Anda di halaman 1dari 14

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB IV

PERBAIKAN KAMPUNG DAN PERUMAHAN

UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KOTA

DISUSUN OLEH

ADLIMA DAMAYANTI (D1091131013)

RIDHO IRFANDI (D1091131016)

MEITY WULANDARI (D1091131019)

TIARA RINALVA MADHIANTI (D1091131025)

JULKARNAEN (D1091131026)

TAHUN AJARAN 2015/2016

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
BAB - BAGIAN HASIL REVIEW TANGGAPAN
IV – 20 1. Perkampungan Kota Indonesia SARAN
(Perkampungan Jumlah penduduk yang bermukiman di Dalam beberapa hal kondisi yang
Kota Dan kebanyakan kota-kota di Indonesia telah buruk di perkampungan kota harus
Lingkungannya) bertambah dengan cepat sekali, bahkan diimbangi dengan kondisi
lebih cepat dibandingkan dengan kemasyarakatan yang serba
pertambahan rata-rata penduduk di seluruh kekeluargaan ditunjang oleh
tanah air dalam masa tahun tujuh puluhan kesadaran hidup yang beragama.
ini. Pertambahan penduduk ini disebabkan Dan mengharuskan kita melihat
secara alamiah disertai arus penduduk pengembangan bangunan sebagai
masuk kota (urbanisasi) sehingga bagian dari pengembangan kota
mendorong laju pertumbuhan penduduk secara keseluruhan, maka
yang tinggi di kota-kota ini. Pertumbuhan keselarasan dan harmoni dalam
kota ditarik oleh berkembangnya kegiatan kehidupan kota perlu dijaga dalam
yang berasal dari fungsi kota sebagai pusat mengembangkan kota ini dengan
pemerintahan, pusat perdagangan, Proses baik.
pertumbuhan kota ini lebih diperkuat
apabila “wilayah belakang” (hinterland)
kota ini padat penduduk, daya dukung alam
tidak mampu menopang kehidupan jumlah
keluarga penduduk yang semakin besar atas
luas tanah yang rata-rata sebesar 0,25 Ha
per keluarga. Atau tanah dalam “wilayah
belakang” kota ini dipakai untuk kegiatan di
luar pertanian, seperti industri, dan lain-lain,
sehingga mendorong penduduk keluar dari
wilayah ini. Jika penduduk berpindah ke
kota maka pola hidup perkampungan
dibawa serta, sehingga timbullah di kota-
kota kaontong-kantong perkampungan
dengan ciri kehidupan kampung yang
seragam. pusat industri yang disusul dengan
fungsi jasa lainnya. Ciri pertama dalam
kebanyakan perkampungan kota adalah
bahwa semulanya penghuninya berasal dari
desa yang sama, sehingga memungkinkan
semacam “homogenitas” yang agak besar.
Karena kebanyakan berasal dari desa yang
miskin maka umumnya penduduk ini
berpendapatan rendah. Dengan ketiadaan
modal, rendahnya pendidikan, terbatasnya
keterampilan, dan rendahnya pendapatan
maka lingkungan pemukiman berkualitas
rendah pula.
2. Perkembangan Kota Dan
Lingkungan
Pertumbuhan kota sebagai pusat
pemerintahan, pusat perdagangan, pusat
perbankan dan pusat perindustrian,
menumbuhkan sarana-sarana bagi
pelaksanaan fungsi-fungsi kota ini secara
cepat. Ciri-ciri dari sektor modern dari kota
ini adalah “heterogenitas” dari masyarakat
modern ini. Lapangan pekerjaan penduduk
beragam, mereka berasal dari tempat dan
daerah yang berbeda, tingkat pendidikan
sudah lebih tinggi, lingkungan kesehatan
tempat pemukiman disini jsuh lebih baik
dan tingkat kematian jauh lebih rendah.
Secara keseluruhan tampaklah bahwa
perkembangan sektor modern di satu pihak
dan membengkaknya perkampungan kota
ke wilayah pinggiran di lain pihak,
menghasilkan resultante pengaruh
pencemaran lingkungan yang semakin
meningkat pula. Efek kemajuan sektor
modern tidaklah hanya terasa sekali
(einmalig) tetapi secara terus-menerus
bagaikan lokomotif menarik “gerbong-
gerbong” penduduk perkampungan kota
ikut maju. Maka mengusahakan kaitan
(linkages) anatara sektor formal dan sektor
informalmenjadi ikhtiar utama dalam pola
pengembangan kota ke arah keselarasan
kehidupan masyarakat ini. Perombakan
lingkungan apapun yang dilakukan, satu hal
adalah jelas yaitu hak penghuni tidak
berkurang bahkan perlu diusahakan
cenderung membaik berkat perbaikan
lingkungannya.

KESIMPULAN
Wajah perkampungan kota indonesia adalah
minimnya pendapatan, rendahnya tingkat
pendidikan, terbatasnya keterampilan,
fasilitas elementer tidak tersedia dengan
baik, lingkungan kesehatan umumnya tidak
baik, hal ini menunjukan bahwa
permukiman yang ada berkualitas rendah.
Dalam keadaan serba kurang seperti itu
memiliki semangat kekeluargaan cukup
baik di antara mereka.
Dalam perkembangan kota dan lingkungan
saat ini kehidupan mereka lebih layak
seperti kemajuan yang lebih modern,
lapangan pekerjaan penduduk beragam,
berasal dari daerah yang berbeda, tingkat
pendidika yang sudah lebih tinggi, bahkan
kemampuan berfikir dan keterampilan diri
menjadi modal utama dalam berusaha di
bidang jasa. Keterkaitan antara sektor
informal dengan sektor modern membuka
kesempatan bagi peningkatan pendapatan,
sehingga terbuka pula jalan bagi perbaikan
lingkungannya.

IV – 21 1. Pembangunan Sektor Informal Di KRITIK


(Pembangunan dalam Kota
Kampung Dalam rangka pelaksanaan GBHN, Mekanisme mobilisasi potensi
Terpadu Sebagai khususnya yang menyangkut 8 jalur sosial melalui LSD mempunyai
Bagian Dari pemerataan, di perlukan adanya pengejawan landasan hukum dan pengaturan
Strategi tahan secara operasional, juga di dalam pembinaannya masih belum
Pembangunan membina pembangunan kota. Beberapa sempurna, dimana di dalam
Kota Semesta) diantaranya adalah Program Perbaikan lingkungan kota masih belum ada
Kampung (PPK), INPRES-INPRES mekanisme seperti koperasi.
kesehatan, pendidikan, Candakulak, Pasar,
Sumbangan per Kapita, KIK, KMKP. PPK
sudah di kenal dan secara besar-besaran
sudah di terapkan di Jakarta dan Surabaya
dengan dana pinjaman dari Bank Dunia.
Program tersebut mencakup perbaikan
jalan, pembuangan air hujan dan limbah,
pembuangan sampah, penyediaan air
minum, fasilitas-fasilitas sosial seperti
Puskesmas, SD, MCK, dan lain-lain dan
sekarang termasuk juga pendidikan kader-
kader kesehatan. Perpaduan antara
pembangunan fisik sosial dan ekonomi
sebagai lanjutan dari PKK dapat secara
sadar di rencanakan sehingga adanya
pembangunan kampung terpadu (PKT) yang
dasarnya merupakan pembangunan wilayah
terpadu.
2. Kelurahan Sebagai Tingkat Untuk
Membina Pembangunan Terpadu
Kelurahan merupakan tingkat bawah
pemerintah kota, dan tempat pertemuan
antara pemerintah dan masyarakat melalui
lembaga seperti LSD, RW, RT.
Walaupun belum sempurna, kini telah ada
mekanisme untuk mobilisasi potensi sosial
melalui LSD, yang mempunyai landasan
hukum dan pengaturan pembinaannya.
Yang di dalam lingkungan kota n=belum
ada mekanisme seperti koperasi. Keduanya
LSD dan Koperasi merupakan mekanisme
yang saling menunjang untuk melakukan
pembangunan yang terpadu, melalui
pemecah masalah lingkungan hidup yang
dapat di lakukan sebagai proses yang
berkesinambungan, yang membawakan
perbaikan yang terus menerus atas dasar
kekuatan masyarakat sendiri.
3. Konsep Masyarakat Koperasi
Kopersi kini telah mendapatkan kedudukan
sentral dalam kebijakan pembangunan di
Indonesia. Berbeda dengan di desa, maka
usaha-usaha kecil di kota memperlihatkan
suatu spektrum jenis yang sangat luas.
4. Komponen Pend. Dan Pembukaan
Lapangan Kerja
Komponen pendidikan khususny yang di
tujukan kepada pengembangan
keterampilan yang dapat di pasarkan,
merupakan kegiatan utama yang menunjang
pembukaan lapangan kerja. Kemampuan
masyarakat untuk menciptakan lapangan
kerja sendiri mrupakan sumber modal kerja
bagi koperasi melalui simpanan yang dapat
di pergunakan untuk menarik sumber
ekstern untuk membiayai lapangan kerja
selanjutnya.
5. Penerapan PKT Sebagai Kelanjutan
PPK
PPK merupakan program nasional yang
sudah di masukkan ke dalam REPELITA.
Demikian pula program kesehatan,
pendidikan, gizi dan KB, koperasi dan
sebagainya kepada masyarakat
berpendapatan rendah. Masalahnya adalah
bagaimana agar semua sumber-sumber
biaya yang terbatas dapat tersalur sevara
efektif di kampung agar dapat menjadi
katalisator untuk tumbuhnya proses
moderenisasi dengan mandiri. PKT hanya
merupakan perluasan kegiatan PPK, di
mana pada saat PPK di lancarkan
infrastruktur kelembagaan untuk PKT sudah
mulai di rintis, khususnya LSD dan koperasi
di tingkat kelurahan dan lembaga koordinasi
antara instansi yang bersangkutan di tingkat
kodya.

KESIMPULAN
Perpaduan antara pembangunan fisik sosial
dan ekonomi, sebagai lanjutan dari PKK
dapat secara sadar di rencanakan sehingga
adanya pembangunan kampung terpadu
(PKT) yang dasarnya merupakan
pembangunan wilayah terpadu. Melalui
pemecahan masalah lingkungan hidup yang
dapat di lakukan sebagai proses yang
berkesinambungan, yang membawakan
perbaikan yang terus menerus atas dasar
kekuatan masyarakat sendiri salah satunya
dengan menciptakan lapangan kerja sendiri
merupakan sumber modal kerja bagi
koperasi melalui simpanan yang dapat di
pergunakan untuk menarik sumber ekstern
untuk membiayai lapangan kerja
selanjutnya.

IV – 22 Kampung merupakan daerah pedesaan yang KRITIK


(Perbaikan masih mempunyai ciri-ciri tradisional yang 1. Pemerintah daerah belum
Kampung Perlu masih kuat dengan penduduk yang bisa menangani persoalan
Di Tangani homogen dan biasanya masih berorientasi perbaikan kampung dengan
Semua Pihak) agraris. baik
Daerah slum atau biasanya yang di sebut 2. Kurangnya dana
dengan pemukiman yang kondisinya buruk pemerintah dalam negeri
merupakan keadaan fisik lingkungan yang dalam pembangunan fisik
semakin tidak baik, sehingga ciri-ciri lingkungan kampung
kampung kota sangat berbeda dengan sehingga melibatkan
keadaan kampung desa. Karena kampung bantuan luar negeri serta
merupakan daerah di dalam kota. bank-bank asing
Karena kurangnya dana yang di milik oleh 3. Kurangnya bimmbingan
pemerintah Indonesia dalam proses dan arahan terhadap
perbaikan fisik kampung di perlukan masyarakat mengenai
bantuan luar negeri maupun bank-bank pengerjaan perbaikan
asing, dengan adanya pinjaman tersebut kampung.
dapat melancarkan kegiatan perbaikan
kampung tersebut namun di sisi lain
menjadikan beban bagi pemerintah yang
harus di bayar. Pemerintah daerah dapat
melanjutkan usaha persiapan, perencanaan
maupun pelaksanaan perbaikan kampung di
daerahnya masing-masing tanpa bergantung
kepada pemerintah pusat maupun konsultan.
Karena konsultan hanya berfungsi sebagai
katalisator maupun stimulator.
Partisipasi masyarakat sangat penting dalam
melakukan perbaikan kampung, namun
sifatnya yang terbatas di karenakan
kurangnya bimbingan. Dengan adanya
partisipasi masyarakat di harapkan
masyarakat dapat bertanggung jawab dalam
pemeliharaan selanjutnya.

KESIMPULAN
Daerah kantong yang merupakan tempat
tinggal orang kampung lebih rendah kondisi
sarana dan prasarananya daripada rumah
yang ada di tepi jalan. Penurunan fisik
perbaikan kampung berkaitan dengan
penurunan sosial dan ekonomi
penduduknya.

IV – 23 Pembangunan perumahan di indonesia KRITIK


(Beberapa sendiri di aktifkan kembali sekitar tahun 60- Terlambatnya pemerintah dalam
Pemikiran Dasar an kebijakan ini di peruntukan sebagai melakukan program perumahan.
Tentang investasi juga pada masyarakat yang Kurangnya bantuan perumahan
Perumahan Dan mempunyai penghasilan yang baik, akan untuk kalangan masyarakat rendah
Perkampungan Di tetapi sebenarnya negara indonesia belum dengan kondisi perumahan yang
Indonesia) mampu menerima gagasan pemerintah ini ada sangat buruk tetapi dengan
sehingga timbul lah suatu permasalahan harga sewa yang sangat tinggi.
yang mengandung unsur-unsur majemuk
sperti masalah terhadap perumahan dan
perkampungan.
1. Pemikiran dasar
Ini lah beberapa permasalahan
pembangunan yang ada di dunia seperti
penggalain pembangunan piramida di gizeh
mesir atau kota-kota dari zaman pra sejarah,
ada dua (2) anggapan dasar tentang
pengaruh terhadap pola perumahan yang
dominan dan kini berlaku di negara
indonesia, yang pertama yaitu memburuk
nya kondisi perumahan secara terang-
terangan,terutama bagi perumahan kalangan
yang terbatas yaitu seperti kaum pekerja
yang pindah ke kota,akibat nya menaik nya
harga sewa bangunan.Yang ke dua adalah
konsep perumahan yang mempengaruhi
oleh arsitektur yaitu seperti aturan
perancangan bangunan perumahan yang
selalu bersangkutan dengan keadaan
hubungan terhadap alam dan norma-norma
dalam kehidupan manusia.
2. Masalah perumahan kita
Indonesia merupakan paling lambat
melaksanakan program perumahan yaitu
efektif sejak tahun 1978,di bandingkan
dengan philipina 1945,singapur 1946 dan
india 1948, untuk sekarang ini tentu nya
sudah banyak berubah terutama setelah
sudah banyak di lakukan berbagai macam
pembangunan sehinnga ini menyebabkan
banyak nya perpindahan penduduk dari desa
ke kota,dan ada juga lima masalah pokok
yaitu pertumbuhan penduduk, ketidak
seimbangan kepadatan penduduk,
pemukiman penduduk yang mengalami
keterlambatan, pemukiman kota yang
menjadi konsentrasi penduduk dan
spekulasi lahan, permukiman desa yang
berkaitan dengan daya sistem ekologi
pedesaan. Pembahasaan perumahan secara
kesuluruhan ialah mulai dari pola
pengadaan rumah terutama pada keluarga
yang berpenghasilan terbatas ataupun
rendah kalau ini di rencanakan dan di
laksanakan dengan baik maka masalah nya
hanya lah bagaimana sistem pegelompokan
perumahan penduduk.
3. Sistem perumahan di kampung
Pembahasan tentang sistem perumahan di
kebanyakan kampung pada dasar nya ada
tiga sistem perumahan di kampung yang
dominan yaitu sistem hunian milik (SHM)
sistem hunian sewa (SHS) dan sistem
hunian karya (SHK).sistem perumahan
terbesar di kampung adalah kebanyakan
SHM ini merupakan rumah yang di huni
dan di miliki sendiri penghuninya dan juga
merupakan sitem perumahan yang
mempunyai kekuasaan terbesar, sistem
perumahan SHS merupakan perumahan
yang penghuninya merupakan bukan
pemilik rumah tersebut dan tidak
mempunyai kekuasaan luas terhadap rumah
yang di huninya, sistem perumahan SHK
merupakan perumahan yang paling terbatas
segala kemungkinan nya dan jumlah nya
pun relatif kecil.
4. Rumah sebagai proses
Rumah atau perumahan sebagai proses
adalah mengembangkan rumah sebagai
keehendak kemampuan dan peluang yang
ada pada setiap saat dan sejalan dengan
proses pertumbuhan/perkembangan
biologis,sosial dan ekonomi keluarga yang
bersangkutan, dalam proses perkembangan
bentuk rumah sudah banyak berubah secara
kualitas dan kuantitas,maka dari itu jangan
sampai terjadi nya kekeliruan terhadap
pengertian rumah sebagai proses seperti
terletak pada cara melihat rumah sebagai
prospek fisik saja seperti hal nya untuk
tempat tinggal saja.

KESIMPULAN
Dari uraian di atas terdapat permasalahan
dan kekeliruan sistem perumahan dan
rumah sebagai proses di perkampunan,
permasalahan bahwa negara indonesia
belum cukup mampu untuk menerap kan
sistem perumahan, indonesia juga terhitung
lambat dan juga kurang cekatan terhadap
cara menagtasi dan melihat permasalahan
yang ada terutama untuk keluarga yang
perekonomian nya relatif rendah oleh
karena itu dari uraian di atas di bagian
masalah perumahan kita ada di kemukakan
bahwa cara mengatasi nya adalah dengan
cara sistem pengelompokan perumahan
sedangkan rumah sebagai proses di
perkampungan yang di maksud ialah
bagaimana suatu rumah yang di tempati
bukan hanya menjadi sekedar tempat
tinggal saja dan perumahan sebagai proses
juga bersangkutan dengan biologis,soial dan
ekonomi suatu penghuni rumah,ini juga bisa
menghindari ledakan penduduk yang dari
desa pindah ke kota.

IV – 24 Menurut perhitungan PBB ( UN Centre for SARAN


(Real Estate Dan Housing, Building and Planning), Sebaiknya Real Estate juga
Rumah Bakso) kebutuhan akan perumahan pada mempersiapkan perumahan yang
pertengahan kedua abad ke XX ini akan layak huni bagi masyarakat yang
lebih banyak dari jumlah keseluruhan berpenghasilan rendah sesuai
rumah semenjak adanya manusia sampai dengan penghasilan penghuni,
sekarang. Di Indonesia sendiri, berdasarkan sehingga pada titik titik tertentu
proyeksi jumlah penduduk dan perkiraan tidak menyebabkan suatu
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, permukiman yang kumuh.
setiap tahunnya paling tidak harus di
bangun 1,5 juta unit rumah baru. Dari
kebutuhan rumah sebanyak itu, hanya
sebagian yang dapat di tangani oleh
pemerintah melaluiPerum Perumnas,
sedangkan sebagian besar lainnya harus di
bangun oleh masyarakat sendiri secara
swadaya, dan oleh usaha swasta.
Tidak lah mengherankan jika beberapa
tahun terakhir ini banyak bermunculan
perusahaan real estate dan developer yang
bergerak dalam bidang pembangunan
perumahan, tidak hanya di kota besar
melainkan juga di kota-kota sedang dan
kecil. Salah satu tujuan dari proyek-proyek
kecil adalah: menanamkan rasa percaya dan
harga diri masyarakat lapisan bawah agar
bisa berperan-serta secara aktip dalam
pembangunan.
REI merupakan partner pemerintah dalam
pembangunan, dengan garis-garis besar
haluan organisasi yang sudah mantap.
Sasaran Real Estate adalah masyarakat
berpenghasilan tinggi dan menengah, dan
sasaran Perumnas adalah masyarakat
berpenghasilan sedang dan rendah, maka
rumah bakso di tujukan bagi masyarakat
berpenghasilan sangat rendah dan tidak
tetap. Proyek rumah bakso merupakan
prakarsa dari Gubernur Jateng Supardjo
Rustam, di uji cobakan pertama kali di Sala,
kemudian di kembangkan lagi pada 5 kota
lain : Semarang, Magelang, Pekalongan,
Tegal dan Cilacap. Ukuran rumahnya sesuai
dengan namanya, memang kecil: hanya
15m2 dengan luas kapling 33 m2.
Ada beberapa masalah, terutama dalam hal
pengadaan tanah, tetapi hal ini bisa di atasi
dengan susidi-silang, yaitu dengan jalan
mengawinkan proyek berwawasan sosial ini
dengan proyek lain yang bermotifkan
keuntungan seperti Industrial Estate, Real
Estate, Pondok Boro dan lain-lain.

KESIMPULAN
Perlunya peningkatan perumahan
dan perbaikan lingkungan permukiman
yang di huni masyarakat berpenghasilan
rendah. Kualiatas lingkungan dan saranan
prasarana yang kurang memadai. Real estate
hanya di tujukan terhadap masyarakat
berpenghasilan tinggi sedangkan bagi
masyrakat berpenghasilan rendah hanya
bisa menjangkau rumah bakso.

Anda mungkin juga menyukai