Anda di halaman 1dari 26

CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958

E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

MANAJEMEN KONFLIK PENYELESAIAN KASUS


REKLAMASI
PULAU G PANTAI UTARA JAKARTA
Antik Bintari, S.IP., MT1
Talolo Muara, S.IP2
1
Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran
2
Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran

Email: antikisw@gmail.com

ABSTRAK
Kebijakan merupakan suatu keputusan yang diambil oleh pemerintah dari berbagai
alternatif yang ada. Salah satu kebijakan pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta adalah pengembangan ke arah utara dengan melakukan reklamasi Pantai Utara
Jakarta. Namun dalam pelaksanaannya, kebijakan tersebut ditentang oleh masyarakat
Muara Angke dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Dengan adanya pertentangan tersebut
diperlukan pengelolaan konflik. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis konflik
melalui apa yang dikenal dengan manajemen konflik beserta fase-fase konflik reklamasi
Pulau G Pantai Utara Jakarta. Fase-fase konflik meliputi fase potensi konflik, fase
pertumbuhan konflik, fase pemicu dan ekskalasi, dan fase pasca konflik. Temuan-temuan
empiris memperlihatkan bahwa, fase potensi konflik reklamasi Pulau G ini dimulai oleh
dampak yang dirasakan masyarakat terutama nelayan tradisional dan tidak adanya
sosialisasi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Kemudian, pada fase pertumbuhan
konflik, masyarakat mengetahui apa itu reklamasi dan dampak reklamasi melalui
sosialisasi yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat. Pada fase pemicu dan
ekskalasi, masalah tersebut disuarakan oleh masyarakat kepada Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta dengan bantuan lembaga swadaya masyarakat. Kemudian, fase pasca konflik
diawali dengan dikeluarkannya sanksi administrasi penghentian sementara reklamasi
Pulau G oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Kata Kunci: Konflik, Manajemen Konflik, Reklamasi

ABSTRACT
Policy is about decision taken by government of various the alternatives. One of policy of
Provincian Government Special Capital Region of Jakarta (Provincial Government DKI
Jakarta) is development toward the north by doing reclamation North Shore Jakarta.
However in implementation, the policy are opposite by Muara Angke society and Civil
Society. With the opposition, conflict management are necesarry. This paper aims to
analyze the conflict through what is known as conflict management and the phases of the
conflict of reclamation of Pulau G Pantai Utara Jakarta. Conflict phase includes
potential potential conflict phase, gestation phase, trigger and escalation phase, and
post-conflict phase. The empirical findings show that, potential conflict phase
reclamation of Island G was started by perceived impact of society especially traditional
fisherman and absence of socialization and transparency from Provincial Government of
DKI Jakarta. Next, in gestation phase, society know what it is reclamation and impact of
reclamation through socialization by civil society. Then, in trigger and escalation phase,
the problem is submitted by society to Provincial Govenment of DKI Jakarta with aid

119
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

from civil society. Finnaly, in post-conflict phase, initiated with released of


administrative sanction temporary cessation reclamation of Island G by Ministry of
Environment and Forestry.

Keywords: Conflict, Conflict management, Reclamation

PENDAHULUAN Soeharto dengan menerbitkan Surat


Desakan akan besarnya Keputusan Nomor 52 Tahun 1995
kebutuhan lahan untuk kegiatan Tentang Reklamasi Pantai Utara
pembangunan terutama di Jakarta. Berdasarkan Keputusan
kawasankawasan yang akan berubah Presiden tersebut, reklamasi Pantai
menuju kawasan perkotaan pada saat Utara Jakarta merupakan wewenang
sekarang ini mengalami peningkatan Gubernur Provinsi DKI Jakarta.
sangat pesat. Salah satunya Kebijakan reklamasi diikuti dengan
dilakukan melalui kebijakan yang pembentukan Komisi Penilai
dikenal dengan istilah reklamasi. Analisis Mengenai Dampak
Reklamasi adalah suatu Lingkungan (Komisi Penilai
pekerjaan/usaha memanfaatkan AMDAL) yang dibentuk oleh
kawasan atau lahan yang relatif tidak Kementerian Lingkungan Hidup
berguna atau masih kosong dan pada tahun 1996. Pada tahun 1999,
berair menjadi lahan berguna dengan ketika AMDAL dikeluarkan oleh
cara dikeringkan. Pada dasaranya Presiden, Kementerian Lingkungan
reklamasi merupakan kegiatan Hidup mengatakan bahwa reklamasi
merubah wilayah perairan pantai Pantai Utara Jakarta berbahaya bagi
menjadidaratan.Di Indonesia, kelangsungan ekosistem sekitar dan
reklamasi akan dilaksanakan berdampak bagi masyarakat terutama
diberbagai lokasi salah satunya di nelayan. Oleh karena itu, pada tahun
Provinsi Daerah Khusus Ibukota 2003, Menteri Lingkungan Hidup
Jakarta (Provinsi DKI Jakarta) mengeluarkan Surat Keputusan
tepatnya di Pantai Utara Jakarta. Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Provinsi DKI Jakarta merupakan 14 Tahun 2003 Tentang
ibukota negara Indonesia dan Ketidaklayakan Rencana Kegiatan
sekaligus merupakan pusat dan Revitalisasi Pantai Utara.
pemerintahan, bisnis, dan keuangan Surat Keputusan Menteri
dan jasa di Indonesia. Lingkungan Hidup tersebut
Rencana dilakukannya kemudian digugat oleh enam
reklamasi sudah ada sejak Provinsi pengembang ke Pengadilan Tata
DKI Jakarta dipimpin oleh Gubernur Usaha Negara (PTUN) dan
Wiyogo Atmodarminto. Rencana dimenangkan oleh pengembang.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Kemudian, Kementerian Lingkungan
tersebut direspon oleh Presiden Hidup mengajukan banding atas

120
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

keputusan PTUN tetapi masih memberikan pemahaman kepada


dimenangkan oleh pengembang. masyarakat Muara Angke terkait
Tidak berhenti disitu, pada tahun reklamasi. Lembaga Swadaya
2009, Kementerian Lingkungan Masyarakat ini membentuk sebuah
Hidup mengajukan kasasi ke koalisi untuk menyatukan fokus dan
Mahkamah Agung berkaitan dengan gerakan yaitu Koalisi Selamatkan
Reklamasi menyalahi AMDAL dan Teluk Jakarta. Sebelum kedatangan
diterima oleh Mahkamah Agung. LSM, masyarakat Muara Angke
Kemudian, pada tahun 2011, sudah merasakan dampak reklamasi
pengembang pulau reklamasi Pantai bagi mata pencahariannya. Mereka
Utara Jakarta mengajukan penijauan merasakan hasil tangkapan
kembali terhadap kasasi Kementerian berkurang, membutuhkan biaya yang
Lingkungan Hidup. Peninjauan lebih besar karena rute perjalanan
kasasi oleh pengembang diterima yang lebih jauh karena harus
oleh Mahkamah Agung. Dalam mengelilingi pulau reklamasi, adanya
putusannya dikatakan bahwa isu pemindahan nelayan ke
Kementerian Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu, dan hilangnya
merupakan tim pengarah Gubernur lokasi budidaya ikan dan kerang
Provinsi DKI Jakarta sebagai Badan hijau. Dengan kemunculan LSM
Pengendali Reklamasi Pantai Utara memberikan kesadaran dan bantuan
Jakarta. Selain itu, putusan tersebut bagi masyarakat Muara Angke untuk
dikatakan bahwa Presiden Republik bergerak mengajukan gugatan ke
Indonesia adalah pihak yang dapat PTUN.
memberhentikan reklamasi karena Menanggapi permasalahan
adanya kelemahan AMDAL. tersebut, pada tahun 2016,
Sampai saat ini, sudah terdapat 4 Pemerintah Pusat memerintahkan
pulau hasil reklamasi dari rencana Menteri Koordinator Kemaritiman
pembuatan 17 pulau yaitu Pulau C, Republik Indonesia untuk
D, G, dan N. Reklamasi Pulau C dan menyelesaikan konflik tersebut.
D dimulai tahun 2012, Pulau N pada Menteri Koordinator Kemaritiman
tahun 2013, dan Pulau G pada tahun kemudian membentuk Komite
2015. Konflik Reklamasi Pantai Bersama Pantai Utara Jakarta yang
Utara Jakarta yang menjadi perhatian terdiri dari Kementerian Koordinator
peneliti adalah Reklamasi Pulau G Kemaritiman, Kementerian
karena kemunculan lembaga Lingkugan Hidup dan Kehutanan,
swadaya masyarakat dan pihak yang Kementerian Kelautan dan
berkepentingan pada tahun 2015 Perikanan, Kementerian
setelah izin pelaksanaan diterbitkan Perhubungan, dan Pemerintah
pada 23 Desember 2014. Munculnya Provinsi DKI Jakarta. Dalam putusan
lembaga swadaya masyarakat Komite tersebut, berdasarkan

121
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

berbagai pertimbangan, reklamasi ekonomi dan sosial reklamasi Pantai


Pulau G Pantai Utara Jakarta Utara Jakarta sebesar 661,31 Triliun
tergolong dalam pelanggaran berat diakibatkan oleh kerusakan sumber
sehingga diberhentikan secara daya alam dan semakin meluasnya
permanen. Pada saat itu, Menteri kemiskinan.
Koordinator Kemaritiman adalah Akan tetapi, setelah kajian
Rizal Ramli. Pertama, aspek hukum dihasilkan, Menteri Koordinator
karena bertentangan dengan Pasal 11 Kemaritiman Rizal Ramli diganti
Keputusan Presiden Nomor 52 oleh Luhut Binsar Panjaitan. Berbeda
Tahun 1995 yaitu membahayakan dengan Menteri Koordinator
lingkungan, membahayakan lalu Kemaritiman sebelumnya, Luhut
lintas laut, berada dekat dengan ingin reklamasi Pulau G tetap
istalasi listrik Muara Karang. Selain dilanjutkan. Alasan dilanjutkannya
itu, bertentangan dengan Peraturan reklamasi menurutnya adalah
Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 mempertahankan reputasi Indonesia
tentang Kenavigasian karena dalam di mata investor karena rencana
peraturan tersebut dikatakan bahwa sudah ada sejak zaman Pemerintahan
bila ada pipa gas di bawah laut harus Soeharto, sudah menemukan solusi
bebas 500 meter di kiri dan kanan dalam
sedangkan pipa gas jaraknya 25-40 menanggapi dampak reklamasi Pulau
meter dari Pulau G. Keadaan ini G, telah melakukan sosialisasi
dapat meningkatkan suhu bawah laut dengan PLN, Pertamina,
20 dan menurunkan kapasitas mesin Kementerian, dan Lembaga
dan berdampak pada listrik yang Pemerintahan dan sudah diputuskan
dihasilkan turun. Kedua, aspek untuk mencabut moratorium.
ekonomi karena nelayan harus Menanggapi kebijakan dari Menteri
melaut lebih jauh dan berdampak Koordinator Kemaritiman yang baru,
pada bahan bakar yang dibutuhkan. Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta
Selain itu, kenaikan biaya bahan membuat somasi sebagai peringatan
bakar tidak diimbangi oleh kenaikan kepada pemerintah untuk
harga ikan hasil tangkapan sehingga menjalankan putusan PTUN Nomor
nelayan merugi. Ketiga, aspek sosial 193/G/LH/2015/PTUN-JKT yang
karena bau tidak sedap yang diterbitkan 10 mei
1
dihasilkan dari kontaminasi bahan 2016. Permasalahan yang
kimia, air asin, dan sinar matahari
sehingga masyarakat menjadi kurang
nyaman. Keempat, aspek politik 1
Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta. 2016.
karena berdasarkan kajian Somasi Terbuka Menolak
Dilanjutkannya Reklamasi Teluk
Pembangunan Kelautan dan Jakarta. Tersedia di
Peradaban Maritim, potensi kerugian http://www.bantuanhukum.or.id/web/so
masi-terbuka-menolak-dilanjutkannya-

122
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

dikemukakan dalam makalah ini dalam menghadapi konflik,


adalah bagaimana fase-fase konflik terciptanya solusi terbaik agar
Reklamasi Pulau G Pantai Utara tercipta interaksi sosial yang
Jakarta pada tahun 2015-2016. harmonis, dan menciptakan
revitalisasi norma. Sedangkan
KERANGKA TEORI dampak negatif konflik adalah
1. Manajemen Konflik memerlukan biaya dan energi berupa
Dalam fenomena interaksi fisik, psikologi, uang, waktu, dan
dan interelasi sosial antar individu peralatan, menurunkan hubungan dan
maupun komunikasi antar pihak yang terlibat,
antar kelompok, terjadinya konflik merusak organisasi, menurunkan
sebenarnya merupakan hal yang mutu pengambilan keputusan,
wajar. menurunkan produktivitas pekerjaan,
Pada awalnya konflik dianggap dan mengganggu kesehatan pihak
sebagai gejala atau fenomena yang yang berkonflik.
tidak wajar Perilaku pihak yang berkonflik
dan berakibat negatif, tetapi sekarang adalah tindakan koersif dan tindakan
konflik dianggap sebagai gejala nonkoersif. Tindakan koersif adalah
alamiah yang dapat berakibat negatif tindakan sosial yang memaksa pihak
maupun positif tergantung lawan untuk melakukan sesuatu yang
bagaimana cara mengelolanya. Joel pihak lawan tidak ingin
D. DiGirolamo (Wirawan, 2013) melakukannya. Sedangkan tindakan
mendefinisikan bahwa konflik adalah nonkoersif adalah mencari jalan
sebuah proses yang diawali ketika keluar dalam hubungan konflik.
individu atau kelompok merasakan Tindakan ini didasari oleh kesadaran
adanya perbedaan dan pertentangan pentingnya pemecahan masalah dan
antara individu sendiri dan individu biasanya dilakukan dengan
yang lain atau kelompok melakukan negoisasi. Tindakan
kepentingan, sumber daya, nonkoersif ini dapat digunakan
keyakinan, nilai, atau kenyataan yang sebagai strategi konflik sebelum
terjadi kepada mereka. Konflik dapat tindakan koersif. Terdapat beberapa
memberikan dampak positif dan tipe konflik. Pertama, tanpa konflik
negatif bagi pihak yang berkonflik. yaitu situasi yang relatif stabil
Dampak positifnya adalah dimana antar kelompok saling
menciptakan perubahan dan mememuhi dan damai. Kedua,
mengembangkan kehidupan konflik laten yaitu situasi dimana
manusia, mendorong kreativitas suatu konflik yang tersembunyi dan
diperlukan upaya untuk mengangkat
reklamasi-teluk-jakarta/ (diakses 29 masalah tersebut agar dapat
September 2016) ditangani. Ketiga, konflik terbuka

123
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

yaitu situasi dimana konflik sudah hubungan damai dan saluran


naik ke permukaan, berakar, nyata, komunikasi diantara kelompok yang
dan memerlukan tindakan untuk terlibat konflik untuk menghindari
mengatasi akar penyebab dan terjadinya kekerasan. Dalam
berbagai efeknya. Keempat, konflik penelitian ini juga, diperlukan
dipermukaan adalah situasi dimana pemetaan konflik untuk menganalisis
konflik terjadi karena konflik yang terjadi. Teknik
kesalahpahaman mengenai sasaran. pemetaan konflik menurut Wehr dan
Donald Rotchild dan Chandra Bartos adalah menelusuri sejarah
Lekra Sriram (Wirawan, 2013) konflik, dan bentuk asli dan tata
membagi konflik menjadi empat organisasi yang berkonflik;
fase. Pertama, fase potensi konflik menemukan siapakah pihak yang
yaitu konflik terjadi dalam intensitas berkonflik; memisahkan apa yang
rendah dan belum terdapat menjadi sebab, akar, dan akibat
kelompok-kelompok dalam sampingan dari konflik; sasaran
masyarakat. Pada fase ini, tindakan selama proses konflik secara
preventif memiliki potensi untuk spesifik; perkembangan situasi yang
berhasil. Kedua, fase pertumbuhan dibentuk oleh berbagai model
konflik yaitu isu yang tindakan para pihak yang berkonflik;
dipertentangkan sudah didefinisikan menemukan bentuk perilaku yang
dan terdapat kelompok yang memungkinkan konflik mengarah
terorganisasi. Pada fase ini, pada penyelesaian; dan bagaimana
kekerasan mungkin terjadi tetapi isu aturan legal dapat campur tangan
yang dipertentangkan masih dapat atau menggawangi proses konflik.
didiskusikan. Biaya tindakan Menurut Wirawan manajemen
preventif meningkat tetapi masih konflik adalah proses pihak yang
memiliki potensi untuk berhasil. terlibat konflik atau pihak ketiga
Ketiga, fase pemicu dan ekskalasi menyusun strategi konflik dan
yaitu konflik yang diakibatkan menerapkannya untuk
perubahan nyata dalam kelompok mengendalikan konflik agar
berupa kondisi ekonomi, sosial, atau menghasilkan resolusi yang
politik. Pada fase ini, kekerasan diinginkan. Dalam upaya
meningkat dan kelompok yang penyelesaian konflik (Forum
bertikai kehilangan kepercayaan satu Akademisi Papua Damai, 6), terdapat
sama lain. Pada fase ini, tindakan beberapa tindakan yang dapat
untuk mecegah kekerasan agar tidak dilakukan oleh pihak yang
berekskalasi ke kelompok lain masih berkonflik. Pertama, kemauan
mungkin dilakukan. Keempat, fase pemerintah untuk menyelesaikan
pasca konflik adalah pihak yang konflik dengan melakukan dialog,
berkonflik membangun kembali negosiasi, dan hasil yang dicapai

124
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

terhadap pihak yang berkonflik. 95.181 garis pantai. Keadaan


Kedua, terpenuhinya dialog terbuka, geografis tersebut memberikan
tanpa syarat, dan tanpa pemenuhan keuntungan bagi Indonesia yaitu
komitmen tertentu. Ketiga, kekayaan laut yang besar meliputi
mengidentifikasi aktor kunci dan sumber daya terbarukan dan sumber
kemungkinan mitra yang berperan daya tidak terbarukan.3 Dalam satu
dalam penyelesaian konflik berupa dekade terakhir, Pemerintah Daerah
pembuatan keputusan di dalam cenderung memperluas wilayahnya
organisasi masing-masing. Keempat, ke arah laut pesisir dengan cara
terbuka terhadap pihak ketiga di menimbun, mereklamasi, dan
dalam memfasilitasi kelancaran menebang habis hutan mangrove.
dialog dalam penyelesaian konflik. Dampak negatifnya adalah
Kelima, komitmen bersama untuk menghilangkan habitat organisme
fokus dan disiplin terhadap laut di padang lamun, burung-burung
keseluruhan dialog dan negosiasi yang mencari makan di laut, abrasi,
penyelesaian konflik. Bentuk dan serangan nyamuk di pemukiman
proses penyelesaian konflik dapat masyarakat, dan hilangnya fungsi
dilakukan dengan membiarkan alamiah mangrove. Paradigma
dengan mengharapkan konflik pembangunan wilayah pesisir yang
selesai dengan sendirinya, setuju bersifat sektoral menimbulkan
menyelesaikan masalah secara berbagai permasalahan dan konflik
informal dan formal, munculnya sosial. Permasalahan muncul karena
pihak ketiga, dan lembaga peradilan sumberdaya yang menopang
yang netral untuk menyelesaikan kehidupan sosial ekonomi banyak
konflik. orang dan jangka panjang bisa
dikendalikan oleh kegiatan
2. Reklamasi pembangunan yang dinikmati secara
Indonesia sebagai negara ekonomi oleh sedikit orang dalam
kepulauan dan negara maritim yang
mempunyai garis pantai terpanjang
permukaan dan dalam, dan dasar laut,
kedua di dunia setelah Canada dan serta mengadakan penelitan sumber daya
keanekaragaman hayati pesisir dan hayati dan sumber daya laut lainya. (Ilmu
laut terbesar di dunia. Indonesia Geografi[dot]com. Zona Ekonomi
Eksklusif : Pengertian, Sejarah, Batas,
memiliki 13.466 pulau dan luas Fungsi dan Kegiatan. Tersedia di
daratan 5,8 juta km2 termasuk Zona https://ilmugeografi.com/ilmu-
bumi/laut/zona-ekonomi-eksklusif
Ekonomi Eksklusif2 dan dikelilingi (diakses 30 Oktober 2017))
3
Sumber daya terbarukan meliputi
2
Zona ekonomi eksklusif adalah zona 200 mangrove, terumbu karang, rumput laut,
mil laut dari garis pantai. Pada zona ini, dan padang lamun. Sumber daya tidak
pemerintah Indonesia memiliki hak terbarukan meliputi minyak dan gas
mengatur segala kegiatan eksplorasi dan bumi, timah, biji besi, bauksit, dan
eksploitasi sumberdaya alam di mineral lainnya.

125
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

jangka waktu yang pendek. Keadaan berdasarkan pertimbangan aspek


ini terjadi ketika pemerintah teknis, lingkungan hidup, sosial dan
menyadari pentingnya sumber daya ekonomi.4 Sedangkan permohonan
wilayah pesisir dengan izin pelaksanaan dilengkapi dengan
memanfaatkan ketidakberdayaan izin lokasi, rencana induk reklamasi,
masyarakat pesisir tanpa upaya izin lingkungan, dokumen studi
menghindari persoalan ekonomi kelayakan teknis dan ekonomi
sosial masyarakat. finansial, dokumen rancangan detail
Reklamasi merupakan kegiatan reklamasi, dan bukti kepemilikan
yang dilakuksn oleh orang dalam dan/atau penguasaan lahan. Izin
rangka meningkatkan manfaat pelaksanaan reklamasi diberikan
sumber daya lahan ditinjau dari sudut selama lima tahun dan dapat
lingkungan dan sosial ekonomi diperpanjang maksimal lima tahun.
dengan cara pengurugan, Izin pelaksanaan reklamasi dapat
pengeringan lahan, atau drainase. dicabut bila tidak sesuai dengan
Sebelum pelaksanaan reklamasi, perencanaan reklamasi dan
diperlukan AMDAL sebagai alat dicabutnya izin lingkungan.
merencanakan tindakan preventif Pelaksanaan reklamasi harus
terhadap kerusakan lingkungan yang memperhatikan keberlanjutan
mungkin akan ditimbulkan oleh kehidupan dan penghidupan
aktivitas pembangunan yang sedang masyarakat, keseimbangan antara
direncanakan. Tujuan dasar kajian pemanfaatan dan kepentingan
AMDAL adalah pertimbangan pelestarian fungsi lingkungan pesisir
lingkungan dalam proses
4
perencanaan pembuatan program dan Aspek teknis meliputi hidrooceanografi
(pasang surut, gelombang, dan sedimen
pengambilan keputusan. Selain itu, dasar laut), hidrologi (curah hujan, air
melindungi lingkungan dari tanah, debit air sungai/saluran, dan air
limpasan), batimetri (kontur kedalaman
pembangunan yang tidak bijaksana
dasar perairan), topografi (kontur
dan dampak aktivitas lingkungan. permukaan daratan), geomorfologi
Reklamasi dapat dilaksanakan (bentuk dan tipologi pantai), dan
geoteknik (sifat-sifat fisis dan
setelah mendapat perizinan meliputi mekanisme lapisan tanah).
izin lokasi dan izin pelaksanaan Aspek lingkungan hidup berkaitan
reklamasi. Penentuan lokasi dengan kualitas air laut,air tanah, udara,
kondisi ekosistem pesisir (mangrove,
dilakukan berdasarkan Rencana lamun, terumbu karang), flora dan fauna
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau- darat, dan biota perairan.
Aspek sosial ekonomi berkaitan dengan
Pulau Kecil (RZWP3K) Provinsi, demografi (jumlah penduduk,
Kabupaten/Kota dan /atau Rencana pendapatan, mata pencaharian,
Tata Ruang Wilayah (RTRW) pendidikan, kesehatan, keagamaan),
akses publik (jalan dan jalur transportasi,
Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota. informasi, dan pembangunan reklamasi),
Pentuan lokasi dilakukan dan potensi relokasi (lahan relokasi,
fasilitas sarana dan prasarana).

126
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

dan pulau-pulau kecil, serta dijadikan pedoman di masa


persyaratan teknis pengambilan, mendatang.
pengurugan, dan penimbunan Menurut Whitney, metode
material. deskriptif adalah pencarian fakta
dengan interpretasi yang tepat
METODOLOGI (Whitney dalam Nazir, 2003: 54).
Penelitian yang di lakukan ini Penelitian deskriptif mempelajari
menggunakan metode penelitian masalah-masalah dalam masyarakat,
dengan metode kualitatif. Pendekatan serta tata cara yang berlaku dalam
kualitatif berguna untuk masyarakat serta situasi-situasi
menghasilkan uraian yang mendalam tertentu, termasuk hubungan,
tentang ucapan, tulisan, dan perilaku kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
yang dapat diamati dari suatu pandangan-pandangan, serta proses-
individu kelompok masyarakat, dan proses yang sedang berlangsung dan
organisasi dalam suatu konteks pengaruh-pengaruh dari suatu
tententu yang dikaji dari sudut fenomena. Dalam penelitian
pandang yang utuh, komprehensif, kuantitatif, peneliti akan
dan holistik. Penelitian kualitatif menggunakan instrumen untuk
merupakan metode pengumpulan dan mengumpulkan data, sehingga dalam
analisa datanya bersifat non penelitian kualitatif peneliti akan
kuantitatif dengan tujuan untuk lebih banyak menjadi instrument.
mengeksplorasi hubungan sosial dan Sebab, dalam penelitian kualitatif,
deskripsi realitas yang dialami peneliti merupakan key instruments.
respon (Saraclaers, 1993:6). Untuk Instrumen penelitian digunakan
keperluan penelitian ini, peneliti untuk mengukur nilai variabel yang
memilih menggunakan tipe diteliti. Dengan demikian jumlah
penelitian deskriptif analitik agar instrumen yang akan digunakan
langkah pokok sebuah sebuah untuk penelitian akan tergantung
penelitian yaitu deskripsi objek pada jumlah variabel yang diteliti.
penelitian dapat dirumuskan Pengumpulan data adalah
sehingga mempermudah fase suatu langkah pokok dalam suatu
selanjutnya yaitu melakukan analisa penelitian karena sangat menentukan
mendalam dan komprehensif tentang variabel yang diperlukan dalam
objek yang didalamnya tidak pengukuran. Untuk itu, penyusunan
dimaksudkan untuk menguji instrumen pengumpulan data harus
hipotesis, akan tetapi hanya ditangani secara serius dan
menggambarkan apa danya tentang sistematik. Dalam penelitian ini,
variabel, gejala atau keadaan dan pengumpulan data yang digunakan
melakukan analisis atas fakta untuk antara lain observasi, indepth
interview, dan studi pustaka

127
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

Pembangunan Kawasan
HASIL PENELITIAN Strategis Pantai Utara Jakarta
Manajemen konflik adalah bertujuan sebagai pusat
proses pihak yang terlibat konflik perekonomian baru yang berbasis
dan pihak ketiga menyusun strategi kegiatan sektor jasa dan ekonomi
konflik dan menerapkannya untuk kreatif berkelas dunia untuk
mengendalikan konflik agar mendorong pertumbuhan ekonomi
menghasilkan resolusi konflik yang sekaligus menjaga keseimbangan
diinginkan. Reklamasi Pantai Utara ekologis, pengembangan berorientasi
Jakarta merupakan urusan pada konsep waterfront city dengan
pemerintahan konkruen dimana berfokus pada penyediaan fasilitas
terjadi pelimpahan kekuasaan dari ruang publik berkualitas prima,
Pemerintah Pusat kepada Gubernur pembangunan yang mandiri,
dengan asas dekonsentrasi. Periode penataan kembali daratan Pantai
yang diteliti oleh peneliti dimulai Utara Jakarta yang memperhatikan
pada tahun 2015 sampai dengan kualitas lingkungan, dan terciptanya
tahun 2016 karena konflik reklamasi pengelolaan kawasan yang
Pulau G muncul ketika terintegrasi dan berkelanjutan.
dikeluarkannya surat izin Reklamasi Pantai Utara Jakarta
pelaksanaan reklamasi Pulau G dilakukan karena penurunan kualitas
Pantai Utara yaitu SK Gubernur lingkungan di Pantai Utara Jakarta,
Provinsi DKI Jakarta Nomor 2238 keterbatasan lahan di Jakarta,
Tahun 2014 pada 23 Desember 2014. pengendalian pengembangan ke arah
Pada saat itu, muncul berbagai selatan yang berfungsi sebagai
lembaga swadaya masyarakat yang daerah resapan air, dan orientasi
terorganisir dan membentuk Koalisi pembangunan yang menuju
Selamatkan Teluk Jakarta. Koalisi waterfront development
tersebut menyuarakan aspirasi (pembangunan tepi laut). Gagasan
masyarakat dan bersama masyarakat untuk mewujudkan waterfront
Muara Angke mengajukan gugatan development dilakukan melalui
melalui Pengadilan Tata Usaha reklamasi dan revitalisasi Pantai
Negara. Hal tersebut mendorong Utara Jakarta dan meningkatkan
pemerintah pusat untuk melakukan kualitas lingkungan daratan (pantai
tindakan dengan membentuk Komite lama) dengan mekanisme subsidi
Bersama Reklamasi Pantai Utara silang.
Jakarta. Subsidi silang terdiri dari
kewajiban, kontribusi lahan, dan
1. Reklamasi Pantai Utara penambahan kontribusi dari
Jakarta pengembang Pulau Reklamasi.
Kewajibannya adalah menyediakan

128
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

prasarana, sarana, dan utilitas dasar dan kegiatan yang boleh dan tidak
yang dibutuhkan oleh setiap pulau, boleh dilakukan dalam setiap zona.
menyediakan infrastruktur Kawasan Pantai Utara Jakarta
penghubung antar pulau, dan akan direklamasi seluas 5.218
melakukan pengerukan sedimentasi hektare yang terdiri dari 17 pulau.
kanal lateral dan vertikal secara Secara keseluruhan, perairan tersebut
berkala. Kontribusi lahan untuk berbatasan dengan garis Pantai Utara
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Jakarta ±32 kilo meter. Secara
sebesar 5% dari lahan masing- geografis, Pantai Utara Jakarta
masing pulau reklamasi. Kemudian, berbatasan dengan: bagian barat
tambahan kontribusi pengembang dengan Pantai Utara Kabupaten
berupa penataan kembali kawasan Tanggerang, bagian timur
utara Jakarta secara umum.
Terdapat beberapa dokumen 2. Fase Potensi Konflik
perencanaan ruang untuk kawasan Fase yang pertama adalah fase
pesisir Jakarta. Pertama, Rencana potensi konflik. Fase ini terdiri dari
Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2030 sumber-sumber konflik, asal-usul
yang mengatur seluruh wilayah terjadinya konflik, dan belum
Jakarta termasuk struktur ruang dan terorganisirnya pihak yang
ketentuan umum zonasi. Kedua, berkonflik. Pada fase potensi konflik,
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) tipe konflik yang terjadi adalah tipe
Kawasan Strategis Pantai Utara konflik laten walaupun reklamasi
Jakarta dan Rencana Zonasi yang Pulau C dan D sudah dilakukan
mengatur seluruh wilayah sebelum reklamasi Pulau G. Terdapat
administrasi Jakarta meliputi strultur beberapa temuan dalam memetakan
skala tersier (kecamatan dan fase potensi konflik. Pertama,
keluaran) dan detail peraturan zonasi masyarakat Muara Angke pada
kecuali reklamasi 17 pulau Pantai umumnya tidak mengetahui apakah
Utara. Ketiga, Rencana Tata Ruang maksud, tujuan, dan dampak
(RTR) Kawasan Strategis Pantai reklamasi bagi masyarakat terutama
Utara Jakarta mengatur kawasan masyarakat yang bermatapencaharian
reklamasi 17 pulau dan dari pantai sebagai nelayan yang mencari ikan di
lama sampai dengan kedalaman -8 Pantai Utara Jakarta. Kedua,
meter, struktur primer dan sekunder, masyarakat terdampak tampaknya
dan detail peraturan zonasi.Keempat, juga tidak dilibatkan dalam
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan pembahasan tentang reklamasi, tetapi
Pulau-Pulau Kecil yang mengatur yang diikutkan hanya pemilik kapal
pembagian alokasi ruang perairan, dan tokoh masyarakat. Ketiga,
kebijakan, strategi, dan arahan nelayan mengetahui dampak
pengembangan setiap zona perairan, reklamasi terhadap hasil tangkapan

129
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

mereka tetapi tidak mengetahui apa Muara Angke dan Pemerintah


yang hendak dilakukan karena pada Provinsi DKI Jakarta sedangkan
saat itu tidak terdapat wadah sumber eksternal berasal dari luar
perhimpunan nelayan di Muara masyarakat Muara Angke dan
Angke. Sumber konflik pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
penelitian ini terbagi menjadi dua Adapun gambaran mengenai
yaitu sumber internal dan sumber fase potensi konflik, peneliti
eksternal. Sumber internal adalah gambarkan melalui diagram berikut:
konflik yang berasal dari masyarakat

Gambar 1.Fase Potensi Konflik

Reklamasi Pantai Utara pulau mereka terendam oleh air.


Jakarta merupakan urusan Oleh karena itu, penimbunan
pemerintahan konkruen dimana dilakukan untuk mengembalikan
terjadi pelimpahan kekuasaan dari daratan yang terendam tersebut.
Pemerintah Pusat kepada Gubernur berbeda dengan kondisi Pantai Utara
dengan asas dekonsentrasi. Menurut Jakarta yang dari dahulu merupakan
Farid5, reklamasi berasal dari kata pantai bukan daratan. Oleh karena
“re” dan “claim” yang berarti itu, tidak tepat bila reklamasi
menyatakan kembali. reklamasi ini dilakukan di Pantai Utara Jakarta.
pertama dilakukan di Belanda karena Pada tahun 1995, terbitlah
Keputusan Presiden Nomor 52
5
Tahun 1995 Tentang Reklamasi
Apatur Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia. Pantai Utara Jakarta. Kebijakan
Diwawancarai pada 14 Agustus 2017.

130
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

tersebut seakan tidak Oleh karena itu, Kementerian


dipertentangkan berbagai pihak. Linkungan Hidup mengeluarkan
Mengutip yang disampaikan oleh Surat Keputusan Menteri
Ismail6 yang mengatakan bahwa: Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun
“reklamasi adalah perbaikan 2003 Tentang Ketidaklayakan
Pantai Utara Jakarta. Dananya Rencana Kegiatan Reklamasi dan
waktu itu 100 juta. Indonesia Revitalisasi Pantai Utara.
sudah memiliki banyak pulau, Surat Keputusan tersebut
masa mau bangun pulau lagi? diajukan banding melalui Pengadilan
Reklamasi memancing kejahatan Tata Usaha Negara (PTUN) oleh
di Indonesia, masyarakat Muara Pengembang pulau reklamasi Pantai
Angke tidak setuju dengan Utara Jakarta dan dimenangkan oleh
reklamasi. Reklamasi pada pengembang. Kemudian,
zaman Pak Harto adalah Kementerian Lingkungan Hidup
perbaikan Pantai Utara bukan melakukan banding ke PTUN tetapi
reklamasi seperti saat ini.” masih dimenangkan oleh
pengembang. Usaha Kementerian
Berbeda dengan pernyataan Lingkungan Hidup tidak berhenti,
Ismail, Kementerian Lingkungan kasasi diajukan kepada Mahkamah
Hidup memberikan respon terhadap Agung (MA) dan diterima.
Keputusan Presiden tersebut dengan Kemudian, pengembang melakukan
membentuk Komisi Penilai AMDAL peninjauan kembali terhadap kasasi
pada tahun 1996. Kemudian pada yang diterima oleh MA. Peninjauan
tahun 1999, kajian Komisi Penilai Kembali kasasi diterima dan terdapat
AMDAL menyatakan bahwa beberapa keputusan MA. Pertama,
reklamasi Pantai Utara Jakarta memperbaharui AMDAL yang telah
membutuhkan 330 juta kubik diajukan pada tahun 2003. Kedua,
material pasir. Akan tetapi pada saat pembuatan KLHS bersama dengan
itu, Pemerintah Pusat tidak merespon Pemerintah Daerah di sekitar Pantai
pernyataan Komisi Penilai AMDAL Utara Jakarta. Ketiga, Menteri
tersebut. Komisi ini terus melakukan Negara sebagai tim pengarah yang
kajian sampai akhirnya pada tahun bertugas mengarahkan Badan
2002 ditemukan bahaya dari adanya Pengendali Reklamasi Pantai Utara
reklamasi bagi kelangsungan Jakarta (Gubernur Provinsi DKI
ekosistem dan dampak bagi Jakarta) tidak memiliki kewenangan
masyarakat sekitar terutama nelayan. untuk membatalkan reklamasi.
Keempat, Presiden Republik
6
Masyarakat Muara Angke yang dahulu Indonesia memiliki hak untuk
berprofesi sebagai nelayan. Akan tetapi
sudah cukup tua sehingga memutuskan memberhentikan reklamasi apabila
untuk pensiun sebagai nelayan.
Diwawancarai pada 23 Agustus 2017

131
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

terdapat kelemahan dalam pertukaran air panas dan air dingin


Penyusunan AMDAL. untuk menunjang kinerja PLTU
Dalam penyusunan AMDAL, Muara Karang, membuat air menjadi
pembahasan dilakukan masing- keruh sehingga nelayan kesulitan
masing Pulau Reklamasi dengan mencari ikan, dan berdampak pada
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta daerah tempat pengambilan material
(Komisi Penilai AMDAL dari Dinas reklamasi Pulau G yang berada di
Lingkungan Hidup Provinsi DKI Teluk Lontar, Serang. Selain
Jakarta) sehingga AMDAL terpadu bertentangan dengan asas
pulau A-Q tidak ada. Dalam penyusunan RPJMD, reklamasi
Reklamasi Pulau G kajian dilakukan Pantai Utara Jakarta yang merupakan
antara Pemerintah Provinsi DKI perwujudan dari misi pertama
Jakarta dan PT. Muara Wisesa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Samudra. Dalam kajian AMDAL, tahun 2012-2017 juga bertentangan
masyarakat Muara Angke yang dengan misi yang lainnya. Misi
terkena dampak khususnya nelayan kedua berkaitan dengan Jakarta
tradisional dilibatkan. bebas dari masalah menahun seperti
Hal ini bertentangan dengan asas permukiman kumuh dan sampah.
penyusunan RPJMD yang tercantum Misi ketiga berkaitan dengan
dalam Peraturan Daerah Provinsi ketersediaan hunian dan ruang publik
DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2013 yang layak serta terjangkau bagi
Tentang Rencana Pembangunan warga kota serta misi keempat
Jangka Menengah Daerah Tahun berkaitan dengan membangun
2013-2017. Pertama, asas demokrasi budaya yang toleran. Ada dugaan
berkaitan dengan penyelenggaraan dengan dilaksanakannya reklamasi,
pembangunan dengan pendekatan menurut banyak pihak akan
dari, oleh, dan untuk kepentingan menimbulkan kecemburuan sosial
masyarakat. Kedua, transparansi. antara Masyarakat Muara Angke dan
Transparansi berkaitan dengan etnis Tionghoa.
memberikan kesempatan bagi
masyarakat berpartisipasi dalam 3. Fase Pertumbuhan Konflik
pembangunan dengan memberikan Pada fase pertumbuhan
informasi yang benar, jelas, dan konflik, konflik sudah terorganisir
jujur. Ketiga, asas berwawasan dan terbentuknya kelompok-
lingkungan berkaitan dengan kelompok di masyarakat. Kelompok
pengelolaan sumbedaya secara tersebut berinteraksi terhadap
bijaksana dan berkesinambungan ketidaksepakatan dengan individu
untuk meningkatkan mutu atau kelompok yang lainnya. Pada
masyarakat. Lokasi reklamasi Pulau fase ini, konflik yang awalnya laten
G terdapat ovjek vital nasional yaitu sudah menjadi konflik terbuka

132
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

karena permasalahan reklamasi pencaharian sebagai nelayan


Pulau G Pantai Utara Jakarta sudah tradisional. Kelompok tersebut
terangkat ke permukaan, berakar, melakukan sosialisasi di kawasan
nyata, dan memerlukan tindakan abu-abu Muara Angke. Untuk
untuk mengatasi akar, penyebab, dan memberikan gambaran mengenai
dampaknya. Pada fase ini muncul fase pertumbuhan konflik terkait
kelompok-kelompok yang berempati reklamasi Pulau G Pantai Utara
terhadap dampak yang dirasakan Jakarta,
masyarakat yang bermata

Gambar 2. Fase Pertumbuhan Konflik

Setelah dikeluarkannya Surat DILAKUKAN Lebih dahulu pada tahun


Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2012. Martin7 mengatakan bahwa:
Nomor 2238 Tahun 2014 Tentang “Reklamasi Pulau G menjadi fokus
Pemberian Izin Pelaksanaan Rekalamasi KNTI mulai dari tahun 2014 karena
Pulau G Pantai Utara Jakarta kepada PT. waktu itu nelayan kami (anggota
Muara Wisesa Samudra pada tanggal 23 KNTI) berkonflik dengan Pulau G
Desember 2014, banyak kalangan yang yang merupakan lokasi nelayan
berfokus pada masalah reklamasi. Padahal mencari ikan. Reklamasi merupakan
reklamasi pulau C dan D SUDAH kasus lama yang sudah banyak ditolak
oleh pemerintah terutama pemerintah

7
Ketua DPP Kesatuan Nelayan Tradisional
Indonesia (KNTI) yang diwawancarai pada 10
Agustus 2017

133
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

pusat (Kementerian Lingkungan masyarakat. Misalnya ketua RW 01 yang


Hidup dan Kehutanan). Akan tetapi, mengatakan bahwa LSM memperkeruh
tetap saja dijalankan.” suasana. Pernyataan Ketua RW 01 ini
diperkuat dengan pernyataan Warnita8
Pihak yang menolak reklamasi yang mengatakan bahwa:
berargumen bahwa partisipasi masyarakat “pada awalnya warga Muara Angke
adalah partisipasi manipulatif. Hal ini tidak ada pro dan kontra terkait
dikarenakan masyarakat hanya diikutkan reklamasi, tetapi dengan munculnya
pada fase-fase terakhir pada saat mau LSM seperti Walhi dan KNTI
disahkan. Adapun yang menyetujuinya mengajak orang-orang yang memiliki
adalah tokoh masyarakat yang sudah kepentingan pribadi seperti uang dan
mendapatkan bantuan dari pengembang lain-lain sehingga masyarakat
sehingga tidak objektif melihatnya bahkan terpecah belah menjadi pro dan
diindikasikan adanya suap. Selain itu, kontra. Timbul saling fitnah dimana
informan juga mengatakan bahwa yang pro dikatakan dapat uang dan
reklamasi adalah perampasan laut sama yang kontra dibilang mereka butuh
dengan membiarkan kerusakan terjadi dan duit. Ia juga mengatakan bahwa ia
merampas untuk kepentingan komersial pernah dikeroyok dan diminta untuk
dimana terdapat beberapa alasan terkait tidak mendukung reklamasi. saat ini
pernyataannya tersebut. Pertama, tidak ada 20 orang dari KNT (Komunitas
melalui konsultasi publik sehingga Nelayan Tradisional Muara Angke),
masyarakat tidak mengetahui adanya dua orang PNPII (Paguyuban Nelayan
proyek beserta dampaknya bagi Pengolah Ikan Indonesia), dan dua
masyarakat. Kedua, dampak buruknya orang masyarakat Muara Angke.”
tidak hanya di Pulau G saja, tetapi di mberikan dorongan untuk
daerah tempat pengambilan material terbentuknya lembaga swadaya
reklamasi. Ketiga, Teluk Jakarta memang masyarakat di Muara Angke.
sudah kritis, ketika di reklamasi akan Pertentangan antara masyarakat dan
semakin kritis. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuat
Selain KNTI, Lembaga Bantuan Presiden mengambil langkah tegas untuk
Hukum Jakarta juga ikut melakukan menyelesaikan permasalahan Reklamasi
pendampingan hukum terkait Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Presiden
Pulau G Pantai Utara Jakarta sejak tahun memerintahkan dan mengarahkan Menteri
2014. Lembaga Swadaya masyarakat ini Koordinator Kemaritiman untuk
awalnya berdiri masing-masing, tetapi menyelesaikan masalah reklamasi Pantai
akhirnya tetrbentuk dalam suatu koalisi Utara Jakarta pada tahun 2016. Terdapat
yang bernama Koalisi Selamatkan Teluk empat arahan Presiden yaitu tidak merusak
Jakarta. Koalisi dibentuk untuk lingkungan, nelayan tidak dirugikan,
menyatukan gerakan agar lebih sesuai aturan, dan terintegrasi NCICD9.
representatif dan terfokus. Kemunculan
8
koalisi ini me Adanya LSM di Muara Nelayan Muara Angke yang diwawancarai pada 7
Juli 2017
Angke tidak diterima semua kalangan 9
NCICD (National Capital Integrated Coastal
Development) adalah program kerjasama

134
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

Merespon hal tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan berfokus pada


Koordinator Kemaritiman membentuk stakeholder yaitu nelayan. Dalam
Komite Bersama Reklamasi Pantai Utara reklamasi Pantai Utara Jakarta,
Jakarta pada 18 April 2016 terdiri dari Kementerian hanya dapat mengawal dan
Kementerian Lingkungan Hidup dan memberi pendapat terhadap keputusan
Kehutanan, Kementerian Perhubungan, yang disampaikan kepada Menteri
Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Koordinator Kemaritiman sebagai
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Koordinator Komite Bersama Reklamasi
Kementerian Lingkungan Hidup dan Pantai Utara Jakarta. Pada fase
Kehutanan berfokus pada review AMDAL pertumbuhan konflik, para aktor saling
Reklamasi Pantai Utara Jakarta yang melakukan tugasnya dengan
diselesaikan oleh Komisi Penilai AMDAL mempengaruhi, bekerjasama,
Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012. bertentangan, dan netral tergantung pada
tujuan yang hendak dicapainya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor
27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan 4. Fase Pemicu dan Ekskalasi Konflik
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Pada fase ini, konflik semakin
Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun terlihat dan terdapat keinginan untuk
2012 Tentang Reklamasi di Wilayah melakukan tindakan koersif. Tindakan
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dan koersif adalah tindakan sosial untuk
Peraturan Menteri Kelautan dan memaksa pihak lawan untuk melakukan
Kementerian Kelautan dan Perikanan hal yang tidak diinginkan olehnya. Pada
Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Perizinan tahap ini, masing-masing pihak melakukan
Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau- intimidasi dan negosiasi. Bila dilihat dari
Pulau Kecil, KKP memiliki kewenangan konsepsi Durkheim10 tentang pembagian
dalam reklamasi. Akan tetapi, dalam masyarakat, dalam kasus konflik reklamasi
kebijakan reklamasi Pantai Utara Jakarta Pantai Utara Jakarta, masyarakat Muara
KKP tidak dilibatkan. Walaupun Angke termasuk dalam masyarakat
demikian, Pemerintah Provinsi DKI mekanik sehingga hal yang dilakukan
Jakarta tidak dapat disalahkan karena didasarkan pada kesadaran koletif yang
kewenangan Reklamasi Pantai Utara mengikat individu.
Jakarta berada pada Pemerintah Provinsi
(Gubernur) DKI Jakarta berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun
1995 tidak pernah dicabut. Kementerian

Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi DKI


Jakarta, Pemerintah Provinsi Banten, dan
10
Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang Masyarakat dibagi menjadi masyarakat
dikoordinator oleh Menteri Koordinator mekanik dan masyarakat organik. Masyarakat
Kemaritiman. NCICD belum memiliki payung mekanik adalah masyarakat yang bergerak
hukum formal tetapi pelaksanaannya harus didasarkan kesadaran kolektif dan kesaadaran
direncanakan secara sinergis agar sinergis dan umum, sedangkan masyarakat organik adalah
komplenter dengan Reklamasi Pantai Utara individu-individu yang terhubung karena suatu
Jakarta. Karena berada dalam lokasi yang sama kebutuhan.

135
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

Gambar 3. Fase Pemicu dan Ekskalasi Konflik (1)

Masyarakat Muara Angke mulai Oktober 2015. Terdapat beberapa gugatan


bergerak untuk menolak reklamasi sejak yang diajukan berdasarkan Putusan PTUN
adanya isu bahwa warga Muara Angke Nomor 193/G/LH/2015/PTUN-JKT yaitu
akan dipindahkan ke Kepulauan Seribu. meningkatkan banjir di Jakarta dan
Dengan kehadiran Koalisi Selamatkan operasional objek vital nasional;
Teluk Jakarta mendorong masyarakat pencematan ekosistem laut hilir,
untuk membentuk organisasi sedimentasi, dan penurunan kualitas air;
kemasyarakatan seperti Forum potensi konflik antar masyarakat
Komunikasi Nelayan (Forkeman) Muara tradisional di Pesisir Pantai Utara Jakarta;
Angke, Komunitas Nelayan Tradisional pertumbuhan terumbu karang di
(KNT) Muara Angke, dan Paguyuban Kepulauan Seribu akan terganggu;
Nelayan Pengolah Ikan (PNPI). Selain itu, kerusakan lingkungan yang lebih parah
mendukung masyarakat untuk menggugat karena mengubah ekosistem dan
Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta menghilangkan sumberdaya kelautan dan
yang memberikan izin pelaksanaan perikanan yang menjadi matapencaharian
reklamasi Pulau G Pantai Utara Jakarta penggugat. Gugatan tersebut dimenangkan
kepada PTUN. Gugatan diajukan pada 25 oleh PTUN.

136
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

Gambar 4. Fase Pemicu dan Ekskalasi Konflik (2)

Isu pemindahan ke Kepulauan Seribu membangun kembali hubungan damai dan


semakin jelas dan penduduk yang akan berkomunikasi. Gase ini dilakukan dengan
direlokasi adalah masyarakat yang tinggal rekonstruksi sosial, politik, ekonomi, dan
di pinggir Sungai Kali Adem. Untuk pembangunan kembali hubungan antar
mengurangi penolakan dari masyarakat, kelompok. Reklamasi memberikan
pengembang melakukan pendekatan dampak domino yaitu perempuan kesulitan
dengan membuka lapangan berupa mengelola ekonomi keluarga karena
pembangunan pulau reklamasi yang penghasilan menurun dan anak-anak
pekerjanya diprioritaskan untuk terancam putus sekolah. Terdapat konflik
masyarakat Muara Angke; meningkatkan horizontal dan vertikal. Konflik horizontal
objek wisata; bantuan pembangunan adalah terjadi antara masyarakat yang pro
masjid, musholla, pemberangkatan umroh reklamasi dan kontra reklamasi. sedangkan
tokoh nelayan, dan dana koperasi; konflik vertikal adalah konflik yang terjadi
melakukan pengurukan; dan pembuatan antara pemerintah pusat maupun
sertifikat tanah di Muara Angke. Namun pemerintah provinsi DKI Jakarta dan
disisi lain, masyarakat harus masyarakat nelayan tradisional Muara
memperhatikan kemungkinan adanya Angke. Berdasarkan temuan di lapangan,
kecemburuan sosial terhadap etnis tertentu reklamasi Pantai Utara Jakarta tidak
dan penyelundupan barang terlarang memenuhi ketentuan putusan kasasi MA
seperti narkoba yang sebelumnya pernah yang dimenangkan Pemerintah Provinsi
terjadi dari Kepulauan Seribu. DKI Jakarta dan pengembang yaitu enam
isu pokok reklamasi yang diajukan oleh
5. Fase Pasca Konflik Kementerian Lingkungan Hidup.
Pada fase ini, konflik sudah kembali
turun dan masing-masing pihak

137
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

Tabel 1. Kelengkapan Analisis Dokumen AMDAL Berdasarkan 6 Kriteria Kementerian


Lingkungan Hidup (2003)

Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta

Berdasarkan tabel tersebut, memberikan sanksi administrasi


reklamasi Pulau G memiliki dampak berdasarkan Undang-Undang
penting terhadap kegiatan vital, Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
ketersediaan air bersih, banjir, Perlindungan dan Pengelolaan
keberatan PLTU Muara Karang dan Lingkungan Hidup Pasal 76 ayat
PLTU Tanung Priok. Berdasarkan (2) yaitu paksaan pemerintah
pertimbangan tersebut, Kementerian dan pasal 80 ayat (1f) yaitu
Lingkungan Hidup dan Kehutanan penghentian sementara seluruh
menggunakan kewenangannya kegiatan. Menteri Lingkungan
sebagai Second Line Enforcement11. Hidup dan Kehutanan
Miftahul12 menambahkan bahwa: mengeluarkan
“Kementerian Lingkungan SK.355/Menlhk/Setjen/Kum.9/5/
Hidup dan Kehutanan 2016 Tentang Pengenaan Sanksi
Administrasi Paksaan
11
Second Line Enforcement adalah Pemerintah Berupa Penghentian
penegakan hukum lapis kedua yang
dilakukan menteri terhadap kegiatan Sementara Seluruh Kegiatan PT.
yang izin lingkungannya diterbitkan Muara Wisesa Samudra pada
Pemerintah Daerah apabila dianggap
terdapat pelanggaran serius terhadap
pulau G di Pantai Utara Jakarta.
perlindungan dan pengelolaan SK tersebut dikeluarkan pada 10
12
lingkungan hidup. Mei 2016.”
Aparatur Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan yang diwawancarai pada
3 Agustus 2017

138
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

Dalam pengenaan sanksi reklamasi Pulau G paling lama 30


administratif, PT. Muara Wisesa hari kalender; pengukuran debit Kali
Samudra harus memenuhi beberapa Karang paling lama 7 hari kalender;
kewajiban. Pertama, menghentikan dan pengukuran arah dan kecepatan
operasional kegiatan sampai arus serta kualitas air laut sesuai
dipenuhinya kewajiban pengembang. dengan koordinat titik pantau yang
Kedua, melakukan perubahan telah ditentukan dalam izin
dokumen lingkungan dan izin lingkungan paling lama 30 hari
lingkungan Pulau G atas kalender. Kelima, membuat dan
ketidaksesuaian kegiatan menyampaikan laporan pelaksanaan
sebagaimana tercantum di dalam izin lingkungan paling lama 14 hari
dokumen lingkungan dan izin kalender. Keenam, melakukan
lingkungan paling lama 120 hari upaya-upaya pengelolaan lingkungan
kalender mencakup perbaikan hidup untuk mencegah terjadinya
prediksi dampak, rencana dampak lingkungan lebih lanjut
menyeluruh reklamasi dan rencana selama berhentinya operasional
peruntukan diatasnya dengan seluruh kegiatan perusahaan.
pertimbangan integrasi sosial; Sampai saat ini, upaya yang
keterkaitan dengan rencana NCICD; dilakukan pemerintah untuk
mitigasi (mengurangi dampak menanggulangi permasalahan
bencana) sumber urug dan Kajian reklamasi adalah dengan
Lingkungan Hidup Strategis. Ketiga, pemberhentian sementara Reklamasi
memberikan data secara rinci Pulau G Pantai Utara Jakarta karena
mengenai sumber dan jumlah ketidaksesuaian dengan enam pokok
material pasir urug; batu; dan tanah bahasan reklamasi. Pelaksanaan
yang digunakan paling lama 14 hari reklamasi Pulau G Pantai Utara
kalender. Keempat, melakukan Jakarta saat ini hanya mendapatkan
kewajiban lain yang tercantum dalam sanksi administratif sementara
izin lingkungan meliputi koordinasi sehingga masih ada kemungkinan
dengan PT. PLN, PT. Nusantara untuk dilanjutkan kembali. Namun
Regas, dan PT. Pertamina Hulu berdasarkan observasi dan
Energi terkait pengawasan dan wawancara di lapangan, peneliti
evaluasi bersama kinerja penggelaran melihat bahwa kondisi pasca konflik
material reklamasi; perbaikan terlihat dampak positif dan
metode dan teknik reklamasi dan negatifnya. Dampak positifnya lebih
perbaikan teknik penanggulangan oleh masyarakat nelayan tradisional
sedimen paling lama 14 hari sedangkan dampak negatifnya lebih
kalender; memperbaiki proses dirasakan oleh pengembang.
penerimaan tenaga kerja paling lama Terdapat beberapa dampak positif
30 hari kalender; sosialisasi rencana pemberhentian reklamasi Pulau G.

139
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

Pertama, meningkatkan KESIMPULAN


perekonomian nelayan karena hasil Dalam fase potensi konflik,
tangkapan nelayan baik bagi nelayan tipe konfliknya adalah konflik laten.
tradisional di Tanggul Kali Adem Konflik bertipe laten karena
maupun Tempat Pelelangan Ikan masyarakat belum mengetahui apa
sehingga istri nelayan dalam itu reklamasi, fungsi, dan dampak
mengelola keuangan dan anaknya tentang reklamasi Pulau G.
dapat bersekolah. Kedua, alur melaut Penyebabnya adalah tidak adanya
tidak terganggu oleh aktivitas sosialisasi yang dilakukan oleh
reklamasi dan mengakibatkan air pemerintah baik pusat dan daerah
tidak keruh. Ketiga, mengurangi kepada Masyarakat Muara Angke.
kekhawatiran akan adanya peredaran Pada fase pertumbuhan konflik, tipe
dan penyelundupan obat terlarang konflik yang awalnya laten menjadi
seperti yang pernah terjadi di konflik terbuka karena pada fase ini
Kepulauan Seribu. Keempat, masyarakat mengetahui apakah itu
memberikan lapangan pekerjaan reklamasi, fungsi, dan dampaknya.
karena banyaknya hasil tangkapan di Pemahaman masyarakat terkait
Pantai Utara Jakarta. Kelima, reklamasi diberikan oleh Lembaga
terbentuknya kerjasama antara Swadaya Masyarakat (LSM) yang
Pemerintah Pusat dan Pemerintah memfokuskan diri pada Reklamasi
Daerah terkait reklamasi. Keenam, Pantai Utara Jakarta. Kehadiran LSM
memungkinkan terealisasinya tersebut mendorong terbentuknya
pembuatan hutan mangrove di pesisir LSM di Muara Angke. Selain adanya
Pantai Utara Jakarta oleh Pemuda LSM, Pemerintah Pusat pun berperan
Komunitas Mangrove. dalam menyelesaikan konflik yang
Selain itu, terdapat pula terjadi dengan membentuk Komite
beberapa dampak negatifnya. Bersama Reklamasi Pantai Utara
Pertama, terganggunya alur kapal Jakarta. Pada fase pemicu dan
dan terjadi pendangkalan sehingga ekskalasi konflik, konflik sudah
mengakibatkan karamnya kapal mengarah kepada tindakan koersif
besar dan rusaknya mesin perahu dimana tiap kelompok digerakkan
kapal tradisional. Kedua, pemerintah oleh kesadaran kolektif bergerak
dipandang tidak memberikan untuk melawan pihak yang
kepastian dalam berinvestasi. Ketiga, bertentangan dengannya dengan
merugikan karena Pemerintah melakukan gugatan dan demo. Pada
Provinsi memandang reklamasi ini fase pasca konflik, proses
memiliki banyak manfaat terutama manajemen konflik dilakukan untuk
untuk pertumbuhan ekonomi dan mengurangi ekskalasi konflik untuk
revitalisasi Pantai Utara Jakarta. mengembalikan keadaan seperti
sebelum terjadinya konflik.

140
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

Manajemen konflik yang dilakukan Satori, Djam’an dan Aan Komariah.


adalah dengan diberikannya sanksi (2012). Metodologi Penelitian
administratif paksaan pemerintah Kualitatif. Bandung: CV.
penghentian sementara kegiatan ALFABETA.
reklamasi Pulau G Pantai Utara Soemarwoto, Otto. (2003). Analisis
Jakarta oleh Kementerian Mengenai Dampak Lingkungan.
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Yogyakarta: Gadjah Mada
Hal yang dapat dilakukan adalah University Press.
dengan mengembalikan kepercayaan Soeroso. (2011). Praktik Hukum
sesama masyarakat dan kepercayaan Acara Perdata: Tata Cara dan
masyarakat terhadap pemerintah. Proses Persidangan. Jakarta:
Sinar Grafika
DAFTAR PUSTAKA Sudjatmiko, Iwan Gargono. (2006).
Gerakan Sosial: Wahana Civil
Buku : Society bagi Demokratisasi.
Anggara, Sahya. (2013). Sistem Jakarta: Pustaka LP3ES
Politik Indonesia. Bandung: CV. Indonesia.
Pustaka Setia Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Bungin, Burhan. (2010). Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Bandung: ALFABETA,cv.
Kebijakan Publik, dan Ilmu Surbakti, Ramlan. (2010).
Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Memahami Ilmu Politik. Jakarta:
Media Group. PT. Grasindo
Creswell, John W. (2014). Penelitian Susan, Novri. (2014). Pengatar
Kualitatif &Desain Riset. Sosiologi Konflik. Jakarta:
Yogyakarta: PUSTAKA Prenamedia Group.
PELAJAR. Winardi. (2007). Manajemen Konflik
Forum Akademisi Papua Damai. (Perubahan dan Pengembangan).
(2012). Negosiasi “Noken Dialog Bandung: Mandar Maju.
untuk Papua Damai”. Jakarta: Wirawan. (2013). Konflik dan
Imparsial. Manajemen Konflik “ Teori,
Ndraha, Taliziduhu. (2011). Aplikasi, dan Penelitian”. Jakarta:
Kybernology: Ilmu Pemerintahan Salemba Humantika.
Baru I. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sara, La. (2014). Pengelolaan Sumber Peraturan:
Wilayah Pesisir “ Gagasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Memelihara Aset Wilayah Pesisir 2009 Tentang Perlindungan dan
dan Solusi Pembangunan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Bangsa”. Bandung: Alfabeta.

141
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

Undang-Undang Nomor 23 Tahun Kementerian Lingkungan Hidup dan


2014 Tentang Pemerintahan Kehutanan. (2017). Reklamasi
Daerah Pantai Utara Jakarta. Jakarta:
Keputusan Presiden Nomor 52 Kementerian Lingkungan Hidup
Tahun 1995 Tentang Reklamasi dan Kehutanan.
Pantai Utara Jakarta. Rencana Pembangunan Jangka
Keputusan Menteri Lingkungan Menengah Daerah Provinsi DKI
Hidup dan Kehutanan Republik Jakarta Tahun 2013-2017
Indonesia Nomor: Sudijanto, Ari. (2017). Arahan
SK.355/Menlhk/Setjen/Kum.9/5/2 Perbaikan Dokumen Lingkungan
016. Reklamasi Pulau C, D E dan
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Pulau G. Jakarta: Kementerian
Khusus Ibukota Jakarta No. 1 Lingkungan Hidup dan
Tahun 2012 Tentang Rencana Kehutanan.
Tata Ruang Wilayah 2030.
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Sumber Internet:
Khusus Ibukota Jakarta No. 2 Badan Pusat Statistik. 2012.
Tahun 2013 Tentang Rencana Population Of Indonesia by
Pembangunan Jangka Menengah Province 1971, 1980, 1990,1995,
Daerah Tahun 2013-2017. 2000, 2010. Tersedia di
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah https://www.bps.go.id/linkTabelSt
Khusus Ibukota Jakarta No. 121 atis/view/id/1267 (diakses 25
Tahun 2012 Tentang Penataan Februari 2017)
Ruang Kawasan Reklamasi Pantai Berita SatuTV. 2016. Proyek
Utara Jakarta. Reklamasi Teluk Jakarta.
Keputusan Gubernur Provinsi Tersedia di
Daerah Khusus Ibukota Jakarta https://www.youtube.com/watch?
Nomor 2238 Tahun 2014 Tentang v=XZFjmmEH028 (diakses 13
Pemberian Izin Pelaksanaan Juni 2017)
Reklamasi Pulau G Kepada PT Biro Informasi dan Hukum
Muara Wisesa Samudra. Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman RI. 2016. Komite
Dokumen Instansi Pemerintahan: Bersama Reklamasi Pantai Utara
Analisis Mengenai Dampak Jakarta Segera Tetapkan
Lingkungan Reklamasi Pulau G Rekomendasi 13 Pulau Lain.
Pantai Utara Jakarta. Tersedia di
Kajian Lingkungan Hidup Strategis https://maritim.go.id/komite-
Raperda Rencana Tata Ruang bersama-reklamasi-pantai-utara-
Kawasan Strategis Pantai Utara jakarta-segera-tetapkan-
Jakarta.

142
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

rekomendasi-13-pulau-lain/ http://megapolitan.kompas.com/re
(diakses 27 April 2017) ad/2016/04/04/10050401/Jalan.Pa
Firmanto, Danang. 2016. Nelayan njang.Reklamasi.di.Teluk.Jakarta.
Menang Pencabutan Izin dari.era.Soeharto.sampai.Ahok
Reklamasi Pulau G. Tersedia di (diakses 26 April 2017)
https://m.tempo.co/read/news/201 Panjaitan, Luhut Binsar. 2016.
6/05/31/083775540/nelayan- Reklamasi Jakarta Dilanjutkan,
menang-gugatan-pencabutan-izin- Menko Maritim Jamin
reklamasi-pulau-g (diakses 11 Kesejahteraan Nelayan. Tersedia
April 2017) di
Kementerian Dalam Negeri RI. 2016. https://www.youtube.com/watch?
Daftar Luas Wilayah Provinsi di v=rKLxPWKdnD0 (diakses 21
Indonesia. Tersedia di April 2017)
http://infopersada.com/nasional/pe Republika[dot]co[dot]id. 2016.
merintahan-dan-wilayah/2-daftar- PTUN Didesak Batalkan Izin
luas-wilayah-provinsi-di- Reklamasi Pulau G. Tersedia di
indonesia.html (diakses 25 http://v2.bkprn.org/?p=2271
Februari 2017) (diakses 26 April 2017)
Kementerian Lingkungan Hidup Rochmi, Muhammad Nure. 2016.
Republik Indonesia. 2004. Sidang Memahami Reklamasi Pantai
Pertama Gugatan 6 Perusahaan Utara Jakarta. Tersedia di
Kontraktor BP Pantura digelar. https://beritagar.id/artikel/berita/m
Tersedia emahami-reklamasi-pantai-utara-
http://www.menlh.go.id/sidang- jakarta (diakses 20 September
pertama-gugatan-6-perusahaan- 2016)
kontraktor-bp-pantura-digelar/ Rocky Gunung Hasudungan, dkk.
(diakses 11 Juni 2017) 2014. Statistik Daerah Provinsi
Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta. DKI Jakarta 2014. Tersedia di
2016. Somasi Terbuka Menolak http://jakarta.bps.go.id/backend/p
Dilanjutkannya Reklamasi Teluk df_publikasi/Statistik-Daerah--
Jakarta. Tersedia di Provinsi-DKI-Jakarta-2014.pdf
http://www.bantuanhukum.or.id/w (diakses 25 Februari 2017)
eb/somasi-terbuka-menolak- Satria, Lintar dan Bayu Hermawan.
dilanjutkannya-reklamasi-teluk- 2017. Koalisi Selamatkan Teluk
jakarta/ (diakses 29 September Jakarta Tolak Sosialisasi AMDAL
2016) Reklamasi. Tersedia di
Margianto, Heri. 2016. Jalan http://nasional.republika.co.id/beri
Panjang Reklamasi di Teluk ta/nasional/jabodetabek-
Jakarta, dari Era Soeharto nasional/17/01/30/okkfgk354-
sampai Ahok. Tersedia di koalisi-selamatkan-teluk-jakarta-

143
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.4, No.1, April 2018

tolak-sosialiasi-amdal-reklamasi http://suarajakarta.co/news/politik
(diakses 9 Juni 2017) /reklamasi-pantai-jakarta-
Suara Jakarta. 2015. Reklamasi pengembang-gubernur-atau-
Pantai Jakarta: Pengembang, penjahat-lingkungan/ (diakses 29
Gubernur, atau Penjahat September 2016)
Lingkungan. Tersedia di

144

Anda mungkin juga menyukai