Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia saat ini sedang bergejolak, khususnya dalam bidang filsafat,


ilmu, seni dan kebudayaan. Manusia merasa tidak puas dan tidak dapat
bertahan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kapitalisme, serta cara berpikir modern. Modernisme dianggap sudah usang
dan harus diganti dengan paradigma baru yaitu postmodernisme.
Postmodernisme adalah suatu pergerakan ide yang menggantikan ide-ide
zaman modern(yang mengutamakan rasio, objektivitas, dan kemajuan).
Postmodern ingin memiliki cita-cita, ingin meningkatkan kondisi ekonomi
dan sosial, kesadaran akan peristiwa sejarah dan perkembangan dalam
bidang penyiaran. Postmodern mengkritik modernisme yang dianggap telah
menyebabkan desentralisasi di bidang ekonomi dan teknologi, apalagi hal
ini ditambah dengan pengaruh globalisasi. Selain itu, postmodern
menganggap media yang ada saat ini hanya berkutat pada masalah yang
sama dan saling meniru satu sama lain.

Perjalanan sejarah umat manusia telah memasuki zaman


Postmodern. Namun demikian nampaknya belum ada kesepakatan tentang
konsep Postmodern tersebut. Dalam studi Postmodernisme mengisyaratkan
adanya dua hal. Pertama, Postmodernisme dipandang sebagai keadaan
sejarah setelah zaman Modern. Dalam pengertian ini era modern telah
dianggap berakhir dan dilanjutkan dengan zaman berikutnya, yaitu
Postmodern. Kedua, Postmodernisme dianggap sebagai gerakan intelektual

1
yang mengkritik dan mendekonstruksi paradigma pemikiran pada zaman
modern.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengertian Post-modernisme dan sejarah munculnya ?

2. Bagaimanakah Karakteristik era Post-modernisme ?

3. Bagamanakah sejarah Post-modernisme dalam Islam ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Post-modernisme

Secara etimologis Postmodernisme terbagi menjadi dua kata, post


dan modern. Kata post, dalam Webster’s Dictionary Library adalah bentuk
prefix, diartikan dengan ‘later or after’. Bila kita menyatukannya menjadi
postmodern maka akan berarti sebagai koreksi terhadap modern itu sendiri
dengan mencoba menjawab pertanyaan pertanyaan yang tidak dapat
terjawab di zaman modern yang muncul karena adanya modernitas itu
sendiri.

Sedangkan secara terminologi, menurut tokoh dari postmodern,


Pauline Rosenau (1992) yanng dikutip dari artikel Haris mendefinisikan
Postmodern secara gamblang dalam istilah yang berlawanan antara lain:
Pertama, postmodernisme merupakan kritik atas masyarakat modern dan
kegagalannya memenuhi janji-janjinya. Juga postmodern cenderung
mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas.Yaitu pada
akumulasi pengalaman peradaban Barat adalah industrialisasi, urbanisasi,
kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan dalam jalur cepat. Namun
mereka meragukan prioritas-prioritas modern seperti karier, jabatan,
tanggung jawab personal, birokrasi, demokrasi liberal, toleransi,
humanisme, egalitarianisme, penelitian objektif, kriteria evaluasi, prosedur
netral, peraturan impersonal dan rasionalitas. Kedua, teoritisi postmodern
cenderung menolak apa yang biasanya dikenal dengan pandangan dunia
(world view), metanarasi, totalitas, dan sebagainya.1

1
http://maktabah-stid.blogspot.com/2009/06/post-modern.html.

3
B. Sejarah Postmodernisme

Postmodernisme berasal dari kata post dan modern. “Post” atau”


pasca” secara literal mengandung arti sesudah, jadi istilah Postmodernisme
berarti era pasca modern berupa gugatan kepada modernisme. Berkaitan
dengan definisi Postmodernisme itu sendiri, belum ada rumusan yang baku
sampai saat ini, karena Postmodernisme sebagai wacana pemikiran masih
terus berkembang sebagai reaksi melawan modernisme yang muncul sejak
akhir abad 19.

Istilah Postmodernisme digunakan dalam berbagai arti, dan tidak


mudah untuk membuat dan merumuskan satu definisi yang dapat mencakup
atau menjangkau semua dimensi arti yang dikandungnya. Istilah
postmodernsme pertama kali muncul sebelum tahun 1926, yakni tahun 1870
an oleh seniman Inggris bernama John Watkins.Ada juga yang menyatakan
bahwa istilah Postmodernisme telah dibuat pada akhir tahun 1940 oleh
sejarawan Inggris, Arnold Toynbee.Akan tetapi istilah tersebut baru
digunakan pada pertengahan 1970 oleh kritikus seni asal Amerika, Charles
Jenck untuk menjelaskan gerakan anti modernism.

Istilah postmodernisme pertama-tama dipakai dalam seni arsitektur.


Diantara ciri utama arsitektur modern adalah gedung-gedung tinggi
menjulang yang sangat teratur tanpa banyak variasi. Dari seni arsitektur,
istilah Postmodernisme dipakai juga untuk bidang teori sastra, teori sosial,
gaya hidup, filsafat, bahkan juga agama.

4
Dalam kajian Postmodernisme mengisyaratkan pada dua hal.
Pertama. Postmodernisme dipandang sebagai keadaan sejarah setelah zaman
modern. Dalam hal ini modernisme dipandang telah mengalami proses akhir
yang akan digantikan dengan zaman berikutnya, yaitu postmodern. Kedua.
Postmodern dianggap sebagai gerakan intelektual (intellectual movmen)
yang mencoba menggugat, bahkan mendekonstruksi pemikiran sebelumnya
yang berkembang dalam bingkai paradigma pemikiran modern dengan pilar
utamanya kekuatan rasionalitas manusia, hal ini ingin digugat karena telah
menjebak manusia kepada absolutisme dan cenderung represif,2 yang
keduanya akan kami bahas dalam bab-bab selanjutnya.

Adapun inti pokok alur pemikiran Postmodernisme adalah


menentang segala hal yang berbau kemutlakan, baku, menolak dan
menghindari suatu sistematika uraian atau pemecahan persoalan yang
sederhana dan skematis, serta memanfaatkan nilai-nilai yang berasal dari
berbagai aneka ragam sumber.

2
Abdullah, Amin, Falsafah Kalam Di Era Postmodernisme,
(Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 96.

5
C. Konsep dan Karakteristik di Era Post–modernisme

Menurut Amin Abdullah, ciri-ciri Post modernisme terbagi ke dalam


dua bentuk. Pertama, Post-modernisme sebagai mode pemikiran dan
Kedua, sebagai periode kesejarahan.

1. Post-modernisme sebagai mode pemikiran

a). Dekonstruktifisme

Era Postmodernisme ingin melihat suatu fenomena social,


fenomena keberagamaan, realitas fisika apa adanya, tanpa harus
terkurung oleh anggapan dasar atau teori baku dan standar yang
diciptakan pada masa modernisme. Maka konstruksi bangunan atau
bangunan keilmuan yang telah dibangun susah payah oleh generasi
modernisme ingin diubah, diperbaiki, dan disempurnakan oleh para
pemikir postmodernis. Dalam istilah Amin Abdullah dikenal dengan
“ deconstructionism” yakni upaya mempertanyakan ulang teori-teori
yang sudah mapan yang telah dibangun oleh pola pikir modernisme,
untuk kemudian dicari dan disusun teori yang lebih relevan dalam
memahami kenyataan masyarakat, realitas keberagamaan, dan
realitas alam yang berkembang saat ini.3

b). Relativisme

Dari sinilah nampak jelas, bahwa para pemikir


Postmodernisme menganggap bahwa segala sesuatu itu sifatnya
relative dan tidak boleh absolut, karna harus mempertimbangkan

Amin Abdullah, Ibid, hal. 99-101.


3

6
situasi dan kondisi yang ada. Namun konsepsi relativisme ini
ditentang oleh Seyyed Hoessein Nasr, seorang pemikir kontempor.
Baginya tidak ada relativisme yang absolut lantaran hal itu akan
menghilangkan normativitas ajaran agama. Tetapi juga tidak ada
pengertian absolut yang benar-benar absolut, selagi nilai-nilai yang
absolute itu dikurung oleh historisitas kemanusiaan itu sendiri.

c). Pluralisme

Akumulasi dari ciri pemikiran Postmodernisme yaitu


pluralisme. Era pluralisme sebenarnya sudah diketahui oleh banyak
bangsa sejak dahulu kala, namun gambaran era pluralisme saat itu
belum dipahami sepeti era sekarang,Hasil teknologi modern dalam
bidang transportasi dan komunikasi menjadikan era pluralisme
budaya dan agama telah semakin dihayati dan dipahami oleh
banyak orang dimanapun mereka berada. Adanya pluralitas budaya,
agama, keluarga, ras, ekonomi, social, suku, pendidikan, ilmu
pengetahuan, militer, bangsa, negara, dan politik merupakan sebuah
realitas.

2. Post-modernisme sebagai periode kesejarahan

Merujuk Akbar S. Ahmed, dalam bukunya Postmodernism


and Islam (1994), terdapat delapan ciri karakter sosiologis
postmodernisme.4

Ahmed, S , Akbar, Postmodernisme Bahaya Dan Harapan Bagi Islam,


4

(Bandung: Mizan 1994), hlm 26-42.

7
Pertama, timbulnya pemberontakan secara kritis terhadap proyek
modernitas, memudarnya kepercayaan pada agama yang bersifat
transenden dan semakin diterimanya pandangan pluralisme-
relativisme kebenaran.

Kedua, meledaknya industri media massa, sehingga ia seolah


merupakan perpanjangan dari system indera, organ dan syaraf
manusia. Kondisi ini pada gilirannya menjadikan dunia dan ruang
realitas kehidupan terasa menyempit. Lebih dari itu, kekuatan media
massa telah menjelma menjadi Agama dan Tuhan baru yang
menentukan kebenaran dan kesalahan perilaku manusia.

Ketiga, munculnya radikalisme etnis dan keagamaan. Fenomena ini


muncul sebagai reaksi manakala orang semakin meragukan
kebenaran ilmu, teknologi dan filsafat modern yang dinilai gagal
memenuhi janji emansipatoris untuk membebaskan manusia dan
menciptakan kehidupan yang lebih baik.

Keempat, munculnya kecenderungan baru untuk menemukan


identitas dan apresiasi serta keterikatan romantisme dengan masa
lampau.

Kelima, semakin menguatnya wilayah perkotaan (urban area)


sebagai pusat kebudayaan dan sebaliknya, wilayah pedesaan (rural
area) sebagai daerah pinggiran. Pola ini juga berlaku bagi
menguatnya dominasi negara maju (Negara Dunia Pertama) atas
negara berkembang (Negara Dunia Ketiga).

Keenam, semakin terbukanya peluang bagi berbagai kelas sosial atau


kelompok minoritas untuk mengemukakan pendapat secara lebih
bebas dan terbuka. Dengan kata lain, era postmodernisme telah turut
mendorong proses demokratisasi.

8
Ketujuh, munculnya kecenderungan bagi tumbuhnya ekletisisme dan
pencampur adukan berbagai diskursus, nilai, keyakinan dan potret
serpihan realitas, sehingga sekarang sulit untuk menempatkan suatu
objek budaya secara ketat pada kelompok budaya tertentu secara
eksklusif.

Kedelapan, bahasa yang digunakan dalam diskursus


postmodernisme seringkali mengesankan tidak lagi memiliki
kejelasan makna dan konsistensi, sehingga bersifat paradoks
(Ahmed, 1992:143-4).

D. Sejarah Post-modernisme Dalam Islam

Bagi umat Islam, modernisme adalah salah satu fase sejarah yang
ditandai dengan maraknya aktivitas mulai dari maraknya pemikiran Islam
hingga tindakan politik, dari arsitektur hingga mode berpakaian. Fase
modernis Muslim pada dasarnya banyak dipengaruhi oleh kolonialisme
Eropa, sehingga dalam beberapa hal umat Islam banyak unsure
kesamaannya dengan Negara Eropa. Oleh Karena itu jika fase modern
berarti mengejar pendidikan Barat, tekhnologi dan industrialisai pada fase
pertama periode pasca colonial, maka postmodern biasa diartikan sebagai
upaya kembali kepada nilai-nilai tradisional Muslim dan menolak
modernisme yang nantinya akan mebangkitkan respon kaum muslim dalam
segala bidang, termasuk politik, arsitektur, serta mode pakaian.5 Oleh karena
itu Postmodernisme dalam dunia islam mempunyai arti peralihan menuju
identitas Islam yang sejati yang bertentangan dengan identitas Barat.6

Akbar S. Ahmed, Postmodernisme…, hlm. 46.


5

Ibid., hlm. 47
6

9
Berbagai respon diberikan masyarakat muslim terhadap
postmodernisme ini. Jika Postmodernisme dipandang semata-mata sebagai
bentuk respon dan jawaban terhadap kekurangan-kekurangan dan
kelemahan modernisme, maka kita dapat melihat kembali bentuk-bentuk
respon masyarakat muslim terhadap modernisme. Karena baik disadari atau
tidak, respon masyarakat terhadap modernisme sebenarnya merupakan
refleksi, apresiasi dan respon masyarakat muslim terhadap munculnya
postmodernisme. Di antara respon masyarakat muslim tersebut adalah:

1. Ada yang mengingkari seluruh nilai-nilai modernitas dan


melihatnya sebagai akar penyebab munculnya problem modern

2. Ada yang melihatnya sebagai sebuah berkah

3. Ada yang melakukan kritik dan memodifikasi modernism

kendatipun kadang-kadang tanpa disadari pola pemikiran maupun


tindakan mereka mengarah pada pola post-modernisme.7

Sihabuddin, “Postmodernisme dalam Islam dan Respon Masyarakat


7

Muslim”, AKADEMIKA, Vol. 10. No.2. Maret 2002., hlm. 50-51

10
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Post-modernisme merupakan antitesa dari era modernisme yang


mendekonstruksi pemikiran sebelumnya yang berkembang dalam bingkai
paradigma pemikiran modern dengan pilar utamanya kekuatan rasionalitas
manusia.

2. Menurut Amin Abdullah, ciri-ciri Postmodernisme terbagi pada dua


hal, Postmodernisme sebagai mode pemikiran dan periode kesejarahan.

3. Menurut Akbar.S.Ahmed, Postmodernisme dalam dunia islam


mempunyai arti peralihan menuju identitas Islam yang sejati yang
bertentangan dengan identitas Barat.

4. Postmodernisme telah memasuki aspek-aspek peradaban dalam


Islam, di antarnya dalam bidang pendidikan, tekhnologi dan informasi,
arsitektur dan seni Islam.

B. Saran

Dalam makalah ini, kami menyadari masih terdapat kelemahan-


kelemahan. Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran dan masukan dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari. Atas saran
dan masukannya, kami selaku penyusun makalah mengucapkan terima
kasih.

11
Daftar Rujukan

Abdullah, Amin, Falsafah Kalam di Era Postmodernisme, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2004.

Ahmed, Akbar S., Postmodernisme: Bahaya dan Harapan bagi Islam terj.
M. Sirozi, Bandung: Mizan, 1993.

http://maktabah-stid.blogspot.com/2009/06/post-modern.html

12

Anda mungkin juga menyukai