Anda di halaman 1dari 12

U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

Perubahan Mata Pencaharian dan Proses Adaptasi


Warga Terkena Dampak Pembangunan Waduk Jatigede

Valentina Wijayanto1, Opan S. Suwartapradja2, Rina Hermawati3

1
Program Studi Sarjana Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran
valenewss@gmail.com
2,3
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran

Abstract

The construction of Jatigede dam has brought social, economic, and cultural impact towards the daily
living of the surrounding community. One of the socio-economic impacts is the loss of livelihood. As
the consequence the community members need to change their form of livelihood and adjust it to the
characteristics of the new environment where they live. This study describes the livelihood change and
adaptation of community members impacted by the construction of Jatigede dam. It aims at describing
the change at the level of infrastructure and structure of the culture in regards with livelihood change of
the community using theory of cultural materialism by Marvin Harris as the perspective. This study was
conducted using qualitative methods. The result of the study suggests that the changing geographical
landscape has brought change to livelihood change from agricultural farming to non-agricultural. In line
with this change, community members use their social relations, intra or intergroup, in order to utilize
and to adjust to the available resources in the new environment as well as to adjust to it.

Keywords: adaptation, livelihood, community, development

Abstrak

Pembangunan Waduk Jatigede telah menimbulkan berbagai dampak sosial, ekonomi dan budaya bagi
warga yang tinggal di are yang dijadikan waduk. Salah satu dampak sosial ekonomi yang dirasakan
oleh warga masyarakat yang terdampak (WMT) adalah kehilangan mata pencaharian. Akibatnya,
mereka harus mencari bentuk mata pencaharian baru yang sesuai dengan karakteristik tempat
tinggalnya yang baru. Penelitian ini mendeskripsikan perubahan bentuk mata pencaharian dan proses
adaptasi yang dilakukan oleh warga masyarakat yang terdampak penggenangan Waduk Jatigede di
Dusun Ancol, Desa Karang Pakuan. Penelitian ini mendeskripsikan perubahan pada level
infrastruktur dan struktur kebudayaan yang mempengaruhi perubahan mata pencaharian warga
terdampak genangan dengan menggunakan perspektif teori Marvin Harris mengenai materialisme
kebudayaan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualititatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perubahan bentang alam telah menyebabkan perubahan kondisi sosial ekonomi, termasuk di
dalamnya perubahan mata pencaharian dari pertanian menjadi non pertanian. Warga berupaya
menyesuaikan diri dengan perubahan itu dengan memanfaatkan relasi-relasi sosial baik relasi
intergrup maupun intragrup. Hal itu mereka lakukan agar dapat memanfaatkan sumber daya baru
yang ada dan menyesuaikan diri secara sosial di lingkungan baru mereka

Kata kunci : adaptasi, mata pencaharian, masyarakat, pembangunan.

Vo u 2 (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 66


U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

Pendahuluan Pembangunan Waduk Jatigede merupakan


pembangunan di bidang infrastruktur.
Pada dasarnya pembangunan memiliki Pembangunan ini turut mempengaruhi
tujuan untuk kemajuan masyarakat. Rogers berubahnya sumber daya, dari semula
dalam Zulkarimen (2007) mengungkapkan sumber daya lahan (terrestrial) menjadi
bahwa pembangunan adalah suatu proses sumber daya air (aquatiq). Seiring dengan
perubahan sosial dengan tingkat partisipatori ini, perubahan kehidupan dan penghidupan
yang luas dalam suatu masyarakat yang warga di lokasi yang telah tergenang waduk
dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan pun berubah drastis. Dampak dari
material (termasuk bertambah besarnya penggenangan ini adalah 1) perubahan
kebebasan, keadilan dan kualitas lainnya tempat tinggal masyarakat dan 2) hilangnya
yang dihargai) untuk mayoritas rakyat mata pencahariannya warga di beberapa desa
melalui kontrol yang lebih besar yang yang mulanya mengandalkan pertanian lahan
mereka peroleh terhadap lingkungan mereka. sawah di lokasi genangan. Tidak hanya
Namun, pembangunan tidak dapat petani pemilik dan penggarap yang
dilepaskan dari berbagai dampak yang kehilangan mata pencaharian, tetapi juga
ditimbulkan karena perubahan fisik dan buruh tani.
sosial. Salah satu pembangunan yang
mengakibatkan perubahan fisik dan sosial Perubahan lokasi tempat tinggal meng-
yang sangat besar adalah pembangunan haruskan warga melakukan aneka bentuk
Waduk Jatigede yang terletak di Kabupaten adaptasi dengan lingkungan baru termasuk
Sumedang, Provinsi Jawa Barat. pula adaptasi pada perubahan mata
pencaharian. Ekosistem lahan yang telah
Waduk Jatigede dibangun di areal lahan berubah menjadi perariran tidak langsung
sawah dan desa yang berpenduduk ramai. membuat mereka dapat langsung untuk
Proses ganti rugi tanah warga dilaksanakan memanfaatkan sumber daya yang baru itu.
selama 22 tahun (1982-2004) dan Minimnya minat pada mata pencaharian
puncaknya pada 31 Agustus 2015, saat berbasis air di kalangan warga terdampak
pembangunan intensif dan penggenangan adalah akibat dari minimnya pengetahuan
mulai dilakukan. Pembangunan Waduk mengenai potensi, kurangnya keahlian dan
Jatigede bertujuan untuk mengendalikan kurangnya modal untuk mengolah sumber
banjir di wilayah Indramayu, mengatur daya baru tersebut
pengairan sawah di daerah Indramayu,
Cirebon, dan daerah di sekitarnya, sumber Hasil survai sebuah penelitian oleh para
pembangkit listrik, tempat pariwisata dan dosen di Universitas Padjadjaran 2015
pengadaan air baku untuk industri dan atau menemukan bahwa sebagian besar warga
domestik. Secara fisik, pembangunan Waduk yang terdampak pembangunan waduk
Jatigede telah menenggelamkan seluas 6.738 bekerja di lahan sawah. Sebanyak 69,3%
hektar tanah yang meliputi: sawah, hutan, penduduk itu pun berencana untuk bekerja
permukiman rakyat, ladang, kebun, jalan lagi di bidang pertanian. Hal ini dapat
desa, sekolah, tempat peribadatan dan lain- dipahami mengingat pertanian adalah mata
lain di dalam 35 desa di 5 kecamatan yaitu: pencaharian yang merek ageluti bertahun-
Wado, Darmaraja, Situraja, Cadas-ngampar tahun dan mereka tidak mempunyai
dan Tomo. Sedangkan jumlah penduduk keahlian dan keterampilan lainnya di luar
yang harus dipindahkan dari lokasi genangan pertanian (Suwartapradja, 2015). Namun,
berdasarkan hasil sensus yang dilakukan oleh keinginan warga untuk tetap bekerja di
PPSDAL tahun 2000, berjumlah sekitar bidang pertanian tidak didukung oleh adanya
6.642 KK atau sekitar 19.542 jiwa. peluang kerja tersebut di tempat baru.

Vo u 2 (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 67


U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

Pemilik lahan di tempat tinggal yang baru lingkungan yang ada ataupun yang telah
sudah memiliki buruh tani atau petani berubah.
penggarap. Bekerja pada petani kaya atau
mengikuti patron yang telah terjalin selama Konsep adaptasi merujuk pada kemampuan
berada di daerah tapak proyek juga tidak individu untuk mengatasi keadaan
memungkinkan karena luas kepemilikan lingkungan dan menggunakan sumber-
lahan pertaniannya semakin berkurang. sumber alam lebih banyak untuk
Dengan demikian, fenomena “pemutusan mempertahankan hidupnya dalam relung
hubungan kerja atau PHK” menjadi hal yang yang diduduki (Irwan, 2014). Adaptasi juga
sangat umum (Suwartapradja, 2017a). merujuk pada suatu penyesuaian pribadi
terhadap lingkungan. Penyesuaian berarti
Penelitian ini berupaya mendeskripsikan mengubah diri pribadi sesuai dengan
perubahan penghidupan masyarakat keadaan lingkungan, juga dapat berarti
terdampak pembangunan waduk Jatigede mengubah lingkungan sesuai dengan
dan bagaimana mereka melakukan adaptasi keadaan keinginan pribadi (Gerungan, 2009).
dengan mata pencaharian mereka yang baru
tersebut. Pada kasus relokasi, lahan pertanian Adaptasi merupakan salah satu bagian dari
sebagai sumber daya alam yang menjadi proses evolusi kebudayaan, yakni proses
tumpuan hidup warga boleh jadi hilang yang mencakup rangkaian usaha-usaha
tetapi tak dapat diabaikan. Namun manusia untuk menyesuaikan diri atau
setidaknya, warga dapat meminimalisir dan memberi respon terhadap lingkungan fisik
menyelesaikan dengan cara membuat maupun sosial yang terjadi secara temporal
rencana awal yang matang dan tindakan (Mulyadi,2007 dalam Satria, 2012). Batasan
yang tepat (Lagler dalam Fahim, 1981). konsep adaptasi menurut Soekanto (2000
adalah : 1) Proses mengatasi halangan-
halangan dari lingkungan; 2)Proses
Kajian Pustaka perubahan-perubahan menyesuaikan dengan
situasi yang berubah; 3) mengubah agar
Effendi (2002) menyebutkan bahwa sesuai dengan kondisi yang diciptakan; 4)
pembangunan adalah suatu upaya memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas
meningkatkan segenap sumber daya yang untuk kepentingan lingkungan dan sistem; 5)
dilakukan secara berencana dan penyesuaian budaya dan aspek lainnya
berkelanjutan dengan prinsip daya guna yang sebagai hasil seleksi alamiah. Salah satu
merata dan berkeadilan. upaya adaptasi yang dilakukan manusia agar
Pembangunan (development) juga merujuk dapat bertahan hidup di antaranya yakni
pada proses perubahan yang men-cakup berupa adaptasi sosial dan kebudayaan.
seluruh sistem sosial, seperti politik, Adaptasi kebudayaan dapat didefinisikan
ekonomi, infrastruktur, pertahanan, sebagai suatu strategi penanggu-langan yang
pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan diupayakan manusia dalam kehidupannya
budaya (Alexander dalam Harahap, 2015). untuk merespon perubahan lingkungan
maupun perubahan sosial (Iskandar dalam
Pembangunan Waduk Jatigede merupakan Harahap, 2015). Adaptasi mata pencaharian
pembangunan yang menyebabkan perubahan dilakukan agar manusia tetap dapat
pada segi lingkungan fisik yang berakibat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
pada perubahan lingkungan sosial dan mereka sekaligus bertahan hidup. Pada
ekonomi. Hal ini disebabkan oleh adanya umumnya, manusia yang berada di
perpindahan tempat tinggal masyarakat lingkungan baru akan berupaya
terdampak ke tempat tinggal baru mereka. menyesuaikan diri dengan sumber daya
Perubahan ini menuntut mereka untuk yang tersedia di lingkungan barunya.
melakukan adaptasi atau penyesuaian-
penyesuaian diri terhadap kondisi Pada konteks penggenangan waduk Jatigede,
warga yang terkena dampak pembangunan

Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 68


U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

waduk dapat beradaptasi dalam hal mata secara probabilitas dapat merubah struktur
pencaharian dengan menjadi nelayan, kebudayaan. Adapun variabel dalam tingkat
penangkap ikan, tukang perahu, dan struktur adalah political economy dan
sejenisnya untuk dapat bertahan hidup dan domestic economy ekonomi domestik.
ini merupakan salah satu bentuk adaptasi Konsep ekonomi domestic merujuk pada
mereka pada lingkungan baru dan sumber adalah pengor-ganisasian reproduksi dan
daya lam baru (Fahim, 1981). produksi dasar, tukar-menukar, dan
konsumsi dalam rumah tangga, apartemen,
Sumber daya merupakan sebuah infrastuktur. atau tatanan domestik lainnya. Konsep ini
Prinsip teoretis mendasar dari materialisme meliputi struktur keluarga, pembagian kerja
kebudayaan adalah prinsip determinisme domestic, sosialisasi domestic, enkulturasi,
infrastruktur (Harris, 1979). Lebih lanjut pendidikan, peranan usia dan jenis kelamin,
Harris mengatakan bahwa mode perilaku displin domestik, hierarki, sanksi.
etik dari produksi dan reproduksi secara
probabilitas menentukan perilaku ekonomi Konsep ekonomi politik merujuk pada peng-
etik domestik dan ekonomi politik, yang organisasian reproduksi, produksi, pertukar-
kemudian secara probabilitas menentukan an dan konsumsi dalam dan di antara band-
suprastruktur perilaku emik dan band, desa-desa, chiefdoms, negara, dan
suprastruktur mental emik. Dampak kerajaan. Konsep ini meliputi organisasi
pembangunan terhadap adaptasi dapat dilihat politik, faksi, klub, asosiasi, korporasi,
dalam konsep materialisme budaya Marvin Pemagian kerja, pajak, dan pungutan,
Harris (1979). Konsep awalnya yakni sosialisasi politik, enkulturasi, pendidikan,
determinisme lingkungan yang menyatakan kelas, kasta, hierarki kota-desa, displin,
bahwa infrastruktur kebudayaan dapat secara kontrol polisi/tantara, perang.
probabilitas mengubah keadaan struktur
kebudayaan. Infrastruktur dan struktur pada akhirnya
dapat mempengaruhi suprastruktur perilaku.
Adapun yang termasuk infrastruktur adalah
Konsep suprastruktur perilaku digunakan
mode of production dan mode of
untuk meng-gambarkan kondisi yang
reproduction. Mode of production atau moda
dimiliki kebudayaan pada level abstrak, yaitu
produksi adalah teknologi dan praktik-
berupa kepercayaan, ideologi, dan seni.
praktik yang digunakan untuk memperluas
Variabel yang termasuk dalam suprastruktur
atau membatasi produksi subsistensi dasar,
perilaku adalah seni musik, tari-tarian, sastra,
khususnya produksi makanan dan bentuk-
periklanan, ritual, olahraga, permainan, hobi,
bentuk energi lainnya. Hambatan dan
Ilmu pengetahuan. Pada penelitian ini kajian
kesempatan biasanya timbul karena interaksi
dibatasi hanya pada level infrastruktur dan
teknologi spesifik tertentu dengan habitat
struktur kebudayaan saja. Pada infrastruktur,
tertentu (Saifuddin, 2005). Moda produksi
variabel yang digunakan yakni ekosistem,
meliputi teknologi sub-sistensi, hubungan
pola kerja, teknologi, demografi. Sedangkan
teknolingkungan, ekosistem, dan pola-pola
pada level struktur, variabel yang digunakan
kerja. Variabel dalam moda reproduksi
ialah pembagian kerja domestik, relasi
adalah demografi, pola-pola perkawinan,
intergrup dan intragrup masyarakat
fertilitas, natalitas, mortalitas, Pengasuhan
terdampak.
anak, Pengendalian medis atas pola-pola
demografi, kontrasepsi, aborsi, dan
Definisi dari ‘masyarakat terdampak’ yang
infantisida. Sedangkan yang dimaksud mode
dimaksud dalam penelitianini adalah
reproduksi (mode of reproduction) adalah
masyarakat yang semula tinggal di daerah
teknologi dan praktik-praktik yang
rencana genangan (tapak proyek) yang
diterapkan untuk memperluas, membatasi,
assetnya hilang dan harus pindah, dan
dan mempertahankan ukuran populasi. Di
masyarakat yang tinggal diluar rencana
dalam konsep determinisme lingkungan
disebutkan bahwa perubahan infrastruktur genangan (tapak proyek) yang kehilangan

Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 69


U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

asset dan pencaharian di daerah tersebut. merupakan daerah pertanian. Di Desa


(Suwartapradja, 2015). Sukaratu, dari total 130, 11 hektar luas
wilayah, 99, 58 hektar adalah lahan
Metode persawahan dan ladang. Sedangkan di Desa
Cibogo, dari total luas wilayah 355, 57
Penelitian ini menggunakan metode hektar, lebih dari 70 % wilayahnya
kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu merupakan lahan sawah dan perkebunan.
pendekatan yang menggunakan pendekatan Pasca penggenangan, masyarakat terdampak
pengamatan mendalam karena proses dari beberapa desa sebagian besar berpindah
pengumpulkan data dilakukan dengan cara ke wilayah dusun terdekat, yaitu Dusun
bertatap muka langsung dan berinteraksi Ancol. Di dusun ini terdapat warga
dengan subyek penelitian (McMillan dan masyarakat terdampak dari 3 lokasi desa
Schumacher, 2003). Metode ini dipilih yang berbeda. Mereka menempati wilayah di
didasarkan pemahaman bahwa perubahan dusun itu yang tidak tergenang air serta
sumber daya alam memerlukan kajian yang mulai mencari mata pencaharian baru di
lebih mendalam terkait dengan proses bidang perairan. Hal ini disebabkan sebagian
adaptasi dalam mempertahankan besar luas wilayah Dusun Ancol juga
kelangsungan hidup merupakan perairan.

Hasil dan Pembahasan Dampak pada lingkungan fisik akibat


pembangunan Waduk Jatigede adalah
Materialisme Budaya Marvin Harris Pada berkurangnya lahan sawah. Berdasarkan
Tingkat Infrastruktur tataguna lahan area waduk ini sekitar 60%
merupakan bekas lahan sawah, 20% lahan
Marvin Harris dalam teorinya mengenai kering/ darat/ tegalan, 10% lahan
materialisme budaya menyebutkan bahwa permukiman dan sekitar 10% lahan
infrastruktur kebudayaan secara probabilitas kehutanan. Area yang termasuk ke dalam
dapat mempengaruhi tingkat kebudayaan wilayah tampung air atau luas area waduk
yang lain. Dilihat dari fungsinya, Jatigede 4.887 ha pada elevasi 262,5 m dpl
infrastruktur kebudayaan adalah teknologi (Suwartapradja, 2008). Hal ini berarti
dan cara yang dilakukan oleh suatu sebagian besar sawah telah tergenang
masyarakat dalam rangka mengolah menjadi waduk. (Suwartapradja, 2008).
(memperluas atau membatasi) hal-hal dasar Perubahan tatanan ekologi ini telah membuat
terkait makanan (energi) dan reproduksi agar warga berganti memanfaatkan perairan
tidak menghambat kehidupan masyarakat untuk dapat bertahan hidup.
tersebut yang terbagi dalam moda produksi
dan moda reproduksi. Infrastruktur yang Teknologi
dibahas dalam penelitian ini merujuk pada
ekosistem, teknologi, pola kerja, dan Perubahan penggunaan alat atau media untuk
demografi. bekerja, menjadi variabel yang penting untuk
diperhatikan dalam mengamati perubahan
Ekosistem (Perubahan Sumber Daya) penghidupan dan proses adaptasi.
Masyarakat terdampak yang sebelumnya
Pembangunan Jatigede telah menyebabkan berprofesi sebagai petani, dan kini telah
perubahan sumber daya alam yang ada, dari berganti bentuk mata pencaharian; mulai
sumber daya lahan menjadi sumber daya air. menggunakan alat/media bekerja yang
Perubahan sumber daya ini telah mengubah berbeda. Sebelum penggenangan, alat
tatanan ekosistem dari wilayah yang menjadi pertanian atau perkebunan adalah jenis
tapak proyek tersebut. Di lokasi sebelum teknologi yang digunakan para warga;
penggenangan masyarakat terdampak yaitu berupa cangkul, topi, semprotan pestisida,
Desa Cibogor, Desa Jatibungur, dan Desa traktor, dan hal lain yang terkait pertanian.
Sukaratu sebagian besar wilayahnya Setelah penggenangan, alat bekerja mereka

Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 70


U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

berganti menjadi perahu, jaring, alat waring, keluarga menyesuaikan peran kerja sesuai
dan sebagainya yang terkait dengan kegiatan dengan pekerjaan yang saat ini.
perairan.
Demografi
Teknologi alat tangkap kini mulai dikenal
para warga. Dengan demikian, moda Wilayah waduk pada mulanya merupakan
produksi di Dusun Ancol Jatigede telah daerah pertanian dengan lahan aktif dan
mengalami perubahan seiring dengan jumlah panen 2 kali setahun. Desa Sukaratu
perubahan ekosistem. Kehandalan teknologi misalnya, memiliki lahan persawahan seluas
ini sangat berpengaruh pada kemampuan 80,26 hektar, lahan ladang/tegalan seluas
jelajah operasional mereka (Imron, dalam 19,52 hektar. Satu kali panen, warga
Haryono 2003). mendapatkan hasil 3-5 kwintal padi dari
lahan seluas 0,1 ha. Hasil ini dirasa cukup
Pola Kerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pola kerja menyangkut waktu kerja, dan Dusun Ancol adalah salah satu wilayah yang
bagaimana sistem upah dan pembagian hasil turut tergenang. Namun, wilayah bagian
keuntungan dari suatu hal yang dikerjakan. barat dusun ini tidak turut tergenang.
Sebelum penggenangan, sistem upah Wilayah barat dusun ini merupakan salah
didasarkan pada bagi hasil pertanian. satu yang paling diminati sebagai wilayah
Sebelum penggenangan, pola kerja mereka tujuan pindah para warga terdampak
adalah bekerja sebagai pemilik sawah dan genangan. Dusun ini berbatasan langsung
buruh tani. Pada saat musim panen, pemilik dengan dusun-dusun yang kini telah
lahan sawah akan memberikan upah setiap tergenang dan bisa dikatakan sebagai
kali mereka bekerja membantu panen wilayah terdekat.
pemilik sawah. Selain itu, ikatan antara Perpindahan penduduk dari wilayah yang
petani pemilik dan buruh tani lebih kompleks
tergenang ke tempat tinggal baru
dengan adanya sistem patron klien yang menyebabkan terjadinya perubahan
membuat hubungan mereka erat dan terikat.
komposisi penduduk di wilayah tempat
Namun, setelah penggenangan, sistem upah tinggal baru. Berikut adalah perubahan
atau bagi hasil (terutama pertanian) sudah
komposisi penduduk Desa Karangpakuan
tidak ada lagi. Sebab, di tempat tinggal baru sebelum dan setelah penggenangan :
yaitu di Dusun Ancol, jarang sekali yang
memanfaatkan lahan darat sebagai cara Tabel 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis
untuk mendapatkan mata pencaharian. Saat Kelamin Sebelum dan Setelah Penggenangan
ini, warga Dusun Ancol tidak lagi No Jenis Sebelum Setelah Peningkatan
memanfaatkan pola patron-klien dalam Kelamin Penggenangan (%)
pembagian hasil sebagaimana dalam konteks 1 Lk 1.814 2.320 27,9
pertanian lahan darat. Masih minimnya 2 Pr 1.782 2.163 21,4
penghasilan dari penghidupan baru membuat Jumlah jiwa 3596 4483
warga berupaya keras memaksimalkan keseluruhan
Sumber : Olahan Data Badan Pusat Statistik
tenaga kerja yang dapat dimanfaatkan dalam Kab. Sumedang
keluarga seperti anak dan istri untuk
menghemat atau memangkas biaya produksi
dari pekerjaan baru mereka. Tabel 1 menunjukkan peningkatan jumlah
penduduk laki-laki sebesar 27,9 % dan
Perubahan sumber daya membuat warga pertambahan jumlah penduduk perempuan
melakukan upaya-upaya strategis untuk sebanyak 21,4 % dari sebelum
memaksimalkan hasil yang bisa didapatkan. penggenangan. Jumlah ini menggambarkan
Oleh karena itu, perubahan gaya hidup juga peningkatan kompetisi mendapatkan pekerja-
terjadi dalam keluarga yang tujuannya untuk an di tempat tinggal baru pasca penggenang-
menyesuaikan dengan situasi. Anggota an. Hal ini karena warga Desa yang menjadi

Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 71


U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

tempat rekolasi harus bersaing dengan para biasanya baik istri dan suami sama-sama
pendatang yang memiliki keahlian sama, bekerja untuk mengolah hasil panennya
yaitu pertanian. Persaingan menguasai lahan sampai siap jual. Setelah penggenangan,
pertanian dan pekerjaan di bidang pertanian banyak kepala keluarga yang belum atau
pun terjadi. Persaingan ini lalu mendorong tidak memiliki pekerjaan. Hal ini memicu
terbentuknya strategi warga agar tetap dapat terjadinya disorientasi pembagian kerja di
mencari penghidupan. dalam keluarga warga terdampak. Tidak
adanya pekerjaan yang dilakukan, membuat
mereka hanya berdiam diri di rumah
memanfaatkan harta yang masih tersisa
Materialisme Budaya Marvin Harris Pada
pasca penggenangan.
Tingkat Struktur
Bagi sebagian warga lain, mereka melihat
Struktur kebudayaan adalah pengorgani-
adanya peluang yang dapat digunakan untuk
sasian reproduksi dan produksi dasar, tukar-
memaksimalkan kerja atau peran anggota
menukar, dan konsumsi dalam lingkup
keluaga mereka. Mereka mulai berjualan di
domestik maupun publik (hubungan
sekitar waduk, terutama pada para ibu
masyarakat dengan lembaga sosial). Pada
rumah tangga/perempuan Beberapa warga
tingkat struktur terdapat politik ekonomi dan
lelaki juga mulai menjadi penangkap ikan
domestik ekonomi. Pada konsep ini, variabel
dan menggantungkan hidup pada perikanan.
yang dibahas adalah pembagian kerja
Di dalam aktivitas tangkap ikan, biasanya
domestik, dan hubungan intergrup dan
peran istri/perempuan tidak tampak kecuali
intragrup yang memiliki tujuan tertentu.
dalam bidang penjualan hasil ikan
Pembagian Kerja Domestik tangkapan. Selain itu, pembagian jam kerja
pasca penggenangan juga menjadi tidak
Marvin Harris menyebutkan bahwa dalam teratur. Pengunjung yang datang ke waduk
tingkat struktur, perubahan infrastruktur pada jam-jam tertentu seringkali membuat
secara probabilitas dapat mengubah tatanan warga menunda waktu pulang ke rumah
struktur suatu kebudayaan. Salah satu konsep dengan harapan ada pengunjung yang datang
struktur yang dimaksud oleh Mavin Harris waduk akan berbelanja di warung mereka
adalah pembagian kerja domestik. Dalam atau menyewa perahu.
rangka untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari, warga terdampak genangan harus Ekonomi Politik
memaksimalkan kinerjanya dan
Hubungan sosial warga terdampak terbentuk
meminimalisir semua pengeluaran produksi
dengan beberapa kelompok warga lain di
agar hasil atau keuntungan dapat didapatkan
tempat relokasi. Pada dasarnya, terdapat
dengan mak-simal.
beberapa alasan mengapa masyarakat
Sebelum penggenangan, anggota keluarga terdampak memilih tempat tinggal mereka
masyarakat terdampak melakukan yang baru. Salah satunya karena mereka
pembagian kerja untuk mendukung memiliki kerabat terutama orang tua.
perekonomian terutama dalam bidang Berpindahnya warga terdampak genangan ke
pertanian. Di dalam bertani, biasanya kepala Dusun Ancol salah satunya juga didasari
keluarga (bapak) dibantu oleh ibu (istri) oleh alas an ini. Selain itu, relasi sosial yang
untuk melakukan aktivitas pertanian. Para sudah terjalin dapat dimanfaatkan dalam
istri bisa membantu dalam proses pra panen, kegiatan pindahan dan hal ini
ataupun pasca panen. Para istri akan dapatmengurangi biaya beban angkut barang.
membantu pula dalam proses nandur atau Aneka kemudahan dalam menjalin relasi di
proses penanaman benih padi di lahan sawah tempat tinggal baru pun terjadi karena
mereka. Setelah itu, tugas memberi pupuk landasan relasi ini. Kebiasaan “gotong
atau menyemprot pestisida menjadi tugas royong, saling asah, asih,asuh” dalam
laki-laki atau suami. Pada saat panen,

Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 72


U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

masyarakat Sunda, membuat warga memilih mulai membuka relasi dengan masyarakat
tinggal dengan para kerabatnya di saat sulit. terdampak dari wilayah yang berbeda.

Alasan kepindahan warga ke dusun Ancol Setelah penggenangan, jarang ditemukan


juga karenakemudahan terutama dalam kasus patron-klien seperti di tempat tinggal
bidang ekonomi. Warga yang pindah ke sebelumnya. Sehingga tidak ada masyarakat
Dusun Ancol mayoritas tidak perlu membeli terdampak yang “ikut bekerja” dengan
lahan lagi, karena mereka telah mendapatkan temannya atau dengan tuan tanahnya di
lahan dari orang tua ataupun kerabat yang daerah sebelum penggenangan. Namun
telah memiliki lahan di dusun tujuan. Dusun mereka mengakui, tak jarang ada masyarakat
Ancol yang merupakan daerah sekitar terdampak yang lebih dahulu mendapatkan
genangan, membuat biaya angkut jauh lebih pekerjaan karena selain adanya modal,
murah dibandingkan dengan pindah ke mereka telah memiliki relasi sosial dengan
daerah yang jauh dari tempat tinggal warga di desa yang baru sehingga mereka
sebelumnya. Selain itu, memiliki kerabat di mengerti daerah setempat, atau dengan
Dusun Ancol, diharapkan dapat orang-orang yang memiliki orientasi mata
memudahkan masyarakat terdampak untuk pencaharian yang sama, termasuk mengenai
mendapatkan mata pencaharian baru dengan sumber daya dan potensi mata pencaharian
memanfaatkan relasi yang telah ada yang bisa dilakukan. Dapat dikatakan, relasi
sebelumnya. menjadi jalan pertama membuka cara untuk
mendapatkan mata pencaharian.
Dari semua faktor pendukung adaptasi,
faktor modal dianggap paling berpengaruh, Analisis Adaptasi Mata Pencaharian
dan bukan faktor relasi sosial. Alasannya,
relasi sosial yang ada tidak serta merta Perubahan sumber daya lahan menjadi
membuat mereka mudah mendapatkan sumber daya air merupakan salah satu faktor
pekerjaan. Namun, dengan adanya modal terbesar dari dilakukannya adaptasi mata
usaha, mereka akan mencari jalan untuk pencaharian oleh para informan. Perubahan
mulai bangkit beradaptasi dengan mata sumber daya alam telah berpengaruh
pencaharian baru. Ketika suatu populasi atau terhadap proses kehidupan masyarakat
masyarakat mulai menyesuaikan diri terdampak di tempat tinggal baru mereka.
terhadap suatu lingkungan yang baru, suatu Berbicara tentang perubahan, terutama
proses perubahan akan dimulai dan dapat terkait mata pencaharian, adaptasi menjadi
saja membutuhkan waktu yang lama untuk faktor penting.
dapat menyesuaikan diri (Moran, 1982
Di dalam proses adaptasi dengan lingkungan
dalam Arkan, 2015). Penyesuaian perubahan baru, banyak hal yang harus mereka lakukan
ini dapat berlangsung cepat atau lambat
sehingga adaptasi dapat berhasil. Tak jarang,
tergantung pada kemampuan mereka melihat mereka harus memulai sesuatu yang baru
kesempatan dan ketersediaan modal.
yang sebelumnya belum pernah dicoba atau
Di dalam upaya memanfaatkan relasi soal dilakukan. Setelah memilih daerah tempat
baik kepada warga yang berasal dari tempat tinggal baru, masyarakat terdampak
tinggal sama atau berbeda, ataupun kepada menemui sesuatu yang baru dan berbeda
warga lokal, menurut masyarakat terdampak dengan tempat tinggal sebelumnya, yakni
Dusun Ancol sama saja. Tidak ada upaya- sumber daya air waduk, untuk itu diperlukan
upaya lebih. Hanya saja, hubungan dengan adaptasi sosial dan /ekonomi dan adaptasi
masyarakat terdampak dari daerah yang lingkungan untuk mengatasi kesulitan yang
sama hanya pada komunikasi di awal ada dilingkungan barunya.
kepindahan. Biasanya mereka akan
Marvin Harris dalam teorinya mengenai
berkomunikasi lebih intens dengan materialism kebudayaan memberikan
masyarakat terdampak yang berasal dari desa
gambaran bahwa variabel infrastruktur
yang sama. Namun lambat laun mereka kebudayaan seperti teknologi, ekosistem, dan

Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 73


U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

pola kerja yang termasuk dalam mode of pertanian menjadi perairan (aquatiq).
production merupakan hal yang dapat Perubahan ini menuntut masyarakat
mendukung terjadinya adaptasi. Sedangkan terdampak untuk melakukan adaptasi sesuai
demografi merupakan bagian dari mode of dengan sumber daya yang ada. Warga
reproduction yang harus dikendalikan agar terdampak genangan harus berkompetisi
adaptasi dapat dilakukan dengan baik. untuk dapat memanfaatkan waduk sebagai
Masyarakat harus menghindari peningkatan sarana untuk mampu bertahan hidup. Air
atau pengurangan jumlah dan ukuran waduk yang saat ini berada disekitar mereka
penduduk yang bersifat mengganggu atau dimanfaatkan dalam bidang wisata atau ikan
merusak (Saifuddin, 2005). Infrastruktur tangkapHal ini sesuai dengan batasan
kebudayaan ini yang secara probabilitas Soekanto yang melihat batasan adaptasi
dapat mempengaruhi kondisi struktur yakni proses mengatasi halangan-halangan
kebudayaan masyarakat yang termasuk di dari lingkungan dan proses perubahan-
dalamnya pembagian kerja, dan hubungan perubahan menyesuaikan dengan situasi
dengan kelompoknya ataupun luar yang berubah. (Soekanto,2005).
kelompoknya.
Perubahan bentuk mata pencaharian mereka
Sebelum penggenangan, warga terdampak berdampak pada jenis teknologi atau alat
sudah terbiasa dengan kehidupan pertanian, yang digunakan dalam bekerja. Warga
hal ini dikarenakan lebih dari 70% Teknologi terdampak genangan juga memanfaatkan
pertanian dimanfaatkan untuk mendukung relasi sosial mereka. Bagi masyarakat
mata pencahariannya. Bentang alam terdampak yang pindah ke Dusun Ancol
pertanian membuat warga memiliki strategi dengan alasan memiliki kerabat atau orang
memaksimalkan cara kerja untuk mengolah tua akan lebih mudah beradaptasi, sebab
lahan sawah mereka atau menyediakan jasa mereka memanfaatkan relasi sosial tersebut
untuk menjadi buruh tani. Tak jarang, untuk beradaptasi di lokasi yang baru. Bagi
anggota keluarga seperti istri dan anak warga yang tidak punya kerabat, mereka pun
dilibatkan dalam proses kerja. Mereka membangun relasi sosial yang baru sebagai
biasanya akan membantu dari mulai proses salah sati cara beradaptasi.
pra panen atau penanaman, panen, dan pasca
panen. Hal tersebut dilakukan guna Namun, relasi sosial bukanlah hal utama
meminimalisir biaya produksi, yakni yang dapat membantu adaptasi warga dalam
memberi upah kepada buruh tani. penhidupan. Modal ginansial tetap menjadi
landasan utama bagi terciptanya lapangan
Pada beberapa warga yang menggunakan pekerjaan di tempat baru. Warga yang
jasa buruh tani, mereka akan menggunakan memiliki modal yang bisa bersumber dari
jasa buruh tani yang sudah biasa ikut sisa harta merekadan melihat peluang usaha
mengolah tanah mereka yang mereka anggap baru lebih cepat menemukan sumber
terpercaya. Setelah habis masa panen, penghidpuan di tempat baru. Misal, dengan
hubungan antara pemilik lahan dan buruh emmanfaatkan waduk sebagai sumber
tani tidak serta merta selesai. Banyak kasus tangakapan ikan dan pariwisata.
bahwa pemilik lahan menjadi tempat buruh
tani untuk berhutang, baik uang ataupun Soekanto (2005), menyatakan bahwa batasan
barang. Pemilik lahan biasanya memberikan adaptasi ialah mereka dapat mengubah diri
pinjaman pada buruh tani yang memang mereka agar sesuai dengan kondisi yang
sudah memiliki reputasi yang baik dari segi diciptakan. Selain itu, dapat dilihat bahwa
kinerja ataupun hubungan sosial. Sehingga orang yang mampu beradaptasi adalah
hubungan mereka tidak sekedar pemilik mereka yang memanfaatkan sumber-sumber
lahan dan buruh saja. yang terbatas untuk kepentingan lingkungan
dan sistem. Sebagian warga terdampak
Setelah penggenangan, terjadi perubahan berhasil menciptakan aktivitas yang memberi
kondisi bentang alam dari yang semula keuntungan sesuai dengan keadaan bentang

Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 74


U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

alam yang saat ini ada atau waduk. Mereka mereka akan menjadikan hewan ternak
mengubah pola kerja, teknologi, dan sistem sebagai harta simpanan yang akan digunakan
kerja yang merupakan upaya dalam bila ada keperluan mendesak.
penyesuaian budaya dan aspek lainnya
sebagai hasil seleksi alamiah. masyarakat Setelah penggenangan, mereka tidak lagi
terdampak yang dapat menyesuaikan diri mendapatkan hasil per 6 bulan sekali seperti
dengan aspek aspek yang dalam hal ini setiap waktu panen, melainkan bisa setiap
sesuai dengan batasan adaptasi ini yang hari. Sebab, mereka akan bergantung pada
mampu beradaptasi. banyaknya jumlah pengunjung yang datang
ke waduk sekitar tempat tinggal mereka.
Sehingga, pola kerja yang mereka terapkan
akan berubah.
Tabel 2. Komposisi mata pencaharian penduduk
sebelum dan setelah penggenangan Pada saat menjadi petani, mereka akan
No Mata Sebelum Setelah
bekerja dengan jadwal yang tepat yakni dari
pencaharian pengenangan penggenangan paling pagi pukul 6 dan paling siang pukul
Jumlah % Jumlah %
KK KK
12 di sawah. Namun, setelah penggenangan
1 Petani 110 59,8 12 6,52 jadwal mereka disesuaikan menurut
2 Kuli/buruh 4 2,2 18 9,7 pekerjaannya sekarang. Penjaring ikan dan
3 Pegawai 8 4,34 9 4,89
Swasta pengemudi perahu akan berangkat pukul 5
4 PNS 7 3,80 5 2,72 pagi untuk mengecek jaringnya dan untuk
5 Wiraswasta 1 0,54 1 0,54
6 Pensiunan 12 6,52 12 6,52 berjaga bila ada pemancing yang akan
7 Dagang 7 3,80 22 11,96 berangkat ke desa seberang. Mereka akan
8 Honorer 5 2,71 5 2,71
9 Pemancingan - - 1 0,54
kembali ke rumah pukul 5 sore atau lebih
10 Satpam 1 0,54 - - malam lagi. Pedagang akan mulai aktivitas
11 Supir 3 1,63 3 1,63 pada pukul 7 pagi dan pulang pukul 5 sore.
12 Ternak - - 28 15,21
13 Pengemudi - - 3 1,63 Namun setelah penggenangan, warga jarang
Perahu sekali yang masih memanfaatkan ternak
14 Waring Ikan - - 1 0,54
15 Jaring Ikan - - 3 1,63 untuk menjadi harta simpanan, sebab ternak
16 Tidak 5 2,71 40 21,74 mereka sudah habis untuk membangun
Bekerja
17 Tidak ada 21 11,41 21 11,41 rumah di tempat baru. Sumber: Data primer, 2016
Data
Jumlah KK 184 100 184 100 Merujuk pada konsep infrastruktur pada teori
Sumber: Data primer, 2016 materialisme kebudayaan Marvin Harris,
tatanan struktur warga terdampak telah
Pasca penggenangan, pertanian yang menjadi
berubah. Meraka harus merubah pembagian
sumber penghidupan warga pun hilang. Dari
kerja di dalam rumah tangga. Banyak istri
data awal sebanyak 110 KK (59,8%) yang
yang tidak lagi bekerja atau menjadi bekerja
menjadi petani, setelah penggenangan hanya
pasca penggenangan. Warga yang pindah ke
12 (6,52%) orang saja yang masih menjadi
tempat baru juga kembali membangun relasi
petani. Setelah penggenangan, warga
sosial dalam rangka adaptasi di lingkungan
menggarap lahan yang di lokasi tidak
sosial baru Di tempat baru, umumnya
tergenang. Jumlah petani penggrapa
mereka memanfaatkan relasi intergrup untuk
menurun drsatis karena tidak adal lagi lahan
mendapatkan informasi tentang mata
yang digarap. Namun, jumlah pedagang
pencaharian.
justru mengalami kenaikan. Selain itu,
bentuk mata pencaharian lain pun muncul Mata pencaharian baru yang berbasis
yakni penyewaan perahu, jaring ikan, dan perairan membutuhkan keahlian khusus,
waring ikan. Perubahan ini membuat seperti menjaring ikan dan mengemudikan
orientasi ekonomi warga terdampak berubah. perahu. Mengingat keahlian sebagian besar
Sebelum penggenangan biasanya masyarakat warga adalah di bidang pertanian, tak banyak
terdampak baru akan mendapatkan hasil warga yang beralih pada penghidupan
kerjanya setelah panen tiba. Selain itu,

Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 75


U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

berbasis air ini. Hanya ada sekitar 8 dari Sebelum penggenangan sebagian besar mata
ratusan kepala keluarga yang memilih jenis pencaharian masyarakat terdampak ialah
penghidupan baru ini. Kedelapan warga ini petani. Pembangunan Waduk Jatigede
berharap bahwa hasil atau pendapatan yang menyebabkan mereka kehilangan mata
lebih dengan memanfaatkan potensi dari pencaharian lama. Di tempat tinggal baru
adanya waduk dapat mereka jadikan masih sedikit sekali warga yang masih
sandaran hidup. mendapatkan akses sumber daya lahan
karena lahannya telah dimiliki warga
Perubahan mata pencaharian yang dilakukan setempat, sehingga mereka harus mencari
masyarakat terdampak merupakan pilihan sumber daya lain untuk dimanfaatkan.
rasional atas perkiraan yang diharapkan akan Sumber daya air yang dapat membuka
dapat memperbaiki kehidupan perekonomian peluang usaha baru dan dapat dipilih warga
mereka. Warga yang tidak atau belum terdampak untuk mendapatkan mata
memiliki mata pencaharian hingga saat ini pencaharian belum menarik minat warga.
biasanyadikarenakan tidak adanya upaya Hal itu bsia jadi disebabkan oleh belum
lebih untuk berusaha atau kurangnya akses adanya pelatihan ketrampilan untuk
modal finansial sebagai penunjang penghidupan di bidang perairan. Pendapatan
mendapatkan mata pencaharian baru. yang menurun membuat kesejahteraan
rumah tangga warga menurun. Dengan
demikian, tujuan pembangunan untuk
Simpulan
meningkatkan taraf kesejahteraan belum
dapat tercapai atau dengan kata lain
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
pembangunan ini belum berhasil untuk
bahwa keberadaan Waduk Jatigede merubah
mencapai tujuannya.
variabel infrastruktur yang juga mengubah
variabel struktur, dan suprastruktur Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
kebudayaan. Hal ini dapat dianalisis dengan bahwa pembangunan yang membuat
kacamata teori materialisme kebudayaan perubahan infrastruktur kebudayaan turut
yang dikemukakan oleh Marvin Harris. mengubah struktur kebudayaan. Perubahan
Variabel-variabel yang dikaji pada penelitian ini diakibatkan oleh variabel dalam mode of
ini menggambarkan perubahan pada warga production dan mode of reproduction pada
terdampak Dusun Ancol berproses dalam tahap infrastruktur berubah, sehingga
upaya beradaptasi dengan Lingkungan hidup variabel dalam political economy dan
yang baru. domestic economy yang termasuk bagian
dalam struktur menjadi berubah. Hal ini
Pembangunan Waduk Jatigede dalam hal ini
sejalan dengan konsep determinisme
telah mengakibatkan perubahan lahan sawah
kebudayaan yang dikemukakan oleh Marvin
menjadi perairan, berkurangnya lahan sawah,
Harris.
dan perubahan kondisi jalan. Selain itu,
perubahan ini juga membuat berubahnya Ucapan terima kasih
teknologi yang digunakan untuk mendukung
mata pencaharian mereka. Proses-proses Penelitian ini didanai oleh Universitas
perubahanini kemudian mengakibatkan Padjadjaran melalui Skema Penelitian Academic
perubahan struktur kebudayaan seperti Leadership Grant (ALG) tahun anggaran 2015-
bidang sosial/ekonomi, berupa berubahnya 2016 dengan judul Resettlement Terdampak
pembagian kerja anggota keluarga dan Pembangunan Waduk Jatigede. Tim penulis
berubahnya kondisi relasi intergrup atau mengucapkan terima kasih pada Rektor, Dekan,
intragrup. Perubahan ini secara langsung dan DRPM Universitas Padjadjaran para
maupun tidak langsung telah membuat informan penelitian, serta semua pihak yang atas
proses adaptasi pada masyarakat terdampak support yang telah diberikan bagi terlaksananya
termasuk pada adaptasi mata pencaharian.
penelitian dan publikasi ini.

Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 76


U BA A o esia Jo r al of A t ro olog

Pembangunan Waduk Jatigede Di


Daftar Pustaka Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Bandung: Program Pasca Sarjana
Arkan, H. I. (2015). Strategi Adaptasi Sosiologi Konsentrasi Antropologi FISIP
Masyarakat Terkait Bencana Universitas Padjadjaran.Tidak
Kekeringan. Proposal Penelitian. Tidak diterbitkan.
diterbitkan. Suwartapradja, O. S. (2015). Laporan Penelitian.
Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kondisi Sosial Terdampak Pembangunan
Prenada Media Group. Waduk Jatigede. Skema BPON DIKTI-
Effendi, B. (2002). Pembangunan Daerah FISIP Universitas Padjadjaran- Tidak
Otonomi Berkeadilan. Yogyakarta: diterbitkan.
Uhaindo dan Offset. Suwartapradja, OS.(2016). Laporan Penelitian.
Fahim, H. M. (1981). Dams, People and Resettlement Terdampak Pembangunan
Development (The Aswan High Dam Waduk Jatigede. Bandung, Skema
Case). New York: Pergamon Press Inc. Academic Leadership Grant (ALG).
Gerungan, W. A. (2009). Psikologi sosial. Departemen Antropologi Fisip-DRPM
Bandung: PT Refika Aditama. Universitas Padjadjaran. Tidak
Harahap, S. A. (2015). Dampak Pembangunan diterbitkan.
Hotel Sutan Raja dan Sekolah Yadika
Terhadap Mata Pencaharian Petani di
Desa Cingcin. Bandung: Universitas
Padjadjaran.
Harris, M. (1979). Cultural Materialism. United
States: Library of Congress Cataloging
in Publication Data.
Irwan, Z. D. (2014). Prinsip-Prinsip Ekologi.
Jakarta: Bumi Aksara.
McMillan, J. H., & Schumacher, S. (2001).
Research in education: A conceptual
introduction (5th ed.). New York:
Longman.
PPSDAL, (1999/2000). Pemantauan Keadaan
Sosial Ekonomi Penduduk Asal Jatigede
Yang Telah Pindah Ke Lokasi
Pemukiman Baru. Bandung : Universitas
Padjadjaran.
Rosni. (2012). Analisis Tingkat Kesejahteraan
Nelayan di Desa Dahari Selebar
Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara.
Saifuddin, A. F. (2005). Antropologi
Kontemporer (Suatu Pengantar Kritis
Mengenai Paradigma). Jakarta: Kencana.
Soekanto, S. (2000). Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Symon, G. dan Cassell, C. (1998) Qualitative
Methods and Analysis in Organisational
Research. London: Sage Publication
Soemarwoto, O. (2003). Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Soemarwoto, O. (2004). Ekologi, Lingkungan
Hidup dan Pembangunan. Jakarta:
Djambatan.
Suwartapradja, O. S. (2008). Disertasi. Strategi
Penduduk Daerah Rencana Genangan
Dalam Menghadapi Ketidakpastian

Vo u (2) D s r ISSN - ISSN 2528-2115 77

Anda mungkin juga menyukai