Anda di halaman 1dari 13

B Herry Priyono, Civil Society Melacak Arti, Menyimak Implikasi 75

Civil Society
Melacak Arti, Menyimak Implikasi
B Herry-Priyono

Dari mana konsep civil society (CS) berasal? Mengapa CS sering men-
jadi panji-panji politik berbagai gerakan, mulai dari gerakan anti-kedik-
tatoran, anti-korupsi, hingga gerakan melawan corak kapitalisme
global? Mengapa konsep tersebut mudah dimanipulasi? Tulisan ini
menelusuri lebih jauh kekayaan arti CS sebagai bagian penting dari
pemikiran politik dan masyarakat. Melalui tinjauan ringkas dan ske-
matis ditunjukkan mengapa pengertiannya yang berciri oposisional
terhadap negara (the State), seperti yang dipahami belakangan ini,
terlalu sempit untuk mengungkap kekayaan arti CS.

Kata kunci: civil society, negara, politik, kapitalisme global, rezim totaliter

P
ada mulanya adalah istilah yang tersua Dalam seluruh lintasan sejarah itu, dan
dalam alinea pertama buku berjudul dengan pengecualian Karl Marx, istilah CS
Politikon karya Aristoteles yang ber- umumnya dipakai sebagai panji politik (political
pengaruh mendalam pada sejarah pemikiran banner) melawan/mengkritik kebusukan tata
politik. Istilah itu terdiri dari dua kata, koinônia negara dan cita-cita hidup bersama. Artikel ini
politikç, yang dipakai sebagai istilah lain untuk coba melacak secara skematis pengertian CS
menyebut polis, negara-kota seperti Athena. dan mengapa istilah ini menjadi panji politik
Dari istilah polis itu berasal kata “politik.” berbagai gerakan yang memperjuangkan kehi-
Melalui lintasan waktu lebih dari dua ribu dupan bersama lebih beradab.
tahun dan dengan keluar-masuknya kabut se-
jarah yang mengaburkan kejernihan, koinônia
Pada Mulanya Alinea
politikç itulah yang kini ditunjuk dengan istilah
civil society. Bila civil society dipahami sebagai Sebagaimana disebut di atas, perjalanan
jaringan demokratis asosiasi-asosiasi warga awal istilah CS mulai dari alinea pertama karya
yang beroperasi di wilayah politis antara rumah Aristoteles (384-322 SM) yang berjudul
tangga dan negara, itu hanya sebagian dari evo- Politikon:
lusi arti. Bila civil society (selanjutnya CS) dipa-
hami dalam oposisinya dengan negara (the Setiap negara-kota (polis) adalah komunitas
State), itu merupakan warisan arti yang ter- (koinônia) dan semua komunitas dibentuk
untuk mencapai kebaikan tertentu. [K]omu-
utama muncul dari pemikiran politik abad ke-18
nitas khas yang paling berdaulat serta men-
serta konteks pergolakan melawan rezim-rezim cakup semua jenis komunitas lain juga akan
totaliter di Eropa Timur yang memuncak pada paling mengejar tujuan itu dan paling ber-
transformasi besar 1989-1990. daulat atas semua kebaikan. Komunitas

A R T I K E L
76 Prisma, Vol. 35, No. 1, 2016

paling berdaulat dan inklusif ini disebut Moerbecke adalah biarawan Ordo Dominikan
negara-kota (polis) atau komunitas politik dari Belgia, uskup Korintus yang hidup serta
(koinônia politikç).1
belajar bahasa Yunani di tanah Yunani.
Dalam terjemahan pertama (1260-1264),
Teks kajian mengenai polis Athena itu Moerbecke menerjemahkan polis menjadi
hanyalah satu di antara sekian banyak teks civitas dalam bahasa Latin, sedangkan koinônia
Aristoteles tentang aneka pemikiran Yunani politikç menjadi communitas politica. Dalam
kuno yang juga dihuni para pemikir seperti terjemahan kedua (1265), polis tetap diter-
Pythagoras, Parmenides, Heraclitos, Demo- jemahkan civitas, sedangkan koinônia politikç
critos, Plato, para pemikir mazhab Stoa, Epi- diterjemahkan communicatio politica dan
curean, dan sebagainya. Khazanah itu dikenal (sering kali) civilis communitas. Ada dua gejala
para pujangga Romawi seperti Cicero (106-43 menarik yang terlibat dalam terjemahan
SM), yang pernah satu kali menggunakan Moerbecke. Pertama, pemakaian kata commu-
2
istilah societas civilis, kata Latin untuk CS. nitas dan communicatio untuk menerjemahkan
Kemudian, sampai dengan abad ke-12, kha- koinônia mengisyaratkan pengaruh alam-pikir
zanah pemikiran Aristoteles menjadi objek teologis yang dianut Moerbecke, yaitu pe-
4
studi para pemikir dunia Islam, seperti Ibn Sina ngertian Kitab Suci Perjanjian Baru. Sudut
(980-1037) dan Ibn Rushd (1126-1196). pandang terjemahan Moerbecke bercorak teo-
Sosok yang selanjutnya menentukan evo- logis bagi keperluan refleksi teologis. Kedua,
lusi pengertian CS adalah teolog Thomas terjemahan polis menjadi civitas dalam bahasa
Aquinas (1225-1274), yang melakukan dialog Latin—untuk mengganti kata police pada ter-
antara metafisika Aristoteles dan teologi jemahan sebelumnya—melibatkan pergeseran
Kristiani. Dalam rangka dialog intelektual itulah atau perluasan semantik dari makna polis yang
teks Politikon muncul kembali secara menonjol. bersifat politis dalam teks Aristoteles ke arti po-
Namun, itu bukan berarti sebelum Aquinas ti- lis yang berciri sosial. Ringkasnya, terjemahan
dak ada kajian atas teks tersebut. Teks tersebut polis (Yunani) menjadi civitas (Latin) membuka
telah dikenal luas dalam dunia intelektual Arab horizon semantik baru bahwa negara-kota
dan Latin, namun terjemahan bahasa Arab (polis) dapat dipahami bukan sekadar sebagai
lebih sering dilakukan dari bahasa Latin, pa- realitas dan cita-cita politis (negara), tetapi juga
5
dahal “terjemahan ke bahasa Latin dilakukan sosial (tatanan masyarakat). Horizon semantik
orang-orang dari sekolah-sekolah di Italia baru itu berpengaruh secara mendalam pada
Selatan dengan reputasi yang tidak meyakin- pemahaman selanjutnya.
3
kan”. Alkisah, Aquinas minta bantuan William Dunia pemikiran Abad Pertengahan di
Moerbecke untuk menerjemahkan karya Eropa yang secara mendalam dipengaruhi
Aristoteles secara setia dari bahasa Yunani. teologi Aquinas dibentuk melalui terjemahan
karya-karya Aristoteles oleh Moerbecke itu.
Ketika dari rahim pemikiran Abad Pertengahan
1
Aristotle, Politics, diterjemahkan oleh E Barker
(Oxford: Oxford University Press, 1962), #1252a.
mulai berkembang gerakan intelektual huma-
2
James Schmidt, “A Raven with a Halo: The nisme Renaisans, kebutuhan menerjemahkan
Translation of Aristotle’s Politics”, dalam History Politikon menurut alam-pikiran humanisne juga
of Political Thought VII/2 (1986), hal. 300-301. muncul. Pada lintasan sejarah itu, masuk se-
3
Peter Hallberg dan Björn Wittrock, “From orang pujangga yang punya perhatian khusus
koinônia politikç to societas civilis: Birth, Dis-
appearance and First Renaissance of the
Concept”, dalam Peter Wagner (ed.), The Lan- 4
Schmidt, “A Raven with a Halo…”, hal. 299-300.
guages of Civil Society (New York: Berghahn 5
Hallberg dan Wittrock, “From koinônia politikç
Books, 2006), hal. 34. to societas civilis…”, hal. 35.

A R T I K E L
B Herry Priyono, Civil Society Melacak Arti, Menyimak Implikasi 77

pada pemikiran politik Aristoteles. Dia omnes complectitur. Est autem hec illa que
menerjemahkaan Politikon, dan me-Latin-kan civitas appelatur & civilis societas [Yunani:
koinônia politikç].8
istilah koinônia politikç menjadi civilis societas.
Pujangga itu bernama Leonardo Bruni (1370-
1444). Bruni ialah anggota Mahkamah Agung Seperti terlihat di atas, istilah civilis societas
negara-kota/republik Florence, Italia, pemikir sebagai terjemahan koinônia politikç itulah
historiografi, dan pujangga keraton. Sebagai yang kemudian diturunkan langsung menjadi
orang yang mengaku pengagum Aristoteles, civil society dalam bahasa Inggris, société civile
dia menulis biografi berjudul Vita Aristotelis (Perancis), dan zivilgesellschaft (Jerman) untuk
(1430), karya “historiografi yang mengilhami menghindari polemik yang melibatkan arti
6 9
biografi akademis modern”. Yang membeda- “borjuis” dalam istilah bürgerliche gesellschaft.
kan terjemahan Bruni dari Moerbecke adalah Terjemahan Bruni memang bukan satu-satunya
sudut pandang dan paham mengenai tugas yang beredar, tetapi akhirnya terjemahan Bruni
penerjemah. Terjemahan Moerbecke “mencer- itu menjadi master copy atau induk berbagai
minkan alam-pikir seorang rahib”, sedangkan terjemahan ke dalam bahasa lain. Istilah CS itu
terjemahan Bruni “mengungkapkan alam-pikir “tidak dibantah bahkan oleh para pemikir ino-
7
seorang humanis republik”. vatif seperti Machiavelli dan Hobbes, tidak juga
Bagi Bruni, republik Florence adalah avatar oleh para pemikir hukum kodrat modern”.10
cita-cita politik negara-kota Athena dan Roma. Dengan penemuan mesin cetak di Eropa–
Dengan menerjemahkan Politikon Aristoteles mesin cetak blok tahun 1423, mesin cetak
melalui translokasi politis Athena abad ke-5 SM metal (1452), dan mesin cetak Gutenberg
ke Florence abad ke-15 M, dia memasang (1455)–penyebaran terjemahan Bruni dan
filsafat politik Aristoteles bukan hanya sebagai terjemahan ke bahasa-bahasa lokal berlang-
standar, tetapi juga sebagai penyesuaian dan sung cepat.
penyempurnaan refleksi politik Aristoteles Pelacakan singkat ini berguna untuk mema-
dalam lintasan waktu. Akan tetapi, mengapa hami makna awal civil society dan mengapa
muncul urgensi itu? Tampaknya persis karena istilah itu kemudian selalu muncul sebagai panji
republik Florence dilanda kemerosotan se- politik dalam perjalanan sejarah.
mangat publik lantaran pertikaian politik di
dalam negeri dan serangan dari luar, terutama
Keluar dari Kondisi Asali
dari ciri absolutis republik Milan. Dalam kondisi
itulah terjemahan Bruni dimaksud sebagai Ketika Aristoteles dalam alinea pertama
tanggapan terhadap krisis Florence. Terje- Politikon menunjuk polis sebagai koinônia
mahan Bruni ke bahasa Latin berbunyi sebagai politikç (diterjemahkan Bruni menjadi civilis
berikut: societas), dia sedang menjelaskan arti polis.
Namun, dengan itu pula diisyaratkan apa yang
Voniam uidemus omnem civitatem [Yunani: dimaksud CS. Karena CS adalah istilah lain bagi
polis] esse societatem [Yunani: koinônia] polis (negara-kota), maka pada mulanya CS
quandam: & omnem societatem boni alicuius
adalah polis itu sendiri, yaitu kehidupan bersama
gratia constitutã. Maxime uero principalissimu
omnium que est principalissima & ceteras
8
Dikutip dalam Hallberg dan Wittrock, “From
6
Gary Ianziti, Writing History in Renaissance Italy: koinônia politikç to societas civilis…”, hal. 45.
Leonardo Bruni and the Uses of the Past 9
Jürgen Kocka, Civil Society and Dictatorship in
(Cambridge, MA.: Harvard University Press, Modern Germany (Waltham: Brandeis University
2012), hal. 147-166. Press, 2010), hal. 67.
7
Schmidt, “A Raven with a Halo…”, hal. 301. 10
Schmidt, “A Raven with a Halo…”, hal. 295.

A R T I K E L
78 Prisma, Vol. 35, No. 1, 2016

para warga negara yang ditata berdasarkan Pokok terakhir ini mungkin berguna untuk
hukum dan pemerintahan. Dengan itu juga jelas memahami cara kita memakai istilah CS di
bahwa pada mulanya CS tidak dipahami dalam Indonesia. Pernah ada suatu masa, terutama era
oposisinya dengan negara (the State). Bahkan, Orde Baru, ketika istilah “sipil” (civil) dipakai
CS mengandaikan negara dan pemerintahan, dalam oposisi dengan “militer” (military).
sebagaimana negara dan pemerintahan me- Walaupun cukup pasti meleset mengungkapkan
ngandaikan CS. arti awal CS, oposisi itu mengisyaratkan arti
Bagaimana pengertian itu mesti dipahami? penting yang diemban konsep CS, yaitu ga-
Cara paling sederhana adalah memahami keba- gasan bahwa “sipil” merupakan cita-cita kehi-
likannya, yaitu kondisi hidup tanpa hukum, tan- dupan bersama tanpa kekerasan. Karena “mi-
11
pa tata negara, barbar, buas dan liar. Dengan liter” adalah instansi monopoli kekerasan, se-
demikian, CS adalah kehidupan bersama dalam dangkan solusi kekerasan (violence) bukan ciri
tatanan hukum yang membuat anggotanya di- keberadaban (civility), oposisi sipil-vs-militer
sebut warga suatu tata negara (citizens). Dalam mengisyaratkan makna penting istilah civil
bahasa Latin, kata untuk warga negara adalah dalam civil society. Dari hal itu juga terlihat
civis (Inggris: citizen; Perancis: citoyen). Dari mengapa CS merupakan cita-cita politik yang
civis terbentuk kata civitas (negara/kota/ selalu licin (elusive), sebab ketercapaiannya
komunitas independen), civilis (beradab/pan- bergantung pada proses pemberadaban manu-
tas bagi warga negara), civilitas (perilaku sia dan kehidupan politik secara terus-menerus.
beradab/pantas bagi warga negara). Semua Pokok di atas juga dapat dipakai menjawab per-
istilah terkait kata civis merupakan antitesis tanyaan ini: Apakah organisasi-organisasi yang
terhadap kondisi tanpa hukum, tanpa tata bebas berkeliaran memakai kekerasan, seperti
negara, barbar, buas, liar, dan bukan dunia yang banyak ditemui di Indonesia, merupakan
manusia. Dalam bahasa Indonesia, istilah “ma- bagian CS? Jawaban yang diproleh amat lugas:
syarakat warga” mungkin cukup mendekati bukan, persis karena mereka menggunakan
maksud istilah CS. cara yang merupakan antitesis cara-cara ber-
Semua istilah itu mengisyaratkan apa yang adab yang diemban gagasan CS.
khas pada manusia, yaitu kemampuan bernalar Apa yang disajikan di atas dimaksud untuk
dan daya bahasa. Dalam ungkapan Aristoteles, menunjukkan bahwa pada mulanya CS berarti
“[M]anusia yang tidak sanggup hidup dalam tata hidup bersama, kesetaraan berdasarkan
perhimpunan atau yang merasa kecukupan-diri hukum dalam tata negara, suatu corak hidup
hingga tidak membutuhkan persekutuan bu- bersama yang dilawankan dengan kondisi rim-
kanlah anggota negara, maka ia hewan atau ba, tanpa hukum dan tata negara, buas dan liar
dewa”.12 Selain kontras itu, CS juga punya pe- seperti hewan. Negara dan institusi pemerin-
ngertian sebagai ranah publik yang tidak berada tahan bukanlah antitesis CS; bahkan CS me-
dalam penentuan otoritas agama, rumah tang- ngandaikan negara dan pemerintahan. Itulah
ga, dan militer.13 mengapa, selain sebagai istilah untuk menunjuk
tatanan sosio-politik yang mengungkapkan daya
11
Pengertian ini dapat dilihat dalam banyak litera- nalar dan keberadaban manusia, CS juga dipakai
tur tentang pengertian CS pramodern. Misalnya, menunjuk gugus tindakan publik yang berciri
John Ehrenberg, Civil Society: The Critical His- anti-kekerasan, anti-transaksional, dan terarah
tory of an Idea (New York: New York University 14
pada pencarian kebaikan bersama. Dengan
Press, 1999), Bab 1; Lawrence E Cahoone, Civil
Society (Oxford: Blackwell, 2002), hal. 212. Sunil Khilnani (eds.), Civil Society: History and
12
Aristotle, Politics…, #1253b. Possibilities (Cambridge: Cambridge University
13
Antony Black, “Concepts of Civil Society in Pre- Press, 2003), hal. 33.
Modern Europe”, dalam Sudipta Kaviraj dan 14
Jürgen Kocka, “Civil Society from a Historical

A R T I K E L
B Herry Priyono, Civil Society Melacak Arti, Menyimak Implikasi 79

kata lain, CS adalah tata hidup beradab (vivere bang hingga hari ini. Sebagaimana telah disebut,
civile). CS adalah cita-cita tatanan sosio-politik yang
Inilah arti CS yang umum dipahami tatkala mengungkap kekhasan manusia dibanding he-
para pemikir tata negara modern muncul pada wan dan makhluk lain, yaitu daya nalar, ar-
lintasan sejarah, seperti Thomas Hobbes, John gumen, hukum, dan proses pemberadaban
Locke, Samuel von Pufendorf, atau Rousseau. meninggalkan jalan kebuasan dan kesendirian.
Dalam keragamannya, para pemikir tersebut Karena itu, arti CS juga selalu berkembang
merefleksikan dasar-dasar tata negara dan dalam oposisi melawan “kekuatan-kekuatan
mengajukan kontras dengan kondisi asali (state gelap” yang beroperasi menggagalkan proses
of nature), yaitu kondisi hidup sebelum muncul pemberadaban pada konteks sejarah yang ber-
tata negara. Kondisi hidup dalam negara itu ubah-ubah. Menurut saya, itulah pokok terpen-
mereka sebut civil society. Dalam karya Hobbes ting yang dapat menjadi kunci memahami pe-
berjudul Leviathan (1651), misalnya, berte- ngertian CS dan pokok ini pula yang menjelas-
baran istilah CS: “kodrat manusia sebelum Civil kan mengapa CS menjadi panji-panji politik
Society”; “sebelum zaman Civil Society”; “Civil dalam berbagai gerakan.
Society dirawat dengan Keadilan”.15 Begitu pula Pergeseran makna CS mulai tampak sejak
dalam karya Locke: “mereka yang berhimpun perpindahan abad ke-17 ke abad ke-18. Mi-
dalam satu tubuh dengan aturan hukum dalam salnya, arah baru tersebut jelas terungkap da-
civil society..., mereka yang bukan anggota lam pemikiran John Locke (1632-1704). Selain
masih tinggal dalam state of nature”; “orang secara tegas dikontraskan dengan kondisi
yang telah masuk dalam civil society”; “civil rimba, CS juga mulai dilawankan dengan peme-
society adalah kondisi perdamaian”.16 Perlu rintahan despotis monarki absolut (absolute
dicatat, kendati ada kemiripan, Locke berbeda monarchy). Dalam pernyataan Locke, “Monarki
dari Hobbes dalam konsepsi mengenai kondisi absolut, yang untuk beberapa orang merupakan
asali. Begitu pula Rousseau. Walaupun melihat satu-satunya pemerintahan sah di dunia, tidak
tata negara sebagai bagian dari CS, Rousseau sesuai dengan civil society, maka [monarki
berbeda dengan Hobbes dan Locke. Bagi absolut] sama sekali tidak dapat menjadi pe-
Rousseau, CS adalah “kisah sakit jiwa manusia”, merintahan warga (civil)”.18 Dengan kata lain,
pembusukan dari kondisi asali yang ditandai kondisi hidup di bawah monarki absolut bisa
17
kebebasan dan kesendirian alami. disamakan dengan hidup dalam kondisi rimba.
Dapat dikatakan bahwa sampai dengan Selain dapat dikatakan pokok di atas adalah
abad ke-17, arti CS sebagai antitesis kondisi hi- kelanjutan teori kontrak Thomas Hobbes, hal
dup tanpa tata negara merupakan pengertian tersebut juga merupakan kritik Locke terhadap
paling umum. Namun, di sana tersimpan arah corak absolutis teori Hobbes. John Dunn,
pengertian baru CS yang kemudian berkem- seorang ahli pemikiran Locke, menulis:

Satu kesimpulan terpenting Locke tentang


Perspective”, dalam European Review 12/1 politik adalah bahwa kebanyakan struktur
(2004), hal. 68-69. kekuasaan sangatlah jauh dari kriteria civil
15
Thomas Hobbes, Leviathan, disunting oleh CB society: kebanyakan tata negara sama sekali
MacPherson (London: Penguin, 1968), hal. 200, bukan tatanan politik legitim. Monarki-mo-
478. narki absolut di Eropa daratan, dan monarki
16
John Locke, Second Treatise of Government, Perancis secara khusus, sangat jauh dari arti
disunting oleh CB MacPherson (Indianapolis: tatanan politik legitim. Bahkan, unit-unit
Hackett, 1980), #VII, 87, 88; XIX, 212. politik yang pongah dan penuh kuasa itu
17
Lihat, Jean-Jacques Rousseau, A Discourse on
Inequality, diterjemahkan dan disunting Maurice
Cranston (London: Penguin Classics, 1984). 18
Locke, Second Treatise of…, #VII, 90.

A R T I K E L
80 Prisma, Vol. 35, No. 1, 2016

hanyalah kelanjutan kondisi rimba itu sendiri otoritas politik tidak lagi dirujuk dengan klaim
(the state of nature itself).19 pada wahyu Ilahi ataupun doktrin teologis di
atas sana. Legitimasi otoritas politik kini dirujuk
Di situ mulai terlihat translokasi dan per- pada proses imanen dinamika kesetujuan para
luasan arti lawan CS: dari kondisi alami ke warga yang hidup di bawah otoritas politik itu
despotisme monarki absolut. Itulah cikal-bakal sendiri. Gagasan kontrak sosial yang meng-
yang kemudian berkembang menjadi oposisi gerakkan demokrasi modern adalah bentuk se-
antara CS dan negara. Alasan mengapa monarki kularisasi kekuasaan, dan pengertian CS me-
absolut disamakan dengan kondisi rimba bu- nunggang kereta sejarah ini. Ketika awalnya
kanlah semata karena monarki absolut me- diajukan sebagai cita-cita kehidupan beradab,
rupakan pemerintahan sewenang-wenang dan CS bertemu dengan kebuasan kondisi asali
kebuasaan seperti kondisi asali, namun juga (Hobbes) serta individualisme alamiah (Rous-
karena kekhasan suatu proses yang membuat seau). Pada abad ke-17 dan ke-18, CS bertemu
tatanan sosio-politik disebut legitim, yakni pen- dengan monarki absolut sebagai penghalang-
carian legitimasi tata negara atas dasar kese- nya. Itulah konteks yang mengantar evolusi
tujuan warga (consent) yang kemudian masyhur baru pengertian CS.
disebut kontrak sosial (social contract). Itulah
pencarian legitimasi tata negara yang melahir- Menuju Keragaman Arti
kan demokrasi modern. Para pemikir CS se-
perti Locke, Rousseau, dan Montesquieu ada- Sejarah selalu gelisah, dan pengertian CS
lah juga pemikir demokrasi modern. Itulah menjadi bagian dari perdebatan rumit yang me-
mengapa pengertian CS kemudian terkait se- nandai sejarah pemikiran politik selama abad ke-
cara integral dengan cita-cita demokrasi. Kaitan 18 dan ke-19. Dalam oposisi terhadap aneka
integral antara CS dan demokrasi jelas-jelas bentuk monarki absolut abad ke-17 dan ke-18,
terlihat dalam seluruh “gerakan civil society” di berkembang pesat kelas borjuis ekonomi,
Eropa Timur yang memuncak pada 1989; ge- pendidikan dan kultural, yang membawa ke-
21
rakan menuntut hidup demokratis berhadapan munculan kapitalisme. Melalui pengaruh
dengan corak negara Politbiro dan totaliter.20 revolusi pemikiran ilmu-ilmu alam, muncul
Berkembangnya kaitan integral antara CS gagasan tentang tatanan sosial yang digerakkan
dan demokrasi pada pengujung abad ke-17 dan oleh “dalil gravitasi” dalam rupa kinerja ekonomi
awal abad ke-18 juga berkisah tentang seku- pasar (market economy). Jürgen Kocka, seja-
larisasi politik. Gagasan kontrak sosial sebagai rawan yang banyak meneliti evolusi pengertian
dasar negara mengungkapkan bahwa legitimasi CS dalam kaitan dengan kelas borjuis, menulis
pokok-pokok pikiran yang mungkin berguna
untuk memahami arti CS pada abad ke-18 dan
19
John Dunn, “The Contemporary Political Sig- ke-19:
nificance of John Locke’s Conception of Civil
Society”, dalam Kaviraj dan Kilnani (eds.), Civil Pada abad ke-18, tidaklah masuk akal bagi
Society…, hal. 51. Adam Smith atau Adam Ferguson untuk
20
Oposisi CS dan negara tercermin dalam banyak melemahkan ciri anti-absolutis yang dibawa
tulisan para pemikir dan pemimpin gerakan de- oleh munculnya daya ekonomi pasar, lantas
mokrasi di Eropa Timur sebelum 1989; lihat,
misalnya, Václav Havel, Living in Truth, disun- 21
Tentang kompleksitas genealogi kelas-kelas so-
ting oleh J Vladislav (London: Faber and Faber, sial yang terlibat dalam kemunculan kapitalisme
1990); Václav Havel, Summer Meditations: On dan pengertian CS; lihat, misalnya, Stefan-
Politics, Morality and Civility in a Time of Tran- Ludwig Hoffmann, Civil Society 1750-1914 (Ba-
sition, diterjemahkan oleh P Wilson (London: singstoke: Plagrave Macmillan, 2006); Jürgen
Faber and Faber, 1992). Kocka, Civil Society and Dictatorship…, Bab II.

A R T I K E L
B Herry Priyono, Civil Society Melacak Arti, Menyimak Implikasi 81

memisahkan civil society dari ekonomi pasar, inilah berkembang pula refleksi kritis. Se-
sebab ekonomi pasar sedang mulai muncul mentara itu, karya Adam Ferguson, An Essay
sebagai kekuatan sejarah. Sebaliknya, sistem
on the History of Civil Society (1767), adalah
pasar, kompetisi, kapitalisme, dan serikat-
serikat warga yang aktif dalam ekonomi perayaan cita-cita CS sekaligus kritik pedas ter-
pasar merupakan mitra aliansi; dan secara hadap kebusukan yang dibawa oleh nafsu per-
konseptual civil society tak terpisah dari dagangan dan akumulasi laba. Seperti para
ekonomi pasar yang sedang muncul.22 pemikir “Fajar Budi” Skotlandia lainnya,
Ferguson memahami CS sebagai tata keber-
Ringkasnya, kaum borjuis, kapitalis dan adaban (civility) yang menggabungkan kohesi
pelaku ekonomi pasar yang sedang muncul sosial tata negara dan ekonomi-politik. Jantung
pesat merupakan bagian dari CS yang berha- CS terletak dalam semangat publik dan keuta-
dapan dengan monarki absolut. Bagi para pemi- maan warga (civic virtue) yang merupakan nilai
kir CS, gejala sosial baru itu membawa-serta sentral dalam republikanisme Renaisans.
pertanyaan: mungkinkah kelompok-kelompok Patriotisme, militansi membela kepentingan
borjuis dan ekonomi pasar berkinerja sebagai publik, dan partisipasi serta solidaritas warga
daya penghalang kecenderungan monarki ab- adalah etos terpenting CS. Namun, berbeda
solut? Ketika para pemikir seperti Adam Smith, dengan optimisme Smith, bagi Ferguson nafsu
Adam Ferguson, Hegel, dan Karl Marx tampil, akan harta yang berkembang bersama ka-
konteks historis dan intelektual itulah yang pitalisme akan “membelah relasi manusia dalam
mereka temui. Barangkali pemikir awal yang konflik kepentingan, memisahkan satu orang
paling eksplisit melihat kemungkinan logika dari yang lain, dan tak ada seorang pun digerak-
ekuilibrium itu ialah Montesquieu (1689-1755) kan oleh semangat publik”, dan ketika berada
dalam argumen yang kemudian dikenal sebagai dalam konflik dengan negara lain terpaksa
24
doktrin le doux commerce (perdagangan yang mengundang masuk despotisme. Ambivalensi
melembutkan/memberadabkan manusia): pengertian CS dalam karya Ferguson itulah
yang meninggalkan jejak pada para pemikir CS
Perdagangan adalah penyembuh syak wa-
Jerman: “Hegel memujinya, begitu pula
sangka yang paling destruktif; sebab, adalah
gejala umum di mana kita temukan tata kra- Marx”.25
ma yang baik, di situ berkembang pula per- John Keane “menemukan” perubahan pe-
dagangan; dan di mana berkembang perda- ngertian CS yang berlangsung antara 1750-
gangan, di situ kita temukan pula tata-krama 1850 ketika “arti tradisional yang semakin surut
unggul. Maka, kita tak perlu heran bila tata- berdampingan dan bertumpang-tindih dengan
kelakuan kita sekarang jauh kurang buas
dibanding zaman sebelumnya. [P]erdagang-
arti baru yang berisi pembedaan antara negara
an yang pesat bukan ciri monarki....23 dan CS”.26 Pengertian tradisional CS yang mem-
bentang dari Aristoteles hingga Ferguson sa-
Meskipun dari tradisi berbeda, apa yang ngat umum/inklusif sebagai tata keberadaban.
diajukan Adam Smith dalam The Wealth of
Nations (1776)—yang menjadi cikal bakal ilmu 24
Adam Ferguson, An Essay on the History of Civil
ekonomi—dapat dikatakan merupakan kelan- Society, disunting oleh Fania Oz-Salzberger
jutan optimisme itu. Dalam konteks optimisme (Cambridge: Cambridge University Press, 2001),
hal. 207, 241.
25
Fania Oz-Salzberger, “Civil Society in the Scottish
22
Kocka, “Civil Society from a Historical…”, hal. Enlightenment”, dalam Kaviraj dan Kilnani
68. (eds.), Civil Society…, hal. 78.
23
Montesquieu, The Spirit of the Laws, diterje- 26
John Keane, “Despotism and Democracy”, dalam
mahkan oleh Thomas Nugent (New York: Hafner John Keane (ed.), Civil Society and the State
Classics, 1962), hal. 316, 318. (London: Verso, 1993), hal. 37.

A R T I K E L
82 Prisma, Vol. 35, No. 1, 2016

Apa saja yang mendukung—seperti pemerin- kelas sosial, jaringan ekonomi pasar, serta tata
tahan, hukum, dan ekonomi pasar—dicakup se- lembaga peradilan. Dengan demikian, CS ada-
bagai bagian CS, sedangkan apa saja yang lah ranah konvergensi dan divergensi kepen-
menghalangi—seperti monarki absolut—bukan tingan diri melalui pengelompokan, pluralitas,
merupakan bagian dari CS. Bagaimana kaitan dan otonomi. Hegel menyebutnya “sistem
antar-unsur itu membentuk atau tidak mem- kebutuhan.” Dalam CS, “Setiap orang adalah
bentuk CS belum dipahami secara kategoris. tujuannya sendiri, semua yang lain tak berarti
30
Pemahaman kategoris itulah yang dilakukan bagi dia”.
Hegel (1770-1831) dengan konseptualisasi Justru “karena CS melibatkan silang-selisih
yang membawa pengertian CS ke babak baru. kepentingan pribadi satu lawan lain, kita meng-
Dalam konsepsi Hegel, CS bukan tatanan hadapi (a) pertentangan antara aneka kepen-
sosio-politik kebebasan dan keberadaban dalam tingan privat dan konsern bersama yang masih
arti sangat umum-inklusif, tetapi suatu irisan bersifat partikular, (b) pertentangan antara
ranah kehidupan etis yang “tercipta sebagai partikularitas kepentingan bersama dan peng-
prestasi dunia modern.” CS adalah “ranah yang organisasian negara dengan cakrawala yang
bergerak di antara keluarga dan negara, meski lebih tinggi”. 31 Itulah mengapa CS menjadi
pembentukannya terjadi setelah dan mengan- arena kepentingan-diri yang bebas, namun
27
daikan negara”. Untuk memahami pokok ini, “terbenam dalam partikularitas” dan tak mampu
mungkin berguna menempatkannya dalam mencapai universalitas kebebasan. CS berisi
bingkai gagasan besar Hegel. Gagasan politik ruang kebebasan, tetapi kebebasan itu mem-
Hegel berisi upaya menjelaskan bagaimana bawa kesenjangan tajam, “Tontonan ekstra-
manusia mencapai kebebasan, “Sesuatu yang vagansa dan hasrat-diri sekaligus kemerosotan
28
paling berharga dan sakral pada diri manusia”. fisik dan etis, baik bagi partikularitas maupun
32
Hal tersebut melibatkan perjalanan kehidupan universalitas”.
etis dari ranah yang langsung-alamiah menuju Itulah mengapa, bagi Hegel, CS bukan
ranah universal: dari altruisme partikular wujud terakhir perjalanan kebebasan. Agar
(keluarga), melalui egoisme universal (civil pluralitas kepentingan individual dalam CS
society), memuncak pada altruisme universal mengarah ke kebebasan universal, negara
29
(negara). mesti mengatasi dan melampauinya. Negara
Masing-masing dari ketiga ranah etis itu bukan meniadakan CS, tetapi mewadahi seka-
merupakan jalinan relasi yang digerakkan oleh ligus melampauinya (aufgehoben). Karena itu,
prinsip berbeda. Interaksi dialektis antara ketiga pengertian CS Hegel berisi ambivalensi: di satu
ranah jaringan inilah yang memampukan ma- sisi CS niscaya bagi kebebasan, namun di sisi
nusia mewujudkan kebebasan. Dari pokok itu lain tanpa diwadahi dan dilampaui oleh negara
secara kategoris terlihat bahwa CS dibedakan CS akan menghancurkan diri dan seluruh ta-
dari keluarga dan negara. CS adalah ranah etis tanan masyarakat.
yang mencakup asosiasi dan perhimpunan, Dari pokok itu segera terlihat bahwa secara
kategoris CS dibedakan dari negara. Selain
bersifat relasional, perbedaan itu juga berhadap-
27
GWF Hegel, Elements of the Philosophy of Right, hadapan. Karl Marx yang menemukan pe-
diterjemahkan oleh HB Nisbet dan disunting ngertian CS itu kemudian menjungkir-balik-
oleh AW Wood (Cambridge: Cambridge Univer- kannya. Seperti tampak dalam pemikiran Hegel,
sity Press, 2007), III.182.A.
28
Hegel, Elements of the Philosophy …, III.215.
29
Joseph Femia, “Civil Society and the Marxist 30
Hegel, Elements of the Philosophy …, III.182.A
Tradition”, dalam Kaviraj dan Kilnani (eds.), Civil 31
Hegel, Elements of the Philosophy …, III.289
Society…, hal. 33. 32
Hegel, Elements of the Philosophy …, III.185.

A R T I K E L
B Herry Priyono, Civil Society Melacak Arti, Menyimak Implikasi 83

CS adalah ranah pluralitas kepentingan, kontrak, tetapi tataran intelektual-kultural dan pemak-
kelas sosial, konflik, dan keramatnya hak milik naan.
pribadi. Bagi Marx, apa yang dilakukan Hegel Dengan demikian, locus CS yang Marx
hanya menyembunyikan konflik “manusia se- letakkan pada basis material ekonomi kapitalis
bagai individu” (pada CS) ke dalam ilusi borjuis di relokasi oleh Gramsci ke organ-organ kul-
kesetaraan “manusia sebagai warga negara” tural yang membuat relasi eksploitatif pada
(pada negara).33 Melalui negara, CS sebagai basis material terus berlangsung. Maka, bagi
arena konflik yang bersumber dari hak milik Gramsci, CS menurut Marx tidak mungkin di-
pribadi itu hendak dilepaskan dari sengat politik- atasi kecuali CS itu menjadi target perjuangan
nya. Menurut Marx, subordinasi politik oleh dan akhirnya dikuasai oleh kelas buruh dan
ekonomi kapitalis itu sangat telanjang dan tak kaum progresif lainnya. Di sinilah pentingnya
bisa disembunyikan. Apa yang dibutuhkan tugas “intelektual organik”, yaitu mereka yang
bukan menciptakan ilusi kesetaraan warga berperan membentuk perubahan corak alam-
negara, tetapi menguniversalkan partikularitas pikir masyarakat agar sesuai dengan agenda
36
hak milik pribadi menjadi milik bersama: “hanya kaum buruh dan progresif. Pengertian CS ala
ketika manusia individual riil merebut kembali Gramscian sebagai jaringan ranah asosiatif dan
bagi dirinya kewargaan abstrak.., mengenali dan kultural itulah yang kemudian sangat meme-
mengorganisasikan diri sebagai kekuatan ngaruhi para pemikir neo-Marxis dan bidang
sosial.., hanya saat itulah terjadi emansipasi studi yang kini disebut cultural studies.
34
sejati manusia”. Bagaimanapun juga, dapat dikatakan bahwa
Itulah mengapa, bagi Marx, CS tak punya sejak karya penting Gramsci itu, CS sebagai
pengertian positif seperti dalam Hegel dan tra- panji politik surut. Idiom CS tampil kembali
disi sebelumnya. CS adalah ranah ekonomi ka- secara cemerlang dalam aneka gerakan me-
pitalis yang menjadi sumber eksploitasi. Sejarah lawan kediktatoran di Amerika Latin dasawarsa
pemikiran selanjutnya ditandai oleh silang- 1970-an, dan terutama melalui gelombang per-
selisih antara aneka pengertian CS ini. Ketika lawanan terhadap rezim-rezim komunis di
Antonio Gramsci (1891-1937), seorang Marxis, Eropa Timur yang memuncak pada tahun
tiba di pergolakan sejarah awal abad ke-20, dia 1989-1990. Sejak itu, kajian mengenai CS
menghadapi dilema. Di satu sisi Gramsci meya- kembali berkembang dengan melibatkan para
kini kekuatan diagnosis dan resep Marx. Na- pemikir seperti Jürgen Habermas, Charles
mun, di sisi lain dia melihat Marx terlalu naif Taylor, Michael Walzer, John Keane, dan ba-
37
dalam memandang kekuatan ideologis kaum nyak ilmuwan sosial lainnya. Seolah melu-
borjuis yang menyembunyikan relasi eksploi-
tatif kapitalisme dalam rupa cara-berpikir dan 36
Gramsci, Selections from Prison…, Bagian I, Bab
nilai-nilai yang disebarkan lewat media, sekolah, 1.
35
agama, dan aneka asosiasi CS. Itulah pengua-
37
Lihat, misalnya, antologi Don E Eberly (ed.), The
saan melalui hegemoni yang terutama me- Essential Civil Society Reader (New York:
Rowman & Littlefield, 2000); Virginia A Hod-
nyangkut bukan tataran material-ekonomis, gkinson dan Michael W Foley (eds.), The Civil
Society Reader (Hanover: University Press of New
33
Karl Marx, Selected Writings, disunting oleh England, 2003); Sudipta Kaviraj dan Sunil
David McLellan (Oxford: Oxford University Khilnani (eds.), Civil Society: History and Pos-
Press, 2000), hal. 64. sibilities (Cambridge: Cambridge University
34
Marx, Selected Writings…, hal. 64. Press, 2003); Carolyn M Elliot (ed.), Civil Society
35
Antonio Gramsci, Selections from Prison Note- and Democracy: A Reader (Oxford: Oxford
books, diterjemahkan dan disunting oleh Q Hoare University Press, 2006); Michael Edwards (ed.),
dan GN Smith (London: Lawrence & Wishart, The Oxford Handbook of Civil Society (Oxford:
1971), terutama Bagian II, Bab 2. Oxford University Press, 2011).

A R T I K E L
84 Prisma, Vol. 35, No. 1, 2016

pakan peringatan yang pernah diajukan Marx, oposisi/lawannya. Dalam ungkapan sejarawan
pengertian CS sejak dekade 1970-an dapat Jürgen Kocka, “Lawan CS terus berubah seturut
dikatakan merupakan kombinasi pengertian lintasan sejarah, atau lebih tepat, musuh-musuh
klasik dan Hegelian: CS menunjuk jaringan baru CS terus bermunculan dengan kadar me-
asosiasi yang secara politis beroperasi antara rusaknya yang terus bergeser; melalui per-
ranah keluarga dan negara untuk memper- geseran itu pula terjadi perubahan nuansa dan
juangkan tatanan hidup beradab; mengingat lingkup arti CS”.38 Agaknya pokok ini sentral
kekuatan gelap yang dianggap paling meng- untuk menjernihkan arti CS. Bahkan, Karl
hambat cita-cita itu adalah kecenderungan Marx yang lugas menunjuk CS sebagai locus
otoriter dan totaliter negara, CS secara luas kebrutalan eksploitasi kapitalis mungkin bukan
dipahami dalam relasi oposisional terhadap mau mengubur cita-cita CS, melainkan persis
negara. hendak menyelamatkan CS dari keterjebakan
Dengan latar belakang seluruh uraian ring- dalam optimisme para pemikir zaman itu yang
kas di atas, dapat dikatakan pengertian itu terlalu memandang daya ekonomi pasar kapitalis dapat
sempit dan menepiskan kekayaan arti CS. bekerja sebagai penangkal despotisme dan
Tanpa penjernihan ulang, pengertian seperti itu segala bentuk penindasan lainnya.
bahkan akan membatalkan apa yang persis Dari pokok itu juga tampak bahwa evolusi
hendak dicapai oleh CS itu sendiri. arti CS tak bisa dilepaskan dari sentralnya
pelaku dan daya kepelakuan (agency) yang
terlibat dalam pergeseran arti CS. Maksudnya,
Arah Menimbang Ulang
arti dan pergeseran arti CS terkait secara inte-
Menimbang ulang tentu saja bukan dengan gral dengan aktor, kelompok, dan kelas sosial
menepis evolusi panjang arti CS. Mungkin salah melalui institusi dan asosiasi yang beroperasi
satu cara strategis adalah mengenali logika mendukung atau melawan cita-cita CS. Ketika
dasar yang diemban gagasan CS. Dalam ilmu- Montesquieu mengajukan argumen le doux
ilmu sosial, konteks historis sebagai daya pen- commerce pada paruh pertama abad ke-18, ke-
jelas (explanans) tidak mungkin diabaikan kuatan gelap yang merusak cita-cita CS adalah
begitu saja. Namun, konteks historis mungkin fanatisme agama dan despotisme monarki ab-
bisa ditangguhkan sejenak sebagai sekadar solut. Kaum pedagang dan borjuis yang mulai
momen metodologis. Pada momen itu, salah sa- tampil ikut membawa nilai-nilai independensi
tu pokok sentral yang tampil adalah CS meru- dan kebebasan juga dilihat sebagai bagian ke-
pakan panji konseptual (conceptual banner) kuatan CS. Namun, pada akhir abad ke-20 dan
yang berkembang dalam pemikiran politik awal abad ke-21, penggunaan CS sebagai panji
untuk memandu arah berbagai proyek politik. politik gerakan protes melawan ciri kapitalisme
CS selalu bersifat normatif, preskriptif, dan in global dan korporatokrasi (pemerintahan oleh
potentia, yang ketercapaiannya secara aktual kelompok bisnis) juga mengisyaratkan bahwa
(in actu) selalu dalam kondisi kurang. Itu apa yang di masa lalu dipandang sebagai daya
lantaran CS berisi cita-cita yang bisa dikatakan pendukung CS dapat bergeser menjadi ke-
39
“republik utopia”: tatanan hidup bersama yang kuatan perusak. Pokok itu juga bisa dipakai
ditandai oleh kebebasan, kesetaraan, toleransi untuk melihat, misalnya, kekuatan/kelompok
pada fakta pluralitas, keberadaban melalui par-
tisipasi publik, dan cara-cara non-kekerasan,
38
Kocka, “Civil Society from a Historical…”, hal.
68.
non-transaksional serta non-koersif. 39
Literatur tentang pokok ini cukup banyak,
Ciri utopis itulah yang tampaknya membuat misalnya, Noreena Hertz, The Silent Takeover:
CS menjadi konsep lentur, yang makna Global Capitalism and the Death of Democracy
substantifnya hanya dapat dipahami melalui (London: William Heinemann, 2001).

A R T I K E L
B Herry Priyono, Civil Society Melacak Arti, Menyimak Implikasi 85

agama yang mendorong CS dan yang merusak tisme agama tidak kurang merusak CS diban-
cita-cita CS. dingkan kecenderungan otoriter negara dan
Idiom CS yang luas dipahami dalam oposisi atomisasi kepentingan-diri yang dibawa meka-
dengan negara tidak sepenuhnya keliru, namun nisme pasar kapitalis. Kapan merusak atau
terlalu sempit untuk mengungkap arti CS. membantu CS bukanlah pertanyaan yang terse-
Mengapa paham tentang CS sebagai oposisi lesaikan pada tataran konseptual. Ia hanya dapat
negara sedemikian kuat? Pertanyaan itu dapat dikenali melalui penelitian tentang dinamika
dijawab dengan melihat ciri konstitutif yang konkret yang berlangsung pada lintasan sejarah
membedakan negara dari CS. Negara meru- tertentu dan konteks sosial tertentu. Komplek-
pakan sistem kedaulatan, dan kedaulatan berisi sitas akan konstelasi sosial yang terlibat dalam
otoritas mewajibkan anggotanya. Partai politik pengertian CS seperti ini mengisyaratkan
dan berbagai kelompok kepentingan bersaing bahwa kaitan antara CS dan negara, kapitalisme,
menjadi pemegang pemerintahan negara, per- serta kekuatan seperti agama tidaklah seseder-
42
sis karena mereka ingin memegang kekuasaan hana seperti yang mungkin dibayangkan.
mewajibkan/memaksa yang melekat pada Relasi antara CS dan negara—yang kerap
negara. Ciri konstitutif negara selalu bertegang dilihat oposisional—berisi ambivalensi yang
dengan ciri konstitutif CS, yaitu kebebasan, tidak kecil. Sebagaimana disebut pada bagian
kesetaraan, sukarela, dan pluralitas. Meski CS sebelumnya, relasi oposisional antara CS dan
selalu mengandaikan tata otoritas, ciri konstitutif negara mulai berkembang dalam konteks mo-
kesukarelaan (voluntariness) itulah yang di- narki absolut abad ke-17 dan ke-18. Meski
emban oleh konsep CS dalam tegangan dengan konteksnya berbeda, CS sebagai “panji opo-
otoritas mewajibkan negara (compulsion). 40 sisional” terhadap rezim-rezim diktator abad ke-
Inilah persoalan klasik dalam tata negara: te- 20 bisa dikatakan merupakan reinkarnasi pola
gangan abadi antara otoritas politik dan ke- itu. Namun, dari aneka pergolakan pada abad
bebasan warga. Kecenderungan otoriter negara ke-20, kian jelas bahwa CS tidak mungkin punya
berakar pada kapasitas konstitutifnya mewa- vitalitas tanpa tatanan hukum dan institusi
jibkan/memaksa warga yang pada gilirannya negara demokratis yang kukuh. Vitalitas or-
berasal dari kedaulatan hukum. Jika digabung ganisasi-organisasi CS dan lembaga swadaya
dengan korupnya peradilan dan aparatus pe- masyarakat mengandaikan dan tidak mungkin
negak hukum, seperti polisi (juga militer) yang mengganti tatanan negara serta hukum. Begitu
memegang monopoli alat kekerasan, kecen- pula vitalitas tata hukum dan negara demokratis
derungan otoriter negara mudah menjadi pa- sangat mengandaikan daya hidup CS. Titik temu
tologi ciri kinerjanya. mutualitas antara negara dan CS sesungguhnya
Akan tetapi, pengandaian bahwa perusak terletak dalam gagasan klasik subsidiaritas
43
kebebasan dan etos publik hanya kekuatan ne- (subsidiarity). Subsidiaritas menunjuk pada
gara cukup pasti merupakan paham kerdil. Da- prinsip bahwa apa yang bisa dilakukan secara
ya gelap sistem pasar yang meremuk etos pu- optimal oleh unit lebih rendah/kecil tidak boleh
blik melalui atomisasi kepentingan-diri tidak diambil/dicaplok oleh unit lebih tinggi/besar.
lebih marginal dibanding kecenderungan oto- Apa yang secara optimal dapat dilakukan oleh
riter negara.41 Demikian pula daya rusak fana- unit desa tidak boleh diambil oleh unit keca-

40
Bandingkan dengan Sudipta Kaviraj, “In Search 42
Lihat, misalnya, Wim Dubbink, Assisting the
of Civil Society”, dalam Kaviraj dan Kilnani (eds.), Invisible Hand: Contested Relations between
Civil Society…, hal. 320. Market, State and Civil Society (Dordrecht:
41
Lihat, misalnya, Jean L Cohen dan Andrew Arato, Kluwer, 2003).
Civil Society and Political Theory (Cambridge, 43
Kocka, “Civil Society from a Historical…”, hal.
MA: The MIT Press, 1992), hal. 25. 71.

A R T I K E L
86 Prisma, Vol. 35, No. 1, 2016

matan atau kebupaten. Begitu pula apa yang Seluruh pokok yang disajikan di atas sangat
dapat dilakukan secara optimal oleh asosiasi/ ringkas dan skematik. Evolusi arti CS pada
kelompok tidak seharusnya diambil oleh ins- akhirnya integral dengan kompleksitas sejarah
tansi negara. Dengan demikian, instansi negara politik, ekonomi, sosial, kultural, dan teknologi.
tidak memangsa ranah-ranah yang menjadi Namun, dari pelacakan terlalu hemat ini, dapat
sumber vitalitas CS. dikenali arti CS yang jauh lebih kaya daripada
Hubungan antara CS dan kapitalisme juga yang dimengerti dewasa ini. Hal tersebut mem-
penuh ambivalensi. Sulit membayangkan pe- bawa implikasi penting pada cara memahami
satnya ekonomi pasar kapitalis abad ke-19 tanpa CS.
kaum pedagang dan manufaktur yang meru-
44
pakan aktor penting CS zaman itu. Kinerja
Tiga Dimensi Pengertian
ekonomi pasar mengandaikan jaringan asosiasi
dan social trust dalam CS. Namun, sulit memba- Dengan belajar pada kajian Jürgen Kocka,46
yangkan prospek vitalitas CS jika desentralisasi arti CS mungkin dapat dipahami melalui di-
putusan-putusan ekonomi yang menjadi ciri mensi-dimensi tatanan, tindakan, dan gerakan.
khas ekonomi pasar tak berjalan. Di sisi lain, Pertama, CS menunjuk pada tujuan kese-
beberapa jenis kapitalisme, kapitalis, dan bisnis luruhan proyek pemberadaban manusia. Itulah
kapitalis tertentu jelas-jelas menghancurkan dimensi tatanan (order). Pengertian CS seperti
dan memangsa kohesi sosial serta etos publik itu merupakan warisan tradisi Aristotelian, suatu
CS melalui atomisasi kepentingan-diri; jenis gagasan yang didasarkan pada kemungkinan
kapitalisme yang bertumpu pada bisnis spe- pengembangan bentuk dan corak tertentu ke-
kulasi dan bisnis serba cepat berpindah (foot- hidupan didasarkan pada kekhasan manusia,
loose) merupakan benalu bagi CS. yaitu daya nalar, persuasi, kesetaraan, aturan
Relasi antara CS dan agama tidak kurang hukum, dan tata pemerintahan. Justru karena
ambivalen. Di satu sisi, gelombang dan ke- sangat umum dan inklusif, pengertian itu selalu
lompok-kelompok fundamentalis agama yang berkibar abadi sebagai cita-cita utopis. Apa yang
membiakkan fanatisme penuh kekerasan dalam faktual selalu menanggung defisit; senantiasa
beberapa dasawarsa terakhir jelas-jelas meru- kurang atau belum sampai. Tentu saja, ciri kom-
pakan perusak CS. Begitu pula jenis-jenis funda- prehensif tersebut membawa kesulitan besar
mentalisme—kendati tidak melibatkan keke- bagi para peneliti. Namun, ciri utopis CS ini juga
rasan, namun berciri eskapis-pietis (melarikan bekerja sebagai konsep pengkritik: bahwa ta-
diri dalam kesalehan privat)—yang merusak CS tanan masyarakat dan pemerintahan yang ada
melalui penghindaran keterlibatan publik. Di selalu butuh perbaikan menuju apa yang seha-
sisi lain, daya dan kelompok agama bukan rusnya, bahwa apa yang empirik ada sekarang
hanya dapat menjadi bagian, melainkan juga bukan satu-satunya kemungkinan, bahwa what
dapat menjadi motor vitalitas CS, seperti yang is tidak identik dengan what should be. Itulah
terjadi di beberapa negara Amerika Latin atau mengapa CS terus-menerus muncul sebagai
lebih jelas dalam gerakan di Polandia yang panji politik dalam aneka gerakan. Istilah Indo-
45
memuncak pada transformasi tahun 1989. nesia “masyarakat warga” mungkin mengung-
kapkan arti CS.
44
Hoffmann, Civil Society 1750..., Bab 2.
45
Lihat, misalnya, ZA Pelczynski, “Solidarity and 46
Kocka, “Civil Society from a Historical…”, hal.
the Rebirth of Civil Society in Poland”, dalam 68-70; Jürgen Kocka, “Civil Society: Some
John Keane (ed.), Civil Society and…, hal. 361- Remarks on the Career of a Concept”, dalam E
381; Adam Michnik, “A New Evolutionism 1976”, Ben-Rafael dan Y Sternberg (eds.), Comparing
dalam Kaviraj dan Khilnani (eds.), Civil Modernities: Pluralism versus Homogeneity
Society…, hal. 203-212. (Leiden: Brill, 2005), hal. 141-147.

A R T I K E L
B Herry Priyono, Civil Society Melacak Arti, Menyimak Implikasi 87

Kedua, CS menunjuk pada spesies tertentu Ketiga, CS menunjuk pada dinamika dan
tindakan sosial yang dikontraskan dengan tin- jaringan gerakan asosiasional antara (corps
dakan kekerasan dan transaksional, dominasi, intermédiares) yang dibedakan dari jaringan
eksploitasi, dan atomisasi hidup melalui pengun- gugus institusi-institusi pemerintah, bisnis, dan
duran diri ke wilayah privat serta negasi terha- keluarga/rumah tangga. Itulah dimensi ge-
dap etos keterlibatan publik. Itulah dimensi rakan (movement) dalam pengertian CS, dan
tindakan (action/practice) dari pengertian CS. pengertian yang paling luas dipakai dewasa ini
Dalam arti ini, CS mengacu pada jaringan aso- dengan akar konseptual dari vitalitas daya
48
siasional tindakan dan praktik sosial berciri asosiasi abad ke-19. Kini, wajah representatif
swadaya, toleran, dan selalu mencari kebaikan pengertian CS mencakup jaringan gerakan
bersama. Hal itu juga berarti pelaku aktif CS sosial independen, organisasi-organisasi CS
dapat berasal dari aneka kelompok, termasuk (CSO), lembaga swadaya masyarakat (NGO)
kelompok bisnis, pegawai pemerintah serta ke- dan asosiasi independen non-pemerintah serta
lompok agama, sejauh mereka terlibat dalam non-bisnis. Melalui dinamika globalisasi yang
spesies tindakan sosial itu. Namun, pokok de- pasang naik selama beberapa dasawarsa ter-
mikian perlu dipahami secara hati-hati. Seba- akhir, CS dalam arti itu mengalami perentang-
49
gaimana telah disebut, misalnya, kelompok atau an ke lingkup global. Keterlibatannya menca-
jaringan kelompok agama dan preman yang luas kup jaringan gerakan sosial berskala global, se-
berkeliaran menebar fanatisme dan kekerasan perti World Social Forum, Occupy Wall Street,
dapat terlihat seperti bagian CS, tetapi dari gerakan la décroissance, serta aneka gerakan
uraian ringkas ini menjadi jelas bahwa kelom- lingkungan yang kian meluas. Istilah “asosiasi
pok/tindakan seperti itu bukan bagian CS. independen warga” mungkin cukup dekat
Walaupun kelompok-kelompok non-negara atau mengungkap arti CS.
non-bisnis itu mungkin berciri independen, Tiga dimensi sentral pengertian CS di atas
corak tindakan mereka persis berlawanan de- bukan hanya berguna untuk meninjau sem-
47
ngan CS. Istilah Indonesia “tindakan/cara ber- pitnya paham CS yang hampir selalu dilihat
adab” (yang sesuai dengan ciri warga negara) sebagai antitesis terhadap negara, tetapi juga
mungkin cukup dekat mengungkap arti CS. untuk memahami mengapa banyak kelompok
Dalam dimensi pengertian seperti itu, satu non-negara yang sering mendaku bagian CS
masalah paling menggelisahkan pada tataran sesungguhnya tak layak disebut demikian.
praksis adalah bahwa CS sebagai spesies tin- Pokok ini juga mengisyaratkan bahwa CS me-
dakan sosial menyangkut cara-cara beradab, rupakan panji politik cemerlang yang akan terus
persuasi, deliberasi, argumen, dan aturan hu- diperebutkan, dan karena itu selalu rentan
kum. Namun demikian, musuh-musuh CS tidak terhadap penyempitan, pembengkokan, dan
terlalu peduli dengan argumen dan selalu siap penyalahgunaan. Itulah mengapa pemahaman
memakai cara buas koersi, kekerasan, teror, tentang civil society sesekali perlu ditinjau
dan daya suap uang untuk mencapai tujuan. kembali•

47
Lihat, misalnya, Verena Beittinger-Lee, (Un)Civil 48
Hoffmann, Civil Society 1750..., Bab 2.
Society and Political Change in Indonesia (London: 49
Lihat, misalnya, Mary Kaldor, Global Civil Society
Routledge, 2009), terutama Bab 7. (Cambridge: Polity, 2003).

A R T I K E L

Anda mungkin juga menyukai