Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK


INDONESIA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN
REPUBLIK INDONESIA

Firman Manan62

e-mail: firmanmanan@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian tentang Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI)


dilakukan dalam rangka mengevaluasi fungsi-fungsi dari DPD-RI dan difokuskan
pada upaya DPD-RI mengimplementasikan fungsi-fungsi legislasi, perwakilan,
pertimbangan, pemeriksaan, serta perekrutan dan pelatihan. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan metode kualitatif untuk membangun penjelasan tentang
fungsi-fungsi yang dijalankan oleh DPD-RI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
DPD-RI belum dapat mengoptimalisasikan fungsi-fungsinya oleh karena terdapat
problematika ketiadaan kewenangan tersendiri, keterbatasan fungsi legislasi dan
pertimbangan DPD-RI yang tidak mengikat. Oleh karenanya, perlu dilakukan
penguatan kewenangan DPD-RI melalui amandemen UUD 1945 serta
pengimplementasian konvensi agar pertimbangan DPD-RI mengikat institusi-
institusi negara lainnya.
Kata Kunci:
Sistem Perwakilan, Fungsi-Fungsi Lembaga Perwakilan,
Kewenangan.

ABSTRACT

The research of The Regional Representative Council of the Republic of


Indonesia (DPD-RI) was conducted to evaluate the functions of DPD-RI and was
focused on the effort to answer how DPD implements its legislation, representation,
deliberation, scrutinize, recruitment and training functions. The research method
used qualitative method to build explanations about the functions implemented by
DPD. The result of the research shows that DPD has yet optimalized its functions
because of the problem of original power, legislation limitation, and its deliberation

62 Staf Pengajar Program Studi Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

48 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

was not binding. Therefore, it is necessary to amend The UUD 1945 to strengthening
DPD authority and to establish a convention which makes DPD deliberations bind
the other state institutions.
Key Words: Representation System, Assembly Functions, Authority.

LATAR BELAKANG Pemilu tahun 2004 mendudukkan 550


orang anggota DPR dan 128 anggota
Kejatuhan Rezim Orde Baru pada DPD, sedangkan pada periode 2009-
tahun 1998 mengakibatkan perubahan 2014 anggota DPR berjumlah 560
yang signifikan dalam sistem politik orang dan anggota DPR sebanyak 132
Indonesia. Salah satu perubahan yang orang.
dilakukan adalah proses amandemen
DPD sebagai badan perwakilan
konstitusi terhadap struktur badan
dengan basis kewilayahan sebenarnya
perwakilan dengan kelahiran lembaga
dapat memainkan peran penting dalam
negara baru di dalam struktur badan
penyelenggaraan pemerintahan oleh
perwakilan yang disebut sebagai
karena beberapa alasan. Pertama,
Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
DPD dapat menjalankan fungsi
Pada dasarnya, DPD dibentuk sebagai
penyeimbang terhadap fungsi yang
lembaga yang merepresentasikan
dijalankan oleh DPR (checks and
kepentingan rakyat di daerah dengan
balances system dalam badan
basis wilayah provinsi.
perwakilan). Kedua, terkait dengan
Perubahan Ketiga Undang pola rekruitmen dimana anggota DPR
Undang Dasar (UUD) 1945 mengatur mewakili kepentingan daerahnya,
tentang pendirian sekaligus anggota DPD seharusnya tidak akan
kewenangan yang dimiliki oleh DPD terjerat dengan kepentingan-kepen­
sebagai bagian dari lembaga perwakilan tingan politik yang kemungkinan besar
di Indonesia. Berdasarkan Perubahan dapat terjadi pada anggota DPR
Ketiga UUD 1945 tersebut, seakan karenaDPD lebih terkonsentrasi untuk
Indonesia mengadopsi struktur mengagregasikan dan mengartiku­
bikameral, dengan menjadikan DPR lasikan kepentingan dearah yang
sebagai lembaga perwakilan yang diwakilinya. Keempat, legitimasi
berbasis nasional dan DPD sebagai anggota DPD lebih kuat daripada
lembaga perwakilan yang berbasis anggota DPR karena dipilih dengan
daerah provinsi. Selanjutnya, pemilihan sistem distrik (anggota DPR dipilih
umum pertama bagi anggota DPR dan dengan sistem proporsional), dengan
DPD berdasarkan ketentuan tersebut mengandalkan kekuatan dan ke­
dilakukan pada tahun 2004. Lembaga mampuan individu yang dimilikinya.
perwakilan di Indonesia berdasarkan

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 49


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

Namun demikian, pada amanat UUD 1945 untuk mewujudkan


kenyataannya hingga saat ini DPD lembaga perwakilan yang dapat
tidak terlihat menjalankan fungsinya mengagregasi dan mengartikulasi
untuk memperjuangkan aspirasi rakyat kepentingan rakyat secara optimal.
yang diwakilinya. DPD belum Penelitian ini bertujuan untuk
memainkan peran yang signifikan menggambarkan sekaligus meng­
dalam penyelenggaraan pemerintahan. evaluasi fungsi-fungsi yang telah
Fungsi lembaga perwakilan selama ini dijalankan oleh DPD Republik
nampak lebih didominasi oleh DPR, Indonesia dalam penyelenggaraan
sedangkan DPD terlihat tidak pemerintahan di Indonesia pada
memperlihatkan kinerja yang signifikan periode 2009-2014.
dalam menjalankan fungsinya sebagai
lembaga perwakilan. Sebagai ilustrasi,
TINJAUAN PUSTAKA
pada periode 2004-2009, DPD
mengajukan 19 rancangan undang-
undang (RUU) melalui DPR, namun Berdasarkan teori klasik tentang
tidak satu pun dari RUU tersebut yang negara, dikenal adanya doktrin
ditindaklanjuti DPR (Isra, 2010:264). pemisahan kekuasaan (separation of
powers) yang dikemukakan oleh
Ketidakefektifan DPD sebagai Montesquieu. Terdapat tiga fungsi
lembaga perwakilan dalam pemerintahan, yaitu fungsi legislasi
menjalankan tugasnya ditenggarai (legislation function) yang dilekatkan
terjadi karena beberapa faktor. pada badan legislatif, fungsi eksekusi
Pertama, miskonsepsi dalam (executive function) yang diserahkan
menerapkan konsep bikameral. Kedua, pada badan eksekutif, dan fungsi
kewenangan DPD yang sangat terbatas ajudikasi (adjudication function) yang
dan hanya terkait dengan soal-soal diberikan pada badan kehakiman/
kedaerahan. Ketiga, DPD dibentuk peradilan (judiciary). Fungsi-fungsi
untuk mencegah timbulnya kembali ini dijalankan oleh badan-badan yang
hegemoni lembaga eksekutif, namun berbeda untuk menghindari adanya
kemudian perimbangan kekuasaan pemusatan kekuasaan pada satu tangan,
tidak berjalan dengan efektif karena yang diasumsikan akan berakibat pada
besarnya kewenangan yang dimiliki tirani kekuasaan, sebagaimana
oleh DPR (DPD, 2006:21-25). dikemukakan oleh Montesquieu
Kondisi sebagaimana tersebut di (dalam Cohler et al., 2002:21):
atas tentunya bukanlah merupakan “When the legislative and
suatu kondisi ideal bagi DPD yang executive powers are united in the
seharusnya menjalankan fungsi same person, or in the same body
selayaknya suatu lembaga perwakilan. of magistrates, there can be no
Terlebih, keberadaan DPD merupakan liberty. Again, there is no liberty,

50 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

if the judiciary power be not Badan legislatif dalam realita


separated from the legislative and penyelenggaraan pemerintahan tidak
executive. Were it joined by dapat menjelma sepenuhnya menjadi
legislative, the life and liberty of satu-satunya badan yang memiliki
the subject would be exposed to kewenangan untuk membentuk UU
arbitrary control; for the judge (dalam arti materiil). Badan legislatif
would then be legislator. Were it hanya mempunyai kewenangan untuk
joined to the executive power, the membentuk UU dalam arti formil (dan
judge might behave with violence di sebagian negara juga memiliki
and oppression. There would be kewenangan membentuk dan merubah
an end to everything, where the UUD). Kewenangan untuk membentuk
same man, or the same body, peraturan perundang-undangan di luar
whether of the nobles or of the UU (dan/atau UUD) diserahkan kepada
people, to exercise those three badan eksekutif, namun demikian
powers, that of enacting laws, kewenangan tersebut hanya dapat
that executing the public dilakukan sepanjang ditentukan atau
resolutions, and of trying the berdasarkan UU atau UUD. Dengan
cases of individuals.” demikian maka kekuasaan badan
legislatif untuk membentuk undang-
Badan legislatif pada awalnya
undang tetap terjaga, karena peraturan
semata-mata diarahkan sebagai badan
perundang-undangan di bawahnya
pembentuk undang-undang, yang di
harus berpedoman pada UU (dan/atau
berbagai negara dilekatkan pada badan
UUD) yang dibuat oleh badan
perwakilan yang ada pada negara
legislatif.
tersebut (misalnya Parliament di
Inggris, Congress di AS, Staten Pada sisi lain, walaupun pada
Generaal di Belanda, dan MPR di awalnya badan legislatif (yang
Indonesia). Kekuasaan membentuk merupakan badan perwakilan dari
undang-undang (UU) diserahkan rakyat) semata-mata menjalankan
kepada badan tersebut karena badan fungsi pembentukan UU (yang terbatas
legislatif dianggap sebagai representasi pada UU dalam arti formil), namun
dari rakyat di suatu negara (Hall, ternyata mengalami perluasan fungsi
2002:6-9). Sesuai dengan prinsip diluar pembentukan UU. Fungsi lain
kedaulatan rakyat, maka pengaturan yang dijalankan, antara lain adalah
yang menyangkut kepentingan rakyat (Heywood, 2002:316-319):
harus disetujui oleh rakyat, yang dalam 1. Fungsi representasi
konsep demokrasi tidak langsung (representation function).
(indirect democracy) diwakilkan 2. Fungsi memberikan pertimbangan
kepada suatu badan perwakilan yang (deliberation function).
merupakan representasi rakyat. 3. Fungsi pemeriksaan/penelitian

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 51


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

(scrutinize). perwakilan tersebut dapat ditentukan


4. Fungsi rekruitmen dan pelatihan oleh dua faktor, yaitu sistem rekruitmen
(recruitmen and training). keanggotaannya dan pembagian
5. Fungsi memberikan legitimasi kewenangan di antara keduanya dalam
(legitimation function). menjalankan tugas-tugasnya.

Fungsi lain yang dijalankan oleh Pada awalnya lembaga perwakilan


badan legislatif tersebut menyebabkan dua kamar ini digunakan pada negara-
peristilahan badan legislatif (apabila negara federal untuk memberikan
badan legislatif diartikan sebagai tempat kepada perwakilan negara-
badan pembentuk UU) menjadi tidak negara bagian sekaligus mencegah
tepat, oleh karenanya secara lebih luas terjadinya pertentangan antara negara
dapat digunakan istilah lembaga federal dan negara-negara bagian
perwakilan saja. Sebagai contoh, akibat tidak terakomodasinya
dalam istilah asing saat ini digunakan kepentingan negara bagian. Kamar
istilah assembly atau parliament untuk pertama akan merepresentasikan
menggantikan istilah legislature. kepentingan nasional, sedangkan
kamar kedua akan lebih
Pembahasan mengenai lembaga merepresentasikan atau berorientasi
perwakilan juga terkait dengan struktur pada kepentingan daerah. Namun
dari lembaga perwakilan itu sendiri. demikian dalam perkembangannya,
Struktur lembaga perwakilan yang negara-negara kesatuan juga
lazim ditemui pada berbagai negara menggunakan lembaga perwakilan
adalah lembaga perwakilan dengan dua kamar ini, terutama yang menganut
satu kamar (one chamber, unicameral) sistem desentralisasi. Selain itu dengan
dan lembaga perwakilan dengan dua adanya dua kamar dalam lembaga
kamar (two chambers, bicameral) perwakilan diharapkan dapat
(Heywood, 2002:320). Pada lembaga menjalankan fungsi checks and
perwakilan unikameral hanya ada satu balances di dalam lembaga perwakilan,
kamar yang mewakili rakyat, seperti misalnya dalam hal pembentukan UU
Knesset di Israel atau Parliament di yang harus mendapatkan pengesahan
New Zealand. Dengan demikian, dari kedua kamar tersebut.
hanya ada satu badan pada suatu
negara yang menjadi lembaga Dalam hal pembagian kewenangan
perwakilan rakyat. Sedangkan, dalam lembaga perwakilan bikameral,
lembaga perwakilan bikameral terdiri pada umumnya the lower house
dari dua kamar, yaitu the lower house memiliki kewenangan yang lebih besar
(yang memiliki anggota paling banyak daripada the upper house (di negara
dan masa jabatan lebih pendek) dan Amerika Serikat dan Brazil, the upper
the upper house. Perbedaan antara house memiliki kewenangan yang
kedua kamar dalam lembaga lebih besar), sehingga seringkali

52 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

disebut sebagai soft bicameralism. Terdapat dua teknik yang


Sedangkan apabila kewenangan kedua dilakukan dalam melakukan penelitian
kamar tersebut sama kuat (seperti The ini. Pertama, review literatur (literature
Italian Chambers of Deputies dan The review, background research). Teknik
Italian Senat), disebut sebagai strong ini dilakukan untuk membangun
bicameralism (Heywood, 2002:322). penjelasan-penjelasan umum terhadap
variasi-variasi perilaku dan fenomena
Giovanni Sartori mengemukakan
yang terkait dengan penelitian
tiga jenis bikameral, yaitu assymetric
(Johnson, et al. 2001:155). Kedua,
bicameralism/weak bicameralism/soft
pengumpulan data melalui sumber
bicameralism apabila salah satu kamar
yang berupa publikasi-publikasi atau
mempunyai posisi yang dominan
dokumen-dokumen.
dibanding kamar yang lain, symmetric
bicameralism/strong bicameralism Hasil penelitian ini diolah melalui
apa­bila kedua kamar mempunyai tiga alur kegiatan yang bersamaan,
kewe­nangan yang hampir seimbang, yaitu reduksi data, display (penyajian)
dan perfect bicameralism apabila data, dan penulisan kesimpulan,
kewenangan yang dimiliki kedua sebagaimana dikemukakan oleh
kamar tersebut sama besarnya (Sartori, Matthew B. Miles dan Michael A.
1997:184). Arend Lijphart meng­ Hubberman (Miles and Hubberman,
gunakan istilah strong bicameralism 1984:21-23). Pertama, reduksi data
dan weak bicameralism untuk men­ adalah proses pemilihan, focusing,
jelaskan kewenangan yang dimiliki penyederhanaan, abstraksi, dan
oleh kedua kamar dalam lembaga transformasi data “mentah” yang ada
perwakilan (Lijphart, 1999:203-205). dalam catatan lapangan. Reduksi data
dila­
kukan dengan cara membaca
transkrip wawancara, catatan
METODE PENELITIAN
pengamatan, atau dokumen-doumen
yang akan dianalisis lalu membuat
Penelitian ini menggunakan catatan (note) atau memo atas data
metode kualitatif, untuk membangun tersebut (memo). Kedua, tampilan
penjelasan-penjelasan tentang fungsi- (display) data adalah kumpulan
fungsi yang dijalankan oleh DPD. informasi yang terorganisasi. Dengan
Penelitian ini juga berusaha memahami display, pembuatan kesimpulan dapat
proses yang terjadi ketika DPD dimungkinkan untuk dilakukan.
menjalankan fungsinya sebagai salah Display data dilakukan dengan mem­
satu kamar dalam lembaga perwakilan buat matriks, grafik, networks, atau
di Indonesia, termasuk kendala- charts. Ketiga, pembuatan kesimpulan
kendala yang dihadapinya pada saat merupakan alur ketiga analisis
DPD menjalankan fungsinya. kegiatan. Sejak awal pengumpulan
data, peneliti mulai menentukan apa

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 53


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

arti dari sesuatu atau berbagai hal yang yang dimiliki oleh DPD. Pasal 22D
dikumpulkannya, mencatat regu­ ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa
larities, menggambarkan pola, pen­ “DPD dapat mengajukan kepada DPR
jelasan, penjelasan kausal, dan RUU yang berkaitan dengan otonomi
membuat proposisi. Proses pembuatan daerah, hubungan pusat dan daerah,
kesimpulan sudah dimulai, tetapi pembentukan dan pemekaran serta
peneliti memperlakukannya sebagai penggabungan daerah, pengelolaan
temuan-temuan awal yang masih sumber daya ekonomi lainnya, serta
terbuka terhadap perubahan. Peneliti yang berkaitan dengan perimbangan
juga masih bersikap skeptis. kekuasaan pusat dan daerah”. Pasal
Kesimpulan “akhir” baru akan muncul 22D ayat (2) UUD 1945 menyatakan
setelah tahap pengumpulan data “DPD ikut membahas RUU yang
berakhir. berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah,
pembentukan, pemekaran, dan
HASIL PENELITIAN DAN
penggabungan daerah, pengelolaan
PEMBAHASAN
sumber daya alam dan sumber daya
Kewenangan Asli (Original Power) ekonomi lainnya, serta perimbangan
DPD keuangan pusat dan daerah, serta
memberikan pertimbangan kepada
Dalam konsep sistem perwakilan, DPR atas RUU APBN dan RUU yang
baik dalam sistem perwakilan satu berkaitan dengan pajak, pendidikan,
kamar (unikameral), dua kamar dan agama”.
(bikameral), maupun banyak kamar Dalam pasal-pasal tersebut di
(multikameral), terdapat prasyarat atas terlihat bahwa DPD hanya berhak
bahwa kamar di dalam lembaga mengajukan dan ikut-serta membahas
perwakilan yang dimaksud mempunyai RUU (secara limitatif). Selanjutnya
kewenangan yang jelas (original kewenangan untuk melanjutkan (atau
power). Perbedaan di antara kamar- tidak melanjutkan) pembahasan RUU
kamar yang ada di dalam lembaga tersebut berada di tangan DPR, oleh
perwakilan tersebut hanyalah pada karena DPR yang mempunyai
besaran kewenangan yang dimiliki, kewenangan untuk menyetujui RUU
yang pada umumnya lebih banyak menjadi UU, sedangkan DPD hanya
pada kamar yang lebih rendah (the ikut serta dalam pembahasan RUU.
lower house). Hal ini juga tidak dapat dilepaskan dari
Apabila melihat kewenangan ketentuan Pasal 20 UUD 1945 yang
yang dimiliki oleh DPD berdasarkan menyatakan bahwa kekuasaan
UUD 1945, sesungguhnya tidak membentuk UU berada pada DPR,
terlihat adanya kewenangan tersendiri serta pembahasan RUU dilakukan oleh
DPR dan Presiden. Ketentuan Pasal 20

54 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

UUD 1945 tidak memberikan ruang yang menerapkan sistem bikameral.


kepada DPD untuk ikut memberikan House of Lords di Inggris misalnya,
persetujuan terhadap RUU menjadi walaupun kewenangan dalam bidang
UU. legislasi dibatasi, namun tetap memiliki
kewenangan untuk mengajukan RUU
Selanjutnya dalam hal
dan memveto RUU yang berasal dari
pengawasan, Pasal 22D ayat (3) UUD
House of Commons (dalam jangka
1945 menyatakan bahwa “DPD dapat
waktu satu tahun). Bahkan di Amerika
melakukan pengawasan atas
Serikat, walaupun Senat mendominasi
pelaksanaan UU mengenai otonomi
proses pembentukan UU, RUU
daerah, pembentukan, pemekaran dan
mengenai anggaran negara harus lebih
penggabungan daerah, hubungan pusat
dahulu dimasukkan melalui House of
dan daerah, pengelolaan sumber daya
Representative. House juga memiliki
alam dan sumber daya ekonomi
kewenangan untuk mengajukan
lainnya, pelaksanaan APBN, pajak,
tuntutan (impeachment).
pendidikan, dan agama serta
menyampaikan hasil pengawasannya
itu kepada DPR sebagai bahan Fungsi Legislasi DPD
pertimbangan untuk ditindaklanjuti.”
Ketentuan ini kembali memperlihatkan Dalam menjalankan fungsi
tidak adanya kewenangan tersendiri legislasi, DPD tidak menjalankan
(original power) yang dimiliki oleh fungsinya secara utuh. Hal ini terjadi
DPD, karena pada akhirnya hasil karena DPD tidak ikut menjalankan
pengawasan itu diserahkan kepada fungsi legislasi sampai pada proses
DPR, dan DPR berdasarkan akhir, yaitu ketika RUU disetujui untuk
kewenangan yang dimilikinya menjadi UU. Dalam pembahasan RUU
menindaklanjuti (atau tidak menjadi UU, DPD hanya ikut
menindaklanjuti) bahan pertimbangan membahas dalam pembicaraan Tingkat
dari DPD. I, sedangkan untuk pembicaraan
Kewenangan DPD berdasarkan Tingkat II, yang akan bermuara pada
Pasal 22D UUD 1945 tidak persetujuan RUU menjadi UU hanya
menunjukkan adanya kewenangan melibatkan DPR dan Presiden.
tersendiri (original power) DPD. DPD Berdasarkan alur pembentukan
seakan-akan hanya menjadi alat UU sebagaimana tergambar di atas,
kelengkapan dari DPR dalam terlihat bahwa DPD tidak menjalankan
menjalankan fungsi legislasi, kontrol, fungsi legislasi secara utuh. DPD
dan anggaran karena sesungguhnya hanyalah menjalankan fungsi legislasi
kewenangan hanya dimiliki oleh DPR. pada awal proses pembentukan UU,
Hal ini sangat berbeda apabila kita yaitu sampai dengan pembicaraan
bandingkan dengan negara-negara lain Tingkat I. Selanjutnya, pembicaraan

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 55


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

sampai dengan persetujuan RUU orang anggota DPD yang mewakili


menjadi UU dilakukan oleh DPR dan daerahnya. Dengan demikian, saat ini
Presiden. Terlebih, tidak ada jaminan terdapat 132 orang anggota DPD yang
bahwa keterlibatan DPD di awal proses mewakili 33 Propinsi di Indonesia.
pembahasan tersebut akan diakomodasi
Fungsi representasi ini sebenarnya
pada pembahasan tingkat selanjutnya.
secara ideal dapat dilakukan oleh DPD.
Dengan demikian, dapat terjadi bahwa
Terdapat beberapa alasan yang
DPR dan Presiden tidak memperhatikan
melatarbelakanginya. Pertama, sistem
pertimbangan-pertimbangan yang
pemilihan anggota DPD menggunakan
diberikan oleh DPD pada awal
sistem distrik. Artinya, empat kandidat
pembentukan UU.
anggota DPD yang mendapatkan suara
Berdasarkan hal tersebut di atas, terbanyak di daerahnyalah yang
dapat disimpulkan bahwa fungsi mewakili rakyat di daerah tersebut (the
legislasi DPD sebagai bagian dari winner takes all). Sesuai dengan
lembaga per­ wakilan sangat tidak karakteristik sistem distrik, maka
signifikan. Fungsi legislasi sebenarnya sesungguhnya anggota DPD memiliki
didominasi oleh DPR, oleh karena kedekatan dengan konstituen. Dengan
DPR menjadi penentu akhir dalam demikian, alur komunikasi di antara
menjalankan fungsi legislasi, anggota DPD dan konstituennya
sedangkan DPD hanyalah berperan seharusnya dapat berjalan dengan
pada awal dilakukannya fungsi lancar.
legislasi oleh lembaga perwakilan.
Dalam rangka menjaring aspirasi
dari konstituen, maka DPD berencana
Fungsi Representasi DPD membangun kantor perwakilan DPD
di setiap propinsi di Indonesia. Terlepas
Pola rekruitmen anggota DPD dari persoalan anggaran, pengadaan
dilakukan dengan basis kewilayahan, kantor perwakilan dapat menjadi salah
dimana orang-orang yang terpilih satu alternatif solusi bagi DPD untuk
menjalankan fungsi agregasi dan arti­ melakukan komunikasi dengan
kulasi kepentingan daerah atau wilayah konstituennya, termasuk melakukan
yang diwakilinya. Dengan demikian, fungsi artikulasi kepentingan rakyat di
DPD tentunya diharapkan menjadi daerahnya masing-masing dengan
jembatan untuk menyalurkan aspirasi menerima aspirasi dari rakyat. Selain
rakyat dari daerah-daerah yang itu, kantor perwakilan dapat menjadi
diwakilinya. salah satu sarana untuk
mensosialisasikan keberadaan DPD di
Basis wilayah yang dijadikan daerah. Harus diakui, hingga saat ini
daerah pemilihan anggota DPD adalah masih banyak rakyat yang belum
Propinsi. Di setiap Propinsi, terdapat 4 mengetahui secara jelas apa fungsi

56 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

yang dijalankan oleh DPD. negara yang lain. Namun demikian,


pada kenyataannya kewenangan yang
Namun demikian, pembangunan
dimiliki oleh DPR dan DPD sangat
gedung tersebut tentu juga harus
berbeda. Dalam hal fungsi deliberasi
mempertimbangkan prinsip efisiensi
terkait dengan pemilihan anggota
dalam penggunaan anggaran. Sebagai­
BPK, pertimbangan yang diberikan
mana difahami, dana yang digunakan
oleh DPD sama sekali tidak memiliki
merupakan dana publik. Dengan
daya ikat terhadap keputusan DPR.
demikian, maka penggunaannya harus
dapat dipertanggungjawabkan. Selan­ Hal ini berbeda misalnya dengan
jutnya, ketika kantor perwakilan fungsi deliberasi yang dimiliki oleh
tersebut pada akhirnya disetujui untuk lembaga-lembaga lain, sebagai contoh
dibangun, maka kantor perwakilan fungsi deliberasi yang dimiliki oleh
tersebut tentu harus digunakan untuk DPR dalam hal pengangkatan duta dan
sebesar-besarnya kepentingan rakyat, konsul oleh Presiden, serta penerimaan
dalam hal ini konstituen dari para penempatan duta dari negara lain.
anggota DPD di daerahnya masing- Walaupun DPR hanya memberikan
masing. pertimbangan, Presiden wajib
memperhatikan pertimbangan yang
diberikan oleh DPR. Bahkan, pada
Fungsi Deliberasi DPD
kenyataannya DPR ikut menentukan
apakah seseorang dapat diangkat oleh
Dalam hal fungsi deliberasi, Pasal Presiden untuk menjadi duta atau
23F UUD 1945 menyatakan bahwa konsul.
DPD memberikan pertimbangan
(deliberasi) kepada DPR dalam rangka Dengan demikian, secara ideal
pemilihan anggota Badan Pemeriksa DPR juga harus memperhatikan
Keuangan (BPK). Pasal tersebut pertim­
bangan yang diberikan oleh
menunjukkan bahwa sesungguhnya DPD dalam hal pemilihan anggota
DPD menjalankan fungsi deliberasi BPK. Walaupun di dalam UUD 1945
dalam rangka pemilihan jabatan tidak terdapat ketentuan yang
publik. Namun demikian, yang perlu menyatakan bahwa DPR wajib
diperhatikan adalah sampai sejauhmana memperhatikan pertimbangan DPD,
pertimbangan yang diberikan oleh namun sejatinya terdapat etika politik
DPD tersebut memiliki daya ikat dimana DPR harus memperhatikan
terhadap fihak yang diberikan pertimbangan tersebut.
pertimbangan, yaitu DPR. Hal ini terkait dengan penghor­
Sebagai lembaga negara, matanterhadap pertimbangan yang
kedudukan DPR dan DPD sebenarnya diberikan oleh lembaga lain yang ber­
berada pada tingkatan yang sama, ke­
dudukan setingkat, sebagaimana
sebagaimana kedudukan lembaga Presiden memperhatikan pertimbangan

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 57


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

DPR dalam pengangkatan duta dan Dalam fungsi pemeriksaan/


konsul. Prinsip semacam ini di dalam peneli­tian ini, kembali terlihat bahwa
negara modern disebut sebagai DPD tidak menjalankan fungsinya
konvensi, dimana tidak ada ketentuan secara penuh. Hal ini terjadi karena
tertulis yang mengatur tentang suatu DPD menyampaikan hasil pe­
hal, namun terbentuk kebiasaan yang ngawasannya kepada DPR untuk
telah berjalan dalam perjalanan digunakan sebagai bahan pertimbangan
penyelenggaraan negara yang oleh DPR. Dengan demikian, DPD
diterapkan sebagai sesuatu yang sebenarnya hanyalah menjalankan
mengikat. Sebagai contoh, di Inggris fungsi pertimbangan.
tidak ada ketentuan yang mewajibkan
Pada awalnya, memang benar
Raja atau Ratu Inggris untuk selalu
bahwa DPD menjalankan fungsi
mengesahkan RUU yang berasal dari
pemeriksaan/penelitian yang bersifat
Parlemen. Namun demikian, telah
limitatif karena terdapat pembatasan
terbentuk suatu konvensi–terkait
ruang lingkup pelaksanaan UU yang
dengan penghormatan terhadap sistem
dapat diawasi oleh DPD. Namun dalam
Monarki Konstitusional–bahwa Raja
proses selanjutnya, DPD hanya
atau Ratu tidak boleh menolak
menyerahkan hasil pengawasan
mengesahkan RUU yang berasal dari
tersebut kepada DPR untuk di­
Parlemen.
tindaklanjuti. Dengan demikian, DPD
tidak memiliki instrumen untuk
Fungsi Pemerikaaan/Penelitian menindaklanjuti hasil pengawasan
DPD yang telah dilakukannya.

Hal tersebut berbeda dengan


Pasal 22D ayat (3) UUD 1945
instrumen yang dimiliki oleh DPR.
menyatakan bahwa DPD dapat
DPR menjalankan fungsi pengawasan
melakukan pengawasan atas
tidak hanya terkait dengan pelaksanaan
pelaksanaan UU mengenai otonomi
UU, namun juga terhadap pelaksanaan
daerah, pembentukan, pemekaran dan
APBN serta kebijakan pemerintah.
penggabungan daerah, hubungan pusat
Fungsi pengawasan tersebut antara
dan daerah, pengelolaan sumber daya
lain dapat dilakukan melalui:
alam dan sumber daya ekonomi
1. Pengawasan melalui rapat kerja
lainnya, pelaksanaan anggaran
dengan pemerintah.
pendapatan dan belanja negara, pajak,
pendidikan, dan agama serta 2. Pengawasan melalui rapat
dengar pendapat dengan pejabat
menyampaikan hasil pengawasannya
pemerintah yang mewakili
kepada DPR sebagai pertimbangan
instansinya.
untuk ditindaklanjuti.
3. Pengawasan melalui rapat dengar
pendapat umum.

58 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

4. Pengawasan berdasarkan penga­ hasil pengawasan yang telah dilakukan


duan masyarakat. oleh DPD.
5. Pengawasan berdasarkan hasil
kunjungan kerja pada masa reses.
Fungsi Rekruitmen dan Pelatihan
6. Pengawasan berdasarkan hasil DPD
pemeriksaan BPK.
7. Pengawasan berdasarkan hasil Sebagaimana lembaga perwakilan
pengawasan DPD. di berbagai negara, DPD dapat
dijadikan ajang persemaian untuk
Selanjutnya, pelaksanaan fungsi
merekrut dan melatih calon-calon
pemeriksaan/penelitian oleh DPR
pejabat publik baik pada tingkat lokal,
tersebut dapat ditindaklanjuti dengan
regional, maupun nasional. Dengan
menggunakan hak-hak DPR, yang
demikian dapat saja terjadi bahwa
terdiri dari hak interpelasi untuk
anggota DPD mencalonkan diri atau
meminta keterangan pemerintah
bahkan terpilih menjadi bupati,
tentang suatu kebijakan pemerintah
walikota, gubernur, bahkan presiden
yang strategis dan penting serta
sekalipun.
berdampak luas pada kehidupan
berbangsa dan bernegara serta hak Harus difahami bahwa dengan
angket untuk mengadakan penyelidikan menjadi anggota DPD, maka seorang
terhadap kebijakan pemerintah yang individu secara ideal akan mendapatkan
penting dan strategis serta berdampak pengetahuan yang berharga tentang
luas pada kehidupan bermasyarakat hal-hal yang terkait dengan penye­
dan bernegara yang diduga lenggaraan pemerintahan. Selanjutnya,
bertentangan dengan peraturan posisi sebagai anggota DPD akan
perundang-undangan. mendekatkan dirinya dengan isu-isu
publik. Bukan tidak mungkin posisi
Dengan demikian, dapat dilihat
sebagai seorang anggota DPD juga
bahwa fungsi pemeriksaan/penelitian
meningkatkan popularitas maupun
yang dijalankan oleh DPR sangat
elektabilitas seseorang.
kompleks, sebaliknya fungsi
pemeriksaan/penelitian yang di­ Di Amerika Serikat, beberapa
jalankan oleh DPD sangat sempit, Presiden terpilih setelah menduduki
bahkan hanya menjadi salah satu kursi Senator. Hal tersebut terjadi
bagian saja dari fungsi pemeriksaan/ karena sebagai Senator, mereka telah
penelitian yang dimiliki oleh DPR. terbiasa menangani hal-hal yang terkait
Selanjutnya, fungsi yang sebenarnya dengan kepentingan publik dan
dilakukan oleh DPD sebenarnya penyelenggaraan pemerintahan.
hanyalah fungsi memberikan
Selain itu, sebagai anggota
pertimbangan kepada DPR terhadap
lembaga perwakilan, seorang individu

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 59


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

akan mendapatkan banyak pelajaran serta fungsi yang dijalankannya selama


mengenai kepemimpinan dan juga ini dalam penyelenggaraan pemerin­
pengetahuan tentang pemecahan tahan di Indonesia.
masalah-masalah publik.
Kewenangan DPD sangat kecil,
Di Indonesia, fenomena anggota bahkan DPD sejatinya tidak memiliki
DPD beralih menduduki jabatan publik kewenangan tersendiri (original
lainnya belum banyak terjadi. Namun, power) sehingga tidak dapat
terdapat beberapa kasus dimana menjalankan fungsinya secara optimal.
seorang anggota DPD kemudian Terkait dengan fungsi legislasi, DPD
terpilih menjadi kepala daerah atau tidak dapat menjalankan fungsinya
mencalonkan diri menjadi kepala secara utuh karena DPD hanya
daerah. mengikuti proses pembentukan UU di
awal namun keputusan menyetujui
Riza Falepi misalnya, anggota
RUU menjadi UU sepenuhnya
DPD tersebut terpilih menjadi Walikota
dilakukan oleh DPR. Terkait dengan
Pakuyumbuh pada tahun 2012.
fungsi representasi, DPD seharusnya
Sebelumnya, Riza telah menjadi
mempunyai peluang besar untuk secara
anggota DPD sejak tahun 2009. Selain
efektif mengartikulasi dan meng­
itu, anggota DPD lainnya, M. Sukur,
agregasi kepentingan konstituennya
resmi mendaftarkan diri menjadi calon
karena kedekatan anggota-anggota
Bupati Merangin, Provinsi Jambi. Di
DPD dengan konstituennya. Terkait
tempat yang lain, Wali Kota Makassar
fungsi deliberasi, DPD tidak dapat
Ilham Arif Sirajuddin berpasangan
menjalankan fungsinya secara optimal
dengan anggota DPD RI asal Sulsel,
karena pertimbangan yang diberikan
Aziz Qahar Mudzakar mendaftarkan
oleh DPD tidak bersifat mengikat
diri di kantor Komisi Pemilihan Umum
terhadap DPR. Terkait fungsi
Daerah (KPUD) Sulsel.
pemeriksaan/penelitian, DPD juga
tidak dapat menjalankan fungsinya
SIMPULAN DAN secara optimal oleh karena DPD tidak
REKOMENDASI memiliki instrumen untuk
menindaklanjuti me­ lainkan hanya
DPD merupakan lembaga menyerahkan hasil pemeriksaan/
perwakilan di Indonesia yang digagas penelitian tersebut kepada DPR.
untuk menjadi kamar kedua di dalam Terkait fungsi rekruitmen dan
sistem perwakilan bikameral, DPD pelatihan, dalam beberapa fenomena
idealnya menjalankan berbagai fungsi terlihat bahwa DPD telah menjalankan
dalam rangka menjalankan kewenangan fungsi ini. Hal ini dapat dilihat dengan
yang dimilikinya. Terdapat beberapa keberadaan beberapa pejabat atau
evaluasi terhadap kewenangan DPD calon pejabat publik yang semula
merupakan anggota DPD.

60 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

Berdasarkan hal-hal tersebut di Hall, Kath. 2002. Legislation.


atas, agar dapat menjalankan fungsi- Chatswood: Butterworths.
fungsinya sebagai kamar kedua di
Heywood, Andrew. 2002. Politics.
dalam lembaga perwakilan di Indonesia
New York: Palgrave.
secara optimal, terdapat dua hal yang
dapat direkomendasikan. Pertama, Isra, Saldi. 2010. Pergeseran Fungsi
mem­perkuat dan memperjelas kewe­ Legislasi: Menguatnya Model
nangan yang dimiliki oleh DPD Legislasi Parlementer dalam
sehingga memiliki kewenangan Sistem Presidensial Indonesia.
tersendiri (original power), tidak Jakarta: PT RajaGrafindo
sekedar menjadi lembaga yang Persada.
tersubordinasi oleh DPR, melalui
Johnson, Janet Buttolph. 2001.
Perubahan Pasal-Pasal di dalam UUD
Political Science Research
1945 yang mengatur tentang
Methods. Washington, D.C.: CQ
kewenangan DPD. Kedua, menginisiasi
Press.
adanya konvensi (kebiasaan) dalam
penyelenggaraan pemerintahan, Lijphart, Arendt. 1999. Pattern of
dimana pertimbangan yang diberikan Democracy: Government Forms
oleh DPD bersifat mengikat kepada and Performance in Thirty-Six
DPR. Contries. New Have and London:
Yale University Press.
DAFTAR RUJUKAN Miles, Matthew B. And Huberman, A.
Michael. 1984. Qualitative Data
Cohler, Anne M., Basia C. Miller, and Analysis: A Sourcebook of New
Harold S. Stone. 2002. Methods. London: Sage
Montesquieu: The Spirit of The Publications.
Law. Cambridge: Cambridge
Sartori, Giovanni. 1997. Comparative
University Press.
Constitutional Engineering: An
Dewan Perwakilan Daerah RI. 2006. Inquiry into Structures, Incentives,
Untuk Apa DPD RI. Jakarta: and Outcomes. New York: New
Kelompok DPD di MPR RI. York University Press.

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 61

Anda mungkin juga menyukai