Anda di halaman 1dari 9

KAWASAN PESISIR DAN LAHAN BASAH

TUGAS RESUME

DIBUAT OLEH

MEITY WULANDARI

D1091131019

TAHUN AJARAN 2015/2016

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
1. Sempadan Pantai
Pengertian sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat. (PERMEN PU No. 40/PRT/M/2007) Garis batas ini adalah bagian
dari usaha pengamanan pantai yang dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari
bahaya gelombang pasang tinggi (rob), abrasi, menjamin adanya fasilitas social dan
umum di sekitar pantai, menjaga pantai dari pencemaran, serta pendangkalan muara
sungai.
2. Batas Wilayah Laut
a. Definisi Batas Wilayah Laut
Laut territorial atau perairan teritorial (bahasaInggris: Territorial sea)
adalah wilayah kedaulatan suatu Negara pantai selain wilayah daratan dan
perairan pedalamannya, sedangkan bagi suatu Negara kepulauan seperti
Indonesia, Jepang, dan Filipina, laut territorial meliputi pula suatu jalur laut yang
berbatasan dengan perairan kepulauannya dinamakan perairan internal termasuk
dalam laut territorial pengertian kedaulatan ini meliputi ruang udara di atas laut
territorial serta dasar laut dan tanah di bawahnya dan, kedaulatan atas laut
territorial dilaksanakan dengan menurut ketentuan Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa tentang Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea).
Lebar sabuk perairan pesisir ini dapat diperpanjang paling banyak dua belas mil
laut (22,224 km) dari garis dasar (baseline-sea) Istilahla utteritorial dan perairan
territorial kadang-kala digunakan pula secara informal untuk menggambarkan
dimana Negara memiliki yurisdiksi, termasuk perairan internal, zona tambahan,
zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen berpotensi.
b. Batas – Batas Wilayah Laut
Batas laut suatu Negara dapat ditinjau berdasarkan beberapa ketentuan
batas laut teritorial, merupakan wilayah kedaulatan suatu Negara pantai yang
meliputi ruang udara, laut, dan tanah di bawahnya, sejauh 12 mil laut diukur dari
garis pangkal d 12 mil laut di luar laut territorial atau 24 mil laut diukur dari garis
pangkal daratan terluar. Batas perairan ZEE, merupaka nwilayah perairan laut di
luar dan berdampingan dengan laut teritorial. Memiliki lebar 200 mil laut dari
garis pangkal daratan terluar. Merupakan kedaulatan suatu Negara pantai untuk
melakukan eksplorasi, konservasi, dan pemanfaatan sumber daya alam yang ada
di dalamnya. Batas landas kontinen, merupakan wilayah perairan laut dan tanah di
bawahnya yang menyambung dari laut territorial Negara pantai, yang menjadi
kelanjutan alamiah dari wilayah daratannya sampai ujung terluar tepian kontinen
(continental shelf break).
Dengan ditetapkannya konvensi PBB tentang hukum laut Internasional
1982, wilayah laut Indonesia yang dapat dimanfaatkan diperkirakan mencapai
7.9 juta km2 terdiridari 1.8 juta km2 daratan, 3.2 juta km2 laut territorial dan 2.9
juta km2 perairan ZEE. Wilayah perairan 6.1 juta km2 tersebut adalah 77% dari
seluruh luas Indonesia, dengan kata lain luas laut Indonesia adalah tiga kali luas
daratannya. Indonesia sebagai Negara yang mengelola laut dan perairan laut
nusantara yang menghubungkan antar laut secara global, perlu secara serius
bukan hanya memperhatikan aspek keseimbangan lingkungan di wilayah laut
Indonesia, namun juga mempunyai kepentingan untuk memantau kualitas
ekonomi laut secara global. Walaupun masih dikelola secara sektoral, laut
(termasuk pantai) Indonesia telah dimanfaatkan untuk perikanan, rekreasi,
pembuangan limbah, sumber energi, sumber air, batubara, minyak, bahan
bangunan, kehutanan, peternakan/tambak, pemukiman industri.

3. Zonasi Pantai/Pesisir
Berdasarkan kedalamannya zona pesisir dapat dibedakan menjadi 4 wilayah(zona) yaitu :
a. Zona “Lithoral”, adalah wilayah pantai atau pesisir atau “shore”. Di wilayah ini pada
saat air pasang tergenang air dan pada saat air laut surut berubah menjadi daratan.
Oleh karena itu wilayah ini sering disebut juga wilayah pasang surut.
b. Zona “Meritic” (wilayah laut dangkal), yaitu dari batas wilayah pasang surut hingga
kedalaman 150 m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari sehingga
wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jenis kehidupan baik hewan maupun
tumbuhan-tumbuhan, contoh Laut Jawa, Laut Natuna, Selat Malaka dan laut-laut
disekitar kepulauan Riau.
c. Zona “Bathyal” (wilayah laut dalam), adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman
antara 150 hingga 1800 meter. Wilayah ini tidak dapat ditembus sinar matahari, oleh
karena itu kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat di zona meritic.
d. Zona “Abysal” (wilayah laut sangat dalam), yaitu wilayah laut yang memiliki
kedalaman lebih dari 1800 m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada
tumbuh-tumbuhan, jenis hewan yang hidup di wilayah ini sangat terbatas.

4. Garis Pantai
Garis pantai adalah batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat
terjadi air laut pasang tertinggi. Garis laut dapat berubah karena adanya abrasi, yaitu
pengikisan pantai oleh hantaman gelombang laut yang menyebabkan berkurangnya areal
daratan.
Ada beberapa langkah penting yang bisa dilakukan dalam mengamankan garis
pantai seperti pemecah gelombang dan pengembangan vegetasi di pantai. Untuk
mengatasi abrasi/penggerusan garis pantai dari gelombang/ombak dapat digunakan
pemecah gelombang yang berfungsi untuk memantulkan kembali energi gelombang.
Berbagai cara yang ditempuh untuk memecahkan gelombang diantaranya dengan
menggunakan tumpukan tetrapod yang terbuat dari beton pada jarak tertentu dari garis
pantai.
Hutan bakau dapat membantu mengatasi gelombang serta sekaligus bermanfaat
untuk kehidupan binatang serta tempat berkembang biak ikan-ikan tertentu. Hutan bakau
disebagian besar pantai Utara sudah hilang karena ulah manusia, yang pada gilirannya
akan menggerus pantai. Terumbu karang juga merupakan pemecah gelombang alami,
sehingga sangat perlu untuk dilestarikan dan dikembangkan dalam mempertahankan garis
pantai.
Pasut, Menurut Nontji (2002) pasut adalah gerakan naik turunnya muka laut
secara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Arus pasut ini
berperan terhadap proses-proses di pantai seperti penyebaran sedimen dan abrasi pantai.
Pasang naik akan menyebarkan sedimen ke dekat pantai, sedangkan bila surut akan
menyebabkan majunya sedimentasi ke arah laut lepas. Arus pasut umumnya tidak terlalu
kuat sehingga tidak dapat mengangkut sedimen yang berukuran besar.
5. Wilayah laut untuk provinsi, Kabupaten, Negara
Hak yang terkait dengan penetapan batas laut daerah dan kadaster kelautan yaitu Hak
Pengusahaan Perairan Pesisir yang disebut juga HP-3. Hak ini diatur dalam UU No.27
tahun 2007, dimana Perairan Pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi
perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang
menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan
laguna. HP-3 adalah hak atas bagian-bagian tertentu dari perairan pesisir untuk usaha
kelautan dan perikanan, serta usaha lain yang terkait dengan pemanfaatan Sumber Daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang mencakup atas permukaan laut dan kolom air sampai
dengan permukaan dasar laut pada batas keluasan tertentu. Ketentuan mengenai HP-3
dapat dilihat tabel dibawah ini.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang berwenang memberi HP-3 yaitu
menteri, gubernur dan bupati yang dibagi atas luas wilayah daerah kewenangan. Dalam
pemberian hak tersebut peranan penetapan batas laut daerah sangat diperlukan untuk
mengetahui siapa yang dapat memberi HP-3 tersebut. Penetapan batas laut daerah juga
diperlukan agar tidak terjadi tumpang tindih kewenangan pemberian hak sehingga juga
dapat menghindari konflik yang akan terjadi. Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004
disebutkan bahwa kewenangan provinsi yaitu sejauh 12 mil laut dengan kata lain juga
merupakan perairan pesisir, sehingga di luar 12 mil laut tersebut merupakan kewenangan
negara. Untuk menghindari adanya konflik pada ruang laut strategis dan pada wilayah
lintas provinsi maka pemberian hak langsung ditangani oleh pemerintah pusat dalam hal
ini adalah menteri. Dengan tidak melihat apakah daerah tersebut termasuk wilayah
provinsi dan kabupaten/kota.

6. ProblematikaPesisir
a. Pencemaran
Pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya (DKP RI,
2002). Masalah pencemaran ini disebabkan karena aktivitas manusia seperti
pembukaan lahan untuk pertanian, pengembangan kota dan industri, penebangan
kayu dan penambangan di Daerah Aliran Sungai (DAS).
Pembukaan lahan atas sebagai bagian dari kegiatan pertanian telah meningkatkan
limbah pertanian baik padat maupun cair yang masuk ke perairan pesisir dan laut
melalui aliran sungai. Pengembangan kota dan industri merupakan sumber bahan
sedimen dan pencemaran perairan pesisir dan laut. Pesatnya perkembangan
pemukiman dan kota meningkatkan jumlah sampah baik padat maupun cair yang
merupakan sumber pencemaran pesisir dan laut yang sulit dikontrol. Sektor industri
dan pertambangan yang menghasilkan limbah kimia (berupa sianida, timah, nikel,
khrom, dan lain-lain) yang dibuang dalam jumlah besar ke aliran sungai sangat
potensial mencemari perairan pesisir dan laut, terlebih bahan sianida yang terkenal
dengan racun yang sangat berbahaya.
b. Gelombang besar /Abrasi
Terdapat 2 faktor yang menyebabkan terjadinya abrasi pantai, yaitu proses alami
(karena gerakan gelombang pada pantai terbuka) serta aktivitas manusia. Kegiatan
manusia tersebut misalnya kegiatan penebangan hutan (HPH) atau pertanian di lahan
atas yang tidak mengindahkan konsep konservasi telah menyebabkan erosi tanah dan
kemudian sedimen tersebut dibawa ke aliran sungai serta diendapkan di kawasan
pesisir. Aktivitas manusia lainya adalah menebang atau merusak ekosistem mangrove
di garis pantai baik untuk keperluan kayu, bahan baku arang, maupun dalam rangka
pembuatan tambak. Hal-hal ini tentu secara ekologis telah menghilangkan fungsi-
fungsi ekologis dari hutan mangrove sebagai:
1) Peredam gelombang dan angin badai, pelindung pantai dari abrasi, penahan
lumpur, dan penangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air permukaan
2) penghasil detritus (bahan makanan bagi udang, kepiting, dan lain-lain) dan
mineral-mineral yang dapat menyuburkan perairan
3) Derah nurshery ground, feeding ground dan spawing ground bermacam biota
perairan (Bengen, 2001).
c. Erosi
Erosi pantai adalah proses terkikisnya material penyusun pantai oleh
gelombang dan material hasil kikisan itu terangkut ke tempat lain oleh arus. Dari
sudut pandang keseimbangan interaksi antara kekuatan-kekuatan yang berasal
dari darat dan kekuatan-kekuatan yang berasal dari laut, erosi pantai terjadi karena
kekuatan-kekuatan yang berasal dari laut lebih kuat daripada kekuatan-kekuatan
yang berasal dari darat.
d. Sendimentasi Pantai
Progradasi (sedimentasi) adalah proses perkembangan gisik, gosong atau
bura ke arah laut melalui pengendapan sedimen yang dibawa oleh hanyutan litoral
(Setiyono, 1996). Bentuk-bentuk endapan yang utama dari gelombang dan arus
sepanjang pantai adalah: beach, bars, spits, tombolo, tidal delta, dan beach ridges.
Ketika gelombang menghempas (swash) merupakan kekuatan pukulan untuk
memecahkan batuan yang ada di pantai. Butiran-butiran halus dari pecahan
batuan (material klastis), seperti kerikil atau pasir, kemudian diangkut sepanjang
pesisir (shore, zona pasang-surut), yaitu bagian yang terkadang kering dan
terkadang berair oleh gerak pasang-surut atau oleh arus terbimbing sepanjang
pesisir (long shore currents).
Proses erosi dan pemindahan bahan-bahan penyusun pantai (beach) yang
terangkut disebut beachdrift, yaitu penggeseran-penggeseran pasir atau kerikil
oleh gelombang (swash dan backwash) sampai diendapkan dan membentuk
daratan baru, misalnya, endapan punggungan pasir memanjang yang disebut off
shore bars atau spit. Adanya endapan seperti misalnya spit yang berbentuk
memanjang di depan teluk ataupun tombolo yang menghubungkan pulau dengan
daratan utama, menunjukkan adanya bagian laut yang tenang. Tenangnya
gelombang karena perlindungan tanjung dan merupakan medan pertemuan dua
arah massa arus laut yang saling melemahkan; yaitu arus dari kawasan laut luar
yang memutar di dalam teluk. Di bagian air yang tenang di situlah terjadi
pengendapan (Hallaf, 2006).

7. Reklamasi Pantai
Kawasan hasil perluasan daerah pesisir pantai melalui rekayasa teknis untuk
pengembangan kawasan baru. Reklamasi pantai merupakan kawasan hasil perluasan
daerah pesisir pantai melalui rekayasa teknis untuk pengembangan kawasan baru
Polaruangkawasanreklamasipantaidisusundenganmemperhatikan:
a. Keseimbangan antara rencana pemanfaatan lahan untuk fungsi budidaya dan lahan
untuk fungsi lindung dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
b. Keseimbangan komposisi lahan pemanfaatan ruangan tata ruang di daratan dengan
perairan/tata biru/pantai.
c. Peruntukan kawasan reklamasi pantai harus dimanfaatkan secara efektif, menghargai
signifikasi ruang perairan, ada kesinergisan pola ruang kawasan budidaya dengan
lingkungan alami di sekitarnya.
d. Pola ruang di sepanjang garis pantai yang merupakan wilayah Garis Sempadan Pantai
(GSP) harus diarahkan menjadi ruang publik (jalan tepian pantai atau ruang terbuka)
yang dapat diakses dan dinikmati publik.
e. Pola ruang kawasan diarahkan untuk mengakumulasi beberapa fungsi kawasan yang
menghargai, menyatu dan memanfaatkan potensi pantai.

DaftarPustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_teritorial

https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100404044211AAZHvhi

http://ardikadjun-ceritaapasaja.blogspot.com/2013/05/batas-batas-wilayah-perairan-
indonesia.html

http://tugaskuliahan45.blogspot.com/2013/08/batas-teritorial-landas-kontinen-dan.html

http://id.wikipedia.org/w/index.php?search=batas+wilayah+laut&title=Istimewa
%3APencarian&go=Lanjut

Anda mungkin juga menyukai