Adalah ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa
badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori. Pentingnya penyediaan dan pemanfaatan
RTNH di wilayah kota/kawasan perkotaan adalah sebagai berikut:
1. RTNH merupakan tempat dilangsungkannya berbagai aktivitas. Dengan fungsi pendukung sebagai wadah kegiatan ekonomi dan
konservasi ekologis, serta fungsi pelengkap sebagai estetika lingkungan, kawasan, dan wilayah. Sehingga kekurangan penyediaan RTNH
dapat merupakan salah satu pemicu timbulnya masalah atau konflik sosial.
2. dalam konteks lingkungan hidup, penyediaan dan pemanfaatan RTNH dapat diarahkan memiliki fungsi ekologis untuk membantu fungsi
RTH dalam konservasi air tanah, melalui berbagai kelengkapan utilitasnya (misalnya: drainase dan peresapan).
3. RTNH mempunyai nilai historis sosio-kultural dalam suatu wilayah/masyarakat yang telah berlangsung secara turun menurun, sehingga
perlu dipertahankan keberadaannya. Secara skematis, rasional penyelenggaraan RTNH dapat digambarkan sebagai berikut.
Fungsi RTNH
Manfaat RTNH
1. Secara Hirarkis
Berdasarkan perannya pada suatu tingkatan administratif, dalam struktur ruang yang terkait dengan struktur pelayanan suatu wilayah
berdasarkan pendekatan administrative, RTNH dikelompokkan atas:
a. RTNH skala kabupaten/kota;
b. RTNH skala kecamatan;
c. RTNH skala kelurahan;
d. RTNH skala lingkungan RW; dan
e. RTNH skala lingkungan RT.
2. Secara Fungsional
Secara fungsional merupakan pengelompokan RTNH berdasarkan perannya sebagai penunjang dari suatu fungsi bangunan tertentu
terkait dengan pola ruang, RTNH dikelompokkan atas:
a. RTNH pada lingkungan bangunan hunian;
b. RTNH pada lingkungan bangunan komersial;
c. RTNH pada lingkungan bangunan sosial budaya;
d. RTNH pada lingkungan bangunan pendidikan;
e. RTNH pada lingkungan bangunan olahraga;
f. RTNH pada lingkungan bangunan kesehatan;
g. RTNH pada lingkungan bangunan transportasi;
h. RTNH pada lingkungan bangunan industri; dan
i. RTNH pada lingkungan bangunan instalasi.
3. Secara Linier
Secara linier merupakan pengelompokan RTNH berdasarkan perannya sebagai penunjang dari jaringan aksesibilitas suatu wilayah,
RTNH dikelompokkan atas:
a. RTNH pada jalan bebas hambatan;
b. RTNH pada jalan arteri;
c. RTNH pada jalan kolektor;
d. RTNH pada jalan lokal; dan
e. RTNH pada jalan lingkungan.
Tipologi RTNH
Penyediaan RTNH pada skala kota/kawasan perkotaan (city wide) dilakukan dengan mempertimbangkan struktur dan pola ruang.
Struktur dan pola suatu kota terbentuk dari adanya hirarki pusat dan skala pelayanan suatu kegiatan fungsional yang dihubungkan oleh suatu
hirarki jaringan jalan dan infrastruktur utama (linkage) yang membentuk suatu urban fabric, yang pada akhirnya membentuk ruang-ruang
aktivitas fungsional.
Secara hirarkis dari yang terendah, skala pelayanan kegiatan fungsional suatu kota dapat dimulai dari skala lingkungan, yaitu RT, RW dan
kelurahan, pada skala kawasan terdapat skala kecamatan sampai dengan skala tertinggi yaitu kota. RTNH disediakan berdasarkan proporsi
kebutuhannya yang diindikasi berdasarkan jumlah populasi dan luas area pada setiap tingkatannya. Ruang-ruang aktivitas fungsional
dihubungkan oleh jaringan infrastruktur (linkage) yang membentuk suatu hubungan kegiatan sesuai dengan hirarkinya. Pada jaringan-jaringan
tersebut RTNH disediakan untuk mengakomodasi kebutuhan aksesibilitas manusia dalam bentuk linier.
Ruang-ruang aktivitas fungsional dalam bentuk hunian, komersial, sosial budaya, pendidikan, olahraga, kesehatan dan lain-lain. Dalam ruang-
ruang aktivitas fungsional tersebut, RTNH disediakan sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku untuk menunjang keberlangsungan
kegiatan yang terjadi.
Arahan daan Kriteria Penyediaan RTNH
Menggacu SNI No. 03-17733 Tahun 2004 tenttang Tata Cara Pereencanaan Lingkungan Peruumahan di Perkotaan dan Pedoman Perencaanaan
Lingkkungan Perrmukiman Kota, Ditjen Cipta Karya, klaasifikasi RTN diatur sebagai berikut:
Lokasi lahan parkir untuk pusat-pusat kegiatan dapat didesain baik dengan dikelompokkan atau menyebar di setiap pusat kegiatan
tergantung pada perencanaan. Beberapa persyaratan khusus yang harus dipenuhi:
a. Lahan parkir merupakan fasilitas pelengkap dari pusat kegiatan, sehingga perlu sedekat mungkin dengan pusat kegiatan yang dilayani;
b. lokasi parkir harus mudah diakses/dicapai dari/ke pusat-pusat kegiatan tanpa gangguan ataupun memotong arus lalu lintas jalan utama;
c. lahan parkir harus memiliki hubungan dengan jaringan sirkulasi pedestrian secara langsung; dan
d. lokasi parkir harus mudah terlihat dan dicapai dari jalan terdekat.
Perhitungan luas lahan parkir pada area pusat kegiatan ditentukan oleh beberapa faktor
penentu, yaitu:
a. jumlah pemilikan kendaraan;
b. jenis kegiatan dari pusat kegiatan yang dilayani; dan
c. sistem pengelolaan parkir, misalnya parkir bersama, parkir berbagi antar beberapa kavling (shared parking area), ataupun parkir lahan pribadi
(private parking area). Dengan demikian besaran luas parkir akan berbeda-beda tergantung pusat kegiatan yang dilayaninya. Untuk kebutuhan
perhitungan, dasar perhitungan jumlah pemilikan kendaraan adalah 60 mobil setiap 1.000 penduduk. Sedangkan standar besaran luas parkir yang
umumnya dipakai untuk setiap pusat kegiatan yaitu:
Tabel 1
Standar Besaran Luas Parkir
Studi Kasus
Studi kasus ruang terbuka non hijau yang kami ambil adalah mengenai “Alun-Alun Kapuas”. Alun-alun Kapuas saat ini menjadi tempat
yang banyak dikunjungi oleh masyarakat terutama saat diakhir pekan, saat hari biasa ataupun siang hari aktivitas yang terjadi tidak begitu
kelihatan, hanya ramai oleh masyarakat yang ingin menggunakan jasa penyebrangan. Saat malam, alun-alun Kapuas menjadi ramai pengunjung
yang ingin berekreasi, akan tetapi dampak dari keramaian ini adalah, Alun-alun Kapuas tidak memiliki lahan parkir yang cukup memadai, lahan
parkir di Alun-Alun Kapuas adalah jalan yang sebagian menjorok kedalam, akibatnya ketika ramai pengunjung lahan parkir tersebut tidak cukup
dan membuat kendaraan yang diparkir memakan badan jalan. Artinya pemilihan letak lokasi parkir tidak tepat, karna tidak memikirkan
kedepannya, jumlah penduduk yang semakin bertambah membuat alun-alun Kapuas menjadi sering dikunjungi, dan akibatnya lahan parkirpun
menjadi terbatas.
Ini disebabkan oleh banyaknya penjual makanan, minuman, dan barang didalam Alun-Alun Kapuas, sehingga banyak lahan yang
harusnya kosong menjadi ramai. Saat dulu alun-alun Kapuas menjadi taman rakyat, alun-alun Kapuas diisi oleh berbagai mainan hiburan bagi
anak-anak, sehingga anak-anak memiliki tempat bermain, saat ini alun-alun Kapuas sudah berubah fungsinya, tidak ada lagi taman bermain
untuk anak-anak hanya ada tempat nongkrong oleh masyarakat sekitar.