Anda di halaman 1dari 39

ANALISIS SOSIOLOGI

DALAM PENELITIAN
SEJARAH
Mata Kuliah : Metode Penelitian Sejarah 1

Semester/Kelas : V/A. Kelompok 8


• Irfan Zakariah (A02218019)

• Hasbi Ash Siddiqy (A72218048)

• Siti Nur Lailatul Marhamah A. (A72218077)

• Adelia Fikriyah Ramadhani (A92218082)


Kerangka Kajian

1. 2. 3.
Peranan ilmu dalam kajian Sosiologi mikro dan makro Strategi teoritis dalam ilmu
kehidupan sosial sosiologi

4. 5.
Contoh para pemikir ilmu Hubungan antara sosiologi
sosiologi dan teorinya dengan sejarah
01.
Peranan Ilmu dalam
Kajian Kehidupan Sosial
Manfaat Sosiologi ialah dapat melihat dengan jelas siapa diri kita,
baik sebagai pribadi maupun anggota kelompok atau masyarakat. Mampu
mengkaji tempat kita dalam masyarakat dan dapat melihat dunia atau
budaya lain yang belum kita ketahui sebelumnya. Semakin memahami
norma, tradisi, keyakinan, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyaeakat
lain. Semakin tanggap, kritis dan rasional menghadapi gejala sosial dalam
masyarakat yang semakin kompleks.
Terapan sosiologi dalam kehidupan manusia adalah belajar, yang
berarti mencoba memahami. Jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
akan mendapatkan hasil perilaku yang wajar dalam bermasyarakat. Sejak
lahir manusia adalah makhluk sosial yang memberi respon terhadap
interaksi sekitar. Peranan sosiologi terletak dalam pengaturan interaksi
yang terjadi.
02.
Sosiologi Mikro
dan Makro
Jenjang Analisis Sosiologi

Makrososiologi Mikrososiologi

Menekankan analisis pada sistem


Mempelajari perilaku individual
sosial dan populasi secara
atau kelompok kecil. Fokus
menyeluruh dengan level abstraksi
utamanya adalah interaksi sosial
yang tinggi. Makrososiologi
dimana status dan peran merupakan
mempelajari individu, keluarga dan
komponen penting dalam struktur
entitas lain sejauh dihubungkan
sosial.
dengan sistem sosial yang lebih
luas.
Perspektif Makrososiologi
1. Struktur Sosial : merujuk pada pola khas suatu kelompok. Ex:
hubungan yang lazim antara para mahasiswa dengan pengajar.
2. Kebudayaan : mencangkup bahasa, kepercayaan, nilai, perilaku,
gerak-isyarat, dan objek material yang digunakan suatu
kelompok.
3. Kelas Sosial : didasarkan pada penghasilan, pendidikan, dan
prestise pekerjaan.
4. Status Sosial : merujuk pada posisi yang diduduki seseorang
(perangkat sosial).
5. Status Bawaan dan Capaian : status bawaan seperti ras-
etnisitas, jenis kelamin, dan kelas sosial orang tua. Status capaian
merupakan status yang kita raih atau kita capai.
6. Simbol Status : digunakan untuk mengidentifikasi suatu status.
7. Status Utama : suatu status yang memoting status lain yang kita
miliki.
8. Peran : perbedaaan peran dan status adalah kita dapat menduduki suatu status
tetapi kita memainkan suatu peran. Peran memaparkan apa yang diharapkan dari
orang.
9. Kelompok : terdiri dari orang-orang yang saling berinteraksi. Saling berbagi nilai,
norma, dan harapan yang sama.
10. Institusi Sosial : cara yang dikembangkan tiap masyarakat untuk memenuhi
keperluan pokok mereka – memiliki pengaruh vital terhadap kehidupan.
11. Masyarakat dan Transformasinya
12. Masyarakat Pemburu dan Pengumpul
13. Masyarakat Penggembala dan Hortikultura
14. Institusi-institusi Sosial dalam Masyarakat-masyarakat Industri dan
Pascaindustri.
Perspektif Mikrososiologi
Interaksi Sosial dalam kehidupan sehari-hari :
1. Stereotip dalam Kehidupan Sehari-hari
2. Ruang Pribadi
3. Dramaturgi: Penyajian Diri dalam Kehidupan Sehari-hari
4. Etnometodologi: Mengungkapkan Asumsi Latar Belakang
5. Konstruksi Sosial mengenai Realitas
6. Pemeriksaan Ginekologi
7. Interaksi Sosial di Internet
03.
Strategi Teoritis dalam
Ilmu Sosiologi
Teori Fungsionalisme Struktural

Teori fungsionalisme struktural menganggap stratifikasi sosial atau hierarki sebagai


sebuah keniscayaan. Setiap masyarakat bekerja dalam sebuah sistem yang terstratifikasi
dan semuanya berfungsi sesuai kebutuhan sistem sosial. Singkatnya, stratifikasi
merupakan kebutuhan dari sebuah sistem. Perlu digarisbawahi bahwa stratifikasi bukan
tentang seseorang yang menempati ’jabatan’ tertentu, tapi tentang posisi sosial dalam
sebuah sistem. Setiap posisi bisa diibaratkan organ tubuh, maka ada jantung, hati, ginjal,
dan sebagainya. Semua organ bekerja memenuhi kebutuhan fungsional bagi tubuh. Jika
salah satu posisi sosial tidak berfungsi, sistem sosial akan kacau. Masyarakat mengalami
disorganisasi.
Gagasan inti: Sistem sosial ibarat organ tubuh
Tokoh: Emile Durkheim, Talcott Parsons
Teori Konflik
Teori konflik berkembang sebagai reaksi teori fungsionalisme struktural. Teori konflik
memiliki akar tradisi dari Marxian. Teori konflik melihat relasi sosial dalam sebuah
sistem sosial sebagai pertentangan kepentingan. Masing-masing kelompok atau kelas
memiliki kepentingan yang berbeda. Perbedaan kepentingan ini ada karena beberapa
sebab: Pertama, manusia memiliki pandangan subjektif terhadap dunia. Kedua,
hubungan sosial adalah hubungan saling memengaruhi atau orang mempunyai efek
pengaruh terhadap orang lain. Ketiga, efek pengaruh tersebut merupakan potensi konflik
interpersonal. Dengan demikian stratifikasi sosial berisi relasi yang sifatnya konfliktual.
Gagasan inti: Struktur relasi sosial dibentuk oleh konflik kepentingan
Tokoh: Karl Marx, Randal Collins
Teori Pertukaran
Teori pertukaran merupakan teori perilaku sosial (behavioral). Teori ini mengangap
perilaku manusia (aktor) membentuk pola hubungan antara lingkungan terhadap aktor.
Perilaku manusia disambut reaksi dari lingkungan yang kemudian memengaruhi balik
perilaku setelahnya. Jadi, hubungannya adalah dari aktor ke lingkungan, balik lagi ke
aktor. Lingkungan, baik sosial atau fisik dimana perilaku aktor eksis, memengaruhi balik
perilaku aktor. Reaksi lingkungan bisa positif, negatif, atau netral. Jika positif, aktor
cenderung akan mengulangi perilakunya di masa depan pada situasi sosial yang serupa.
Jika negatif, aktor cenderung akan mengubah perilakunya. Contoh sederhana adalah
siswa yang datang ke sekolah pakai seragam. Reaksi lingkungan menerima, apalagi
diperkuat oleh aturan. Maka siswa tersebut cenderung berpakaian seragam lagi keesokan
harinya.
Gagasan inti: Perilaku manusia adalah hasil pertukaran dengan reaksi lingkungannya.
Tokoh: Georg Homans, Peter Blau
Teori Dramaturgi
Teori dramaturgi sebagai teori sosiologi memahami dunia sosial melalui interaksi sosial.
Dalam proses interaksi sosial, konsep diri (the self) dibentuk melalui interaksi sengan orang
lain dalam situasi sosial tertentu. Pendekatan dramaturgis membagi dunia menjadi dua:
depan panggung dan belakang panggung. Interaksi sosial kebanyakan terjadi di depan
panggung. Diri bukan dimiliki oleh aktor, melainkan produk dari interaksi dramaturgis antara
aktor dan audiens. Audiens bisa berupa lawan bicara, orang sekitar, atau dunia sosial secara
lebih luas. Ketika berinteraksi di depan panggung, aktor mengatur tampilan dirinya
sedemikian rupa agar diterima oleh audiens. Pengaturan ini disebut manajemen impresi,
yaitu menciptakan kesan agar diterima secara sosial. Dalam interaksi sosial di kehidupan
sehari-hari, aktor senantiasa menampilkan dirinya. Diri di luar manajemen impresi akan
tampak ketika aktor berada di belakang panggung.
Gagasan inti: Dunia ini panggung sandiwara
Tokoh: Erving Goffman
Teori Interaksionisme Simbolik
Prinsip dasar teori interaksionisme simbolik adalah manusia memiliki kapasitas untuk
berpikir dan pemikirannya dibentuk oleh interaksi sosial. Dalam proses interaksi,
manusia mempelajari makna dan simbol-simbol yang mengarahkannya pada kapasitas
menjadi berbeda dengan lainnya. Makna dan simbol memungkinkan manusia untuk
bertindak dan berinteraksi secara berbeda, misalnya cara orang memaknai kesuksesan
berbeda-beda atau perbedaan bahasa yang digunakan setiap suku juga berbeda.
Manusia mampu memodifikasi atau mengubah makna yang mereka gunakan dalam
proses interaksi sesuai interpretasi atas situasi sosial. Mengubah makna dan simbol
dilakukan dengan pertimbangan untung rugi, kemudian memilih salah satunya.
Perbedaan pola tindakan dan interaksi menciptakan perbedaan kelompok dalam
masyarakat.
Gagasan inti: Pemikiran seseorang dibentuk oleh interaksi sosial
Tokoh: Herbert Blumer
Teori Marxian
Sebenarnya teori sosiologi marxian merupakan sebutan bagi beberapa penjelasan
teoritis yang terispirasi dari Karl Marx. Misalnya, konsep Marx tentang alienasi yang
digunakan untuk menjelaskan kondisi manusia modern dibawah sistem ekonomi
kapitalistik. Maka, kita bisa menyebut bahwa konsep alienasi merupakan teori
marxian. Penekanan pada terori marxian adalah asumsi-asumsi lama seperti
pertentangan dua kelas besar, borjuis dan proletar, menginspirasi penjelasan terhadap
fenomena-fenomena modern. Sebagai konsekuensinya, teori marxian selalu
dipertanyakan relevansi keabsahannya dalam menjelaskan fenomena sosial yang lebih
kontemporer. Teori konflik yang dicetuskan Marx merupakan poros utama teori
marxian.
Gagasan inti: Marx dan marxisme adalah poros utama
Tokoh: Karl Marx
Teori Neomarxian
Teori neomarxian merupakan reaksi, kritik dan refleksi dari ide-ide atau konsep yang datang
dari teori marxian. Refleksi ide-ide tersebut tidak tunggal melainkan bervariasi sehingga teori
neomarxian memiliki beragam variasi. Beberapa varian dari teori neomarxian antara lain: teori
kritis, marxisme berorientasi historis, sosiologi ekonomi, dan ekonomi deterministik. Teori
neomarxian tidak sekadar menolak asumsi-asumsi dasar pada teori marxian, melainkan juga
menjadikannya pijakan untuk memperluas dan mengembangkan konsep-konsep barunya.
Sebagai contoh, konsep tentang komoditas yang dalam teori marxian diletakkan sebagai pusat
masalah struktural dalam masyarakat ekonomi kapitalis, memproduksi fetisisme komoditas
dalam institusi ekonomi. Teori neomarxian mengembangkan konsep fetisisme komoditas agar
bisa diaplikasikan di semua elemen, termasuk negara dan hukum yang dapat dilihat sebagai
produk komoditas.
Gagasan inti: Reaksi ide-ide teori marxian
Tokoh: Georg Lukacs, The Frankfurt School
Teori Strukturalisme
Teori strukturalisme menekankan pada pentingnya struktur dalam memengaruhi atau
bahkan menentukan tindakan manusia. Stuktur merupakan elemen tak kasat mata yang
mengatur tindakan seseorang. Terdapat perdebatan mengenai dimana sebenarnya
struktur berada. Struktur bisa berada di tempat yang dalam seperti pada pemikiran
manusia. Ada pula yang mengatakan, struktur berada di luar individu seperti struktur
sosial berupa norma dan nilai. Pendapat lain mengatakan struktur terdapat dalam bahasa
seperti pada studi-studi linguistik. Tidak menutup kemungkinan pula struktur berada
dalam relasi antara individu dengan struktur sosial. Teori strukturalisme meletakkan
struktur sebagai faktor determinan dari tindakan sosial.
Gagasan inti: Tindakan manusia ditentukan oleh sistem struktur
Tokoh: Karl Marx, Sigmund Freud, Claude Levi Strauss
Teori Poststrukturalisme
Sebagaimana halnya teori neomarxian yang merupakan reaksi dari ide-ide marxian, teori
poststrukturalisme merupakan reaksi dari teori strukturalisme. Saat teori strukturalisme
berkembang dalam disiplin sosiologi, teori poststrukturalisme muncul dari luar disiplin
sosiologi. Teori poststrukturalisme menerima pentingnya struktur tetapi melampaui
penjelasan bahwa tindakan sosial dipengaruhi oleh struktur sosial. Teori
poststrukturalisme menjelaskan lebih jauh bahwa diatas struktur terdapat relasi kuasa yang
berhubungn dengan pengetahuan. Ada pendapat bahwa asumsi ini menjadi pijakan
lahirnya postmodernisme, meskipun sebenarnya sangat sulit menarik garis besar dan
menjelaskan relasi antara keduanya
Gagasan inti: Diatas struktur ada relasi kuasa
Tokoh: Michel Foucault
Teori Modernisme
Teori modernisme dapat dideskripsikan melalui jargon-jargon yang muncul pada era filsafat
modern seperti, kemajuan, rasionalitas, dan kesadaran. Teori modernisme selalu berorientasi pada
kemajuan dan apapun yang mendapat label kemajuan atau progres selalu dianggap lebih baik.
Sebagai contoh, pembangunan infrastruktur sebagai proses modernisasi cenderung dilihat sebagai
periode historis yang lebih baik dibanding sebelumnya. Kondisi kekinian yang mengalami proses
pembaruan senantiasa berada dalam tahap kemajuan. Teori modernisme percaya pada
perkembangan sejarah yang linier, dari primitif menuju modern, dari keterbelakangan menuju
kemajuan. Pada poin ini, terdapat pengaruh positivisme pada teori modernisme. Modernisme
membawa peradaban umat manusia pada era modern yang saat ini sering disebut oleh para
ilmuwan sebagai era ’modernisme tingkat lanjut’, ’modernitas sebagai projek yang belum kelar’,
’masyarakat resiko’, dan lain sebagainya.
Gagasan inti: Kita sedang berada di era modern
Tokoh: Jurgen Habermas, Anthony Giddens, Zygmun Baumann
Teori Postmodernisme
Teori postmodernisme berpijak pada pertanyaan apakah kondisi dunia saat ini masih
relevan disebut sebagai era modern, sedangkan dunia tampak memperlihatkan karakter-
karakter yang berbeda dari era sebelumnya. Munculnya teori postmodernisme secara
simbolik menandai akhir dari modernisme, bagitu setidaknya pendapat para pendukung
postmodernisme. Teori postmodernisme tidak hanya muncul sebagai kritik, tetapi juga
menyudahi, mendeklarasikan era baru yang belum pernah ada sebelumnya. Terdapat
perbedaan pendapat apakah era baru ini keberlanjutan dari modernitas atau era yang benar-
benar baru. Teori postmodernisme sering diebut pula sebuah gerakan intelektual radikal
karena membongkar topeng-topeng kepalsuan modernisme. Misalnya, modernisme
mengatakan kemajuan adalah penanda peradaban yang lebih baik. Postmodernisme
menolak pandangan seperti itu. Teori postmodernisme meletakkan ketidakpercayaan mada
metanarasi modernisme.
Gagasan inti: Modernisme telah mati
Tokoh: Jean Francois Lyotard, Jean Boudrillard, Fredric Jameson
Teori Kritis
Teori kritis dicetuskan olek kelompok intelektual neomarxist yang belakangan dikenal
dengan nama The Frankfurt School. Ide-ide teori kritis dipengaruhi oleh Karl Marx,
namun sekaligus mengkritik balik fondasi teori marxisme yang menurutnya tak pernah
memuaskan. Teori kritis mengritik determinisme ekonomi, positivisme, modernisme, dan
bahkan sosiologi. Teori kritis juga mengklaim melakukan autokritik sebagai bagian dari
operasionalisasi teorinya. Terhadap marxisme, menurut teori kritik, teori marxian
mendistorsi ide-ide orisinal Karl Marx karena menginterpretasi dengan cara yang
mekanistis. Teori sosiologi marxian mereduksi analisis sosial kedalam penjelasan yang
sifatnya ekonomistik dan mengabaikan aspek lain dalam hidup yang tidak kalah penting
yaitu kultural.
Gagasan inti: Kritik teori atas teori
Tokoh: Max Horkheimer, Theodor Adorno, Herbert Marcuse
Teori Konstruksi Sosial
Teori konstruksi sosial melihat realitas dalam sistem sosial diciptakan melalui interaksi
timbal balik yang menghasilkan sistem nilai dan keyakinan. Sistem nilai dan keyakinan
tersebut dipraktikkan dan diperankan berulang-ulang oleh aktor sosial sehingga melekat
dalam sistem yang kemudian dianggap sebagai realitas. Realitas tersebut masuk kedalam
individu-individu melalui proses internalisasi, dipraktikkan berulang melalui proses
yang disebut eksternalisasi hingga melekat dalam institusi sistem sosial. Proses
institusionalisasi membawa pengetahuan dan konsepsi manusia tentang realitas melekat
dalam struktur masyarakat yang telah diciptakan. Realitas tersebut dianggap sudah
demikian adanya padahal diciptakan. Oleh karena itu, teori konstruksi sosial melihat
realitas disebut sebagai produk dari konstruksi sosial.
Gagasan inti: Kenyataan adalah konstruksi sosial
Tokoh: Peter L. Berger, Thomas Luckmann
Teori Feminisme
Teori feminisme merupakan generalisasi sistem ide tentang kehidupan sosial dan
pengalaman manusia yang dikembangkan dari perspektif perempuan. Perspektif perempuan
dalam teori feminisme merupakan pusat dalam mendeskripsikan dunia sosial. Sebagai
pusat, situasi dan pengalaman sosial yang ditangkap selalu merujuk pada sudut pandang
perempuan. Pekembangan teori feminis yang berangkat dari perlunya melihat perspektif
perempuan didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan tentang dunia yang berkembang
selama ini cenderung memarjinalkan perspektif perempuan. Pemosisian subordinat
perempuan dalam diskursus sosial, budaya, politik, ekonomi, dan filsafat mengakibatkan
terpinggirkannya perempuan dalam praktik. Akhirnya, muncul dominasi, hegemoni,
diskriminasi terhadap kaum perempuan. Teori feminisme sebagai teori sosiologi menantang
sistem dominasi yang memarjinalkan kaum perempuan.
Gagasan utama: Melawan dominasi terhadap perempuan
Tokoh: Harriet Martineau
Teori Globalisasi
Teori globalisasi menekankan pentingnya melihat relasi timbal balik atara lokal dan global
dalam menganalisis fenomena sosial. Secara garis besar, globalisasi dapat dikategorikan
ke dalam tiga dimensi teori: ekonomi, politik dan kultural. Dimensi ekonomi mengkaji
fenomena ekonomi pasar global di era neoliberalisme serta perlawanannya dari perspektif
marxian. Dimensi politik globalisasi melihat peran negara bangsa di era globalisasi.
Dimensi kultural mengkaji implikasi kultural globalisasi pada tataran lokal dan
sebaliknya. Dalam sosiologi, dimensi kultural teori sosiologi globalisasi melahirkan
beberapa konsep utama, seperti penyatuan, penyebaran atau hybrid, dan pembedaan kultur
antar masyarakat atau negara bangsa.
Gagasan inti: Relasi timbal balik antara lokal dan global
Tokoh: Antonio Negri, Michael Hardt
Teori Pembangunan
Teori pembangunan mengusung ideologi developmentalisme. Konteks teori ini berada pada
tataran negara atau regional. Asumsi dasar yang dibangun adalah kemajuan suatu negara
sangat tergantung pada investasi yang diorientasikan untuk memajukan ekonomi suatu
negara. Faktor ekonomi menjadi pemimpin untuk menciptakan stabilitas sosial dan politik
hingga tercapai kemajuan kehidupan masyarakat yang ideal. Pertumbuhan ekonomi terletak
di jantung teori pembangunan. Tipikalnya, teori ini diusung oleh negara-negara maju untuk
diterapkan di negara-negara berkembang. Secara eksplisit negara maju menghendaki
dibukanya pintu investasi di negara-negara berkembang dengan tujuan agar negara
berkembang dapat mengejar ketertinggalan. Pertumbuhan ekonomi, sekali lagi, menjadi
kuncinya.
Gagasan inti: Pertumbuhan ekonomi akan menciptakan kesejahteraan sosial
Tokoh: W. W. Rostow
Teori Ketergantungan
Teori ketergantungan merupakan reaksi dari teori pembangunan atau ideologi
developmentalisme yang diusung oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan
negara-negara di Eropa Barat. Teori ketergantungan lahir di Amerika Latin, musuh
Amerika Serikat saat perang dingin. Asumsi dasar teori ketergantungan adalah bahwa
investasi dan segala bantuan atau pinjaman finansial yang digelontorkan oleh negara
maju, alih-alih menciptakan kemajuan, justru menciptakan ketergantungan negara-
negara berkembang. Konsekuensinya, negara berkembang tidak akan pernah berdaulat,
melainkan berada di pinggiran, di dunia ketiga. Kekuasaan negara maju atas negara
berkembang dipandang oleh teori ketergantungan sebagai bentuk kolonialisme dan
imperialisme baru. Sama dengan teori pembangunan, teori ketergantungan selalu berada
pada konteks negara atau regional.
Gagasan inti: Investasi asing merupakan bentuk imperialisme baru
Tokoh: Andre Gunder Frank
Teori Konsumsi
Teori konsumsi muncul pada era Revolusi Industri namun tidak berkembang secara
signifikan dalam disiplin sosiologi. Baru pada kelahiran postmodernisme, teori konsumsi
menjadi populer. Teori postmodernisme sering melihat masyarakat kontemporer sebagai
masyarakat konsumsi. Berkembangnya teori konsumsi berimplikasi pada menurunnya
analisis sosial pada aspek produksi dalam melihat kelas, kultur, dan fenomena sosial.
Kelas sosial, dalam perspektif teori sosiologi konsumsi tidak lagi ditentukan oleh moda
produksi, proses produksi, kepemilikan alat produksi, melainkan oleh moda konsumsi
dan gaya hidup. Memasuki era digital, teori konsumsi semakin mendapat panggung,
seperti munculnya konsep Prosumer dimana perilaku manusia seakan tak henti dalam
dalam proses produksi dan konsumsi.
Gagasan inti: Masyarakat kontemporer adalah masyarakat konsumsi.
Tokoh: Jean Baudrillard
Teori Jejaring Aktor
Teori jejaring aktor merupakan salah satu varian dari teori sosiologi jaringan yang lebih
luas. Teori ini relatif baru dalam sosiologi. Teori jejaring aktor melihat peran jejaring atau
network dalam memengaruhi tindakan sosial. Individu hanyalah bagian dari jejaring sosial
yang lebih luas. Perlu digarisbawahi, teori ini tidak hanya membicarakan agensi individu,
melainkan juga struktur jaringan yang sering kali bukan manusia. Internet dan kecerdasan
artifisial melibatkan peran mesin yang signifikan. Melaui pendekatan teori jejaring aktor,
agensi individu menjadi komponen kecil yang terkoneksi satu sama lain. Manusia masuk
pada dunia postsosial, posthuman karena jejaring berperan lebih signifikan dalam
menentukan tindakan sosial. Perkembangan teori jejaring aktor sebagai teori sosiologi
menciptakan beberapa konsepsi baru di era kontemporer, seperti masyarakat jejaring,
jejaring sosial dan sebagainya.
Gagasan ini: Individu adalah komponen jejaring yang saling terkoneksi
Tokoh: Manuel Castells
Teori Sistem
Asumsi dasar teori sistem adalah dunia secara keseluruhan merupakan sebuah sistem
dan dunia sosial memiliki sistemnya sendiri yaitu komunikasi. Komunikasi diproduksi
oleh masyarakat. Salah satu kata kunci dalam teori sistem adalah kompleksitas. Perlu
dipahami terlebih dahulu bahwa sistem selalu berada di lingkungan dan sistem selalu
lebih sederhana ketimbang lingkungannya. Dengan kata lain, lingkungan selalu lebih
kompleks ketimbang sistem. Teori sistem sebagai teori sosiologi mengatakan semua
dimensi kehidupan merupakan sebuah sistem, dari sel biologis, ekonomi pasar, sampai
kehidupan sosial secara keseluruhan. Apa yang membuat sistem bekerja adalah nilai
yang diproduksi oleh elemennya. Misalnya, sebuah sistem ekonomi pasar, memiliki
elemen dasar yaitu uang. Uang menjadi bernilai dalam sebuah sistem ekonomi pasar
karena sistem memproduksi nilai. Sulit membayangkan bahwa uang bernilai pada
dirinya sendiri karena uang tanpa sistem hanyalah secarik kertas.
Gagasan inti: Dunia berada dalam sebuah kompleksitas sistem
Tokoh: Niklas Luhmann
04
Tokoh Sosiologi
dan Teorinya
Auguste Comte

• Teori Teologis, menjelaskan bahwa sesuatu yang ada di dunia


ini dikendalikan oleh kekuatan ghaib. Teori ini terbagi dibagi
menjadi 3 yakni Fetisisme, Politeisme, dan monoteisme.
• Teori Metafisik, teori ini menjelaskan tentang transisi teologis
ke positivis. Maksudnya ialah adanya keseimbangan antara hal
berfikir dan kekuatan ghaib.
• Teori Positivis, teori ini adalah tahap berkembangnya ilmu
pengetahuan.
Herbet Spencer

Herbet Spencer adalah tokoh sosiolog yang lahir pada 1820. ia


terkenal dari negara Inggris. Dalam sosiologi, Spencer
mengutarakan pandangannya tentang lembaga keluarga, agama,
politik dan pengendalian yang terjadi karena adanya perubahan
sosial di masyarakat. selain itu, pandangan spencer yang lain
adalah teori evolusi yang sampai sekarang masih
dikembangkan.
Emile Durkhem
Emil Durkhem adalah sala satu sosiolog yang menjelaskan padangannya tentang
keteraturan sosial. Keteraturan sosial ini dapat meningkatkan solidaritas dan
integrasi sosial di masyarakat.

Max Weber
Max weber mengutarakan pendapatnya tentang ekonomi dalam sosiolog. Max
weber berperan penting dalam memasukkan salah satu cabang sosiologi yakni
sosiologi ekonomi. Max adalah seorang agamawan yang menjelaskan tentang
protestan dan semangat kapitalisme. Ia beranggapan bahwa semangat protestan
untuk menjadi kaya di dunia akan kaya juga di akhirat.
Karl Max

Karl Max adalah sosiolog yang fokus pada kelas sosial. Ia


beranggapan bahwa kelas sosial hanya menguntungkan satu pihak dan
menekan masyarakat. kelas sosial Karl Max dibagi menjadi dua yakni
kaum borjuis (Kaum pemilik modal) dan Kaum Proleta (Kaum
Buruh).
Pada masa industri, banyak kaum buruh yang hanya fokus pada
kegiatan produksi sehingga mereka tidak dapat menyalurkan ide-ide
atau gagasannya.
Ferdinand Tonnies
Ferdinand Tonnies adalah seorang sosiolog yang membagi kelompok
masyarakat menjadi 2 sebagai berikut :
1. Gemeinschaft (Paguyuban)

• Gemeinschaft by blood

• Gemeinschaft by place

• Gemeinschaft by mind

2. Gesselschaft (Patembayan)
05.
Hubungan Sosiologi
dan Sejarah
Sosiologi dan sejarah merupakan ilmu sosial yang mempelajari kejadian dan
hubungan yang dialami manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
Sejarah melihat berbagai kejadian atau peristiwa yang dialami manusia pada masa silam
sejak adanya peradaban. Dan mencari hubungan antar peristiwa tersebut. Selain itu,
sejarah juga berfungsi untuk menemukan sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa.
Dengan kata lain, sejarah menaruh perhatian hanya kepada peristiwa masa silam dan
sifat unik dari peristiwa tersebut. Berbeda dengan sejarah, ilmu sosiologi hanya
memperhatikan peristiwa yang merupakan proses kemasyarakatan yang timbul dari
hubungan antar manusia dalam situasi berbeda. Metode yang digunakan dalam sosiologi
adalah metode historis antara sejarah dan sejarah dan sosiologi selalu mempunyai
hubungan timbal balik.
Thanks!
Do you have any questions???

Anda mungkin juga menyukai