya
Provinsi Banten. Tubagus Chasan Sochib merupakan tokoh jawara yang paling
disegani di Banten dan memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam sektor budaya,
sosial, dan ekonomi. Dalam kebudayaan masyarakat Banten, jawara memiliki
posisi yang paling kharismatik dan memiliki posisi yang setingkat raja karena dia
dikenal masyarakat sebagai ketua para jawara. Kejawaraan ini memiliki pengaruh
yang berdampak pada aspek ekonomi, terutama dalam ranah infrastruktur seperti
proyek pembanguna jalan dan gedung di Banten.
Pada awalnya Tubagus Chasan Sochib tidak terlalu dikenal dalam kancah
politik. Namun pasca munculnya isu desentralisasi menjadi dorongan untuk
Banten turut serta dalam pemekaran wilayah. Hal ini dijadikan momentum oleh
Tubagus Chasan Sochib memperkuat eksistensinya sebagai tokoh Banten
sekaligus melanggegkan bisnisnya dalam sektor infrasturktur. Dinasti politik ini
diawali dengan pencalonan anak dari Ratu Atut Chosiah sebagai calon wakil
gubernur Banten yang disandingkan dengan Hakamuddin Djamal, yang kemudian
digantiikan oleh Ratu Atut menajdi gubernur menggantikan Djamal yang saat itu
tersandung kasus korupsi. Ratu Atut menjadi gubernur untuk periode 2005-2007.
Sejak saat itulah pembangunan politik diansti keluarga ini mulai dirintis dan
dikembangkan kedalam berbagai sektor politik strategis di Bnaten. Dari
kemenangan dalam perebutan posisi nomor satu di Banten pada tahun 20117-2012
dan kembali terpilih ditahun 2012. Ratu Atut yang dibayangi oleh sosok ayahnya
berhasil membawa masuk keluarga dan kerabatnya dalam jabatan elit politij
pemerintahan Banten. Proses pembangunan politik dinasti ini begitu gemilang dan
berjalan mulus tanpa hambatan yang berarti. Kekuatan politik dinasti yang
dibangun mengakar dari tingkat pusat provinsi, kabupaten, kecamatan, bahkan
desa.
Kegemilangan pembangunan politik dinasti Ratu Atut sempat mengalami
pukulan pada tahun 2011. Hal ini dikarenakan ayah dari Ratu Atut, Tubagus
Chasan Sochib meninggal dunia dan membuat Ratu Atut sangat terpukul. Banyak
pihak yang meramalkan bahwa politik dinasti Ratu Atut akan runtuh karena tokoh
dibelakang layar yang selama ini menjadi figur andalan Ratu Atut sudah tidak ada.
Prediksi para pengamat politik akan runtuhnya diansti ratu atut seakan
mendapatkan kebenaran. Pada tahun 2013 ratu atut dan adiknya tubagus chairil
wardana berhasil ditangkap KPK atas kasus suap hakim Mahkamah Konstitusi,
Akil Mochtar, dan korupsi alat kesehatan.
Para pengamat politik berbicara mengenai potensi korupsi yag sangat besar
dalam lingkaran dinasti keluarga Ratu Atut. Disamping para pengamat politik ini
juga sedang membidik keluarga dan kerabat Ratu Atut di Banten akan kasus
korupsi dan pelanggaran etika politik. Namun pemilihan legislatif 2014 dan
pilkada serentak 2015 mematahkan berbagai prediksi para pakar dan pengamat
politik. Kerabat ratu atut berhasil terpilih kembali dan seolh tidak terjadi apa-apa
pada tahun 2013.
2. Identifikasi Masalah
Permasalahan dalam penulisan makalah ini dapat diidentifikasi
permasalahannua sebagai berikut:
3. Pembatasan Masalah
Agar penulisan makalah ini lebih terarah, terfokus, dan menghindari
pembahasan menjadi terlalu luas, maka penulis perlu membatasinya. Adapun
batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pembahasan mengenai dinasti politik pada masa kepemimpinan Ratu
Atut.
b. Pemaparan mengenai strategi Ratu Atut dalam mempertahankan poltik
dinastinya.
c. Analisis kasus dinasti Ratu Atut dalam Etika Administrasi Negara.
4. Rumusan Masalah
a. Bagaimana dinasti politik di Provinsi Banten pada masa kepemimpinan
Gubernur Ratu Atut?
b. Bagaimana strategi Ratu Atut dalam mempertahankan politik dinastinya?
c. Bagaimana pandangan kasus dinasti politik Ratu Atut dalam Etika
Administrasi Negara?
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Dinasti Politik
2. Korupsi
Korupsi berasal dari kata latin corrumpere, corruptio atau corruptus yang artinya
penyimpangan dari kesucian, tindakan tak bermoral, kebejatan, kebusukan,
ketidakjujuran atau kecurangan.
Dalam kamus bahasa Indonesia yang terbaru dapat ditemukan bahwa korupsi
berarti penyelewengan atau penggelapan (uang negara, perusahaan dan sebagainya)
untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Terdapat 2 macam korupsi yaitu korupsi
uang dan korupsi waktu.
Istilah lain yang biasanya dihubungkan dengan korupsi adalah manipulasi yang
berarti memainkan, menggunakan, menyelewengkan atau mendalangi. Nepotisme
juga punya kaitan erat dengan korupsi merkipun istilah ini kurang mendapatkan
perhatian yang memadai dari para penulis masalah korupsi. Nepotisme adalah usaha-
usaha yang disengaja oleh seoraang pejabat denga memanfaatkan kedudukan dan
jabatannya untuk menguntungkan posisi, pangkat, dan karier diri sendiri, famili dapat
berupa kewenangan, pangkat, kesempatan atau keuntungan material.
Awal mula kemunculan fenomena dinasti politik di Banten dimulai sejak Ratu
Atut Chosiyah naik posisi dari Wakil Gubernur menjadi Pelaksana Tugas (Plt)
Gubernur pada tahun 2005, menggantikan Djoko Munandar, Gubernur Banten
definitif pertama pasca provinsi yang diberhentikan karena kasus korupsi dana
perumahan anggota DPRD Banten. Namun demikian, sinyal dan potensi ke arah
terbentuknya dinasti politik sebetulnya sudah mulai tampak sejak Pilgub pertama
tahun 2001.
Sinyal dan potensi itu paling tidak, tampak pada dominasi Tb. Chasan Sochib,
ayahanda Ratu Atut, dengan kekuatan jaringan jawaranya yang mendominasi jalannya
proses perhelatan Pilgub pada waktu itu. Kurang lebih setahun setelah menjabat
sebagai Plt Gubernur Banten, tahun 2006 Pilgub Banten kedua yang untuk pertama
kalinya dilaksanakan secara langsung digelar. Ratu Atut kemudian maju sebagai calon
Gubernur didampingi Masduki, dan terpilih. Sejak menjadi orang nomor satu di
Banten inilah, satu per satu anggota keluarga besar Ratu Atut masuk ke arena politik
praktis, baik di lembaga eksekutif maupun legislatif di berbagai tingkatan lembaga
perwakilan. Diawali oleh Airin Rachmi Diany yang maju dalam Pilkada Kabupaten
Tangerang tahun 2008 sebagai calon Wakil Bupati mendampingi Jazuli Juwaini
(politisi PKS). Airin adalah adik ipar Ratu Atut; isteri Tb. Chaeri Wardana. Pada
waktu itu pasangan mereka dikalahkan pasangan petahana, Ismet Iskandar-Rano
Karno. Pada tahun ini juga adik tiri Atut, Tubagus Haerul Jaman, maju sebagai calon
Wakil Walikota Serang berpasangan dengan Bunyamin dan menang.
Tidak sampai tiga tahun kemudian, Jaman naik menjadi Walikota Serang,
menggantikan Bunyamin yang meninggal dunia. Pada Pilkada Kota Serang tahun
2013, Jaman kembali maju dan menang. Tahun 2010, giliran adik kandung Ratu Atut,
Ratu Tatu Chasanah, mengikuti Pilkada Kabupaten Serang sebagai calon Wakil
Bupati Serang 2010-2015 mendampingi Taufik Nuriman dan terpilih. Pada tahun
2010 ini juga, Airin yang gagal di Pilkada Kabupaten Tangerang tahun 2008, kembali
maju pada Pilkada Kota Tangerang Selatan sebagai calon Walikota. Berpasangan
dengan Benyamin Davnie, Airin akhirnya terpilih sebagai Wali Kota Tangerang
Selatan 2011-2015. Tahun 2011, Heryani, ibu tiri Ratu Atut, juga tak ketinggalan. Ia
maju sebagai calon Wakil Bupati Kabuapaten Pandeglang periode 2011-2016
mendampingi Erwan Kurtubi dan terpilih. Pada tahun ini pula Ratu Atut kembali
mencalonkan diri sebagai Gubernur Banten didampingi Rano Karno. Untuk kedua
kalinya, Ratu Atut terpilih sebagai Gubernur Banten periode 2012-2017, hingga
akhirnya datanglah malapetaka itu: Ratu Atut divonis 4 tahun (kemudian diperberat
menjadi 7 tahun oleh MA) karena terbukti melakukan penyuapan terhadap Akil
Mochtar untuk memenangi gugatan PHPU Pemilukada Lebak tahun 2013 bersama
Wawan yang divonis 5 tahun penjara oleh Majelis Hakim Tipikor.
Berikut ini adalah nama-nama keluarga yang dilibatkan dalam dinasti di Arena
Eksekutif dan Legislatif Era Kepemimpinan Gubernur Banten Ratu Atut 2006-2013:
Seperti kasus dinasti politik Ratu Atut, yang membawa seluruh sanak
keluarganya untuk memiliki jabatan di dalam pemerintahan. Kasus tersebut dapat
digolongkan dalam kasus korupsi nepotisme. Korupsi nepotisme atau korupsi
kekerabatan meliputi penunjukan secara tidak sah terhadap sanak saudara untuk
menduduki jabatan dalam pemerintahan. Orientasi yang dituju adalah sebagai
proses mematangkan jabatan sesuai dengan kedekatan kekerabatan atau keluarga.
Proses ini seringkali merupakan ajang pelanggengan sanak saudara untuk mengisi
jabatan di lingkungan kerja tertentu. Dalam Nepotisme ini juga dapat berdampak
kepada korupsi yang lain dapat juga suap, transaksi jabatan, bahkan korupsi dana
keuangan daerah secara masif dan terstruktur dengan modal kedekatan
kekerabatan.
Merujuk pada etika administrasi negara yang merupakan salah satu wujud
kontrol terhadap administrasi negara dalam melaksanakan apa yang menjadi tugas
pokok, fungsi dan kewenangannya. Manakala administrasi negara menginginkan
sikap, tindakan dan perilakunya dikatakan baik, maka dalam menjalankan tugas
pokok, fungsi dan kewenangannya harus menyandarkan pada etika administrasi
negara. Etika administrasi negara disamping digunakan sebagai pedoman, acuan,
referensi administrasi negara dapat pula digunakan sebagai standar untuk
menentukan sikap, perilaku, dan kebijakannya dapat dikatakan baik atau
buruk.Karena masalah etika negara merupakan standar penilaian etika
administrasi negara mengenai tindakan administrasi negara yang menyimpang
dari etika administrasi negara (mal administrasi) dan faktor yang menyebabkan
timbulnya mal administrasi dan cara mengatasinya.
Tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme bisa muncul kapan dan dimanapun
sepanjang jalan terjadi pertemuan antara niat dan kesempatan, seperti apa yang
telah dikemukakan terdahulu. Tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme bisa terjadi
baik pada birokrasi publik tingkat tinggi, menengah maupun rendahan. Oleh
karenanya untuk mencegah atau mengatasi tindakan korupsi, kolusi, dan
nepotisme pada tubuh birokrasi publik harus berupaya untuk tidak
mempertemukan antara niat dan kesempatan tadi. Salah satu upaya untuk
mencegah tidak bertemunya antara niat dan kesempatan tadi adalah menjunjung
tinggi dan menegakkan etika birokrasi pada jajaran birokrasi publik.
D. PENUTUP
Politik dinasti keluarga Ratu Atut dibangun oleh seorang tokoh besar bernama
Tubagus Chasan Sochib. Dalam perjalananya Tubagus Chasan Sochib melibatkan
hampir semua anggota keluarga dalam perolehan kursi politik pemerintah daerah.
Berbagai jabatan strategis mulai dari Bupati, DPRD, hingga gubernur dikuasai oleh
keluarga ini. Sempat muncul persepsi bahwa dinasti ini akan runtuh pasca
ditangkapnya Ratu Atut dan Tubagus Chairil Wardana oleh KPK terkait kasus suap
Ketua Mahkamah Konstitusi, Aqil Mochtar, namun persepsi tersebut terbantahkan.
Politik dinasti ini terbukti masih suistanable dengan terpilihnya kembali anggota
keluarga dalam pemilihan legislatif dan pemilihan kepala daerah Banten pada tahun
2014-2015.
E. DAFTAR PUSTAKA
https://nasional.tempo.co/read/540196/begini-riwayat-atut-bangun-dinasti
(Diakses pada tanggal 4 desember 2017 pukul 12.00)
http://nasional.kompas.com/read/2013/12/21/0945086/Dinasti.Atut.Benar-
benar.Runtuh
(Diakses pada tanggal 4 desember 2017 pukul 12.30)