Anda di halaman 1dari 9

SATWIKA: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial http://ejournal.umm.ac.id/index.

php/JICC
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017
PISSN 2580-8567 EISSN 2580-4431

Cerpen Agama Apa yang Pantas Bagi Pohon-


Pohon? Karya Eko Triono sebagai Media Kritik
Alternatif terhadap Masyarakat Postmodernisme
Yulaika Ranu Sastra
Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Negeri Malang
aikaranusastra@gmail.com

Abstrak
Masyarakat modern saat ini telah mengalami perubahan secara signifikan baik dari
segi pola pikir, maupun tingkah laku. Perubahan ini bertentangan dengan hakikatnya
sebagai manusia modern. Pergeseran tatanan norma-norma tersebut memunculkan
teori posmodernisme. Dari postmodernisme inilah bermunculan pula berbagai kritik
terhadap manusia sebagai subjek kehidupan. Seiring berkembangnya zaman, beragam
teori dan aliran sastra pun bermunculan untuk membedah karya. Karya sastra dikaitkan
berdasarkan teori yang tepat agar maksud si penulis tersampaikan kepada pembaca
melalui penafsir. Ada pun mata pisau untuk membedah cerita pendek Agama Apa yang
Pantas bagi Pohon-Pohon? karya Eko Triono menggunakan pendekatan
postmodernisme. Cerpen ini dipilih sebagai media kritik alternatif karena mewakili
kehidupan manusia modern. Terdapat beberapa hasil terhadap penelitian postmodernisme
dalam cerpen tersebut, yakni manusia posmodern mengesampingkan pemahaman agama
sedini mungkin kepada anak, ketidaksiapan manusia postmodern menghadapi realita,
masalah diri sendiri dengan orang lain dan masyarakat, manusia postmodern tidak lagi
mengindahkan kedamaian, dan permasalahan percintaan masyarakat postmodern saat ini.
Kata kunci: Cerpen, kritik alternatif, postmodernisme

Abstract
Modern society has undergone significant changes today both in terms of mindset
and behavior. This change is contrary to its nature as a modern human. This shift in
the order of norms gave rise to the theory of postmodernism. From thispostmodernism
there are also various criticisms of humans as the subject of life. Along of the
development of a variety of theories and literary currents also emerged to dissect
works. Literary work is based on the right theory so that the author’s intent is
conveyed to the reader through the interpreter. There are also blades to dissect
short stories Agama Apa yang Pantas bagi Pohon-pohon? by Eko Triono uses the
postmodernism approach. This short story was chosen as an alternative criticism
media because it represent modern human life. There are several result for
postmodernism research in the short story, namely postmodern humans put aside
religious understanding to children, postmodern human unpreparedness face reality,
problem yourself with other people and society, postmodern human no longer heeding
peace, and the problem of postmodern society love today.
Key words: Short story, alternative criticism, postmodernism
SATWIKA: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial 41
PENDAHULUAN Dengan kata lain, apa yang muncul dalam
Masyarakat modern saat ini telah kehidupan sehari-hari yang dituangkan dalam
mengalami perubahan secara signifikan baik karya sastra, dapat dikaji melalui pendekatan
dari segi pola pikir, maupun tingkah laku. postmodernisme. Postmodernisme hadir
Perubahan ini bertentangan dengan hakikatnya untuk menjawab kegelisahan para pembaca
sebagai manusia modern yang semakin bergeser dalam menghadapi permasalahan pada era
dari tatanan norma-norma sehingga muncullah modern saat ini dan mengkritik fenomena yang
teori postmodernisme. Dari postmodernisme terjadi di dalam karya sastra yang diangkat
inilah bermunculan pula berbagai kritik berdasarkan realita.
terhadap manusia sebagai subjek kehidupan. Fenomena-fenoma yang sudah tidak asing
Seiring berkembangnya zaman, beragam lagi antara lain masalah SARA, politik, sosial,
teori dan aliran sastra pun bermunculan untuk ekonomi, hukum dan HAM, dan pendidikan
membedah karya sastra berdasarkan teori-teori yang sedang dihadapi bersama saat ini baik di
mutakhir. Karya sastra tersebut kemudian dalam, maupun luar negeri. Posmodernisme
dikaitkan berdasarkan teori yang tepat agar berusaha mendobrak dengan tegas masalah
maksud si penulis tersampaikan kepada tersebut agar masyarakata sadar dan mampu
pembaca melalui penafsir. Ada pun mata pisau mawas diri.
untuk membedah cerita pendek Agama Apa METODE
yang Pantas bagi Pohon-Pohon? Karya Eko Metode yang digunakan dalam penelitian
Triono adalah menggunakan pendekatan yang ini menggunakan metode penelitian kualitatif
berkaitan dengan postmodernisme. naturistik. Naturalistik berarti mengambil
Postmodernisme menurut Lyotar (dalam segala sesuatu berdasarkan apa adanya atau
Emzir, 2016: 93), merupakan kritik atas apa yang terjadi. Sumber data yang digunakan
masyarakat modern dan kegagalan modernisme berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi
memenuhi janji-janjinya. Postmodern meng- di sekitar secara alamiah. Sugiyono (2009:8)
kritik hampir sebagian besar yang diasosiasikan mengemukakan bahwa metode penelitian
dengan modernisme seperti metanarasi, kualitatif sering disebut metode penelitian
totalitas, adanya kepastian terhadap kemajuan naturistik karena penelitiannya dilakukan
dan sebagainya. pada kondisi alamiah (natural setting); disebut
Lebih lanjut Ezmir (2016: 97), menyatakan juga sebagai metode etnographi karena pada
bahwa postmodernisme sebenarnya telah awalnya metode ini lebih banyak digunakan
merembes ke segala bidang. Di antaranya mulai untuk penelitian bidang antropologi budaya;
dari kritik seni, politik, sosial, psikologi, disebut sebagai metode penelitian kualitatif
manajemen, dan perkembangan pola-pola karena data yang terkumpul dan analisisnya
kebudayaan secara umum. Postmodern adalah lebih bersifat kualitatif.
sebuah fenomena sosial-budaya yang menjadi Bogdan dan Biklen (1995:30) menyatakan
pola baru dalam pengembangan wacana bahwa ada beberapa karakter penelitian
kemanusiaan di dunia. kualitatif-naturistik, yaitu (1) penelitian

42 Cerpen Agama Apa yang Pantas Bagi Pohon-Pohon? Karya Eko Triono ...
kualitatif memiliki setting (latar) alamiah Lebih lanjut, dalam bukunya, Sugihartono
sebagai sumber data langsung dan peneliti (1996:25) menyatakan bahwa sebenarnya
merupakan instrumen kunci; (2) penelitian benih penggunaan positif awalan “post” telah
kualitatif bersifat deskriptif; (3) penelitian terdapat pada tulisan Leslie Fiedler tahun 1965
kualitatif lebih memberikan perhatian pada ketika ia menggunakannnya dalam istilah-istilah
proses daripada hasil; (4) penelitian kualitatif macam “post-humanist, post-male, post-white”.
cenderung menganalisis datanya secara Dalam karya sastra sendiri, menurut
induktif; dan (5) “makna” merupakan perhatian Endraswara (2013:168), postmodernisme
utama bagi pendekatan kualitatif. hadir sengaja untuk melengkapi hal ihwal
Ada pun sumber data yang digunakan penelitian sastra dari sisi modern yang sering
dalam penelitian ini ialah menggunakan hasil mengesampingkan hal-hal kecil. Jika peneliti
pemikiran dan analisis berdasarkan fakta-fakta sastra modern sering menganggap bahwa
yang ada di dalam cerpen dan dikaitkan dengan karya baik adalah karya besar, karya yang
kehidupan masyarakat postmodernisme. lahir dari pusat, tentu hal demikian ditentang
HASIL oleh postmodernisme. Karena sifatnya yang
radikal itu, postmodernisme berusaha untuk
Postmodernisme atau pascamodernisme
mendekonstruksi keadaan. Dari susunan rapi
secara etimologi berasal dari kata post
dan tertata itu postmodern ingin mendobrak
(pasca)-modern-isme. Post dapat diartikan
dan atau “merusak” konstruksi untuk meng-
setelah, modern diartikan terbaru atau
hasilkan konstruksi baru yang lebih andal.
mutakhir, dan isme diartikan sebuah paham.
Jadi, postmodernisme dapat diartikan sebagai Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
sebuah paham yang berkembang setelah dikatakan bahwa posmodernisme meng-
masa modern. hasilkan kritik terhadap suatu karya sastra atau
semacam pendobrak hal-hal baru yang
Modernisme dilanjutkan dengan pasca-
sebelumnya belum diangkat ke permukaan
modernisme yang kita rasakan sekarang ini
berdasarkan hal-hal yang beranjak dari sisi
sebagai era globalisasi. Era globalisasi ini
modern. Dengan demikian, akan terkuak apa
ditandai dengan kemajuan yang sangat pesat di
maksud penulis dalam karyanya setelah
berbagai bidang, terutama bidang transportasi,
dihubungkan dengan teori, lalu pembaca dapat
teknologi, dan komunikasi (Sehandi, 2014:94).
mengambil nilai-nilai kehidupan di dalamnya.
Menurut Hassan dan Jencks (dalam
Dalam buku Mengenal Postmodernisme:
Sugihartono, 1996:24), istilah postmodern
bagi Pemula, Appignanesi (dalam Ezmir,
muncul untuk pertama kalinya di wilayah seni.
2016:93 6 94), mengatakan bahwa
Istilah itu pertama-tama dipakai oleh Federico
postmodernisme menyiratkan pengingkaran
de Onis pada tahun 1930-an dalam karyanya,
terhadap modernisme. Postmodernisme, pada
Antologia de la Poesia Espanola a
hakikatnya merupakan campuran dari
Hispanoamericana, untuk menunjukkan
beberapa atau seluruh pemaknaan hasil,
reaksi yang muncul dari dalam modernisme.
akibat, perkembangan, penyangkalan, dan
Kemudian, di bidang historiografi oleh Toynbee
penolakan atas modernisme. Selanjutnya
dalam A Study of History tahun 1947.

SATWIKA: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial 43


dikatakan terdapat delapan karakter sosiologis 7. Era postmodernisme juga ditandai dengan
postmodernisme yang menonjol, yaitu munculnya kecendrungan bagi tumbuhnya
1. Timbulnya pemberontakan secara kritis eklektisisme dan pencampuradukan dari
terhadap proyek modernitas, memudarnya pelbagai wacana, potret serpihan-serpihan
kepercayaan pada agama yang bersifat realitas sehingga seseorang sulit untuk
transenden (metanarasi) dan diterimanya ditempatkan secara ketat pada kelompok
pandangan pluralisme relativisme kebenaran. budaya secara eksklusif.
2. Meledaknya industri media massa sehingga 8. Bahasa yang digunakan dalam wawancara
ia merupakan bagian perpanjangan dari postmodernisme seringkali mengesankan
sistem indra, organ, dan saraf kita, yang ketidakjelasan makna dan inkonsistensi
urutannya menjadikan dunia menjadi sehingga apa yang disebut “era post-
terasa kecil. Lebih jauh lagi kekuatan modernisme” banyak mengandung
media massa telah menjelma bagaikan paradoks.
“agama” atau “Tuhan” sekuler, dalam arti: Hal-hal di atas menjadikan manusia
perilaku orang tidak lagi ditentukan oleh merasa lupa diri. Bahkan, dalam karya para
agama-agama tradisional, tetapi tanpa sastrawan pun sudah secara berani meng-
disadari telah diatur oleh media massa angkat tema-tema yang berkaitan dengan
semisal progran televisi. penyimpangan yang terjadi pasa era modern
3. Munculnya radikalisme etnis dan saat ini. Semakin modern zamannya, justru
keagamaan. Fenomena ini diduga muncul manusia semakin mengalami dekadensi
sebagai reaksi ketika orang semakin moral yang sangat disayangkan.
meragukan kebenaran sains, teknologi, dan PEMBAHASAN
filsafat yang dinilai gagal memenuhi janji Sebelum menelaah lebih dalam cerita
mereka untuk membebaskan manusia. pendek karya Eko Triono yang berjudul Agama
4. Muncul kecendrungan baru untuk Apa yang Pantas bagi Pohon-Pohon?
menemukan identitas dan apresiasi serta Berdasarkan pendekatan postmodernisme
keterikatan rasionalisme dengan masa lalu. atau pascamodernisme. Akan dijabarkan
5. Semakin menguatnya wilayah perkotaan definisi agama terlebih dahulu. Menurut KBBI
(urban) sebagai pusat kebudayaan dan (2010), kata agama bermakna ajaran, sistem
wilayah perdesaan sebagai daerah yang mengatur tata keimanan (kepecayaan)
pinggiran. Pola ini juga berlaku bagi negara dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha
maju atas negara berkembang. Ibaratnya Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan
negara maju sebagai “titik pusat” yang dengan manusia serta lingkungannya. Orang
menentukan gerak pada “lingkaran pinggir”. yang beragama, sudah seharusnya meyakini
6. Semakin terbukanya peluang bagi kelas- kebenaran dan menjalankan segala perintah
kelas sosial atau kelompok untuk menge- Sang Pencipta. Dengan demikian, ada
mukakan pendapat secara lebih bebas. ketenangan hidup yang dialami baik ketika
Dengan kata lain, era postmodernisme telah hidup sendiri, maupun bermasyarakatkapan
ikut mendorong proses demokratisasi. pun dan di mana pun.

44 Cerpen Agama Apa yang Pantas Bagi Pohon-Pohon? Karya Eko Triono ...
Dalam cerita pendek Agama Apa yang merasa penasaran terhadap apa yang tidak
Pantas bagi Pohon-Pohon? terlihat bahwa atau belum dimengertinya.
adanya kesenjangan antara manusia modern 2. Ketidaksiapan Manusia Postmodern
saat ini dengan tumbuhan. Dari segi persamaan, Menghadapi Realita
manusia dan tumbuhan sama-sama makhluk
Selanjutnya, ada ketidaksiapan seorang
hidup ciptaan Allah. Namun, dari segi
anak menghadapi kenyataan akan sebuah
perbedaan, akan banyak ditemukan. Manusia
proses yang memang harus dijalani, yakni
mampu bergerak dan memiliki akal, sedangkan
menjadi arang dewasa. Hal ini disebabkan oleh
tumbuhan hanya tumbuh dan tidak memiliki
banyaknya masalah yang dihadapi orang
akal. Dalam hal ini, penulis sengaja mem-
dewasa seperti pada kutipan ini
bandingkan manusia dengan tumbuhan
“Bukan begitu,” aku merasa tidak
secara satire. setuju,”anak itu justru berkata: Ayah,
jangan biarkan aku menjadi dewasa.
1. Manusia Postmodern Mengesampingkan Kemudian, dilahapnya gula-gula kapas itu
Pemahaman Agama Sedini Mungkin sambil berdoa agar ia tidak lekas menjadi
besar. Lihatlah....” (Triono, 2016: 256).
Kepada Anak
Manusia sebagai makhluk yang berakal, Secara kodrat, manusia akan mengalami
sudah seharusnya pula mengajarkan proses tumbuh kembang dari bayi, anak-anak,
pemahaman pendidikan sains dan agama remaja, dan dewasa. Semua proses itu pasti
kepada anaknya sedini mungkin. Namun, dialami oleh orang yang berumur panjang.
pada kenyataannya, masyarakat zaman modern Tidak ada seorang pun yang mampu meng-
saat ini banyak yang mengesampingkan hal hindar dari proses itu. Sebagai manusia
itu. Tidak memberikan pengajaran sedini modern atau selaku orang tua, sepantasnya
mungkin kepada sang anak ketika anak bertanya memberikan pemahaman terhadap anak
perihal apa yang tidak diketahuimya sepeti mengenai tahapan-tahapan tersebut bahwa
dalam penggalan cerita pendek berikut. proses itu memang harus dihadapi.
Ia pun bertanya lagi.’Itu bulan siapa, Ma?’ Dalam kutipan berikutnya dikatakan pula
Kami sempat bingung. Kujawab saja, itu bahwa anak tersebut tidak siap menghadapi
bulan kepunyaan Tuhan, Sayang. Dan ia
malah lanjut bertanya, Tuhan? Siapa dia? situasi dewasa seperti saat ini. Orang dewasa
Kakek-kakek nelayan, ya? Mengapa dia begitu banyak mengalami dan menghadapi
menaruh bulannya di sana? Rumahnya di
seberang sungai ya, Ma? Kita main ke
konflik lahir dan batin yang sangat miris
sana yuk! Kita pinjam bulannya, buat seperti dalam kutipan berikut
dipasang di kamar Zafin.’ Kami terdiam. Kau tertawa, mana ada anak kecil secerdas
Antara lucu dan tak mengerti isi pikiran itu. Anggap saja dia pernah mendengar
Zafin (Triono, 2016: 253). cerita betapa menyakitkannya menjadi
Sebagai orang tua, seharusnya men- dewasa; terbatas dari kebebasan melakukan
apa pun, menanyakan apa pun (Triono,
jelaskan siapa itu Tuhan dan bagaimana 2016: 256).
manusia melakukan peribadatan kepada-Nya
Dalam kutipan cerpen di atas tergambar
dengan penjelasan sederhana agar si anak
bahwa orang dewasa akan banyak meng-
mudah memahami karena secara psikologis,
hadapi konflik, tetapi terbatas kebebasannya
anak-anak cenderung sering bertanya atau
dalam hal berperilaku dan berbicara sebab

SATWIKA: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial 45


telah dirinya harus menjaga citra. Orang Hari-harinya adalah menulis laporan
pembantaian, tinggal di antara orang-orang
dewasa akan menjadi contoh yang baik bagi yang tak lagi paham apa arti merdeka dan
anak-anak shingga tidak baik bila berperilaku tanah air, menghibur seorang ibu yang
anaknya ditembus peluru, bernyanyi bagi
semena-mena dan berbicara apa saja yang tidak
anak-anak yang kehilangan ayahnya,
penting atau menyakiti orang lain. meneplok nyamuk yang begitu banyak di
malam gelap musim hujan, dn seterusnya
3. Masalah diri sendiri dengan orang lain (Triono, 2016: 254).
dan masyarakat
Dalam penggalan cerpen di atas terlihat
Selain masalah pendekatan spiritual adanya masalah yang begitu berat yang dialami
untuk memahamkan pendidikan agama oleh seorang tokoh yang bekerja sebagai
kepada anak, dalam cerita pendek tersebut relawan sekaligus pengamat di daerah konflik.
juga memperlihatkan adannya kesenjangan Konflik yang menunjukkan bahwa manusia
atau masalah pribadi dengan orang lain yang modern saat ini telah mengalami kemiskinan
terkadang sulit diterima atau adanya masalah moral. Masyarakat yang menjadi korban
masyarakt seperti pada kutipan berikut perang yang padahal sudah merdeka, tetapi
Malahan, kau menyinggung-nyinggung jauh dari arti merdeka. Setiap hari hanya
tentang seorang penyair, yang karena
patah hati, lalu memilih jadi relawan di menyaksikan perang yang menumpas darah
daerah konflik. Dia berpindah dari satu dan nyawa. Padahal, manusia saat ini telah
tempat ke tempat yang lain. Di sana, kata
dia, hujan malah berubah jadi peluru. mengenal Tuhan dan agama.
Tajam dan sering kali berdarah. Kelaparan,
4. Manusia Postmodern Tidak Lagi
pengungsi, kemah-kemah penuh penyakit,
mi instan, dan seterusnya (Triono, 2016: Mengindahkan Kedamaian
253 6 254).
Manusia yang diberi banyak kelebihan,
Jika dicerna dengan logika, sulit dimengerti. salah satunya akal, tetapi tidak bisa hidup
Seseorang yang hanya karena mengalami berdampingan dengan damai. Padahal,
konflik batin (persoalan percintaan), harus manusia memiliki agama (mengenal Tuhan).
pergi dan melakukan hal yang tidak biasa Namun, tetap saja terjadi kerusuhan, per-
seperti dalam penggalan cerpen di atas. debatan, pembantaian, dan pembunuhan.
Seseorang itu memilih menjadi relawan. Di sisi Tidak hanya itu, permasalah-permasalahan
lain, daerah konflik tersebut merupakan lain pun telah mengemuka, seperti politik,
wilayah yang tidak aman karena adanya perang sosial, ekonomi, dan HAM.
antarsuku atau bangsa. Terjadi pertumpahan “Aku mengira, seandainya pohon-pohon
darah sehingga masyarakatnya terpaksa beragama, hewan-hewan berideologi, dan
para jin dan tuyul membuat undang-undang,
mengungsi. Hal ini sangat miris. Manusia dan mengendalikan kekuasaan, hukum, dan
modern telah berubah menjadi beringas. juga politik, masihkah kita disebut sebagai
manusia?” (Triono, 2016: 258).
Tidak lagi mengindahkan kedamaian. Suka
berperang seakan-akan nyawa tidak berguna. Penulis bermaksud menyindir manusia
Lebih lanjut dalam cerpen itu terdapat yang beragama, berideologi, mampu menyusun
masalah sosial manusia modern yang lari dari undang-undang, tetapi masih sering terjadi
eksistensinya sebagai manusia berakal seperti ketimpangan. Lantas bagaimana jadinya bila
pada kutipan berikut: hewan, tumbuhan, dan jin melakukan hal

46 Cerpen Agama Apa yang Pantas Bagi Pohon-Pohon? Karya Eko Triono ...
serupa? Penulis merasa khawatir jika manusia yang datang di malam hari dan ingin
memindahkannya ke kamar 6 tentu
selamanya tidak lagi mengindahkan norma- dengan kemiringan yang sama, 30° dari
norma agama dan sosial dalam kehidupan. arah timur. Mereka berusaha bercakap-
cakap seolah tak pernah ada apa-apa; tak
Tentu kehidupan selanjutnya akan kacau.
pernah mengenali satu sama lain, tak
Selain masalah tersebut, disinggung juga per n a h m en yen t uh sa t u sa m a l a i n
(Triono, 2016:254).
masalah perbedaan agama yang dialami oleh
tokoh perempuan yang telah berpisah dengan 5. Permasalahan Percintaan Masyarakat
suaminya akibat perbedaan agama seperti Postmodern Saat ini
dalam kutipan berikut Permasalahan percintaan pun dalam
Dan lampu-lampu lalu lintas memberi tahu masyarakat postmodern menjadi sorotan
lagi, pernikahan kalian memang berbeda
agama. Kemudian berpisah. Zafin dibawa terpenting. Tidak jarang seseorang yang telah
oleh ayahnya (Triono, 2016: 257). bercerai dari pasangannya, kembali menjalin
Dalam kehidupan ini, perbedaan agama hubungan 6 menjadi teman atau kekasih lagi 6
memang masih menjadi masalah serius dalam dengan mantan kekasihnya yang dahulu.
masyarkat, terlebih dalam pernikahan. Ini Hal semacam ini tidak lagi tabu dan banyak
sudah terjadi sejak dahulu sebab bagi penganut dijumpai dalam masyarakat seperti pada
agama yang satu akan merasa tidak adanya kutipan berikut:
kecocokan hidup berdampingan jika menikah Dan kita memang sudah lama tidak
menyenangkan lagi. Cahaya-cahaya
dengan penganut agama lain. Kenyataannya, saling berpapas dan melewati. Jalanan
saat ini, banyak arang yang menikah dengan berlorong. Berlabirin. Kita seperti melaju
dalam pori-pori terumbu karang. Lagu-
berbeda agama baik di Indoneisa, maupun di
l agu l am ba t dia yun kan m embua t
negara barat. Namun, hal seperti ini masih penumpang lain makin lelap. Kita hanya
sangat sedikit dan belum dapat diterima secara mampu menahan tawa, saat lirik dari
Qween seperti sengaja dilemparkan oleh
luas di masyarakat Indonesia sehingga sering kondektur pada kita:”Too much love,
sekali pernikahan dengan dua agama, berakhir will kill you....”Kita pada hari ini telah
menjadi silam, sebenarnya pernah seperti
pada perceraian meskipun saling mencintai.
ini. Bedanya, ketika itu kau bersandar
Masyarakat modern dalam hal menjalin di bahuku dan kadang mengatakan:
Senyummu selalu manis untuk seorang
hubungan tidak memikirkan apa konse-
pemikir yang berlagak serius” (Triono,
kuensinya ketika menikah dengan berbeda 2016: 255).
agama sehingga menjalaninya saja. Bahkan, Penggalan cerpen di atas memperlihatkan
menentang keluarga dan masyarakat di bahwa pernah adanya hubungan cinta antara
sekelilingnya. Pada akhirnya, pernikahan itu tokoh aku dengan seorang perempuan yang
tidak berlangsung lama. Hal ini dapat dilihat telah bercerai. Mereka pernah melakukan
lagi dalam penggalan cerpen berikut hal yang romantis, tetapi telah menjadi masa lalu.
Kemudian, dia bertemu dengan cintanya
Masyarakat postmodern menganggap hal
yang membuat menderita itu, yang telah
memiliki anak dan rajin bercerita tentang semacam itu 6 hubungan dengan kekasih lama
anaknya. Mulai dari ketika dia belajar 6 bukanlah masalah meskipun sebagian ada
memanggil ayahnya dengan cadel, sampai
soal menyebut bulan sebagai matahari yang menjaga citranya.

SATWIKA: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial 47


SIMPULAN dapat mengambil nilai-nilai kehidupan di
Masyarakat modern saat ini telah dalamnya. Dengan kata lain, sebuah karya itu
mengalami perubahan secara signifikan baik juga dapat dijadikan sebagai media kritik
dari segi pola pikir, maupun tingkah laku. alternatif terhadap masyrakat postmodernisme.
Perubahan ini bertentangan dengan hakikatnya Apa yang muncul dalam kehidupan
sebagai manusia modern yang semakin sehari-hari yang dituangkan dalam karya
bergeser dari tatanan norma-norma sehingga sastra, dapat dikaji melalui pendekatan
muncullah teori posmodernisme. Dari postmodernisme. Postmodernisme hadir untuk
postmodernisme inilah bermunculan pula menjawab kegelisahan para pembaca dalam
berbagai kritik terhadap manusia sebagai menghadapi permasalahan pada era modern
subjek kehidupan. Seiring berkembangnya saat ini dan mengkritik fenomena yang
zaman, beragam teori dan aliran sastra pun terjadi di dalam karya sastra yang diangkat
bermunculan untuk membedah karya sastra berdasarkan realita.
berdasarkan teori-teori mutakhir. Karya sastra Ada pun mata pisau untuk membedah
tersebut kemudian dikaitkan berdasarkan teori cerita pendek Agama Apa yang Pantas bagi
yang tepat agar maksud si penulis tersampaikan Pohon-Pohon? Karya Eko Triono adalah
kepada pembaca melalui penafsir. menggunakan pendekatan yang berkaitan
Postmodern adalah sebuah fenomena dengan postmodernisme. Terdapat beberapa
sosial-budaya yang menjadi pola baru dalam hasil terhadap penelitian postmodernisme
pengembangan wacana kemanusiaan di dunia. dalam cerpen tersebut, yakni manusia
Dapat dikatakan pula bahwa posmodernisme postmodern mengesampingkan pemahaman
menghasilkan kritik terhadap suatu karya sastra agama sedini mungkin kepada anak, ketidak-
atau semacam pendobrak hal-hal baru yang siapan manusia postmodern menghadapi
sebelumnya belum diangkat ke permukaan realita, masalah diri sendiri dengan orang lain
berdasarkan hal-hal yang beranjak dari sisi dan masyarakat, manusia postmodern tidak
modern. Dengan demikian, akan terkuak apa lagi mengindahkan kedamaian, dan per-
maksud penulis dalam karyanya setelah masalahan percintaan masyarakat post-
dihubungkan dengan teori, lalu pembaca modern saat ini.

48 Cerpen Agama Apa yang Pantas Bagi Pohon-Pohon? Karya Eko Triono ...
DAFTAR RUJUKAN Sugiharto, Bambang. 1996. Postmodernisme
Bogdan, Roberts C., and Sari Knopp Biklen. Tantangan bagi Filsafat. Yogyakarta:
1995. Qualiatative Research for Kanisius.
Education: An Itroduction to Theories Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
and Methods. Boston: Allyn and Ba- Kuantatif, Kualitatif , dan R&D.
con, Inc. Bandung: Alfabeta.
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Tim Balai Pustaka. 2010. Kamus Besar
Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS. Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Ezmir dan Saifur Rohman. 2016. Teori dan Pustaka.
Pengajaran Sastra. Jakarta: Rajawali Triono, Eko. 2016. Agama Apa yang Pantas
Pers. bagi Pohon-Pohon?. Yogyakarta:
Sehandi, Yohanes. 2014. Mengenal 25 Teori Diva Press.
Sastra. Yogyakarta: Ombak.

SATWIKA: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial 49

Anda mungkin juga menyukai