Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur marilah kita haturkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan, kesehatan, dan kesempatan dalam menyelesaikan
Makalah ini, serta salam dan Shalawat tak luput kita lantunkan kepada Nabi
Besar kita Muhammad SAW, semoga pammase dan syafaat dari Rasulullah
menjadi penolong kita di akhirat kelak, amin.
Makalah sebagai salah satu syarat mengikuti PKL ini, telah penulis
susun dengan maksimal, itu semua berkat dukungan dari sahabat-sahabat senior
dan se-angkatan dalam memberikan pengalaman hidup yang menjadi sebuah
pelajaran berarti selama penulis ber-PMII.
Terlepas dari itu, penulis merasa dalam pembuatan Makalah ini sendiri
terdapat begitu banyak kesalahan yang ada, maka dari hal tersebut, penulis
mengharap saran dan kritik, guna menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini yang membahas
mengenai Strategi Kepemimpinan Gerakan dapat memberikan manfaat atau
inspirasi bagi sahabat-sahabat kader PMII guna merefleksi setiap gerakan yang
ada, hingga kita secara bersama bisa berbarengan dalam menuju tujuan mulia
PMII.
Salam Pergerakan
Wallahul Muafieq Ilaa Aqwamieth Tharieq
Wassalam

Muh.Wahyu Hidayat
DAFTAR SINGKATAN

PMII : Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia


Mapaba : Masa Penerimaan Anggota Baru
PKD : Pelatihan Kader Dasar
PKL : Pelatihan Kader Lanjut
PKN : Pelatihan Kader Nasional
ASWAJA : Ahlussunnah Wal Jamaah
PR : Penguru Rayon
PK : Pengurus Komisariat
PC : Pengurus Cabang
IPNU : Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama
IPPNU : Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama
NU : Nahdlatul Ulama
AD/ART : Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga
RTAR : Rapat Tahunan Anggota Rayon
RTAK : Rapat Tahunan Anggota Komisariat
KONFERCAB : Konferensi Cabang
MUSPIMCAB : Musyawarah Pimpinan Cabang
PO : Peraturan Organisasi
DAFTAR ISI

Sampul………………………………………………………………… i
Kata Pengantar..………………………………………………………ii
Daftar Singkatan.……………………………………………………..iii
Daftar Isi………………………………………………………………iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, merupakan sebuah Organisasi


yang besifat Kemahasisswaan, Keislaman, Kebangsaan, Sosial, Independen dan
Profesional, yang lahir tepat pada tanggal 21 Syawal 1379 H/17 April 1960 M
sebagai wadah bagi mahasiswa yang berideologi Islam Ahlussunnah Wal
Jamaah.
PMII dalam dinamika gerakan yang ada, dalam kurun waktu 1960-2023
telah bertransformasi menjadi sebuah organisasi kemahasiswaan terbesar di
Indonesia, itu semua merupakan gerak dinamis yang terjadi di PMII baik dari
tataran intelektual kemahasiswaan, Islam liberatif, Politik kebangsaan, juga
terus menjaga kaderisasi sebagai proses dalam regenerasi-regenerasi yang ada.
Pelatihan Kader Lanjut, merupakan salah satu dari 4 Kaderisasi Formal
di PMII, sebagai tujuannya ialah guna menciptakan kader Mujtahid yakni Kader
Pelopor yang menjadi patron gerakan baik di PMII, maupun di lingkungan
sekitarnya.
Dinamika kemahasiswaan baik di PMII setelah pandemic (faktor
eksternal) menjadikan PMII mengalami stagnasi gerakan, itu disebabkan karena
gagapnya kader-kader PMII dalam menyikapi persoalan yang ada, tentunya hal
ini menjadi sebuah upaya refleksi gerakan untuk menjaga dan merawat
eksistensi PMII sebagai organisasi yang dari sisi kemahasiswaan untuk terus
mengedapankan intelektual yang berbasis akan realitas dan keberpihakan,
Keislaman yang berbasis kepada plural dan liberatif, juga Keindonesiaan yang
berbasis solidaritas dan perlawanan.
Melihat akan hal tersebut, inilah pentingnya sebuah Kaderisasi guna
menjaga dan merawat untuk menghasilkan pemimpin-pemimpin baru, pelopor-
pelopor baru sebagai tujuan akhirnya ialah yang tertulis di Bab 4 Pasal 4
AD/ART PMII.
B. RUMUSAN MASALAH

Melihat akan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini

berangkat dari:

1. Bagaimana Definisi Strategi Kepemimpinan Gerakan ?

2. Apa saja ruang-ruang Gerakan PMII?

3. Bagaimana Problem dalam kepemimpinan di PMII?

4. Bagaimana terwujudnya Kepemimpinan Gerakan PMII?

C. TUJUAN

Melihat akan latar rumusan masalah diatas, maka Tujuan Penulisan


Makalah ini secara umum ialah sebagai bahan dinamisasi organisasi PMII untuk
merefleksikan setiap gerakan yang ada, dan secara khususnya ialah sebagai
prasyarat dalam mengikuti Pelatihan Kader Lanjut
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI STRATEGI KEPEMIMPINAN GERAKAN


1. Strategi
Strategi merupakan suatu pendekatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan sebuah gagasan, perencanaan secara sistematis dan terkoordinir,
serta eksekusi yang dalam pelaksanaannya memiliki kurun waktu tertentu, dari
pengertian ini dapat diambil kesimpulan bahwa strategi merupakan sebuah
rencana tindakan yang diambil untuk sebuah tujuan masa mendatang.
Sedangkan taktik sendiri merupakan tindakan spesifik dalam sebuah strategi.
2. Kepemimpinan
Memaknai pengertian tentang Kepemimpinan, saya merujuk kepada
komentar dari Sutradara asal Tiongkok bernama Jia lin terhadap buku Art of
War-nya Sun Tzu, yakni "Kepemimpinan adalah masalah kecerdasan,
kepercayaan, kemanusiaan, keberanian, dan disiplin. Ketergantungan pada
kecerdasan saja menghasilkan pemberontakan. Latihan kemanusiaan saja
menghasilkan kelemahan. Fiksasi pada kepercayaan menghasilkan kebodohan.
Ketergantungan pada kekuatan keberanian menghasilkan kekerasan. Disiplin
yang berlebihan dan ketegasan dalam memberi perintah menghasilkan
kekejaman. Ketika seseorang memiliki kelima kebajikan bersama-sama,
masing-masing sesuai dengan fungsinya, maka dia bisa menjadi pemimpin."
Dari hal tersebut, Kepemimpinan merupakan sebuah keterampilan
(dapat dipelajari) guna membimbing, memimpin orang lain, tim, atau
organisasi.
3. Gerakan
Gerakan yang dimaksud ialah sebuah gerakan mahasiswa, yang dalam
praktiknya merupakan sebuah upaya dalam merekayasa sosial, yang
berimplikasi pada sebuah perubahan sosial untuk tujuan keadilan-kesejahteraan-
dan pembebasan pada tataran pembodohan, kemiskinan, pelanggaran HAM,
pengrusakan lingkungan hidup dan lain sebagainya.
Jadi, secara sederhana Strategi Kepemimpinan Gerakan, merupakan
sebuah kumpulan metode dalam memimpin sebuah organisasi untuk
merekayasa sosial yang tujuannya sendiri memiliki cita-cita luhur untuk -
Negara-Agama-dan Bangsa.
B. RUANG GERAKAN PMII
Ruang gerak di PMII jika dilihat dari fungsinya ialah dalam bidang
kemahasiswaan (Akademik), keIslaman (Ide dan amaliyah ke Islaman-aswaja
an nahdliyah), dan keIndonesiaan (gagasan dan komitmen kebangsaan). hal ini
dapat kita maknai bahwa adanya 3 ruang tersebut, menghantarkan kita pada
sebuah realitas tentang, kader PMII merupakan perwujudan dari insan kamil,
yakni intelektual yang memiliki ideologi dan nalar gerak untuk
mempertahankan bangsa-negara.
1. Kampus
Kampus berasal dari bahasa latin yakni Campos yang memiliki arti
lapangan luas, atau tegalan, adapun secara terminologi Kampus bermakna
sebagai ruang dialektika yang dalam cakupannya terdapat ruangan (ruang
belajar-Ruang fakultas, dll), struktur pemerintahan (civitas akademika) dan
sebagainya yang masuk dalam kampus itu sendiri.
Sebagai organisasi kemahasiswaan, kader PMII mesti memaknai
kampus sebagai ruang dalam merekrut (produksi) anggota-anggota baru untuk
masuk di PMII, juga memiliki perspektif dalam pengembangan
pengetahuan/wawasan, dan idealisme yakni tentang komitmen memperjuangkan
cita-cita kemerdekaan, yang dalam ini menurut Ki Hajar Dewantara,
kemerdekaan sendiri bermakna.
a. Tidak ketergantungan pada orang lain
b. Mampu berdiri dikaki sendiri
c. Mampu menentukan nasib sendiri
Pemaknaan ini menjadi penting, sebab dengan dinamika kampus yang
terjadi melalui skema kapitalistik yang ada, itu turut menjadikan kampus
(perguruan tinggi) sebagai aparatus ideologi (Althusser) dalam menyebarkan
paradigma individualism-pragmatism.
2. Ruang Publik
a. Masjid
Aswaja merupakan idiom yang diperebutkan di Islam, itu sendiri
berdasar kepada Hadits yang tertulis mengenai Islam yang terbagi menjadi 73
golongan dan hanya 1 yang selamat yakni Ahlussunnah Wal Jamaah, klaim
aswaja secara terus menerus diperbincangkan, dan implikasinya terjadi
pertentangan siapa yang aswaja dan siapa yang bukan aswaja.
PMII dengan ideologi Islam Aswaja An Nahdliyah sebagai differentia-
nya, adalah hal yang terus diperjuangkan bagi kader-kader PMII, sebab tidak
bisa dipungkiri, ruang Ideologi dalam pertarungan wacana ini menjadi sebuah
hal yang patut untuk diperhatikan, apalagi terjadi gerakan Islam Puritan atau
Fundamentalisme, yang memiliki ciri-ciri kaku dalam beragama,
mengutamakan dalil secara tekstual, dan bahkan seenaknya dalam mengklaim
sebuah kebenaran secara sepihak.
Mengapa penulis memasukkan Masjid kedalam ruang gerak PMII itu
sendiri, berangkat dari sebuah gerakan yang ada, baik secara nyata berangkat
dari hadir dan berkembangnya lembaga-lembaga pelajar-kemahasiswaan dan
juga di masyarakat yang doktrinnya berakar pada fundamentalisme itu sendiri
dan gerakan ini masuk ke Masjid-Masjid kampus dan juga di masyarakat.
Merespon akan hal tersebut, PMII mesti menguasai ruang Masjid
sebagai tempat peribadatan publik, sebab hal ini tentunya sebagai counter akan
menyebarnya paham-paham sempalan tersebut.
b. Stackholder Pemerintahan
Legislatif-Eksekutif dan Yudikatif yang digelontorkan oleh seorang
politikus dan juga filsuf yakni Montesque, yang mana 3 hal tersebut merupakan
kesatuan dari Trias Politica, dalam hal tersebut kader PMII mestimemposisikan
diri sebagai seorang Intelektual yang berpihak pada golongan yang dilemahkan
atau kaum mustadlafin, sebab keberpihakan itu mesti jelas layaknya hitam dan
putih.
PMII berpijak pada landasan Nilai Dasar Pergerakan dalam merespon
dan juga bertindak dalam setiap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan, akan
kehadiran 3 lembaga tersebut yang saling berbagi akan kekuasaan, untuk saat
ini sendiri, PMII menentang akan abuse of power yang terjadi, juga kerja-kerja
sosial guna sebagai katalisator bagi kalangan bawah (masyarakat) untuk
memperjuangkan hak-hak dasar.
c. Media
Media disini merupakan sebuah platform dalam menyebarkan sebuah
gagasan, baik itu secara fisik yakni koran, selebaran pamflet, dan sebagainya,
pun sama dengan media sosial internet seperti Facebook, Twitter, Youtube,
Tiktok dll, adalah ruang yang begitu luas dan disilah letak penyebaran akan
paham-paham sempalan tadi, guna mendoktrin masyarakat untuk berpihak
kedalam golongannya.
Sudah menjadi ancaman, bahwa gerakan Islam fundamentalisme itu
selangkah lebih dahulu daripada gerakan Islam moderat, sebagai penanda akan
itu ialah lahirnya pertentangan yang begitu besar akan 2 kelompok, yakni
cebong dan kampret (2019) sebagai sedimentasi pada pertarungan gagasan
keislaman.
Ancaman tersebut juga menjadi sebuah tantangan yang perlu disikapi
dengan serius oleh kader-kader PMII, sebab ruang maya (medsos) tadi, adalah
efek dari globalisasi dan disinilah pertarungan pasar bebas wacana saling
beradu, baik itu fundamentalisme, liberalisme dan juga moderatisme.
Hal ini kemudian, sebagai landasan bahwa ruang gerak tersebut
memerlukan sebuah penopang dalam mewujudkan pribadi-pribadi yang dalam
sisi akademik memiliki intelektualisme yang tinggi, ideologi Islam Aswaja yang
kontekstual dan wawasan dan komitmen kebangsaan.
B.PMII Sebagai Organisasi Kaderisasi

Di PMII pendidikan dipraktekkan secara lebih khusus dalam


pengkaderan. melampaui pendidikan, pengkaderan bukan semata-mata hendak
menjadikan orang terdidik secara intelektual, berwawasan dan terampil secara
teknis. melainkan juga membekali (tepatnya: meningkatkan) individu atas
tugas-tugas kekhalifahan yang harus diemban manusia sebagai hamba Tuhan.
Selain itu pengkaderan juga bermaksud membangun keberpihakan individu
terhadap masyarakat besar darimana dia berasal.
Sehingga pengetahuan dan keterampilan individual apapun yang didapat
oleh kader, baik dari PMII maupun dari luar PMII, setelah mengikuti
pengkaderan PMII seorang kader diharapkan akan mengabdikan pengetahuan
dan keterampilan tersebut bagi kolektivitas. bukan diabdikan bagi kebesaran
dan kejayaan individual.
Ada 5 Argumentasi mengapa PMII harus melaksanakan Pengkaderan:
Pewarisan Nilai-nilai (Argumentasi Idealis)
a. Pemberdayaan Anggota (Argumentasi Strategis)
b. Memperbanyak Anggota (Argumentasi Praktis)
c. Persaingan Antar Kelompok (Argumentasi Pragmatis)
d. Mandat Organisasi (Argumentasi Administratif)
1. Kaderisasi sebagai Harapan dan Realitas
Sebelumnya, kita paham bahwa kaderisasi merupakan hal vital di PMII,
secara faktual, PMII memiliki 3 jenis Kaderisasi, Pertama Kaderisasi Formal:
Mapaba, PKD, PKL, dan PKN. Kedua, Kaderisasi Informal, dan Ketiga,
Kaderisasi Non Formal (Pelatihan-pelatihan). Dan dari 3 jenis kaderisasi
tersebut, itu berangkat dari 3 Pilar yakni Kemahasiswaan, Keislaman, dan
Keindonesiaan, menjadi hal yang mesti disebarkan dan dijewantahkan terus
menerus, sebab kaderisasi layaknya mata rantai, yang mesti saling bertautan
satu sama lain dari satu masa-ke-masa (inheren-sustainable).
Sebagaimana implikasi dari 3 pilar ini ialah bahwa seorang kader,
pertama memiliki semangat gerakan, dan intelektualismenya sebagai
mahasiswa; kedua keyakinan, pemahaman, pelaksanaan dan penghayatannya
dalam ajaran Islam Aswaja; ketiga pengetahuan, wawasan, komitmen dan
pembelaannya dalam kelangsungan negara-bangsa Indonesia.
Hal ini menjadi titik sentrum penulis tentang bagaimana sistem
pengkaderan itu dapat menjadi sebuah medium untuk mengembangkan potensi
setiap individu dalam ruang lingkup PMII, sebab dalam pengalaman penulis,
pengkaderan yang ada, belum mampu menghantarkan pada tujuan dari PMII itu
sendiri, yakni “Terbentuknya Pribadi Muslim Indonesia yang bertaqwa kepada
Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap, bertanggung jawab dalam
mengamalkan ilmunya, serta tetap memperjuangkan cita-cita kemerdekaan
Indonesia.” (Bab 4 Pasal 4 AD/ART PMII).
Hemat penulis, bahwa pola kaderisasi dengan berbagai metode-nya telah
begitu banyak yang tersebar, namun ada 1 hal yang luput, yakni adanya
keberanian dalam menguji coba metode tersebut dalam rekayasa sosial yang
ada. Fenomena ini, sebenarnya telah penulis amati dengan melihat dinamika
PMII di Polewali Mandar secara khususnya, bahwa dalam sebuah gerakan guna
mencapai tujuan mulia tersebut, penulis merujuk kepada Sahabat Senior Nur
Sayyid Santoso Kristeva, bahwa Pertama Kekuatan Basis yakni keseluruhan
kader PMII yang cukup menentukan arah gerak PMII, yang mana telah dibekali
dengan pemahaman analisis sosial dan manajerial organisasi yang memadai;
Kedua Kekuatan Pelopor, yakni kelompok minoritas kreatif, militan, berani
dan ideologis, mereka adalah motor penggerak dalam motor PMII; dan Ketiga
Kekuatan Inti, seperti layaknya Think Tank yang memiliki kualifikasi seperti
pelopor namun memiliki kekuatan urai sosial yang tajam, dan dalam realitanya,
ketiga kekuatan tersebut belum eksis membuat dinamika organisasi PMII di
Polewali Mandar sehingga Kepemimpinan Organisasi di tubuh PMII kurang
tereksplore.
2. Kaderisasi yang Programatik
Maksud dari kaderisasi yang terprogramatik ialah merujuk akan
pendekatan Non Government Organisation (NGO), yakni untuk mencapai
sebuah program yang baik dengan tujuan yang jelas, dibutuhkan sistem yang
detail akan tujuan dan output yang ada.
Mapaba, Sebagai pintu masuk bagi mahasiswa ke dalam rumah PMII
mesti disistem dalam sebuah mekanisme yang tersusun rapih, tujuannya sendiri
agar ada mekanisme yang dapat dipertanggung jawabkan dan dapat dilihat
tentang perkembangan atau kemunduran yang terjadi, hal ini penulis petakkan
menjadi 3 yakni: Pramapaba, Mapaba, dan Pasca Mapaba. Pra Mapaba yakni
proses kampanye di kampus, dengan melihat medan permainan yang ada
dikampus, juga antropologi kampus, memanfaatkan resource yang ada dan
bertarung dalam perebutan kader. Titik sentrum penulis ialah Pasca Mapaba,
yakni proses pendampingan yang kadang kala diabaikan, sebab kader-kader
hanya fokus akan Mapabanya, namun luput akan pendampingan dan follow up
yang merupakan bagian dari Mapaba itu sendiri.1

Contoh: Lembar Evaluasi Mapaba, Source: Multy Level Strategy PMII

Pola Kaderisasi yang terprogramatik ini ialah sedimentasi dari Tri


Khidmat PMII, yakni Taqwa, Intelektual dan Profesional, sebab hal yang
menganggu pikiran kita merupakan permasalahan yang tidak kita ketahui
darimana ia berasal dan mengapa ia ada? Dan cara menganalisisnya ialah
dengan mengurainya, sehingga kita paham akan permasalahan yang terjadi di
PMII secara Internal-eksternal, tentang yang mana dampak dan yang mana
sebab.
Banyaknya kader lepas itu bukan terletak dari kadernya (pen), namun
disebabkan adanya pola kaderisasi yang kaku, menurut Gus Abe, bahwa tidak
ada klaim sepihak tentang Kaderisasi, maksudnya ialah bahwa proses
dinamisasi dalam kaderisasi mesti terus dilakukan sebab pemaksaan akan

1
Begitupun dengan PKD, yakni hanya Pelaksanaan PKD-nya saja, namun
Follow up-nya tidak berjalan.
sebuah budaya yang sudah membatu dan jika terus dipaksakan, sudah tentu
hanya akan menuai kemerosotan.
Penulis sendiri, menganggap permasalahan Kaderisasi di Polewali
Mandar, terletak pada sisi Kaderisasi yang tidak jalan akan regenerasi-nya,
sehingga proses yang ada tidak memunculkan aktor-aktor pemimpin baru, yang
semestinya dalam setiap zaman itu mesti memunculkan aktor-aktor perubahan
dan memang begitulah pentingnya kaderisasi.
Penulis menilai bahwa penting dalam setiap pendampingan kader, baik
ditingkat PK-PR itu mesti menjalankan Mentoring, aksus-nya ialah, PR
membentuk tim mentoring untuk mendampingi anggota-nya di Rayon,
Komisariat membuat PKD dan alumni PKD (minimal 1 orang) itu mendampingi
PR dalam menejerial Organisasinya, kemudian PC dalam membuat PKL dan
alumni PKL (minimal 1) mendampingi PK dalam manajerial Organisasinya,
terkait mengenai tentang Kaderisasi Informal-Nonformal, itu sesuai dengan
kebutuhan fakultatif PR yang ada, sebab kadang kala yang terjadi, kader-kader
PMII di Fakultas itu tidak menguasai pengetahuan fakultatifnya, dan ini
merupakan kekeliruan.
Kemudian, tentang adanya Peraturan Organisasi di tingkat Kabupaten
yakni Musyawarah Pimpinan Cabang (Muspimcab) sebagai ruang konsolidasi
gerakan, dalam merembukkan tentang problematika gerakan, baik dari sisi
kaderisasi internal maupun secara eksternal yang menurut penulis sebagai
sarana refleksi gerakan dari segala tingkatan (PR-PK-PC), yang mana dari
pengamatan penulis melihat PMII Polewali Mandar sendiri, dinamika yang
terjadi ialah hanya pada sisi perebutan kekuasaan pada saat RTAR-RTK-
Konfercab saja dan hemat penulis itu sifatnya kontraproduktif.
PMII Polewali Mandar sendiri, dari pengalaman penulis yang berangkat
dari diskusi dengan sahabat senior, Kak Zahir, Kak Awi, Kak Randy dan lain-
lain, itu pernah melakukan Sistem Kaderisasi yang terprogramatik, yakni pada
rentang tahun 2010-2015, fokus akan itu ialah tentang kaderisasi yang menjadi
vital di PMII, indikatornya antara lain:
1. Hadirnya Lokakarya Kaderisasi, sebagai ruang musyawarah dalam
merumuskan kaderiasi Lokal di PMII Polewali Mandar yang tidak bertentangan
dengan PO Nasional.
2. Muspimcab sebagai forum musyawarah ke-2 setelah Konfercab, yang
merupakan pantikan dari Lokakarya Kaderisasi, guna membahas PO Lokal
PMII.
3. Kurikulum yang tersistem dalam setiap PR dan PK atas persetujuan
PC.
4. Hadirnya lembaga sayap PMII, seperti PERS Pergerakan, Kelompok
Tari, dan LSM yang menjadi ruang belajar kader PMII.
5. kader-kader memiliki militansi yang kuat dalam ber-PMII, yang mana
penguasaan ruang kampus itu dikuasai oleh kader-kader PMII dan dari ruang-
ruang yang ada terjadi dinamisasi didalamnya.
6. Pendampingan yang terus dilakukan oleh senior-senior dari beberapa
tingkat kepengurusan (mentoring).
Sebenarnya masih banyak dari ke 6 Point ini, sebagai indikator bahwa
PMII Polewali Mandar sendiri telah melakukan Kaderisasi yang terProgramatik,
namun dari berbagai hal tersebut, itu tidak terdistribusi dengan baik sehingga
terjadilah gap pengetahuan akan itu.
Dan jika dibagi kedalam 3 bagian, historis-sosiologi-dan yuridis hal
inilah yang membuat baiknya pola kaderisasi yang ada saat itu, dan penulis
sendiri berpatokan pada 3 hal ini, untuk menciptakan Strategi Kepemimpinan
Gerakan di PMII khususnya Polewali Mandar, bahwa secara perlu penguatan
secara historis/kesejarahan dalam PMII ditiap tingkatan kepengurusan, peran
Kader Pelopor ialah untuk membuat ruang diskusi atau terus-terusan
menyampaikan sejarah yang menjadi bahan pembelajaran akan itu untuk kader-
kader, Kedua sosiologis yakni kader-kader mesti memiliki sikap militansi dalam
ber-PMII, sebagai inputnya ialah kurikulum yang ada mesti sesuai dengan
fakultatif masing-masing Rayon, juga pelatihan Basis untuk menciptakan Kader
Inti ditiap rayon yang merupakan motor penggerak akan PMII, Ketiga Yuridis,
ialah sebagai landasan hukum yang berangkat dari keresahan bersama dalam
menyikapi dinamika statisnya gerakan, ruang ini sebagai refleksi bersama dari
setiap tingkatan kepengurusan guna menciptakan sebuah peraturan di tingkat
lokal.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sebagai Kesimpulan dalam makalah ini, ialah dalam memunculkan
sebuah Pemimpin Gerakan, diperlukan adanya upaya serius dalam proses-
proses kaderisasi yang ada, itu berangkat dari terprogramatiknya sebuah
kaderisasi, yang berangkat dari bawah yakni PR dan PK dalam proses
kaderisasi-nya yakni Mapaba-PKD dan pelatihan Informal-Nonformal yang
sesuai fakultatif yang ada, juga mentoring sebagai pendampingan untuk kader
PMII, sedangkan bagian atas, yakni PC sebagai pimpinan Organisasi secara
struktural ditingkat kabupaten/kota mesti membuat ruang konsolidasi guna
adanya dinamisasi organisasi, yang salah satunya ialah Muspimcab yang mesti
dilaksanakan dari tahun ke tahun guna untuk merefleksi kemajuan dan
kemunduran yang terjadi di PMII.

B. PENUTUP

Sebagai penutup dalam tulisan ini, besar harapan penulis dalam PKL ini
menjadi ruang belajar yang partisipatif dan tidak saling adu jago-jagoan
beretorika nan utopis, namun terjalin sharing pengalaman dan juga menjalin
silaturahim antar kader PMII pada PKL, dilain sisi sebagai output dari PKL ini ,
ialah sebagai kader pelopor, yang tentunya itu merupakan tugas mulia, sebab
regenerasi mesti dilakukan sebab setiap masa pasti ada pemimpinnya, semoga
kita menjadi pemimpin dimasa mendatang yang dalam setiap gerak yang ada,
itu berdampak positif dilingkungan kita.
Makalah ini dibuat dalam keadaan mepet dan sudah tentu begitu banyak
ruang-ruang kritikan yang terdapat didalamnya, untuk itu penulis meminta saran
dan kritikan guna menyempurnakan makalah ini dikemudian hari.
Akhir kata, Hidup yang tidak diuji tidak layak untuk dijalani, maka
teruslah menguji hidup kita dengan dinamika PMII yang tersedia, jangan takut
lapar sahabat, sebab Allah tidak pernah salah dalam membagi rezeki, teruslah
haus akan ilmu sebab orang yang celaka ialah orang yang mudah puas akan
sebuah hal.
Salam Pergerakan
Panjang Umur Perjuangan

Wallahul Muafieq Ilaa Aqwamieth Tharieq


Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

DAFTAR PUSTAKA
https://www.nu.or.id/fragmen/sejarah-lahirnya-pmii-q8TLb (Diakses pada
tanggal 13-Juni-2023, Pukul 22:37 Wita)

https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan (Diakses pada tanggal 13-Juni-


2023, Pukul 22:37 Wita)

https://id.wikipedia.org/wiki/Pergerakan_Mahasiswa_Islam_Indonesia (Diakses
pada tanggal 14-Juni-2023, Pukul 00:37 Wita)

Multi Level Strategy PMII

Anda mungkin juga menyukai