Anda di halaman 1dari 14

U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

Resistensi Tradisi Terhadap Modernitas

Abdul Jalil1, Siti Aminah2

1
Antropologi Fakultas Imu Budaya Universitas Haluoleo
abduljalil.uho@gmail.com

2
Pengembangan Masyarakat Islam, FDK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Abstract

This paper discussess people understanding on the concept of tradition and modernity, in terms of
material and immaterial tradition. This article has been inspired by Michael Rowland's idea on the
‘Inconsistent Temporalities in a Nation State’ published in Daniel Miller book ‘Worlds Apart
Modernity Through The Prish of The Local.’ This paper aims to see the relationship and negotiation
between the concept of tradition and modernity, as well examine the post tradition phase. The method
of analysis being used in this article is descriptive analysis. The results of the analysis suggests that
the resistance of tradition to modernity had led to the emergence of postmodernity.

Keywords: Resistance, Tradition, Modernity, Postmodernity.

Abstrak

Tulisan ini mendiskusikan pemahaman masyarakat mengenai tradisi dan modernitas, baik yang
bersifat materi maupun immateri. Selain itu, tulisan ini juga terinspirasi dari artikel Michael Rowland
tentang Inconsistent Temporalities in a Nation State dalam buku Daniel Miller Worlds Apart
Modernity Through The Prish of The Local. Tulisan ini bertujuan melihat lebih jauh relasi bahkan
negosiasi antara tradisi dan modernitas, atau ada fase setelah tradisi, sehingga menjadi hubungan
tradisi-modern-postmodern. Metode yang digunakan dalam analisis tulisan ini adalah deskriptif
analitis. Hasil dari analisis ini menemukan bahwa fenomena resistensi tradisi terhadap modernitas,
ternyata menghadirkan dunia baru yang disebut postmodernitas.

Kata Kunci: Resistensi, Tradisi, Modernitas, Postmodernitas.

Pendahuluan Marx, Anthropologist karya Thomas


Patterson sebagaimana yang telah dijelaskan
Istilah “resistensi” sangat menarik untuk Dede Mulyanto dalam meresensi buku
didiskusikan, terutama dalam teori-teori tersebut, bahwa Antropologi Marx terletak
antropologi masa kini. Tema resistensi pada tiga pilar utama, yakni pemahaman
menarik karena berada pada tengah-tengah manusia sebagai organisme, manusia sebagai
antara pemikiran Marx dalam antropologi mahluk sosial, dan praksis sebagai hakikat
dan pemikiran antropologi simbolik yang masyarakat manusia (Dede Mulyanto, 2016:
berorientasi pada kebudayaan atau yang 78). Sementara kehadiran resistensi tidak
memiliki sensitivitas budaya. Pemikiran lain sebagai jalan rekonsiliasi antara
Marx dalam antropologi, sekilas konyol pemikiran keduanya, di samping analisis
karena tokoh ini biasa dikenal sebagai resistensi juga berkaitan dengan anropologi
pemikir politik radikal, filosof, dan hantu feminis. Misalnya pernyataan Geertz dalam
ideologi. Lebih dari itu, dalam bukunya Karl Resistensi: Arus Balik Fungsional?, ia

Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 113


menyatakan bahwa antropologi tampaknya
harus berada pada posisi di tengah-tengah Tulisan ini terinspirasi dari artikel Michael
karena posisinya yang tidak selalu pada Rowland tentang Inconsistent Temporalities
ranah pemikiran teoritis, melainkan lapangan In A Nation State dalam bukunya Daniel
empiris yang langsung bersumber dari warga Miller yang berjudul Worlds Apart
masyarakat yang nyata. Kecenderungan jalan Modernity Through The Prish of The Local.
tengah tersebut terekspresi melalui suatu Di dalam artikel ini, Rowland memang lebih
perkembangan penting dalam analisis teoritis banyak menyinggung antara tradisi dan
antropolog yang membangun mode etnografi modernitas. Keduanya tidak dapat disatukan
baru yaitu etnografi yang bertema resistensi karena sudah lain orientasi dan
terhadap struktur ketidaksetaraan kepentingannya. Modern mengklaim dirinya
(ketidakadilan) atau penindasan sebagai representasi the other dalam sejarah
(oppression), apakah yang terkait dengan persatuan nasional yang diidentikkan dengan
perbedaan kelas, gender, atau etnisitas pemberian kebebasan individu untuk
(Saifudin, 2005: 395). mengakses segala sesuatu yang dianggap
penting dan cenderung kontemporer.
Resistensi juga sering diistilahkan dengan Sementara tradisi merupakan representasi
perlawanan, modern berlawanan dengan generasi atau masa klasik yang bersifat statis,
postmodern, menekankan pada pandangan cenderung normatif konservatif,
dunia yang holistik dan koheren. Apabila mengedepankan serta mempertahankan nilai-
posmodernisme merupakan jalan tengah nilai luhur (Rowlands, 1995-23-24). Tradisi
yang dapat diterima, maka isu materi yang adalah indegeneous yang belum ternodai
sangat menonjol dalam pemikiran Marx oleh gelombang globalisasi. Kemudian
banyak tercermin pada kajian-kajian para Rowland juga menyinggung tentang
antropolog yang menganalisis masalah seberapa kuatkah tradisi utuk
kebudayaan lokal, translokal, dan global memertahankan keorisinilitasnya dalam
pada masa kini. James Scoot mencatat bahwa konteks Negara? Bagaimana peran Negara
gejala resisteni yang sekalipun memusatkan dalam pembentukan national culture?
diri pada kasus-kasus lokal untuk
membicarakan hubungan intralokal dan Tulisan ini menjadi pembanding dari apa
ekstralokal (Saifudin, 2005: 422). yang telah ditemukan oleh Rowlands, yaitu
kalau tradisi dan modernitas masing-masing
Anna L. Tsing (1998) menggambarkan lebih tidak bisa disatukan karena keduanya
eksplisit dibanding Scoot dan Abu Lughood berbeda orientasi, penulis justru melihat
tentang hubungan lokal, regional, dan sebuah fenomena, yang awal mulanya
Negara. Ia menegaskan bahwa senantiasa sebagai proses perlawanan, namun hasil dari
terjadi hubungan dialektika dalam bentuk perlawanan itu menjadikan dunia baru yakni
akomodasi dan resistensi antara lokal dan posmodernitas. Dengan demikian, istilah
kekuasaan yang lebih tinggi, yakni negara tradisional dan modernitas tidak bisa hidup
dengan berbagai tingkat kekuasaannya. sendiri-sendiri, terkadang yang nampak
Dengan kata lain, terjadi dinamika yang tradisi, ternyata justru modern. Sebaliknya
lebih kompleks dalam hubungan antara yang kelihatanya modern, justru ternyata
kebudayaan di dunia dalam konteks masih tradisi. Sebuah ungkapan yang bisa
globalisasi, tentu bukan sesuatu yang penulis kategorikan sebagai batas-batas yang
sederhana dan akomodasi kebudayaan yang tipis untuk menyebut sesuatu sebagai
semata-mata terkait dengan material world representasi dari tradisi (klasik) atau modern,
dan materi sebagai kekuatan pendorong misalnya ada ungkapan baliho di Kota
(material trajectoris) bagi terjadinya Kendari berupa “berfikir global bertindak
perubahan kebudayaan sebagaimana lokal”. Menurut penulis, hal inilah yang
diasumsikan dalam pandangan materialisme disebut anti tesis antara apakah
kebudayaan (Saifudi, 2995: 396). klasik/lokal/tradisi atau sebuah ungkapan

114
Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115
U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

yang modern, masa kini, dan global. ritual, namun sebuah konsep yang dapat
Meskipun dalam perspektif Rowland kedua dimaknai sebagai bentuk masa lalu, yang
istilah antara tradisi dan modernitas memang klasik dan bukan yang berkembang saat ini
tidak dapat disatukan, namun pada saat yang dan bukan yang kontekstual, melainkan
sama Rowlan memberikan batas-batas, mana sebuah ungkapan yang merujuk pada masa
yang dikategorikan sebagai tradisi dan bukan modern (masa kini). Sebagaimana jika
modern. Untuk memberikan predikat dirumuskan dalam operasional akan identik
semacam ini, penulis menggunakan istilah dengan kebiasaan, misalnya dalam Kamus
postmodernitas karena seakan-akan tradisi Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tradisi
melakukan perlawanan terhadap modernitas adalah adat kebiasaan turun temururn (dari
namun dari pengintegrasian antara klasik dan nenek moyang) yang masih dijalankan di
masa kini menuju penyebutan yang baru, masyarakat; atau penilaian atau anggapan
yaitu postmodernitas. Hal inilah yang akan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan
dikupas dalam paper ini. yang paling baik dan benar
resistensi(kbbi.co.id).
Kajian Pustaka
Resistensi
Tradisi
Resisten/resistensi sebagaimana penjelasan
Tradisi adalah kebiasaan yang diwariskan Adnani dalam tulisannya yang berjudul
dari satu generasi ke generasi berikutnya Resistensi Perempuan Terhadap Tradisi-
secara turun temurun. Dalam hal ini, penulis Tradisi di Pesantren-Analisis Wacana Kritis
terbayang atas konsep bentuk transportasi Terhadap Novel Perempuan Berkalung
bentor/becak motor, yang kemudian penulis Sorban didefinisikan bahwa pengertian
resistensi (resistance) menunjukkan pada
simpulkan sementara itulah bentuk hubungan
posisi sebuah sikap untuk berperilaku
baik antara tradisi dan modernitas. Tradisi bertahan, berusaha melawan, menentang,
atau tradisional dari bentuk becak itu sendiri, atau upaya oposisi. Pada umumnya, sikap ini
sementara motor mewakili modernitas, maka tidak berdasarkan atau merujuk pada paham
ketika telah menjadi bentor/becak motor, yang jelas (Adnani, 2016: 3). Resistensi
penulis asumsikan sebagai wujud sebuah konsep yang dipahami sebagai
bentuk perlawanan atas sesuatu terhadap
postmodernitas, meskipun sebanarnya
sesuatu yang lain. Ketika terminologi
konsep ini sangat luas tidak hanya sebuah Resistensi Tradisi Terhadap Modernitas,
ilustrasi bentor semata, melainkan dapat berarti sebuah perlawanan dari tradisi atas
dianalogkan pada konsep-konsep lain. Dari modernitas. Lebih lanjut dalam artikel
sisnilah muncul gagasan penulis, terjadi tersebut, Kamlia mencoba memberikan
sebuah perlawanan antara tradisi dengan ruang yang lebih bagi perempuan, bahkan
modernitas atau sesuatu yang beda antara sosok perempuan tidak hanya melawan atas
hegemoni dunia pesantren sebagaimana
tradisi dan modernitas. Jika keduanya
peran perempuan selama ini, yaitu sebagai
mencoba diharmoniskan, maka muncul dunia sosok yang termarginalkan, subordinasi bagi
baru, yakni postmodernitas, yang bukan laki-laki, terbelakang melainkan sebagai
tradisi, juga bukan modernitas. Sebuah sosok yang cerdas, berani dan kritis
perkawinan antara keduanya. Namun pada sebagaimana dalam novel Perempuan
tulisan ini, penulis hanya sebuah penelitian Berkalung Sorban.
yang cenderung pada ranah pemikiran dan
Pemaknaan term resistensi juga dapat
konsep, bukan sebuah penelitian lapangan.
merujuk pada sebuah tulisan dari
Term “tradisi” disini bukan berarti kebiasaan Abdurrachman May tentang Resistensi
atau rutinitas yang muaranya pada aspek Aliran Salafi Terhadap Islam Tradisional Di

Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 115


Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Artikel Dengan kata lain, Modernisme dengan
ini melihat adanya perlawanan Salafisme segala kejeniusan imanentalnya telah
terhadap Islam Tradisional di Barat Lombok, berhasil meruntuhkan tiang-tiang peradaban
Nusa Tenggara Barat yang dimotivasi oleh tradisionalisme. Nilai-nilai luhur yang arif
aspek penelitian, antara lain: pengulangan dan bijak pada tradisi telah hanyut, nilai
kekerasan sektarian religius di Pulau etnik antar satu suku dengan suku lain tidak
Lombok; dominasi rezim Islam Tradisional harmonis karena masing-masing saling ego
(Istra) dalam berbagai sosial. Penelitian ini karena telah dipengaruhi modernitas. Hal ini
bertujuan mengidentifikasi bentuk, faktor, bisa dilihat dalam pawai budaya, setiap etnis
serta makna dan dampak perlawanan mampu menampilkan keunggulan
Salafisme terhadap Islam Tradisional di budayanya, namun pada saat yang sama
Lombok Barat. Faktor resistensi Salafisme justru setelah pawai budaya tersebut harus
terhadap Islam tradisional dipicu oleh diapresiasi, maka beberapa suku dapat
pertama, perbedaan paradigma dalam dipastikan akan tersinggung karena kenapa
penafsiran ayat-ayat Alquran; kedua, klaim budaya mereka yang mendapat juara, apa
sebagai Ahlussunnah wal Jamaah; ketiga, kelebihannya, dan yang lain. Ilustrasi pawai
pertentangan terhadap praktik-praktik agama budaya merupakan salah satu nilai-nilai
sinkretistik dari Islam tradisional; keempat luhur budaya ternodai setelah segala
kebuntuan komunikasi. Kesimpulan dari sesuatunya harus dikompetisikan. Mengapa
penelitian ini memberikan gambaran tentang harus dikompetisikan karena modernisme
dinamika praktik keagamaan Islam hadir. Dengan demikian, tulisan ini sangat
berbasiskan sinkretisme di Lombok Barat, mengilhami apa yang penulis kerjakan
Nusa Tenggara Barat. Sementara ketahanan terkait isu tentang sebuah resistensi
Salafi muncul dalam bentuk penolakan tradisional terhadap modernitas yang
terhadap praktik agama Islam tradisional kemudian melahirkan dunia baru yang
yang terkait pemberantasan wacana takhayul, disebut postmodernisme.
bidah / bidaah dan khurafat. Keberadaan
Tuan Guru sebagai seorang model peran dari Postmodern/Postmodernitas
Islam Tradisional menjadi objek kritik
terhadap salafisme (Abdurrachman May, Postmodern/postmodernitas/postmodernisme
2013: 44-48). /postmo sebuah ungkapan yang berbeda dari
modern. Secara bahasa, post berarti suatu
Modernitas keadaan yang sudah lewat, lepas, terpisah,
terputus atau beyond. Meskipun kemudian
Di dalam term modernitas, penulis merujuk dalam pengantar buku Teori Sosial
istilah Anthony Giddens dari karya aslinya Postmodern karya George Ritzer yang sudah
The Conseguences of Modernity yang diterjemahkan oleh Muhammad Taufik
kemudian diterjemahkan dalam bahasa menyebutkan meskipun arti secara bahasa
Indonesia dengan judul Tumbal Modernitas post seperti tersebut, namun secara makna
Ambruknya Pilar-pilar Keimanan, tulisan ini bukanlah begitu. misalnya, apakah
sebagai bentuk konsekuensi dari modernitas postmodernisme berarti sudah melewati
yang kemudian beresiko merapuhkan batas modernisasi, atau kata laib, tidak
bangunan keimanan seseorang, selain itu modern lagi?. Dalam buku ini, pemikiran
dunia globalisasi juga sering dibarengkan atau konsep yang tiba-tiba booming pasti
dengan modernitas. Resiko yang dimaksd mempunyai sebab yang mendahuluinya.
adalah sebuah ungkapan kondisi masyarakat Perlu digali secara argumentatif-filosofis.
dewasa ini atas beberapa ancaman eksternal
yakni dunia globalisasi dan modernitas itu Postmodernisme adalah bagian inheren/
sendiri. turunan dari modernitas, meskipun kehadiran
postmo sebagai bentuk anti atau teriakan
nada protes atas modernitas. Buku ini

116
Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115
U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

menyajikan wacana awal bagi kritik ide-ide abad ke-20, modernitas diperdebatkan
pokok dan pemikir-pemikir dalam perspektif banyak pihak. Sementara itu ide
postmo. Dengan kata lain, buku ini “posmodernitas” yang menunjuk pada
menggunakan pemahaman modern atas teori perubahan epistemologi dipopulerkan oleh
sosial postmodern, artinya bagaimana Jean Francois Lyotard. Institusi-institusi
memandang dunia sosial dengan sosial modern termasuk berbagai
menggunakan keduanya bukan pada sudut keunikannya sangat berbeda dengan semua
pandang yang sempit (George Ritzer, 2005: bentuk aturan tradisional (Giddens, 2001: 7-
viii). Meskipun pada akhirnya, diskursus 8).
terkait postmo tidak akan ada habisnya,
masih mengandung pro dan kontra. Lyotard mengemukakan bahwa suatu tema
utama postmodernisme adalah kemerosotan
Metode kekuasaan legitimasi “metanaratif” sebagai
ciri distingtif kebudayaan postmodern.
Penelitian ini merupakan bentuk dari sebuah Metanaratif mengacu pada teori-teori
pemikiran atau konsep tentang tradisi dan fondasional, yaitu pengetahuan, moralitas,
modernitas. Bahkan setelah ditelusuri terjadi estetik dan kisah-kisah besar kemajuan sosial
resistensi dari tradisi terhadap modern itas. yang sentral bagi legitimasi pengetahuan,
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dari kebudayaan, dan institusi modern. Bagi
konsep “tradisi dan modernitas” bahkan bisa Lyotard, bentuk asumsi pengetahuan sosial
jadi postmodernitas”, yang bertujuan meng- dalam kebudayaan postmodern adalah ilmu-
gambarkan bagaimana konsep tradisi dengan ilmu mengenai manusia dapat menjadi
modern untuk kemudian dianalisis. Selain kontrol sosial birokratis. Pengetahuan dalam
itu, penulis terinspirasi dari artikel Michael konteks ini meninggalkan standar-standar
Rowland yang menyatakan bahwa antara absolut, kategori-kategori universal, dan
tradisi dan modernitas tidak dapat disatukan, teori-teori besar. Sementara para penganut
keduanya berbeda orientasi. postmodern lebih menyukai tipe-tipe kajian
sosial yang bersifat lokal secara historis
Adapun data penelitian yang digunakan bisa kontekstual dan pragmatik.
dari data primer dan sekunder. Data
primernya melalui beberapa konsep tentang Nilai pengetahuan postmodern mendorong
tradisi dan modernitas bahkan agar kita lebih cermat dan awas, serta toleran
postmodernitas yang menurut penulis terhadap perbedaan-perbedaan sosial,
sebagai referensi penting, sementara data ambiguitas, dan konflik. Bagi Lyotard, kita
sekunder bersumber dari beberapa referensi tidak bisa bicara self atau politik, dengan
lain terkait dengan makna dan operasional demikian, tidak ada center. Tidak ada
konsep tradisi dan modernitas, misalnya: landasan keteraturan, koheren, dan tujuan
sumber pustaka, baik elektronik (internet) yang menyatukan. Postmodernitas ditandai
maupun cetak: buku, jurnal, dan hasil oleh lenyapnya kepastian dan “sudut
penelitian. pandang ketentuan Tuhan”dalam
pengetahuan, hilangnya prinsip pengaturan
Hasil dan Pembahasan masyarakat yang bersifat sentral dan standar
penyatuan dari Cultural Excellent atau
Dalam bahasan ini, perlu didefinisikan moralitas, dan kemerosotan keyakinan yang
bahwa modernitas selalu menunjuk pada koheren mengenai self (Saifudin, 2005: 381-
bentuk-bentuk sosial atau organisasi yang 382). Bentuk kehidupan yang terbawa
muncul di Eropa pada sekitar abad ke-17 ke modernitas telah menjauhkan dari semua
depan yang kemudian berhasil menjadikan bentuk aturan tradisional.
dunia dalam pengaruhnya. Definisi ini
menghubungkan modernitas dengan periode Lain halnya dalam perspektif Feathostone,
waktu, atau lokasi geografis. Di penghujung dalam alam makro selalu mengalami

Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 117


kemungkinan-kemungkinan perubahan, prinsip Fru Ndi-tokoh politik yang
diantaranya: modifikasi “ sign”, sesuatu mempunyai sebuah gerakan untuk
yang secara empiris sudah tidak layak untuk menyatukan antara daerah jajahan Inggris
dikonsumsi, namun karena telah dan Prancis demi mengembalikan Negara
dimodifikasi dengan menjadi suatu produk sebagai Negara merdeka atau Negara federal
antik meskipun tuadan cenderung yang bebas mengelolanya sendiri, padahal
dikelompokkan sebagai sesuatu yang klasik, Afrika tidak pernah lepas dari jajahan Inggris
tentu akan menjadi nilai lebih yang banyak dan Prancis, sementara konsep tawaran Fru
digandrungi atau diminati oleh sebagian Ndi yang kemudian didukung oleh Ngango
besar masyarakat. Ilustrasi pernyataan ini akan mencoba membongkar paradigma yang
sebenarnya hendak menjelaskan proses dari selama ini sudah melekat pada sebuah
tradisional kemudian disusul dengan kemapanan yang disebut Negara Afrika
modernisasi dan terakhir modifikasi antara harus dijajah sebuah kemutlakan adanya.
sesuatu yang dikategorikan sebagai kategori
tradisional dengan yang dikategorikan Dari sini dapat dipahami bahwa Ngango
sebagai modrnisasi, itulah yang kemudian mencoba menawrkan bahwa prinsip
disebut postmodernisasi. modernitas atau tradisi bukan berarti sesuatu
yang “mengglobal” atau “melokal”,
Tradisional, Modernisasi, sementara dirinya dalam posisi yang tidak
Postmodernisasi pernah merasakan sebuah kebebasan
eksistensi dirinya dalam mitra dengan
Salah satu sifat modern adalah selalu lingkungan lain, artinya paradigma Ngango
mengalami migrasi. Modern yang kemudian tentang tradisi jauh lebih maju ke depan.
mewujudkan postmodernisme (yang Misalnya, Ngango selalu berada pada garis
dianggap sebagai kritik atas narasi-narasi rakyat atau bersama-sama menggunakan
besar) bukanlah sesuatu yang kontinuitas. kekuatan mayoritas penduduk untuk
Post-modernitas (kondisi globalisasi melakukan resistensi terhadap sebuah rezim
teknologi, informasi, dan merosotnya berkuasa, apalagi yang otoriter. Tradisi bagi
negara/bangsa, tatanan dunia baru) tidak lain Ngango adalah sebuah kekuatan individu
adalah varian tersendiri bukan lagi sebagai untuk melakukan gerakan, padahal dalam
kelanjutan dari tradisional dan modernisasi, konteks ini, yang mereka hadapi adalah
melainkan kombinasi antara sesuatu yang mitra-mitra para pengusaha yang telah
dianggap klasik dengan kontemporer. Hanya menginvestasikan melalui politik organisasi
saja dalam ilustrasi contoh benda, sangat tradisional, keuntungan bisnis dapat
wajar sama antara tradisional dengan diperoleh. Dari perusahaan kecil, Ngango
postmodern, yang membedakannya adalah kemudian tertarik untuk melakukan usaha
pada aspek makna yang terkandung dalam bidang makanan, perumahan dan
didalamnya. Sementara konsep Ngango sebagainya sebagai aset-aset produktif dan
tentang Modern adalah ketika seseorang lebih mudah diperoleh dibanding hal-hal
mampu mengindividualkan tradisi. yang bersifat indegeneous atau asli.
Pernyataan ini dapat dilihat ketika dia pada
awal 1950-an mengawali bisnis dari Postmodernisme atau yang sering dibaca
penjualan surat kabar di Nigeria dan postmo, secara bahasa berarti suatu keadaan
kemudian mencari lisensi atau membuat ijin yang sudah lewat, lepas, terpisah, terputus
agar dapat mengimpor majalah ke Britain. atau beyond, tetapi maknanya tidak harus
Dari sinilah, ia melihat adanya peluang demikian. Sama halnya dengan
bisnis transportasi. Akhirnya mencoba postmodernisme itu sendiri, apakah berarti
mendistribusikan minyak di Camerun Barat sudah melewati batas modernisasi atau tidak
sampai kemudian diklaim sebagai orang top modern lagi? Meskipun sebagian meng-
ketiga dari empat pengusaha atau pemilik istilahkan postmodernisme adalah bagian
modal di Kamerun. Bagi dia, sebagaimana inheren atau turunan dari modernitas,

118
Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115
U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

sehingga ada korelasi positif antara sebagai alat transportasi yang syarat dengan
keduanya. Hanya saja kehadiran post- ramah lingkungan karena menggunakan
modernisme sebagai bentuk protes terhadap tenaga manusia tanpa bahan bakar. Ini berarti
kompleksitas atas modern (Rirzer, 2005: 51). disebut tradisional, sementara motor berarti
Melihat beberapa istilah tersebut memang roda dua yang dikendarai seseorang dengan
secara rasional susah untuk dijelaskan, menggunakan mesin sebagai mode
apakah pembicaraan “gaya” yang disebut transportasi yang dapat dikategorikan
postmodernisme atau ‘masa sejarah’ yang sebagai sesuatu yang modern, lain halnya
disebut postmodernitas? Apakah jika bentor, yaitu sebuah modifikasi, maka
pembicaraan tentang sastra, arsitektur, perpaduan antara tenaga manusia dan
ataukah filsafat? Apakah ini gejala Barat menggunakan mesin. Hal ini menurut
yakni industrialisasi bangsa yang penulis sebagai postmodernitas. Bentuk
berkembang? Atau benar-benar global?. resistensi tradisi terhadap modernitas
“postmodernisme” telah menjadi istilah yang melahirkan postmodernitas. Tentu
sarat tuduhan: suatu sebutan klise selama kekurangan alat ini, lebih lambat dari dan
tahun 1980an yang dalam banyak hal akan menuju tempat tujuan, mengganggu
mencerminkan politik pada dekade waktu kelancaran arus lalu lintas di jalan raya,
itu. Giddens menyebutnya sebagai terutama ketika melintas kota tanpa ada
kesinambungan modernitas dan lebih pilihan jalan lain. Sisi positif profesi
menyebut periode ini sebagai The Last pembecak, selain tenaga manusia adalah
Modern Era, atau modernitas tinggi (High mudah dioperasikan, resiko kecelakaan
Modernity). Bagi analisis lain, gejala ini sangat rendah, lebih banyak dan sesuai untuk
hanyalah perbedaan antara budaya modern mengangkut barang-barang belanjaan rumah
sebagai elitis dan tak dapat diakses, dan tangga dari pasar menuju tempat atau rumah
postmodernisme yang populer dan dapat pelanggan yang menggunakan jasa becak ini,
diakses (Saifudin, 2005: 389-390). tidak seperti motor. Artinya perpaduan ojek
motor dengan tetap bisa membawa barang
Sebenarnya banyak pengamat sependapat belanjaan, dengan 2 penumpang adalah
bahwa postmodernisme adalah suatu masa modifikasi becak yang tradisonal, motor
kiamat yang datang perlahan-lahan. yang modern.
Postmodernitas mereka anggap teka teki
yang mengganggu. Bagi sebagian orang, Globalisasi sebenarnya sudah menjadi pokok
postmodernitas adalah budaya “panik”, panik bahasan tersendiri, namun Rowlands juga
seks, panik seni, panik identitas, panik tubuh, menyinggung sedikit tentang globalisasi.
panik teori dan sebagainya. Ada juga yang Dalam dunia multimedia global, bahkan
memaknai postmodernitas semata-mata yang lebih penting lagi adalah semua budaya
adalah “logika” budaya dari kapitalisme memiliki hak atas representasi yang dapat
akhir. Apapun istilah yang digunakan, yang dipercaya dan akses yang cukup tidak dapat
menjadi pokok bahwa lanskap budaya dunia dicapai tanpa perjuangan. Dalam regional
(post) modern ini tengah berubah, dan conference on globalization di Malaysia
pengalaman mengenai diri kita sendiri dan tertanggal 4-8 Juli 1997, menyimpulkan
masyarakat sebagai suatu kesatuan entitas bahwa mekanisme pasar sering lebih suka
yang stabil semakin problematik dalam pendaurulangan yang menguntungkan dan
pandangan postmodernis. stereotype lama dan klise serta mengancam
representasi pluralistik (Sardar & Borin,
Sebuah ilustrasi yang memudahkan 2005: 161).
pemahaman terkait resistensi tradisi terhadap
modernitas, kemudian muncul post- Globalisasi diantarkan dalam tiga kecen-
modernitas adalah alat transportasi yang derungan umum, diantaranya: pertama,
disebut bentor (becak motor). Becak selain gelombang ekonomi liberalisasi yang
sebagai salah satu alat transportasi, juga dimulai pada tahun 1980-an telah mencapai

Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 119


proporsi global setelah jatuhnya komunisme. demokrasi, perkembangan beragam bentuk
Pasar menjadi bebas dari pembatasan- gerakan-gerakan sosial dan politik radikal.
pembatasan negara, dan kapital kini dapat
bergerak melintas batas-batas dengan mudah. Tradisi dan modernitas tidak bisa lepas dari
Hal ini bisa dilihat bahwa ekonomi isu-isu dasar tradisi dan modern itu sendiri.
mayoritas Negara tengah didominasi oleh Modernise dengan segala kejeniusan
pilihan gaya hidup. Sementara produksi imanentalnya telah berhasil meruntuhkan
digantikan oleh konsumsi sebagai aktivitas tiang-tiang peradaban tradisionalisme yang
ekonomi utama dan privatisasi tengah begitu takzim mensujudi nilai-nilai etnik,
menjadi norma. Ilustrasi mengartikan budaya, alam, mistik, dan agama. Tradisi
globalissi yang mudah bahwa satu produk benar-benar terdorong ke bibir marjinalitas
konsumen, misalnya berupa sebuah sehingga nyaris tidak mampu
komputer, benar-benar bisa diproduksi mempertahankan kesakralannya. Misalnya,
segmennya secara terpisah di beberapa merajalelanya gedung-gedung penjebol
tempat dan digabungkan di tempat yang lain. langit, gelegar mesin-mesin, mobilitas yang
sangat cepat, menciutnya batas-batas
Globalisasi berarti proses meningkatnya etnografis, serta terkaparnya doktrin-doktrin
kontak antara masyarakat, terutama dalam agama (Giddens, 2001: v).
ruang lingkup ekonomi di seluruh dunia atau
bisa dipahami dari lokalisasi-relokalisasi Modernisme yang digawangi rasionalisme
(Saifuidn, 2005: 418); Kedua, Demokrasi memandang tradisi sebagai biang keladi
liberal secara luas diterima melintas budaya terhambatnya transformasi pemikiran dan
dari Eropa Timur sampai dengan Afrika, kritik. Namun disisi lain, rasionalisme juga
bersama asosiasi-asosiasi simbolisnya: memicu munculnya kegersangan jiwa,
penghargaan terhadap HAM, perlindungan kerontongnya imajinasi, tereduksinya naluri
lingkungan, kosmopolitanisme, dan yang esensial manusia untuk memiliki pelindung
lain. Pada saat yang sama, kekuasan Negara supernatural guna melengkapi hakikat
sendiri telah dilemahkan dihadapan capital kemanusiaannya.
global dan batas teritorial menjadi sulit
dipertahankan, hukum dan peraturan sulit Resistensi Tradisi terhadap Ide-ide
ditegakkan; ketiga, tren menuju universal Modernitas
budaya barat telah didukung oleh
Hollywood, televisi, satelit, musik pop, Ide Modernitas yang dikenal berlawanan
fashion, dan jaringan informasi global, dengan tradisi, banyak kombinasi modern
seperti: CNN, News internastional, dan BBC dan tradisi yang dijumpai dalam lokasi-
World Service (Sardar & Borin, 2005: 162- lokasi sosial yang konkret. Dalam budaya-
163). budaya tradisional, masa lalu dan simbol-
simbol dihormati karena memuat dan
Menurut Nasikun, salah satu guru besar mengekalkan pegalaman-pengalaman antar
UGM dalam sambutan pengukuhan guru generasi. Tradisi adalah bentuk pemaduan
besarnya bahwa globalisasi telah monitoring refleksi tindakan dengan
mengakibatkan terjadinya perkembangan organisasi waktu-ruang komunitas, yang
“global apatheids”, globalisasi “policy menyisipkan pengalaman kontinuitas masa
making”, peningkatan ketidakadilan global lalu, masa sekarang, dan masa depan. Tradisi
dan nasional (global and domestic tersusun dalam praktek-praktek sosial, dan
inequality), relativisasi hubungan antara tidak seluruhnya statis serta tidak begitu
individu dan beragam bentuk masyarakat, menentang terhadap perubahan-perubahan
kebangkitan beragam nilai-nilai seperti pada konteks yang ada dalam
“fundamental”, perkembangan defisit beberapa penanda jarak dan temporal dalam
kesadaran kewarganegaraan (deficit of term term perubahan yang bisa memiliki arti
citizenship), perkembangan defisit (Giddens, 2005: 53-54).

120
Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115
U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

menjadi terbentang. Globalisasi dapat juga


Bersamaan dengan datangnya modernitas, intensifikasi hubungan sosial yang
refleksifitas pun mencapai karakter yang membatasi lokalits jarak dengan cara melihat
berbeda. Ia diperkenalkan pada basis kejadian lokal yang dibentuk oleh kejadian
reproduksi sistem, pemikiran, dan tindakan dalam beragam waktu dan vice versa. Hal ini
yang berbasis kembali pada yang lain. merupakan dialektika karena kejadian lokal
Rutinitas tidak memiliki hubungan masa mungkin begerak dalam arah hubungan yang
lalu. Sebuah penyelamatan yang dilakukan membentuknya. Transformasi lokal
pada konteks tradisi ditujukan untuk merupakan bagian globalisasi sebagai
menyerupai hal yang bisa dipertahankan eksistensi literal hubungan sosial yang
secara prinsipil dalam wilayah pengetahuan. melewati waktu dan ruang.
Penggabungan kebiasan diri memang berarti
masyarakat modern paling modernis, tetapi Salah seorang postmodernis Jean
tradisi tetap berlanjut untuk memainkan Baudrilliard, Dia memahami postmodernitas
sebuah peranan, meskipun peranan ini tidak sebagai fase sejaranh yang sangat
signifikan dibanding konsepsi pemaduan memalukan. Dia anggap masyarakat
antara tradisi dan modernitas di era postmodern dipandang menutup kesempatan
kontemporer, namun tradisi tetap merupakan yang telah dibuka karena berakhirnya
sebuah tradisi yang menerima identitasnya modernisme. Alhasil, Baudrilliard
hanya dari refleksivitas modern. menawarkan ide-ide dasar tentang sifat
masyarakat dalam dunia modern. Pertama,
Pada akhir abad ke-20, kesadaran klaim- teori yang biasanya berorientasi pada
klaim tradisional tampak menawarkan penegasan kebenaran, sedangan Baudrilliard
kepastian yang disediakan oleh dogma pra- kebenaran itu tidak ada; Kedua, ia menolak
eksis. Ide ini cenderung persuasif, seolah- yang nyata (the real), pendekatan dia benar-
olah generasinya tidak melihat reflektivitas benar “teori anti sosial” dalam batas tertentu,
modernitas menumbangkan alasan yang dia menolak berakhirnya teori sosial menurut
dipahami sebagai penemuan pengetahaun pemikiran tradisional untuk menggambarkan
pasti. Modernitas ditentukan oleh yang nyata; Ketiga, mustahil memprediksi
pengetahuan aplikatif, sehingga pada waktu apa yang akan terjadi dengan kesimpulan
yang sama, tidak yakin bahwa elemen yang bahwa teori tidak bisa lebih dari pada
diberikan oleh modernitas tidak pernah pengharapan bahwa realitas cukup naif untuk
direvisi. jatuh ke dalamnya. Bahkan Baudrilliard
mendorong teori pada titik extream,
Di antara ide modernitas adalah globalisasi pataphysic adalah satu-satunya cara
yang modern artinya modernitas bersifat melawan yang lebih nyata dari sistem nyata
global. Sebagai deskripsi adalah (hiperrealitas) dimana manusia hidup. Jadi
“kepercayaan” tidak seharusnya selalu baginya, saya tidak tertarik pada
seperti apa yang telah dijelaskan oleh para realisme...buku-buku saya adalah skenario-
sosiolog, yang menyatakan sebagai sistem skenario. Saya menghabiskan sedikit demi
yang terkait. Ia harus diganti dengan sedikit akhir sesuatu. .. ini adalah perminan,
permulaan yang berkonsentrasi pada analisa sebuah provokasi. Bukan untuk
kehidupan sosial yang melintasi waktu dan menghentikan secara total segala sesuatu,
ruang (problematika jarak waktu-ruang). tetapi sebaliknya akan menciptakan segala
Konsep jarak waktu-ruang menunjukkan sesuatu mulai lagi (Ritzer, 2005: 234-235).
perhatian atas hubungan kompleks anatara
keterlibatan lokal dengan interaksi yang Resistensi Tradisi terhadap Nilai-nilai
melintasi jarak. Di era modern, jarak waktu- Institusi
ruang jauh lebih tinggi dari pada periode
sebelumnya, sehingga antara bentuk-bentuk Sebelum berbicara lebih dalam mengenai
sosial dan lokal serta kejadian-kejadian teori-teori untuk menemukan satu institusi

Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 121


yang dominan dalam masyarakat modern, adalah sesuatu yang bergerak sejalan dengan
perlu dikkemukakan apakah institusi-institusi waktu dan ruang fisik, tetapi perumpamaan
itu kapitalistik atau industrial?. Hal ini perlu tentang lokomotif, tidak pas dengan
disampaikan sebab dalam waktu yang penekanan Giddens terhadap kekuasaan
bersamaan didasarkan pada premis-premis agen, kesan yang ditimbulkan lokomotif
yang salah karena masing-masing sepertinya sesuai dengan mekanisme modern
mencerminkan reduksionisme- yang jauh lebih berkuasa dari agen yang
industrialisme. Kapitalisme dan mengendalikannya. Dalam analisisnya
industrialisme harus dilihat sebagai mengenai modernitas, Giddens
kelompok orang-orang anisasional yang menitikberatkan perhatiannya pada nation-
berbeda atau dimensi-dimensi yang state dan menentukan modernitas dalam
terlingkup dalam institusi-institusi modern. istilah empat instansi dasar. Pertama,
kapitalisme yang dikarakteristikkan secara
Kapitalisme merupakan sistem reproduksi familier dengan produksi komoditas,
komoditi yang dipusatkan pada hubungan kepemilikan privat, upah buruh tanpa
pemilik modal pribadi dan upah buruh kepemilikan, dan sebuah sistem kelas yang
minimum. Perushaan kapitalisme tergantung berasal dari karakteristik tersebut; Kedua,
pada produksi pasar-pasar kompetitif, harga industrialisme yang melibatkan sumber-
yang menjadi tanda-tanda bagi investor, sumber tenaga mati dan mesin untuk
produsen-produsen, dan konsumen- memproduksi barang, industrialisme tidak
konsumen yang sejenis. Adapun karakter terbatas pada tempat kerja, dan berpengaruh
utama industrialisme adalah penggunaan pada kesatuan penghaturan lain, semisal
sumber-sumber tak bergerak kekuatan materi transportasi, komunikasi, dan kehidupan
dalam proses produksi. domestik; Ketiga, kapasitas-kapasitas
pengamatan, bagi Giddens adalah merujuk
Ilustrasi yang mudah, mesin bisa pada suatu pengawasan yang keras terhadap
didefinisikan sebagai barang, otak manusia aktivitas-aktivitas populasi subjek dalam
yang mengemban tugas-tugas dengan bidang politik; Keempat, kekuatan militer,
memberikan sumber-sumber kekuatan atau kontrol atas tujuan-tujuan kekerasan,
sebagai alat operasionalnya. Pembicaraan termasuk industrialisme perang. Dengan
industrialisme tentu mencakup organisasi demikian, dari empat institusi yang
sosial reguler produktif dalam memasukkan ditawarkan Giddens tersebut, ada sebuah
aktivitas manusia, mesin-mesin, dan esensi bahwa pemisahan waktu dan ruang
pemasukan-pemasukan, pengeluaran- mutlak dibutuhkan, dalam masyarakat pra-
pengeluaran barang mentah dan barang jadi. modern, waktu selalu dikaitkan dengan
Tentu industrialisasi tidak dipahami sempit, ruang. Sementara modernisasi, waktu
karena asal muasalnya dalam revolusi distandarisasi. Padahal ruang bagi pra-
industri menuntut manusia untuk bekerja modern, kebanyakan ditentukan oleh
keras. Termasuk dalam gagasan kehadiran fisik, artinya ruang yang
industrialisme adalah mengaplikasikan dilokalisasi dengan modernitas, ruang
tempat-tempat teknologi tinggi, dimana semakin terpecah dari tempatnya (Ritzer,
listrik hanya menjadi sumber kekuatan dan 2005: 2005: 240-249).
mikrosirkuit elektronik hanya menjadi alat-
alat mekanik. Indutrialisme tidak hanya Berikut ciri institusional yang spesifik dalam
mempengaruhi tempat kerja, melainkan juga masyarakat kapitalisme. Pertama, aturan
transportasi, komunikasi, dan kehidupan ekonominya meliputi karakteristik-
domestik. (Giddens, 2001: 80-82). karakteristik tertentu dan ekspansi
perusahaan kapitalis yang kompetitif
Anthony Giddens (1990) menggambarkan cenderung mengartikan inovasi teknologi
dunia modern sebagai sebuah “lokomotif”. secara konstan dan pervasif; Kedua, ekonomi
Kesan yang ditimbulkan dari lokomotif agak berbeda dan terisolasi dari arena sosial

122
Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115
U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

lain, khususnya institusi politik dengan berkembang menjadi Negara. Negara-negara


memberikan inovasi tingkat tinggi dalam dan sistemnya tidak bisa dijelaskan dalam
bidang ekonomi. Hubungan ekonomi term-term bangkitnya perusahaan kapitali.
memiliki kekuasaan-kekuasaan yang dapat Melihat keempat dimensi institusional ini,
dipertimbangkan pada institusi-institusi lain; terletak pada tiga sumber dinamisme
ketiga, isolasi politik dan ekonomi dibangun modernitas yang harus dibedakan terlebih
pada keutamaan harta milik pribadi atas alat- dahulu: jarak ruang waktu, ketakterimpangan
alat reproduksi. Kepemilikan modal secara dan refletivitas. Tanpa semua itu, pemilihan
langsung berkaitan dengan fenomena modernits dari tradisionalitas tidak akan
komoditi upah buruh minimum dalam sistem pernah tercapai dalam cara yang radikal,
kelas, kendati rasa kuat tidak ditentukan oleh cepat dan melintas tingkatan dunia yng luas.
kepercayaan atas akumulasi modal yang Semuanya terlingkup dan dikondisikan oleh
kontrolnya belum sempurna; Keempat, dimensi-dimensi institusional modernitas
dimensi institusional yang harus dibedakan (Giddens, 2001: 90).
yaitu kontrol alat kekejaman. Kekuatan-
kekuatan militer selalu menjadi ciri central Resistensi Tradisi terhadap Mekanisme
peradaban pra modern, namun sentral politik Modern
dalam peradaban itu tidak pernah
memperoleh dukungan militer pemerintah Ketika berbicara tentang modernitas, maka
bergantung pada aliansi-aliansi dengan pada saat yang sama, sebenarnya menunjuk
pangan lokal. pada transformasi institusional yang
memiliki akar-akarnya di Barat sejauhmana
Persoalannya, mengapa masyarakat kapitalis modernitas tetap eksis di Barat? Dalam
juga disebut masyarakat? Dengan menjawab soal ini, harus dipertimbangkan
memberikan karakteristik ekspansifnya, dua ciri modernitas yang terpisah-pisah
kehidupan ekonomi kapitalis hanya terdapat dalam klasifikasi institusional, dua organisasi
dalam beberapa bidang yang dibatasi oleh yaitu negara-negara dan produksi kapitalis
sistem-sistem sosial spesifik. Jadi sistemik. Bentuk-bentuk sosial yang
masyarakat kapitalis tetaplah kapitalis, tradisional telah menggambarkan kekuatan
karena ia merupakan Negara. Karakter ini melalui pemeliharaan otonom diluar
Negara dalam substansial harus dijelaskan kecenderungan-kecenderungan perkmbangan
dan dinalisis secara terpisah dari pembahasan global.
dunia kapitalisme ataupun industrialisme.
Pada umumnya, sistem adminsitatif negara Dewasa ini, proses perubahan sosial, budaya,
kapitalis dan modern harus dimaknai melalui dan politik sulit untuk dilepaskan dari
kontrol koordinatif terhadap arena teritorial perkembangan dinamika global. Globlisasi
terbatas yang dicapainya. Administrasi ekonomi dan budaya berpengaruh pada
negara ini bergantug pada perkembangan penciptaan kultur yang homogen
pengawasan kapasitas-kapasitas pengawasan (tradisional) yang mengarah pada
yang melebihi peradaban-peradaban penyeragaman selera, konsumsi, gaya hidup,
tradisional. Alat-alat pengawasan nilai, identitas, dan kepentingan individu.
menentukan dimensi institusional ketiga Sebagai produk modernitas, globalisasi tidak
yang dihubungkan dengan kapitalis. hanya memperkenalkan masyarakat di
pelosok dunia akan kemajuan dan
Bagi Marx, kapitalisme memainkan peran kecanggihan sains dan teknologi serta
terbesar dalam menganagkat kehidupan prestasi lain seperti instumen dan institusi
sosial modern dari institusi-institusi modern hasil capaian peradaban Barat
tradisional. Jika kapitalisme merupakan sebagai dimensi institusional modernitas,
elemen besar intitusional yang tetapi juga mengintrodusir dimensi budaya
mempromosikan akselerasi dan ekspansi modernitas, seperti nilai-nilai demokrasi,
institusi-institusi modern, maka yang lain pluralisme, toleransi, dan Hak Asasi

Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 123


Manusia. Meskipun beberapa negara yang penciptaan pola hidup konsumeristik dan pop
kurang memiliki tradisi demokrasi menolak culture, yang memposisikan manusia sebagai
proses globalisasi ini, namun demikian, objek distribusi produk belaka. Globalisasi
seperti ditunjukkan Huntington (1991: 5), telah membuat dunia makin terbuka, dan
hampir tidak ada negara yang tidak melahirkan aneka tuntutan perluasan
mendukung demokrasi sebagai sistem yang partisipasi dan pemberdayaan rakyat yang
kurang lebih ideal guna mengatu kehidupan lebih besar. Fenomena ini juga diiringi oleh
masyarakat. Sayangnya, di tengah sambutan munculnya berbagai bentuk penegasan
gegap gempita terhadap proses kembali identitas-identitas komunal
demokratisasi, ada paradoks yang menyertai masyarakat. Adanya tuntutan pengakuan atas
perkembangan global ini, yaitu semakin identitas komunal dan hak budaya lokal
terdegradasinya kualitas demokrasi negara- sekaligus membuktikan, ada resistensi atas
negara di dunia. Paradoks ini misalnya kecenderungan peminggiran, dominasi dan
bahwa kemajuan teknologi informasi dan homogenisasi global.
komunikasi di satu sisi memberi kemudahan
bagi publik dalam mengakses informasi dan Akhirnya, mengutip ungkapan David Held
kounikasi, pada sisi lain memberi dalam Democracy and The Global Order:
kemudahan bagi publik dalam mengakses From the Modern State to Cosmopolitan
informasi, mengembangkan segenap Governance (1995: 193), bahwa otonomi
potensinya serta tuntutan perjuangan masyarakat hanya bisa dicapai melalui dua
hidupnya, tapi di sisi lain, globalisasi telah cara. Pertama, pengakuan atas Hak Asasi
menjadi instrumen negara-negara industri Manusia yang diperluas mencakup hak
maju dan kekuatan elit minoritas pemilik sosial, ekonomi dan budaya. Kedua, adanya
modal guna melakukan hegemoni dan keterlibatan masyarakat dalam proses
dominasinya atas kehidupan sosial, ekonomi pengambilan kebijakan yang tidak hanya
dan budaya masyarakat. Lain halnya prinsip dibatasi pada institusi-institusi pemerintah,
ngango dalam negara, bahwa bagi dia, tetapi diperlebar sampai menyentuh institusi-
kedaulatan ada di tangan rakyat, semata- institusi dan proses sosial-ekonomi.
mata buka karena di Indonesia telah
terwakili oleh para legislatif, akan tetapi Dari uraian tersebut, Michael Rowland
bagaimana mampu membuat rakyat sebagai masih kaku terhadap apa yang mendasari
pemegang daulat betul-betul dapat membuat antara tradisi dan modernitas yang keduanya
kebijakan versi rakyat, bukan versi rezim tidak bisa saling menerima satu dengan yang
yang berkuasa. Jadi modern bagi Ngango lain, sementara dalam kajian lebih luas,
adalah ketika sebuah kekuatan lokal dapat justru hampir tidak dapat disekat-sekat antara
eksis, bahkan tetap mewarnai dalam batas keduanya. Penulis justru melihat
dinamika kehidupan yang lebih publik. bahwa ada dunia baru pasca modernitas,
yang tidak kembali pada ranah tradisi atau
Kekuatan kapitalisme global dan klasik lagi, hal ini tentu dilihat sebagai
perusahaan-perusahaan transnasional sebuah keniscayaan oleh hadirnya produk-
bergerak melampaui batas-batas teritorial produk budaya yang berkembang saat ini,
suatu negara guna melakukan ekspansi manusia dipaksa aktif untuk mengikutinya,
ekonomi di berbagai pelosok dunia, yang dan sebagai balasannya mereka mendapatkan
mana pada level tertentu telah membawa kepuasan dan kebanggan meskipun
implikasi makin melemahnya posisi sebenarnya adalah semu dan kesadaran
kekuatan ekonomi lokal. Dengan demikian, palsu. Manusia dijebak dan dikurung dalam
globalisasi juga mengarah pada penguasaan lingkungan pemujaan sehingga menjadikan
ekonomi di tangan sekelompok kecil pemilik mereka tidak kritis, lemah dan rentan
modal, dan akhirnya menuju pada proses terhadap eksploitasi. Pada saat inilah konsep
homogenisasi. Dalam perspektif cultural modernitas yang membelenggu seseorang
studies, hegemoni ini tampak dalam tidak lagi kritis, maka fase postmodernitas

124
Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115
U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

lahir sebagai kolaborasi antara konsep tradisi namun modernitas secara efektif berhasil
dan modernitas, meskipun kemudian dalam melebarkan institusional kebimbangan.
konteks operasional institusi mereka yang
menggunakan konsep posmodernitas tidak Modernitas merupakan globalisasi yang
selamanya bisa diterima di tengah-tengah melekat pada fenomena konsekuensi-
mereka hidup dan bersosial, selain ada konsekuensi yang berkombinasi dengan
wilayah-wilayah yang memang belum sirkularitas karakter refleksinya dalam
menerima konsep postmodernitas, di sisi lain membentuk kejadian-kejadian resiko dan
masyarakat belum siap menerima sebuah bahaya yang mengukuhkan karakter alur
dinamika kehidupan yang selalu berubah dan hidup. Tendensi-tendensi globalisasi
berkembang. modernitas secara simultan merupakan
ekstremitas dan intensitas yang dapat
Pada saat yang sama, ada anggapan bahwa menghubungkan individu-individu pada
jika seseorang mengkritik modernitas berarti sistem berkala besar sebagai bagian
mereka tidak menerima hal-hal yang baru. dialektika kompleks perubahan pilar-pilar
Artinya sangat sulit untuk keluar dari segala lokal dan global. Modernitas terorientasi
hal yang berkembang, apalagi dalam konteks sebagai masa depan yang memiliki bentuk
sekarang ini, diera digitalisasi. Justru counter faktual, sementara postmodern
diperlukan iklim yang terbuka dan bebas mungkin berupa tiga kumpulan faktor,
mengkonsumsi apapun bagi yang pertama menunjuk pada penggarisbawahan
bersangkutan. Postmodernitas lahir untuk alam dinamis modernitas, jika institusi-
mewadahi dan menjembatani kepentingan institusi modern sutau saat transidentalkan,
yang tidak siap meninggalkan sebuah tradisi maka ia akan turut berubah secara
dan tetap menerima modernitas dengan “baju fundamental.
baru” yang penulis sebut sebagai Jadi sebutan “modern” karena adanya
posmodernitas. Dengan demikian, apapun sebutan “tradisional” atau sebutan “global”
yang ditimbulkan atas modernitas, baik yang karena adanya sebutan “lokal”.
materi maupun immateri bahkan yang berupa Persoalannya, mungkinkah ada fase
subkultur dari budaya tandingan yang kehidupan diantara “lokal” dan “global”,
bersifat resisten dan konstruktif tetap ataukah diantara “tradisional” dan
diterima sebagai sebuah keniscayaan, namun “modern”? untuk itu dalam kesimpulan
diperlukan wahana baru jika memungkinkan penulis, bahwa negara yang sangat
karena pada dasarknya posmodernitas lahir mempunyai kepentingan dan andil dalam
atas kurang respeknya tradisi terhadap menentukan arah masa depan modern ini,
modernitas. Sebaliknya juga berlaku, atas atau orang pada dewasa ini lebih cenderung
sempurnanya modernitas yang mampu mempertahankan tradisi atau lokal yang
memberikan ruang yang bebas terhadap masih dianggap memberi keuntungan
zamannya namun menghilangkan ruh atau melalui pemeliharaan dan pelestarian tradisi
susbtansi dari sebuah tradisionalitas. atau global, disamping juga menerima
globalisasi dan modernitas sebagai
keseimbangan antara perkembangan
Simpulan
dinamika sosial (postmodernitas).
Dalam masyarakat industrialis, kita harus
Daftar Pustaka
menerima dan memasuki periode modernitas
tinggi yang melepaskan ikatannya dari Adnani, Kamila. (2016). Resistensi Perempuan
penentraan tradisi dan memilih Terhadap Tradisi-Tradisi Di Pesantren-
menambatkan diri pada posisi yang Analisis Wacana Kritis Terhadap Novel
menguntungkan dalam dominasi Barat. Perempuan Berkalung Sorban, Jurnal
Memang pada awalnya, modernitas mencari Pascasarjana UGM Kawsitara Volume 6
kepastian untuk mengganti dogma atau No. 2, 17 Agustus 2016.
tatanan fundamen yang dibangun sebelunya,

Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 125


Fedyani, A. Saifudin. (2005). Antropologi
Kontemporer: Suatu pengantar Kritis
mengenai Paradigma, Jakarta: Prenada
Media.
Giddens, Anthony. (2001). Tumbal Modernitas
Ambruknya Pilar-pilar Keimanan, Penerj.
M. Yamin, Yogyakarta: IRCiSoD.
Held, David. (1995). Democracy and The Global
Order: From the Modern State to
Cosmopolitan Governance, Calivornia:
Stanford Universiy Press.
Huntington, SP. (1991). Gelombang
Demokratisasi Ketiga, Jakarta: PT.
Intermasa.
May, Abdurrachman. (2013). Resistensi Aliran
Salafi Terhadap Islam Tradisional Di
Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat,
Jurnal Media Bina Ilmiah: Volume 7, No.
6, Desember 2013
Miller, Daniel. (1995). Worlds Apart: Modernity
Through the Prism of the Local, New
York: Routledge.
Mulyanto, Dede.(2016). Karl Marx,
Antropologhits (Resensi Buku),Journal:
UMBARA : Indonesian Journal of
Anthropology, Volume 1 (1) Juli 2016.
Ritzer, George. (2005). Teori Sosial Postmodern-
penerjemah Muhammad Taufik,
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Sardar, Z & Van Loon, Borin. (2005). Seri
Mengenal dan Memahami Cultural Stidies,
Batam: Scientific Press.
Scoot, James C. (1981). Moral Ekonomi Petani-
Pergolakan dan Subsistensi di Asia
Tenggara-penerjemah Hasan Basri,
Jakarta: LP3ES.
Rowlands, Michael. (1995). Inconsistent
Temporalities in a Nation-Space dalam
Worlds Apart: Modernity Through the
Prism of the Local, New York: Routledge.

126
Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115

Anda mungkin juga menyukai