Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

KEPEMIMPINAN, MODAL SOSIAL, DAN


PEMBANGUNAN DESA
(Kasus Keberhasilan Pembangunan di Desa Pangauban Kecamatan
Cisurupan Kabupaten Garut)

Iyep Saefulrahman
e-mail: sef73rahman@gmail.com

ABSTRAK

Membangun desa menjadi salah satu kewajiban pemerintah desa, karena hal
ini terkait dengan fungsi pembangunan yang dimilikinya. Dalam implementasinya,
selain kepemimpinan, modal sosial juga menjadi faktor utama yang dapat
mewujudkannya. Kepercayaan, kebersamaan, norma, dan jaringan yang hidup
dalam masyarakatnya menjadi modal bagi terwujudnya pembangunan desa apabila
pemimpinnya memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang berkarakter
sensitif dan responsif. Oleh karena itu, ke depan, Pemerintah perlu menyiapkan
strategi dan pola yang terarah agar pemimpin di desa memiliki kemampuan dan
karakter seperti itu.
Kata kunci: pembangunan desa, kepemimpinan, dan modal sosial.

ABSTRACT

Build the village became one of the obligations of the Government of the
village, because it is related to the function of development. In its implementation,
in addition to leadership, social capital is also a major factor that can make it
happen. Trust, mutuality, norms, and networks that live in society became the capital
for the realization of the construction of the village in its managerial and leadership
ability involves sensitive and responsive. Therefore, forward Government needs to
set up a directional pattern and strategy so that leaders in the village have the
ability and the character of such it.
Keywords: development of Village, leadership, and social capital.

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 149


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

PENDAHULUAN desa yang juga berkedudukan sebagai


bagian dari kelas elit yang berkuasa.
Pembangunan sering dikonse­
Kepala desa (kades) menjadi pilar
psikan sebagai upaya dalam merubah
penting dalam penyelenggaraan peme­
dari suatu kondisi sosial ke kondisi
rintahan desa termasuk dalam pem­
sosial yang lain yang dianggap lebih
bangunan desa. Ia merupakan seorang
baik oleh pihak-pihak (sebut saja agen
manager pemerintahan. Selain itu, ia
pembangunan) yang ingin melakukan
juga seorang pimpinan yang sekaligus
perubahan. Dalam pembangunan ini
pemimpin. Oleh karena itu, ia juga
standar atau parameter yang harus
menjadi pengambil keputusan dalam
dicapai setelah proses perubahan
setiap kebijakan dan program di tingkat
tersebut dilakukan telah ditetapkan
desa dan menjadi bagian utama dari
terlebih dahulu. Untuk mencapai
kelas elit penguasa. Atas kondisi
standar yang diharapkan tersebut tentu
tersebut, kepala desa menjadi figur
saja dibutuhkan perencanaan. Oleh
strategis dalam penyelenggaraan
karena itulah pembangunan sering
pemerintahan dan pembangunan desa.
disebut juga sebagai perubahan sosial
terencana.Dalam konteks pemerintahan Dari gambaran tersebut maka
maka yang dimaksud agen pem­ berhasil atau tidaknya pembangunan
bangunan di sini adalah Pemerintah. desa akan terkait dengan kemampuan
Artinya, pemerintahlah yang bertang­ kepala desa dalam mengelola setiap
gung-jawab dalam melakukan peru­ potensi yang ada dalam masyarakat,
bahan. Perubahan dari suatu kondisi baik potensi sumber daya alam (SDA)
yang dianggapnya kurang baik ke arah maupun sumber daya social (SDS).
kondisi yang lebih baik. Tanggung- Kemampuan dalam mengelola tersebut
jawab pemerintah dalam pembangunan dalam konsepsi administrasi dan
ini sesungguhnya juga salah satu pemerintahan dikenal dengan kepe­
fungsi yang dimiliki oleh pemerintah, mim­pinan. Dengan kata lain, kepe­
sebagaimana Rasyid (2000) katakana, mimpinan kepala desa sedikit banyak
selain fungsi pelayanan dan pem­ akan berelasi dengan keberhasilan atau
berdayaan. kegagalan pembangunan.

Fungsi Pembangunanini menjadi Untuk menegaskan keterkaitan


tanggung-jawab pemerintah pada antara kepemimpinan, modal sosial,
setiap tingkatannya. Itu berarti dan pembangunan desa, dalam tulisan
Pemerintahan Desa pun memiliki ini akan disajikan hasil penelitian
tanggung-jawab untuk melaksanakan tentang keberhasilan pembangunan
pembangunan ini. Dalam tataran desa di Desa Pangauban yang
normatif dan politis, tanggung-jawab merupakan salah satu desa di
pembangunan di tingkat desa ini ada Kecamatan Cisurupan Kabupaten
pada diri pemimpin desa, yaitu kepala Garut, yang mengalami kemajuan

150 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

pesat dalam pembangunannya. Hal ini didapat pemerintah desa. Namun di


dibuktikan dengan diperolehnya sisi lain, pada kenyataannya Pemerintah
penghargaan sebagai juara pertama Desa memang berhasil membangun
dalam lomba desa tingkat Kabupaten beberapa fasilitas umum seperti telah
Garut dan Propinsi Jawa Barat pada disebutkan di atas. Gambaran di atas
tahun 2009 dalam urusan pemberdayaan menjadikan suatu fenomena yang
masyarakat dan desa (http://www. menarik untuk diteliti lebih jauh.
garutkab.go.id/galleries/pdf_link/ Bagaimana bisa di tengah kondisi
prestasi_garut_2009). ekonomi masyarakat yang seperti itu,
Pemerintah Desa berhasil membangun
Banyak program pembangunan
beberapa sarana dan prasarana umum.
yang berhasil dilaksanakan oleh
Pemerintah Desa Pangauban, terutama
sejak desa ini dipimpin oleh Kades KERANGKA KONSEPTUAL DAN
sekarang, Dede Kusdinar, yang sejak TEORETIS
tahun 2005 memimpin Desa
Pangauban. Beberapa yang berhasil
Pemerintah Desa
dilakukan oleh Pemerintah Desa
Pangauban antara seperti yang dan Kepemimpinan Elit Lokal
diwartakan dalam HU Pikiran Rakyat
(10 Agustus 2009) dan informasi dari Pemerintah sebagai suatu orga­
Kepala Desa Pangauban antara lain nisasi publik memiliki tanggung-jawab
sarana dan prasarana pendidikan SMA, akan terselenggaranya peme­rintahan,
sarana ibadah (mesjid), rehabilitasi pelayanan, dan pembangunan secara
pembangunan fisik kantor desa, efektif dan efesien. Terkait dengan
pengadaan prasarana umum berupa tanggung-jawab tersebut, Rasyid
ruas jalan lingkungan, sanitasi serta (2000:59) menyebutkan adanya tiga
MCK (Mandi Cuci Kakus) yang nilai fungsi hakiki yang dimiliki pemerintah,
keseluruhannya mencapai milyaran yaitu:
rupiah. Pelayanan (service), pem­
berdayaan (empowerment), dan
Keberhasilan tersebut tentu saja
pembangunan (development).
menjadi menarik mengingat kondisi
Pe­
layanan akan membuahkan
ekonomi masyarakatnya. Di satu sisi keadilan dalam masyarakat,
mayoritas masyarakat Desa Pangauban pemberdayaan akan mendorong
bekerja sebagai buruh tani dan pada kemandirian masyarakat, dan
saat-saat tertentu mereka juga akan pembangunan akan menciptakan
bekerja sebagai penjual kerak-telor di kemakmuran dalam masyarakat.
Jakarta. Dari kondisi masyarakat yang
seperti itu tentu saja bantuan swadaya Pendapat senada tentang fungsi
masyarakat berupa materi akan sulit pemerintah ini dikemukakan oleh

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 151


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

Ndraha, yang dikutip Labolo (2006:26), Vilfredo Pareto. Pareto, seperti dikutip
dengan dua fungsi dasarnya, yaitu Bottomore, membagi kelas (elit) dalam
“fungsi primer atau fungsi pelayanan dua kelompok, yaitu:
dan fungsi sekunder atau fungsi Elite yang memerintah, yang
pemberdayaan”. terdiri dari para individu yang
secara langsung maupun tidak
Implementasi fungsi-fungsi
langsung memainkan bagian
pemerintahan tersebut tidak hanya
yang berarti dalam pemerintahan,
menjadi tanggung-jawab Pemerintah
dan elite yang tidak memerintah,
Pusat saja, tetapi juga Pemerintahan yang terdiri dari mereka yang
Daerah dan Pemerintah Desa. Hal ini tidak termasuk dalam kelompok
disebabkan keduanya merupakan pertama (Bottomore dalam
bagian dari Pemerintah Pusat.Apalagi Kartodirdjo, 1986:25).
kalau dikaitkan dengan kebijakan
desentralisasi yang memberi “kewa­ Dari pandangan tersebut kita bisa
jiban” pada Daerah dan Desa untuk melihat bahwa dalam masyarakat
turutserta menyelenggarakan pemerin­ senantiasa akan selalu ada kelas, yaitu
tahan yang di dalamnya termasuk yang memerintah (memimpin) dan
implementasi fungsi-fungsi pemerin­ yang diperintah (dipimpin). Kelas
tahan. Keberhasilan implementasi yang pertama karena sedikit maka
fungsi pemerintahan ini menjadi tolok biasanya memiliki keunggulan baik
ukur dari keberadaan dan keberhasilan dari sektor ekonomi maupun non
sebuah organisasi pemerintah (Rasyid, ekonomi dibanding kelas yang kedua.
2000). Weber melihat pembagian kelas itu
Sebagai bagian dari Pemerintahan dalam konsep tipe idealnya, yaitu kelas
Pusat, penyelenggaraan pemerintah sosial dan status sosial (Turner, dkk,
Desa dalam konteks Indonesia diatur 1998).
oleh perundang-undangan. Saat ini Keunggulan ini dimanfaatkan
pengaturannya didasarkan pada untuk meraih kekuasaan dan pengaruh
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 serta membangun kelompok atau
tentang Pemerintahan Daerah. Dengan jaringan sendiri yang akan membantu
merujuk pada undang-undang tersebut, pada keberlanjutan eksistensi dirinya
penyeleng­garaan pemerintahan dila­ dan kelompoknya. Kekuasaan dan
kukan terutama oleh Pemerintah Desa pengaruh ini umumnya mencakup
lebih khusus lagi oleh Kepala Desa dalam segala aspek kehidupan terutama
karena dialah yang menjadi pemimpin dalam hubungannya dengan kelas
di desa baik secara formal maupun kedua.
informal.
Dalam zaman modern, pembagian
Dalam teori-teori sosiologi, istilah masyarakat dalam dua kelas ini
elit dikemukakan pertama kali oleh mengalami pergeseran. Demokrasi

152 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

sebagai suatu sistem dalam penyeleng­ 2000). Konsensus yang dibangun


garaan pemerintahan dan buah dari tersebut menunjukkan adanya interaksi
modernisasi menjadi sebab dari antara kelas elite yang memerintah
pergeseran ini. Di antara kelompok dengan kelas massa yang diperintah.
yang memerintah dan diperintah ini, Hal ini diakui oleh Mosca yang menya­
ada kelompok lain yang oleh Mosca, takan bahwa hubungan dua kelompok
sebagaimana dikutip Bottomore, ini tidak (lagi) bersifat dominasi.
disebut dengan sub-elite. Lebih lanjut
Konsep kelas elite mengalami
menurutnya kelompok merupakan
perkembangan dengan lahirnya konsep
kelas menengah baru ini terdiri dari
elite politik. Harold D. Laswell
para pegawai negeri, manajer dan
merupakan penggagas dari konsep ini
karyawan administrasi, ilmuwan dan
dan mengartikannya sebagai semua
para insinyur, kaum terpelajar dan
pemegang kekuasaan dalam suatu
intelektual (Bottomore dalam
bangunan politik yang terdiri dari
Kartodirdjo, 1986).
pemimpin-pemimpin yang dihasilkan
Mosca lebih lanjut menjelaskan dan yang menerima pertanggung­
bahwa sub elite ini selain menjadi jawaban dalam suatu periode tertentu
kader bagi kelas elite yang memerintah, (Bottomore dalam Kartodirdjo, 1986).
juga menjadi unsur pokok dalam
Dalam konsep Weber, hal ini
pemerintahan suatu masyarakat. Oleh
disebut sebagai dominasi atau otoritas
karena itu stabilitas pemerintahan pada
(Turner, dkk, 1998). Pada skema
akhirnya juga tergantung pada
Weber, sistem tentang dominasi ini
moralitas, kecerdasan, dan kegiatan
didefinisikan dalam dua elemen yang
yang dilakukannya (Bottomore dalam
berhubungan. Pertama, kepercayaan
Kartodirdjo, 1986).
tentang legitimasi, yaitu penggunaan
Walaupun begitu, kondisi ini jelas kekuasaan yang sah ketika para
menjadi lebih baik dibanding keter­ pemimpin menuntut hak mereka untuk
gantungan pemerintahan pada sese­ memerintah dan masyarakat percaya
orang yang berkedudukan sebagai bahwa mereka memiliki kewajiban
sang ruler karena ia akan berperan untuk taat. Kedua, elemen dasar dalam
sebagai penentu maju mundurnya sistem dominasi, yaitu aparatur
pemerintahan dalam tahap pertama pemerintah. Aparatur ini akan melak­
terbentuknya pemerintahan, govern­ sanakan perintah dari pemimpin
ment as a ruling process. Artinya kon­ sebagai bentuk pelayanan dan sekaligus
disi yang digambarkan Mosca menun­ menjadi penghubung antara pemimpin
jukkan pada governing process, di sini dan yang dipimpin (massa).
bukan karakter sang ruler yang menjadi
Penjelasan ini semakin mem­
penentu tetapi konsensus yang di­
pertegas adanya governing process
bangun di antara mereka yang meme­
karena pemegang yang dihasilkan oleh
rintah dan yang diperintah (Rasyid,

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 153


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

suatu konsensus akan bertanggung- Kepemimpinan menurut Ralph


jawab melaksanakan pemerintahan Stogdil seperti dikutip Pamudji
sebagaimana telah diberi amanat oleh (1993:13) adalah ”proses atau tindakan
yang diperintah (kelas massa). Jadi mempengaruhi kegiatan-kegiatan
pemegang kekuasaan (kedaulatan) suatu kelompok yang terorganisir
sesungguhnya adalah kelas massa, dalam usaha-usahanya menetapkan
hanya kelas ini tidak menjadi dominan tujuan dan pencapaian tujuan tersebut”.
dan mendominasi dalam penyeleng­ Sementara Bass, yang juga dikutip
garaan (tata kelola) pemerintahan. Pamudji (1993:14), mengartikan
kepemimpinan sebagai “usaha sese­
Pada saat ini, menurut Bottomore
orang untuk merubah perilaku pihak
(dalam Kartodirdjo, 1986), istilah atau
lain”. Pamudji sendiri (1993:22)
konsep elite politik umumnya digu­
mengartikan kepemimpinan sebagai
nakan untuk menyebut kelompok
kemampuan untuk menggerakkan dan
fung­sional dan pemangku jabatan yang
mengarahkan orang-orang ke tujuan
memiliki status tinggi dalam suatu
yang dikehendaki.
masyarakat, meliputi individu-individu
yang dalam kenyataannya menjalankan Pemimpin dalam organisasi
kekuasaan politik dalam masyarakat publik (seperti halnya pemerintah
pada suatu masa tertentu. Sedangkan desa), sebagaimana telah dijelaskan,
untuk keseluruhan, kelas elite termasuk juga merupakan seorang manajer.
yang tidak menjalankan kekuasaan Sebagai seorang manajer (pejabat)
pemerintahan tetapi memiliki pengaruh publik, menurut Setiyono (2007:83),
digunakan istilah Mosca, yaitu kelas harus memiliki kemampuan kepe­
politik. mimpinan. Kompetensi (kemampuan)
ini berkaitan dengan:
Elite politik sebagaimana telah
kemampuan untuk memilih
diuraikan, akan memegang tampuk
dan merekrut anggota tim yang
kepemimpinan baik dalam masyarakat
tepat, mempengaruhi orang lain,
maupun dalam pemerintahan. Artinya,
memberikan teladan, mengajak
kepemimpinan yang diamanatkan
orang lain untuk maju pada cita-
tersebut dijalankan baik dalam suatu
cita yang diinginkan, ketenangan
organisasi (pemerintahan) maupun dalam berpikir, kesediaan untuk
kehidupan bermasyarakat (sosial). Hal mendengarkan dan memberi
ini senada dengan Ingraham (2009) perhatian pada kesulitan bawahan
yang melihatnya bahwa untuk dalam menjalankan tugas, dan
organisasi di semua sektor organisasi, memecahkan konflik yang
pemerintah di berbagai tingkatan, dan muncul di antara bawahannya.
pada kelompok masyarakat, kepemim­ ... seorang pemimpin yang harus
pinan merupakan hal yang paling memiliki konsep yang jelas untuk
mendasar. membawa kearahmana organisasi
hendak dijalankan, bagaimana

154 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

menempatkan organisasi dalam memiliki kepedulian ini pemimpin


lingkungan yang lebih besar, harus memiliki pemahaman terhadap
dan mendefinisikan apa peran, karakteristik masyarakat. Sikap ter­
manfaat, dan kontribusi organisasi buka dan transparansi akan semakin
bagi masyarakat. mendekatkan pemimpin dengan karak­
ter ini dengan masyarakatnya.
Dari uraian-uraian tersebut ter­
gambar bahwa kepemimpinan meru­ Kedua, kepemimpinan yang res­
pakan kemampuan yang harus dimiliki ponsif. Kepemimpinan ini memiliki
oleh elite untuk menggerakan dan kesamaan dengan kepemimpinan sen­
mengarahkan organisasi yang dipim­ sitif. Perbedaannya terletak pada posisi
pinnya dalam upayanya mencapai pemimpin yang dihadapkan dengan
tujuan yang telah ditetapkan. masyarakat yang aktif sehingga ia lebih
berperan menjawab aspirasi masya­
Kepemimpinan juga merupakan rakat. Pemimpin dengan karakter
kemampuan untuk mempengaruhi seperti ini dituntut untuk kreatif dalam
orang lain agar mau berperilaku seperti upayanya memahami kebutuhan mas­
yang dikehendaki pemimpin dalam ya­rakat, siap mengeluarkan energi da­
upaya mencapai tujuan organisasi. lam menghadapi dan mengatasi tun­
Oleh karena itu agar memiliki ke­ tutan masyarakat dengan meman­faat­
mampuan tersebut, pemimpin haruslah kan dukungan masyarakat.Ia juga ha­rus
menjadi teladan, memberikan per­ sigap dalam mengambil ke­putusan.
hatian, dan memberikan solusi pada
konflik-konflik yang timbul dalam Ketiga, kepemimpinan yang
organisasinya. Dengan demikian, defensif yang ditandai oleh sikap
kualitas diri (moral/mental dan skill egoistik. Karakter kepemimpinan yang
managerial) dari individu pemimpin seperti ini selalu mengambil posisi
menjadi masukan pada kemampuannya yang selalu benar, mengerti, dan
mempengaruhi orang dalam keputusannya menjadi harus ditaati.
menggerakkan organisasi. Dalam kondisi yang seperti ini
masyarakat lemah walaupun ada ruang
Secara garis besar kepemimpinan bagi mereka untuk bertanya atau
memiliki empat karakter (Rasyid, mengemukakan pendapat atau
2000:107—113): pertama, kepemim­ menyampaikan aspirasinya.
pinan sensitif yang ditandai dengan
kemampuan untuk memahami kebu­ Keempat, kepemimpinan yang
tuhan masyarakat dan ia akan berusaha represif. Ciri dari karakter
untuk menjadi orang yang pertama kepemimpinan ini sama dengan
yang memberi perhatian pada defensif yang egois dan cenderung
kebutuhan itu. Intinya dalam karakter arogan. Kakarakter kepemimpinan ini
ini pemimpin memiliki kepedulian lebih buruk dibanding defensif karena
pada yang dipimpinnya. Untuk dapat tidak didukung oleh kemampuan

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 155


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

berargumentasi dalam memper­ ta­ sendiri. Pem­ba­ngunan menjadi dipaha­


hankan keputusan yang diambilnya. mi dengan banyaknya bantuan dari
Pada karakter kepemimpinan yang pemerintah. Hal ini menjadikan masya­
seperti ini, kekuasaan dianggap identik rakat mengalami ketergantungan yang
dengan kebenaran. sangat besar. Pada akhirnya banyak di
antara mereka melu­ pakan kekuatan
Dari keseluruhan penjelasan
yang dimiliki oleh dirinya, masyarakat,
tentang kepemimpinan ini, ada suatu
dan lingkungan sekitarnya.
hal yang menarik bahwa kepemim­
pinan—termasuk kepemimpinan elit Pembangunan yang sejatinya
lokal—itu tidak hanya mempengaruhi untuk meningkatkan kesejahteraan
tetapi juga dipengaruhi oleh kelas masya­ rakat dan pemerataan malah
massa (masyarakat) yang dipimpinnya. semakin mem­ pe­
rtajam jurang kese­
Artinya, hubungan yang terbangun jahteraan di antara warga masyarakat.
tidak lagi satu arah tetapi sudah dua Artinya, pem­bangunan dimaksudkan
arah (diadik). Hal ini disebabkan ada untuk me­­ngurangi kemiskinan malah
nilai dan norma yang hidup, berkem­ menyebabkan semakin lebarnya jurang
bang dan menjadi pegangan baik oleh kemiskinan. Kondisi tersebut jelas
kelas massa maupun kelas elite yang bukanlah hal yang diharapkan oleh
menjadi pemimpinnya. Dengan kata agen-agen pembangunan, sehingga
lain, pola dan strategi kepemimpinan— mereka pun mencari tahu penyebab
apalagi kepemim­ pin­an elite lokal— kegagalan pembangunan itu.
yang akan digunakan nantinya dalam
Salah satu penyebab kegagalan
mempengaruhi kelas massa tergantung
pembangunan itu ternyata terlupa­
pada norma atau nilai tadi. Secara
kannya potensi sosial yang hidup
tidak langsung, kepemimpinan elite
dalam masyarakat. Potensi sosial ini
lokal ini menjadi agen perubahan atau
ke depannya dikenal dengan istilah
agen transformasi (agent of tranfor­
modal sosial dan menjadi isu yang
mation) struktur sosial (di pedesaan).
penting dalam pembangunan. Para ahli
yang memperkenalkan hal-hal yang
Modal Sosial dan Pembangunan terkait modal sosial ini di antaranya
Putnam, Fukuyama, Coleman, dan
Modal sosial merupakan suatu Bourdieu.
konsep yang muncul sebagai jawaban Sulit menemukan definisi yang
atas banyaknya kegagalan dalam pem­ pasti tentang modal sosial karena yang
bangunan yang selalu terfokus pada muncul selalu tertuju pada unsur-unsur
masalah ekonomi. Pendekatan eko­ yang membentuk atau ada dalam
nomi yang digunakan ternyata mem­ modal sosial itu sendiri seperti norma,
bawa pada perubahan paradigma di jaringan, dan kepercayaan. Namun
masyarakat terkait pembangunan itu Bank Dunia, seperti dikutip Hasbullah,

156 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

memberikan batasan modal sosial ini kemampuan sekelompok individu


sebagai “sesuatu yang merujuk pada dalam hubungan sosial yang erat dalam
dimensi institusional, hubungan- melibatkan dirinya sehingga mem­
hubungan yang tercipta, dan norma- bentuk suatu jaringan. Hubungan
norma yang membentuk kualitas dan sinergis antara anggota kelompok
kuantitas hubungan sosial dalam dalam jaringan ini akan mempengaruhi
masyarakat” (Hasbullah, 2006:6). kuat atau lemahnya modal sosial suatu
Coleman menjadi ahli yang ber­penga­ kelompok.
ruh dalam memberikan batasan modal
sosial ini. Menurut Coleman, sebagai­ 2. Resiprocity
mana dikutip Hasbullah (2006), modal
sosial ini berada dan hidup dalam suatu Resiprocity bukanlah suatu
relasi yang terbangun antar-individu pertukaran yang sesaat atau resiprokal.
yang membentuk adanya kewajiban Ia adalah konsep pertukaran tetapi
sosial, saling percaya, adanya jalinan lebih kepada pertukaran sosial bukan
pertukaran informasi dengan berpegang ekonomi. Dalam hal ini bantuan dari
pada norma dan nilai yang hidup dalam seseorang pada orang lain tidak
masyarakat. mengharapkan adanya balasan. Yang
menjadi basis dari pertukaran ini
Menurut Hasbullah (2006) inti adalah adanya semangat altruism,
dari modal sosial itu sesungguhnya yaitu keinginan untuk membantu dan
terletak pada upaya masyarakat dalam mendahulukan kepentingan orang lain.
mencapai tujuan bersama. Tentu saja Konsepsi Islam menyebutnya
upaya mencapai tujuan ini harus keikhlasan.
dilakukan bersama yang menurutnya
harus ada dukungan dari pola interrelasi
3. Trust
yang timbal balik dan saling
menguntungkan yang dibangun di atas Untuk trust ini, Hasbullah
kepercayaan yang didasarkan pada mengutip pendapat Putnam (1993,
norma dan nilai yang hidup dalam 1995, dan 2002) dan Fukuyama (1995,
masyarakat tersebut. 2002). Trust dalam konsepsi mereka
dimaksudkan sebagai sikap saling
Ada beberapa unsur dalam modal mempercayai antar anggota kelompok
sosial tersebut (Hasbullah, 2006:9— atau masyarakat untuk saling
16), di antaranya: mendukung bahwa siapapun dalam
kelompok/masyarakat tidak akan
1. Partisipasi dalam Suatu saling merugikan. Yang ada justru
Jaringan kepercayaan bahwa orang lain punya
perasaan yang sama dengan dirinya.
Dalam pandangan Hasbullah,
Jadi trust ini menitikberatkan adanya
modal sosial tidak dibangun oleh
keyakinan pada diri dari masing-
seorang individu tetapi oleh adanya

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 157


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

masing setiap anggota kelompok atau harmoni yang dapat membentuk


masyarakat. Keyakinan ini menurut terjalinnya hubungan yang rukun dan
Nahapit dan Ghosal (1998) yang indah dalam masyarakat. Namun yang
dikutip Hasbullah (2006) muncul pasti, menurut Hasbullah (2006), nilai
karena nilai-nilai (terutama nilai ini memiliki sifat yang ambivalen.
agama) yang senantiasa menjadi
pegangan tiap individu dan ter­ 6. Tindakan yang Proaktif
bangunnya jaringan yang kuat dari
Tindakan yang proaktif menjadi
masing-masing anggota.
unsur penting lain ketika kita berbicara
modal sosial. Hasbullah (2006) mem­
4. Norma Sosial be­rikan penjelasan terkait dengan
Norma sosial menjadi faktor tindakan proaktif ini dengan adanya
penting yang memberikan batasan keinginan yang kuat dari masyarakat
terkait perilaku individu dalam masya­ tidak hanya untuk berpartisipasi tetapi
rakat. Oleh karena itu norma meng­ juga mencari cara agar ia dapat terlibat
andung sanksi dan yang melanggarnya dalam setiap kegiatan yang akan
akan dikenai hukumam berupa sanksi dilaksanakan masyarakat. Dalam hal
sosial. Norma ini umumnya tidak ini tindakan yang proaktif merujuk
tertulis. Walaupun begitu ketaatan dan pada setiap aktivitas anggota masya­
pemahaman individu anggota rakat yang didasarkan pada dorongan
masyarakat pada norma ini sangat dari dalam (kesadaran diri) untuk
kuat. Contoh dari norma ini, misalnya melakukan sesuatu dalam kehidupan
menghormati orang tua, pendapat bermasyarakat dengan tidak menunggu
orang lain, dan lain-lain. perintah atau ajakan dari orang lain.

Modal sosial dan pembangunan


5. Nilai-nilai
memiliki keterkaitan yang sangat erat
Nilai, menurut Hasbullah (2006), terutama dalam mewujudkan
adalah suatu ide yang secara turun- efektivitas pemerintahan. Dalam
temurun telah dianggap benar dan catatan Hasbullah (2006) yang
penting oleh anggota kelompok mengkaji hubungan modal sosial
masyarakat. Nilai sesungguhnya dengan pembangunan menyebutkan
hampir sama dengan norma. Perbe­ bahwa masyarakat dengan modal
daannya terletak pada adanya sanksi sosialnya yang tinggi akan dapat
pada norma. Bahkan pada hal-hal memfasilitasi hubungan yang harmonis
tertentu misalnya dalam nilai antara negara dan masyarakat. Terlebih
kompetisi, bisa saja ada batasan dari lagi di tingkat lokal, ketika
norma bahwa ketika berkompetisi pemerintahnya sangat dekat dengan
setiap anggota harus menaati aturan masyarakat, modal sosial akan sangat
yang telah ditetapkan oleh norma. membantu dalam setiap program
Contoh lain dari nilai, yaitu nilai pembangunannya.

158 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

Lebih jauh Hasbullah (2006) kualitatif tidak menganalisis hubungan


menjelaskan program pembangunan variabel.Kualitatif tetap menganalisis
akan efektif ketika masyarakatnya hubungan tersebut, hanya tidak
memiliki modal sosial yang kuat. membatasi pada variabel-variabel
Sebagai contoh dalam pembangunan
yang telah ditentukan seperti halnya
infrastruktur pedesaan, masyarakat
pada penelitian kuantitatif.
akan ikut memberikan sumbangan
baik berupa ide, tenaga, atau sum­ Dengan penelitian kualitatif
bangan lainnya berupa bahan-bahan memungkinkan peneliti untuk dapat
untuk kebutuhan pembangunan
menemukan variabel-variabel lain
maupun yang sifatnya materi berupa
(yang mungkin juga baru) yang terkait
uang yang semuanya ditujukan untuk
memaksimalkan pekerjaan pemerintah dengan variabel atau masalah yang
di desanya. sedang ditelitinya. Dari sini pada
akhirnya akan melahirkan hipotesis
Begitu pentingnya modal sosial atau teori. Penggunaan metode
dalam pembangunan, penguatan dan penelitian kualitatif juga akanmemberi
pengembangannya menjadi suatu hal kesempatan peneliti untuk dapat
yang perlu dilakukan. Dalam hal ini menemukan makna dibalik data yang
pemerintah memiliki kesempatan terungkap/tampak (Sugiyono, 2005).
untuk melakukan kedua hal tersebut. Fakta bahwa dalam pembangunan desa
Menurut Hasbullah (2006), penciptaan sering ditemukan data-data yang
suasana yang kondusif dan penyediaan tampak, pemaknaannya akan dapat
infrastrultur dapat menjadi sarana dan dilakukan dengan kualitatif. Apalagi
pendorong bagi tumbuh kuat dan kalau dalam kasus yang diteliti itu
berkembangnya modal sosial dalam bertujuan untuk mengurai dan
suatu masyarakat. memahami interaksi sosial yang tidak
bersifat tunggal, maka metode yang
lebih tepat adalah kualitatif (Sugiyono,
METODE PENELITIAN
2005).

Penelitian ini menggunakan Untuk menjawab tujuan penelitian


metode kualitatif dengan didasarkan seperti itu maka strategi yang
pada tujuan penelitian untuk digunakan adalah studi kasus. Hal ini
mengidentifikasi dan mendeskripsikan disebabkan studi kasus memberi ruang
modal sosial dan pembangunan yang pada masalah penelitian yang sifatnya
berhasil dilakukan oleh pemerintah spesifik, khusus, dan berskala lokal
desa. Tujuan yang demikian lebih tepat seperti yang terjadi di Desa Pangauban
dengan penelitian kualitatif yang Kecamatan Cisurupan Kabupaten
menekankan penelitiannya pada Garut. Dengan studi kasus kedetilan
kualitas entitas dan proses penelitian. untuk mengungkap hal-hal yang
Namun begitu, bukan berarti penelitian spesifik akan bisa dilakukan berarti

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 159


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

keinginan untuk mendalami permasa­ Untuk pengolahan dan analisa


lahan diberikan oleh strategi ini, data,penulis menggunakan tahapan
misalnya mengungkapkan hal yang seperti dikemukakan oleh Sugiyono
ada dibelakang permasalahan keber­ yang mengutip pendapat Miles and
hasilan pembangunan di Desa Pang­ Huberman (2005:91). Aktivitas dalam
auban dalam kondisi yang natural. analisis data tersebut, yaitu data
reduction, data display, danconclusion
Dari permasalahan dan tujuan
drawing/verification.
yang ingin dicapai maka teknik pe­
ngumpulan data yang akan digu­nakan
seperti yang dikemukakan Sugiyono HASIL DAN PEMBAHASAN
(2005) terdiri dari do­kumentasi dan
wawancara mendalam (indepth inter­
Modal Sosial di Pangauban
view) atau wawancara tidak berstruktur.
Pilihan pada doku­ mentasi karena
Secara teoretis modal sosial
merupakan sumber data sekunder dan
sebagaimana dijelaskan beberapa ahli
menjadi hal yang penting apalagi untuk
umumnya terdiri dari tiga komponen,
perma­ salahan pembangunan desa.
yaitu norma/nilai (norm,) kepercayaan
Oleh karena itu data-data sekunder
(trust), dan jaringan (networking).
diperlukan untuk menjawab tujuan
Tapi tentu saja pendapat para ahli ini
penelitian. Begitupun dengan wawan­
didasarkan pada penelitian-peneli­
cara mendalam atau tidak berstruktur
tiannya di belahan dunia yang lain,
yang memberi ruang yang luas kepada
khususnya Eropa. Kalaupun ada di
peneliti untuk lebih memahami kom­
wilayah Asia, itu hasil penelitiannya
pleksitas permasalahan dari pem­
di China yang tentu saja bisa berbeda
bangunan desa di Pang­auban.
dengan Indonesia apalagi dengan Desa
Hal yang juga penting dalam Pangauban.
metode penelitian ini pada teknik
Untuk menemukan modal sosial
pengumpulan data kualitatif adalah
yang ada dan berkembang di Desa
menemukan narasumber kunci yang
Pangauban, peneliti mencoba menelu­
akan dijadikan sumber informasi
surinya dengan mengaitkannya pada
tentang permasalahan yang akan
program-program pembangunan yang
diteliti. Untuk teknik pengumpulan
berhasil dilaksanakan oleh Pemerintah
data pada penelitian ini digunakan
Desa. Pertimbangan ini didasarkan
teknik purposive. Dalam penelitian ini
pada basis modal sosial itu sendiri
maka yang dijadikan narasumber
yang lahir dari upaya mengeli­ minir
utama adalah kepala desa sebagai elit
kegagalan pembangunan dan mencari
lokal. Informan lainnya, yaitu
alternatif sumber daya lain selain alam
perangkat desa, tokoh agama, dan elit
dan manusia dalam mela­ kukan
lokal lainnya di luar kelas elit formal.
perubahan sosial atau pem­bangunan.

160 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

Dari penelusuran keberhasilan yang bertempat tinggal di dusun atau


program-program pembangunandi kampung tersebut, warga dari dusun
Desa Pangauban, partisipasi masya­ atau kampung lain pun berpartisipasi
rakat yang begitu besar senantiasa dalam pelaksanaan program pem­
mewarnai setiap pelaksanaan program bangunan. Jadi kebersamaan menjadi
pembangunan di Desa Pangauban. perekat warga di Desa Pangauban.
Merujuk pada pendapat Hasbullah,
Kepercayaan warga masyarakat
partisipasi ini merupakan salah satu
pada pemerintah desa khususnya pada
unsur yang ada dan membentuk modal
diri kepala desa juga menjadi salah
sosial. Partisipasi warga masyarakat
satu hal utama tumbuh yang menum­
Pangauban yang terwujud dalam
buhsuburkan partisipasi masyarakat
gotong-royong ini menjadi modal bagi
dalam setiap program pembangunan.
pemerintah dalam mengawali pem­
Apalagi dalam diri kepala desanya ada
bangunan di desanya. Partisipasi
sikap tanggung-jawab dan peduli pada
warga yang terbentuk disebabkan
kondisi warganya. Hal ini semakin
adanya jaringan yang terbangun dalam
menambah kuat dan besarnya ke­
masyarakat Pangauban yang didasari
percayaan warga pada kemampuan
oleh rasa kebersamaan. Masyarakat
kepala desanya, sehingga setiap ajakan
seolah diikat oleh adanya keinginan
dari kepala desa untuk berpartisipasi
untuk maju bersama dan peduli pada
dalam pembangunan desa selalu
sesama.
diindahkan dan direspon secara positif
Rasa kebersamaan ini pun dan masif.
merupakan salah satu unsur dalam
Kepercayaan atau trustini dalam
modal sosial. Hasbullah (2006)
pandangan Hasbullah (2006) dengan
melihatnya sebagai suatu nilai harmoni
merujuk berbagai pendapat ahli
yang memicu tumbuhnya kerukunan
merupakan unsur dari modal sosial.
hubungan sosial serta terwujudnya
Tindakan kolektif yang didasari oleh
kepedulian warga akan sesama.
rasa saling mempercayai yang tinggi
Kebersamaan ini muncul dari adanya
akan melahirkan partisipasi yang
saling percaya antarsesama anggota
tinggi pula dalam berbagai ragam dan
kelompok atau masyarakat. Hal yang
bentuknya. Masyarakat Pangauban
terjadi dalam keberhasilan pem­
begitu mempercayai kemampuan
bangunan di Pangauban menunjukkan
kepala desanya dan hal ini dibuk­
rasa itu. Tiap warga dengan berbagai
tikannya dengan terpilihnya kembali
bentuk dan ragam partisipasi ingin
kepala desa tersebut dalam suatu
terlibat untuk kemajuan bersama.
pemilihan kepala desa dengan calon
Warga masyarakat tidak memper­
tunggal. Begitupun kepala desa, yang
dulikan lokasi pembangunan. Pem­
bersangkutan percaya bahwa pem­
bangunan pada suatu dusun atau
bangunan tanpa partisipasi masyarakat
kampung tidak hanya kewajiban warga

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 161


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

akan sulit diwujudkan. Ia sadari betul warga masyarakat sebagai kelas massa
hal tersebut sehingga yang pertama atau kelas yang diperintah. Hal ini
dilakukan olehnya adalah membangun dapat ditunjukkan dengan program-
kepercayaan. Walaupun terlihat seder­ program yang ditetapkan oleh
hana tetapi sekecil apapun perhatian pemerintah yang senantiasa mendapat
pemimpin pada yang dipimpinnya dukungan dari warganya. Penetapan
ternyata membawa dampak yang program pembangunan ini tentu saja
sangat besar. melalui tahapan pengambilan kepu­
tusan. Berdasarkan informasi kepala
Nilai harmoni yang muncul yang
desa masyarakat umumnya cenderung
melahirkan kebersamaan ternyata juga
mempercayakan pengambilan kepu­
berdampak pada terbangunnya kepe­
tusan terkait dengan pembangunan ini
dulian akan sesama. Semangat untuk
pada orang-orang atau warga masya­
saling membantu tanpa adanya pamrih
rakatnya yang dituakan atau dijadikan
akan balas jasa di benak warga
panutan. Aturan dalam pengambilan
Pangauban yang dalam pandangan
keputusan ini menjadi bagian atau
Hasbullah (2006) dengan merujuk
unsur dari modal sosial sebagaimana
pendapat ahli merupakan salah satu
Hasbullah (2006) jelaskan yang
unsur modal sosial yaitu terkait dengan
melihat norma sebagai sekumpulan
resiprocity. Dengan kata lain kepe­
aturan yang diharapkan diikuti dan
dulian sosial menjadi sumberdaya
dipatuhi oleh setiap anggota dalam
tersendiri bagi pemerintah untuk
suatu masyarakat tertentu. Dalam hal
mewujudkan program pembangunan
ini di Pangauban juga terdapat aturan
desanya. Pemerintah desa sendiri
tentang tatacara dalam pengambilan
sedari awal memang berharap kepe­
keputusan.
dulian sesama di antara warganya
dapat tumbuh. Pilihan strateginya Inisiatif warga pada beberapa
dengan pembangunan fisik berupa program pembangunan desa
program bedah rumah, tepat karena menunjukkan bahwa warga selain
ternyata mendapatkan dampak yang memang memiliki kepedulian juga
besar. Pada akhirnya dapat disimpulkan menunjukkan adanya semangat untuk
bahwa kepedulian pemerintah pada senantiasa proaktif. Tindakan proaktif
warga menumbuhkan kepedulian yang ditunjukkan oleh warga desa
sosial dalam diri warga desanya. Hal tersebut merupakan sumber daya yang
ini sekaligus juga semakin menum­ tidak ternilai bagi pemerintah desa.
buhkan kepercayaan warga pada Tindakan ini pun merupakan salah satu
pemerintahnya. unsur dalam modal sosial. Menurut
Hasbullah (2006) sebagai salah satu
Secara implisit kita juga dapat
unsur dalam modal sosial, tindakan
melihat adanya aturan yang mendasari
yang proaktif ini terwujud pada adanya
hubungan antarpemerintah dan tokoh
keinginan untuk senantiasa terlibat
masyarakat sebagai kelas elit dengan

162 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

dalam setiap program pembangunan suatu pemerintahan termasuk peme­


dan warga Pangauban tampaknya rintahan desa sebagaimana Rasyid dan
memilikinya. Ndraha yang dikutip Labo (2006)
dapat diemban dengan baik oleh
Berdasarkan uraian diatas dapat
Pemerintah Desa Pangauban. Ke­
disimpulkan bahwa modal sosial yang
berhasilan pembangunan ini tidak
dimiliki Desa Pangauban yang dapat
terlepas dari pemikirannya yang
dilihatdari potensi sosialmasyarakatnya
sederhana tetapi terbukti sangat efektif
sangat besar. Bahkan kalau merujuk
dalam mendapatkan dukungan dari
pada unsur-unsur dalam modal sosial
warga. Saat pertama menjabat kepala
yang terdiri dari partisipasi dalam
desa yang ada dalam pikirannya adalah
jaringan, resiprocity, trust, norma,
“cara mendapatkan kepercayaan dari
nilai-nilai, dan tindakan yang proaktif,
warga”. Menurutnya, warga akan
Desa Pangauban memiliki semuanya.
percaya apabila melihat adanya bukti
Sehingga tidak mengherankan kalau
pembangunan yang dilakukan oleh
program-program pembangunan yang
pemerintah desa (kepala desa)
telah ditetapkan pemerintah desa
walaupun dalam skala yang kecil.
semuanya berhasil dilaksanakan.
Sebagai buktinya Desa Pangauban Merujuk pada pendapat Stogdil
mendapatkan penghargaan sebagai dan Bass yang dikutip Pamudji, dan
Juara 1 lomba desa tingkat Jawa Barat Pemudji sendiri (1993), tampaknya
yang penilaiannya diutamakan pada kepala desa Pangauban telah memiliki
tingginyatingkatpartisipasimasyarakat kemampuan untuk mempengaruhi
dalam pembangunan. Kondisi ini pun kegiatan-kegiatan suatu kelompok dan
menunjukkan pembenaran pada mempengaruhi perilaku orang lain
adanya tesis terkait hubungan antara sehingga dapat diarahkan dalam rangka
modal sosial dengan efektivitas mencapai tujuan yang dikendakinya.
pemerintahan dalam hal ini Hal ini dapat dilihat dari perubahan
pembangunan sebagai dimaksudkan sikap masyarakat yang dengan sadar
dalam pernyataan Hasbullah (2006) mau berpartisipasi dalam program
yang mengkaji keterkaitan ini dari pembangunan desa, padahal pada masa
beberapa ahli. kepemimpinan kepala desa sebelumnya
dukungan warga itu sulit diperoleh.

Kepemimpinan Kepala Desa dalam Pada kondisi seperti itu tampaknya


Pembangunan Desa kepala desa memiliki dua karakter
di Pangauban kepemimpinan sekaligus sebagaimana
Rasyid (Bab II hal. 15) maksudkan
dengan karakter kepemimpinan yang
Keberhasilan pembangunan di
sensitif dan responsif. Sensitivitas dan
Pangauban menunjukkan bahwa fungsi
responsivitas kepala desa dapat dilihat
pembangunan yang melekat dalam

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 163


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

dari kepedulian pada nasib warga desa, samaan yang terbangunlah yang men­
tidak hanya yang kurang mampu secara jadi salah satu penyebab berhasilnya
ekonomi tetapi juga nasib warga lain pembangunan di Pangauban.
seperti guru-guru yang mengajar di
Gambaran kepemimpinan ke­pala
sekolah Aliyah milik yayasan. Per­
desa tersebut menunjukkan ia sesung­
soalan yang dihadapi guru-guru
guhnya telah menerapkan salah satu
sebagaimana dideskripsikan sebelum­
aspek manajemen pemerintahan karena
nya bisa dijadikan ukuran atas
setiap perangkat desa memiliki
kepedulian kepada desa. Pemecahan
deskripsi pekerjaan yang jelas. Dengan
pada persolan ini juga terjadi menjadi
demikian sesungguhnya ia telah men­
solusi bagi masalah lain yang dihadapi
jadi seorang manager sebagaimana
warga, yaitu tersedianya sekolah negeri
dimaksud oleh Setiyono (2007). Di­
yang dekat dengan tempat tinggal
tam­bah lagi kemampuannya untuk
warga. Sehingga kendala jauhnya
memilih pe­ rangkat desa yang tepat
lokasi SMA (yang berlokasi di ibukota
sehingga setiap kebijakannya yang
kecamatan) tidak lagi menjadi kendala
men­jadi kebijakan desa mendapat du­
bagi warga yang ingin anak-anaknya
kungan penuh dari perangkat desanya.
dapat melanjutkan sekolah.
Kepala desa mensyukuri sekali
Transparansi terhadap kondisi
mendapatkan perangkat desa yang
keuangan yang dimiliki desa menjadi
menurutnya cerdas. Jarang katanya dia
hal lainnya yang menyebabkan kepala
menjelaskan tugas kepada perangkat
desa semakin mendapat kepercayaan.
desa sebanyak dua kali, bahkan
Kondisi ini juga semakin memperkuat
terkadang mereka sendiri yang
karakter sensitif yang dimilikinya.
berinisiatif untuk melaksanakan tugas
Dari penuturan sumber informasi
pokok dan fungsi yang melekat pada
(kepala dusun dan kepala desa sendiri),
masing-masing perangkat. Di sisi lain
kepala desa tidak pernah memegang
dari informasi salah seorang
uang desa, apapun jenisnya.
narasumber (kadus) dapat disimpulkan
Bagi kepala desa masalah bahwa kepala desa memiliki
keuangan itu menjadi tanggung-jawab kemampuan dalam menjelaskan tugas-
bendahara desa. Ia sendiri hanya tahu tugas harian pada bawahannya
jumlah dan sumbernya. Tetapi walau sehingga mudah dimengerti.
begitu kepala desa sadar betul bahwa
Kepedulian kepala desa pada
kebijakan pengelolaannya ada pada­
perangkat desa menjadi nilai tambah
nya. Sikap transparansinya ini semakin
dari kemampuan managerialnya.
mendekatkan antara dirinya dan
Sebagaimana saat ini dua perangkatnya
perangkat desanya serta antara dirinya
yang terkena musibah selalu mendapat
dan yang dipimpinnya. Sebagai buk­
perhatian dari kepala desa. Tidak hanya
tinya adalah kekompakan dan keber­
bawahannya itu tetapi juga menyangkut

164 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

keluarganya. Bahkan pengurus kelem­ SIMPULAN


bagaan yang ada di desa pun tidak
luput dari perhatiannya. Ia Dari penjelasan di atas kita dapat
memerintahkan Sekretrais Desa dan menarik simpulan bahwa kepe­
Bendahara untuk menyisihkan sedikit mimpinan kepala desa dengan karakter
dari anggaran desa untuk semacam sensitif dan responsif menjadi basis
honorarium bagi pengurus kelembagaan tumbuhnya kepercayaan dari warga
desa seperti LPMD, PKK, MUI. pada diri kepala desa. Dengan karakter
Adapun untuk BPD memang sudah kepemimpinan yang seperti itu, kepala
ditetapkan sesuai peraturan. Tetapi desa mampu menggali dan meng­
walaupun begitu bagi para anggota gerakkan potensi sosial dalam diri
BPD tetap mendapat perhatian. masyarakatnya berupa kepedulian,
Kebijakan pemerintah desa (kepala kebersamaan, kepercayaan, partisipasi,
desa) yang seperti itu menjadikan dan proaktif dalam setiap kegiatan
kebersamaan dan kemitraan di antara menjadikan pembangunan di Desa
lembaga desa semakin kuat. Padahal Pangauban berhasil diwujudkan.
di kebanyakan desa, masing-masing
kelembagaan desa sering mencari Dengan demikian, keberhasilan
eksistensi diri lembaganya. pembangunan di suatu desa akan
terkait dengan sumber daya (resouces)
Kemampuan kepala desa lainnya yang dimilikinya. Ketika desa kurang
adalah ia mempunyai jaringan memiliki sumber daya ekonomi dan
(networking) yang tanpa sengaja manusia, maka kehadiran sumber daya
terbangun begitu saja. Keberanian sosial (modal sosial) dapat dijadikan
yang dimilikinya dan tekad yang kuat modal atau energi untuk dapat
untuk membangun desa, membawanya membangun desa. Dalam konteks
untuk datang menemui anggota dewan Desa Pangauban, modal sosial yang
meminta bantuan dana (Ia menyebutnya teridentifikasi terdiri dari partisipasi
“dana aspirasi”) dalam pembangunan masyarakat, kepedulian terhadap
kantor desa. Dalam bahasanya, ia sesama (nilai), kebersamaan (resi­
menyebutkan cara untuk bertemu atau procity), kepercayaan (trust), ketaatan
dekat anggota dewan itu “pendekatan”, pada aturan pengambilan keputusan
yang dilakukannya terkadang mem­ (norma), dan proaktif dalam berbagai
bawa ikan, begitupun dengan cara agar kegiatan pembanguna desa.
bisa dekat dengan dinas. Kepala desa
terus melakukan “gerilya” untuk Sumber daya atau potensi sosial
mendapatkan bantuan dana untuk atau yang lebih dikenal dengan modal
pembangunan desanya dengan sosial masyarakat tersebut menjadi hal
“strategi pendekatannya”. yang menarik dan penting dalam
mewujudkan pembangunan desa. Oleh
karena itu, penggalian dan pengem­

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 165


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

bangannya menjadi suatu hal yang Ingraham, Patricia Wallace. 2009.


perlu mendapat perhatian semua “Leadership in the Unglued
kalangan baik pemerintah, masyarakat, Organization” dalam Jeffrey A.
maupun organisasi nonpemerintah. Raffel, Peter Leisink, and Anthony
E. Middlebrooks (2009), Public
Kepala Desa Pangauban berhasil Sector Leadership: International
menggali dan menggerakkan potensi/ Chalanges and Perspective.
sumber daya sosial (modal sosial) UK: Edward Elgar Publishing
masyarakat Pangauban sehingga mam­ Limited.
pu mewujudkan pembangunan desa. Hasbullah, Jousairi. 2006. Social
Keberhasilan kepala desa ini didasarkan Capital: Menuju Keunggulan
pada dimilikinya kemam­puan mana­ Budaya Manusia Indonesia.
jerial dan kepemimpinan yang berka­ Jakarta: MR-United Press.
rakteristik sensitif dan responsif. Labolo, Muhadam. 2006. Memahami
Kemampuan manajerial dan Ilmu Pemerintahan. Jakarta:
kepemimpinan elit pemerintah (ter­ Rajawali Pers.
masuk elit lokal) diperlukan untuk Pamudji. 1993. Kepemimpinan
dapat menggali dan menggerakkan Pemerintahan di Indonesia.
modal sosial tersebut karena dengan Jakarta: Bumi Aksara.
sendirinya modal sosial itu akan Rasyid, Ryass. 2000. Makna
terpelihara dan berkembang. Oleh Pemerintahan. Jakarta: Mutiara
karena itu, Pemerintah Daerah sebagai Sumber Widya.
pemerintah yang bertanggung-jawab Setiyono, Budi. 2007. Pemerintahan
dalam melakukan pembinaan pada dan Manajemen Sektor Publik.
pemerintah desa perlu menyiapkan Jakarta: Kalam Nusantara.
strategi dan pola yang terarah dan Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian
terpadu agar setiap pemimpin di desa Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
(kepala desa) memiliki dua kemampuan Turner, H.J., et.all., 1998. The
tersebut. Emergence of Sociological
Theory, 4th Ed. USA: Wadsworth
Publishing Company.
DAFTAR PUSTAKA

Bottomore, T.B. Kelompok Elite dan Sumber Lain:


Masyarakat (Terj.) dalam Sartono
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Kartodirdjo (Peny.), 1986.
2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Kepemimpinan dalam Dimensi
Sosial. Jakarta: LP3ES. Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2005 tentang Desa.

166 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015

Anda mungkin juga menyukai