Paradigma
dan Ideologi Ideologi itu urusannya ke mana perubahan itu
akan didorong, akan digerakkan...
Ideologi itu urusan nilai, paradigma itu urusan
alat, perpsketif, metode, metodologi, teori
perubahan...
Masyarakat >>>>> normal>>>>
krisis>>>> para ilmuwan melakukan
analisis mencari akar dan solusi... >>>
new normal.... >>> Lahirlah teori...
Lahirnya
teori sosial
Masyarakat Barat... Irelevan dengan
konteks masyarakat kita...
1. Tafsir sosial
Paradigma
2. Teori Perubahan yang dipercaya efektif
Tafsir Sosial
Aswaja memandang dunia sebagai realitas yang plural dan bertingkat-tingkat, karena itu pluralitas diterima
Model sebagai kenyataan. Namun juga bersikap aktif yakni menjaga dan mempertahankan pluralitas tersebut agar
kehidupan menjadi harmoni, saling mengenal (litaa’rofu) dan memperkaya secara budaya. Sikap moderat dan
Bersikap toleran menjadi spirit utama dalam mengelola pluralitas tersebut. Dengan demikian aswaja juga menolak
semua sikap yang merusak dan menghancurkan keanekaragaman atau pluralitas budaya tersebut.
Dalam bertindak, aswaja mengakui adanya kehendak Allah swt (taqdir) tetapi aswaja juga mengakui bahwa Allah swt telah
mengkaruniai manusia pikiran dan kehendak. Karena itu dalam bertindak, aswaja tidak bersikap pasif fatalis dalam menghadapi
Model kehendak Allah swt, tetapi berusaha untuk mencapai taqdir-NYA yang dalam teologi dikenal dengan istilah kasab (berjuang).
Aswaja percaya perubahan sejarah tidak datang dari langit dengan tiba-tiba yang tinggal ditunggu tanpa ikhtiar. Namun demikian
Bertindak tidak bersifat antroposentris, bahwa manusia sebagai pusat segala-galanya, pusat ukuran nilai, dan karenanya bebas berkehendak
(seperti Qodariyah). Tindakan manusia tidak perlu dibatasi dengan ketat, karena dengan sendirinya akan dibatasi oleh alam, oleh
sejarah. Sementara Allah swt tidak dibatasi oleh faktor-faktor itu. Dengan demikian tindakan ala aswaja bukan tindakan yang
sekular melainkan sebuah dialektika keimanan yang mengejawentah dalam seluruh aspek kehidupan.
2. Sumber Kebenaran
Dalil Naqli
(Nash)
Dali
l Urf )
tradi i (living rasio
ti o n ) lA k al (
Dali
Da
li l
(m Ilh Intu ii
irf usya am isi aq )
W
a
sh n , r u h a d a li ir a
l i
od ’y h, Da emp
i qo ah (
h)
Tawassuth
Tawassuthiyyah Tawazzun
I’tidal
3. Method As-samhah
Al-jud
of thinking, Al-karom
Tasamuhiyyah
At-tasahul
As-sahlah
fikr
Manhaj Imam Abul
Hasan / Imam
Maturidi
Manhajiyyah Manhaj Aimmatul
Mazahib
Manhaj Imam
Ghozali dan Imam
Junaid
4. Ideologi Kerakyatan
Kebhinekaan/Pluralis
Ukhuwwah
5. Prinsip
Gerakan
Komitmen
Non-Kolaborasi
Pengabdian
Amanah
Asketik
Ikhlas
pada Korp
6. Model of
Analysis:
Multi-Level
Analysis
ANALISIS STRUKTURAL-2
, n
sa
wa
Pe lay
ng
pe
a
m an
ng
ua
en an
Ba
e
ili si
n,
uh u
,p
e ibu
r
ra
a
an mu
n
ya
a retr
g&
ha m
ba
k,
a ,
p
jas
Su jak
pe
Pe
r
pa
a
rli
nd
un
ga
n,
MASYA-
RAKAT
Analisis Historis
Suatu fenomena tidak begitu saja hadir melainkan melalui
proses sejarah. Bagaimana latar belakang sejarahnya,
kekuatan-kekuatan sejarah yang membentuk masyarakat atau
menciptakan suatu persoalan tertentu. Melalui telaah ini akan
dikembangkan pula kesadaran historis
7. Analisis Struktural
Struktur yang akan dilihat adalah: ekonomi (distribusi
Proses
sumberdaya), politik (bagaimana kekuasaan dijalankan), sosial
(bagaimana masyarakat mengatur hubungan di luar politik
dan ekonomi), budaya (bagaimana masyarakat mengatur
nilai).
.
Pemetaan sosial merupakan salah satu alat dalam pendekatan
partisipastif seperti : Participatory Rural Appraisal,
03 Participatory Research and Development (PRD),Rapid Rural
Appraisal (RRA)Participatory Action Research (PAR), dsb.
23
Purpose of Social Mapping
Baseline Approach & Metode Planning Change
01 02 03 04
24
Output of Social Mapping: Data
Demografi Geografi Psikografi Pola Relasi
01 02 03 04
25
Principles