Abstrak
Oligarki adalah merupakan sistem politik dimana pihak yang memerintah terdiri atas
sejumlah orang atau sekelompok orang (kelompok elit). Sekelompok elit tersebut
dalam menjalankan pemerintahan selalu menggunakan segala cara agar rakyat dapat
dikendalikan dan dikuasainya. Sistem ini disebut juga pemerintahan dari atas yakni
Negara dijadikan alat untuk mencapai tujuan kelompok elit, sehingga tujuan yang
menyangkut kesejahteraan rakyat, keadilan, dan kemerdekaan perorangan biasanya
tidak dapat (sulit). Tulisan ini menggambarkan bagaimana politik oligarki terjadi
dalam partai politik di Indonesia.
Kata kunci: oligarki, partai politik
Abstract
Oligarchy is a political system in which the governing party consists of a number of
people or a group of people [elite group]. In running the government, an elite group
always uses all means so that the people can be controlled and controlled. This system
is also called government from above, namely the State is used as a tool to achieve the
goals of the elite, so that goals related to people’s welfare, justice and individual
independence are usually not [difficult]. This paper describes how the political
oligarchy occurs in political parties in Indonesia.
Keywords: oligarchy, political party
_ _
Fakultas ........ 60
F a k u l t a s.................. | 61
peran kesejarahan partai itu menyebabkan sendiri singkatnya adalah sebuah kondisi
penghormatan, yang akhirnya kerap ketika sistem yang dibangun partai dan
berlebihan sehingga keberadaannya segenap aturan main dihargai serta
berikut inner circle di dalamnya sangat dijalankan secara konsisten selain
kokoh. Partai-partai yang sejak awal terbangunnya pola sikap dan budaya dalam
diinisiasi, dibentuk, dan dijalankan oleh partai.
tokoh penentu, yang biasanya kemudian Namun, yang terjadi saat ini pelembagaan
sebagai pimpinan partai, cenderung masih berjalan stagnan bahkan mengalami
berpotensi mengalami oligarkis. regresi. Sistem dan aturan kerap ditafsirkan
Keberadaan figur ini, di satu sisi mampu untuk kemudian disesuaikan demi
menghadirkan stabilitas partai. Namun, di kepentingan elite dan jaringan oligarkinya.
sisi lain juga berpotensi besar Dalam momen-momen tertentu,
menghadirkan model pengaturan dan tata pelaksanaan musyawarah menjadi semu.
kelola partai yang sentralistik. Keputusan partai kerap diambil sepihak.
Sementara hukuman bagi mereka yang
Kedua, aspek historis ataupun
membangkang atau dianggap tidak loyal
ideologis, kehadiran para figur penentu
bisa diputuskan secara cepat, tanpa harus
yang melahirkan oligarki juga disebabkan
melalui tahapan-tahapan pemeriksaan.
adanya ketergantungan finansial partai
Turunan dari lemahnya kelembagaan
pada sumber-sumber keuangan dimiliki
adalah proses kaderisasi yang mati suri.
figur. Colin Crouch (2004) menggunakan
Pada akhirnya memungkinkan "figur-figur
istilah "firma politik" untuk
asing" untuk bisa langsung berada dalam
menggambarkan ketergantungan finansial
lingkar kekuasaan, yang kiprahnya
dan merembet pada struktur pembentukan
kebanyakan cenderung mengokohkan
partai yang pada akhirnya bagaimana
oligarki. Ketidakjelasan kaderisasi juga
partai dikelola. Situasi ini diperkuat oleh
menyebabkan kader lebih terpicu untuk
kondisi pragmatisme semakin kental saat
berlindung pada patron tertentu sehingga
ini karena money talks yang menyebabkan
memuluskan pola hubungan patron-client ,
figur-figur kuat secara finansial akan bisa
tentu saja mengganggu pembangunan
berperan amat besar. Dulu almarhum Cak
demokrasi intrnal partai yang sehat.
Nur pernah menyinggung faktor ini dengan
istilah kepemilikan "gizi". Keempat, AD/ART partai juga
Situasi ini sangat terasa terutama pada memberikan landasan bagi penguatan
partai-partai yang tidak berorientasi values peran elite. Studi mengenai kandidasi
atau ideologi dalam aktivitasnya. partai, menunjukkan dalam banyak hal,
Akibatnya, jaringan (networking ), termasuk kandidasi, figur pimpinan partai
konstelasi, ataupun kontestasi internal menjadi demikian berkuasa, dan pada
yang terbentuk saat ini lebih dipengaruhi beberapa partai menjadi demikian absolut,
oleh faktor kekuatan material-finansial. karena aturan main internal memberi celah
untuk itu. Kondisi ini tentu mendorong
Ketiga, pelembagaan partai yang
belum sempurna. Pelembagaan partai itu
64 | F a k u l t a s E k o n o m i
mekanisme demokrasi dan terjebak dalam Partai politik begitu kuat perannya
budaya oligarki. Dalam konteks politik dalam Negara, sehingga layak
nasional, hal itu tampak jelas dalam dikatagorikan sebagai monopolistik.
mekanisme penjaringan calon anggota Setelah lebih dari dua dekade, ternyata
legislatif maupun kepala daerah oleh penguatan peran secara cepat (mendadak)
sejumlah partai. Tampak jelas bahwa yang tanpa dilandasi pendewasaan secara
seleksi calon legislatif dan kepala daerah memadai itu, mengkondisikan partai
justru dilakukan dengan cara-cara yang menjadi rentan oleh jebakan hakekat
jauh dari nilai-nilai demokrasi. Sistem kekuasaan berupa kecenderungan untuk
penjaringan cenderung tertutup, tidak membesar dan memusat. Maka tidaklah
transparan, dan tidak memungkinkan mengherankan, apabila dewasa ini
dipantau oleh publik. Belum lagi soal semakin dikenali penguatan watak sistem
fenomena mahar politik yang selalu kekuasaan oligarki dan bahkan aristokrasi
mengiringi proses penjaringan calon di dalam partai politik
pemimpin daerah. Sistem kekuasaan oligarki partai
Di tangan para elite itulah segala politik tampil melalui kecenderungan
keputusan partai politik ditentukan melalui sentralisasi kekuasaan, dominasi elit
mekanisme hirarki yang kaku, alias dari partai, pragmatism berlebihan
atas ke bawah. Seorang ketua partai beserta {opportunistic} dan kroniisme
orang-orang di lingkaran terdekatnya kepemimpinan {pengurus, yang secara
merupakan sosok-sosok superior yang keseluruhan dibungkus dengan
memegang kewenangan penuh dalam pemandulan pelembagaan
ihwal decision making, termasuk {institusionalisasi} partai. Dalam pada ini,
menentukan siapa yang bakal diusung gejala aristokratisasi partai terlihat dari
dalam pileg dan pilkada. kronilisasime elit atau penguasa partai
Menjadi tidak mengherankan yang mulai tergeser oleh nepotisme dan
dinasti.
manakala dalam konteks usung-
mengusung calon kepala daerah partai Sejalan dengan pergeseran sistem
politik cenderung mengistimewakan figur- kekuasaan itu, maka kebebasan rakyat
figur yang dinilai memiliki modal kapital. yang terfokus kepada mobilisasi,
Acapkali figur itu bukan kader partai dan sementara mereka dieksploitasi oleh
terbilang tidak memiliki basis pendukung pemimpin partai yang berkuasa secara
yang berafiliasi dengan parpol tertentu. oligarki, mulai terancam kehilangan
Keputusan partai untuk mengusung calon kebebasan dan kemungkinan dieksploitasi
kepala daerah dari jalur non-kader ini tidak secara intensif oleh pengurus partai yang
jarang menimbulkan polemik di kalangan menghidupkan sistem kekuasaan
internal partai. Kader partai yang telah aristokrat. Sementara sistem aristokrat
berjuang dari bawah dan potensial tentu bangkit dalam partai, akan tetapi
merasa ditelikung karier politiknya. kontroversi sengitnya dengan sistem
kekuasaan demokratik, memberi
F a k u l t a s.................. | 67
mengabaikan aspirasi dan kritik badan kelengkapan, mulai dari komisi dan
masyarakat, sembari memberi penjelasan panitia ad-hok sampai komisi tetap
asal bunyi “asbun” [anggaran dan BURT} dan pimpinan.
Fraksi menentukan proses dan maksud
Meskipun prinsip demokrasi
(sasaran dan tujuan) kinerja alat
perwakilan membiasakan equality antar
keleengkapan dimaksudkan, karena fraksi
anggota parlemen/DPR karena persamaan
bertanggungjawab kepada partai, bukan
prosedur yang ditempuh untuk menjadi
kepada konstituennya, maka kepentingan
anggota dan persamaan kedudukan sebagai
wakil rakyat, namun dalam praktek semua partai dan fraksi serta anggotanya
dijadikan pijakan oleh fraksi untuk
persamaan itu dikalahkan oleh dominasi
memproses kinerja parlemen/DPR.
fraksi sebagai ujung tombak partai di
Perjuangan kepentingan yang diatas
parleme/DPR. Tak satupun struktur dan
namakan fraksi itu lah yang dijadikan jalur
kultural serta proses parlemen/DPR
penyaluran oligarki sistem kekuasaan
sebagai intitusi dan sistem kekuasaan
partai ke dalam sistem kekuasaan
dalam Negara yang bisa dikontrol fraksi.
parlemen/DPR sebagai komponen Negara.
Fraksi telah menjelma sebagai pemusat
kekuasaan dalam DPR. Maka fraksi besar Memang prinsip demokrasi
atau gabungan fraksi, menjadi penentu perwakilan bukan hanya memperlakukan
dalam DPR. Persetujuan fraksi parlemen/DPR sebagai institusi Negara
menentukan agenda dan proses kinerja yang bertindak atas nama dan sekaligus
serta keputusan DPR dan unit untuk rakyat. Eksekutif dan Yudikatif di
fungsionalnya. Fraksi mengendalikan dan bidang tugasnya masing-masing bersikap
mengontrol anggota parlemen/DPR yang sama yaitu wakil rakyat. Hanya saja,
dengan alasan indisipliner, atas nama dan wakil rakyat di lembaga legislatif bertugas
persetujuan pimpinan partainya. menetapkan kebijaksanaan publik sebagai
kerangka kerja Negara untuk
Kekuasaan fraksi sebagai
menanggulangi masalah masyarakat dan
perpanjangan tangan partai di
bangsa serta Negara, sambil
parlemen/DPR semakin terpusatkan,
memajukannya, karena Eksekutif dan
karena kroniisme melandasi struktur fraksi
Yudikatif sebagai wakil rakyat sekaligus
sebagai kelompok anggota parlemen/DPR
melaksanakan dan menjaganya dari
secara politis. Pemusatan kekuasaan itu,
penyelewengan, maka kinerja
diperkuat dengan kewenangan fraksi untuk
parlemen/DPR menjadi dasar penentu
meminta atau memotong penghasilan
keberhasilan Negara mengatasi masalah
anggotanya sebesar 25 sampai 40 persen,
rakyat dan memajukan kehidupannya.
yang pada gilirannya dialokasikan fraksi
untuk membiayai kinerja fraksi dan Setidaknya ada tiga simpul kinerja
pengurus partai. parlemen/DPR untuk menghasilkan
Kekuasaan fraksi merasuki institusi kebijaksanaan publik, yaitu inisiatif dan
pembahasan RUU, lobby dan pembuat
dan kinerja parlemen atau DPR, melalui
keputusan politik. Efektifitas kinerja itu
F a k u l t a s.................. | 69
dalam artian ketepatan proses dan hasilnya, Maka tidak mengherankan apabila
amat ditentukan oleh kadar pelembagaan berbagai lobby yang berlangsung antar
DPR. Dan karena DPR didominasi Partai fraksi ataupun antara DPR dengan
Politik, maka tingkat pelembagaan Presiden, bukannya berpola argumentative
partailah sebagai penentu sebagai penentu melainkan bergaya dagang daging sapi dan
sesungguhnya bagi pelembagaan DPR. bahkan konspirasi (persengkongkolan)
politik yang didasarkan kepada
Sejatinya UUD 1945 hasil
kepentingan sempit dan jangka pendek.
amandemen, memastikan bahwa
Tidaklah aneh, bila lobby merupakan
kekuasaan legislasi berada ditangan DPR.
institusi politik DPR, yang mewadahi dan
Hanya saja sikap itu tidak didukung
membesarkan serta menyuburkan lahirnya
dengan prinsip trias politika, sehingga
para politisi oportunis dan ular kepala dua.
UUD sendiri mengatur bahwa UU dibuat
Akibatnya lobby bukan berfungsi untuk
oleh DPR bersama Presiden.
menyuburkan demokrasi, melainkan
Konsekuensinya adalah kegamangan DPR
mengukuhkan oligarki dan aristokrasi.
untuk menghasilkan UU insiatifnya, dan
gotong royong DPR bersama Presiden Mandulnya pelembagaan DPR
untuk membahas dan memutuskan RUU sebagai produk dari kegagalan partai
menjadi UU. melembagakan dirinya, berakibat pula
kepada mekanisme atau tatacara
Kegagalan pelembagaan kekuasaan
pembuatan keputusan politik. Voting
legislasi DPR itu, erat kaitannya dengan
sebagai teknik pembuatan keputusan
mandulnya pelembagaan partai dan sistem
politik utama dalam demokrasi
politik di dalam kerangka Sistem
tersingkirkan untuk digantikan dengan
Pemerintahan Presidensial. Sejauh ini arah
musyawarah untuk mufakat. Pergeseran itu
dan upaya pelembagaan partai dan sistem
sejalan dengan penggunaan teknik dagang
partai, selalu dalam kerangka Sistem
sapi sebagai alih alih dari argumentasi
Pemerintahan Parlementer atau Semi
rasional dan factual. Semua itu berakar
Presidensial. Karena personafikasi partai
kepada pengutamaan kepentingan tokoh
dan sistem partai berkembang terus dengan
politik di DPR, ketimbang penerimaan atas
akibat mandulnya pelembagaan partai dan
aturan main adil sebagai pembimbing
sistem partai. Sewaktu pemimpin (elit)
kinerja DPR.
partai-partai mendominasi DPR. Maka
penonjolan tokoh anggota melumpuhkan Perlu diingatkan bahwa musyawarah
insttusi DPR, karena secara riil penampilan dan mufakat sebagai teknik pembuatan
tokoh fraksi dari partai-partai. keputusan politik, tidaklah pas dengan
Mendominasi kinerja dewan, berlangsung demokrasi karena melumpuhkan antara
diluar misinya untuk melayani rakyat kompetisi dan tanggung jawab individu
melainkan di dalam kerangka kepentingan anggota DPR, musyawarah dan mufakat
anggota bersaman fraksi dan fraksi. bukan saja merupakan teknik yang lazim
dalam sistem otoriter orla dan orba,
melainkan juga dilandasi oleh paradigm
70 | F a k u l t a s E k o n o m i
ketiga masalah itu, karena dilandasi oleh menafikan urgensi pelembagaan proses
makna demokrasi minimalis, namun UU seleksi kandidat presiden oleh partai
politik yang dipersiapkan untuk politik secara terbuka dan demokratis,
memproses dan menindak lanjuti Pemilu melainkan juga tertutup akses dari
tahun 2009 amatlah tidak memadai untuk partisipasi publik. Tidak mengherankan
memperbaiki partai dan sistem partai serta jika kemudian muncul fenomena yang
hubungan dengan DPR, karenanya lima mana sebagian besar posisi ketua umum
tahun setelah Pemilu 2009 sepantasnya atau pimpinan partai merupakan “tiket”
dimanfaatkan untuk merek ulang untuk menjadi calon presiden, Padahal
kepartaian dan parlemen melalui belum tentu ketua umum atau pimpinan
perubahan substansi UU Politik dan partai tersebut memiliki kapasitas
amandemen lanjut UUD. Sementara kepemimpinan sebagai presiden.
Pemilu 2014, praktek oligarki yang Oligarki partai juga karena finansial,
menempatkan pimpinan partai seolah-olah lebih tepatnya pengumpulan finansial
sebagai owner [pemilik] partai sudah untuk pemilu berikutnya. Karena ongkos
seharusnya diakhiri, karena praktek seperti politik tersebut, partai-partai tersebut
ini membuat kepemimpinan di tubuh partai membangun koalisi lebih focus pada cara
akan terus direbut dan dipertahankan, agar kelompok/partai mereka memperoleh
sedangkan bagi yang mereka yang kalah sumber-sumber finansial. Penguatan pada
dalam perebutan kekuasaan akan pindah ke sumber-sumber finansial, misalnya
partai lain seperti kutu loncat. Hal ini tidak penguasaan jatah menteri untuk kelompok
menyehatkan untuk perkembangan partai adalah hal yang paling penting dari
demokrasi utama, dibandingkan dengan kepentingan
Kepemimpinan partai politik nasional.
(Parpol) di Indonesia memasuki taraf Oligarki di Indonesia paling tepat
gejala politik oligarki. Kebanyakan digambarkan sebagai oligarki penguasa
pemimpin partai saat ini adalah orang yang kolektif electoral (oligarki berkaitan
memiliki dana besar, bukan seseorang dengan pemerintahan) atau dengan kata
dengan kemampuan organisator, mereka lain, menyertai transisi dari kediktatoran ke
yang memimpin partai yang mampu demokrasi adalah transisi lain yang sama-
membiayai partai, seperti Prabowo (Partai sama penting dari oligarki sultanistik
Gerindra), Surya Paloh (Partai Nasdem), dengan sekelompok orang amat sangat
Aburizal Bakrie (Partai Golkar) dan Hari kaya dijinakan secara pribadi oleh
Tanoesoedibjo (Partai Perindo). Mereka Soeharto menuju oligarki penguasa
semua memimpin partai karena memiliki
kolektif electoral.
kekuatan untuk membiayai partai," kata
pengamat sosial, Ignas Kleden. Pada pemilu 2019 politik balas budi
ini bisa jadi salah satu cara ampuh Jokowi
Oligarki partai semakin meningkat memuluskan kekuasaannya. Ben Bland,
tidak hanya disebabkan karena regulasi peneliti dari Lowy Institute, mengambil
dalam UU Pemilihan Presiden telah
72 | F a k u l t a s E k o n o m i