Alamat Korespondensi :
Hermansyah, SP
Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah
Universitas Hasanuddin
Makassar, 90245
HP : 08124260028
Email : Achaonena@yahoo.com
ABSTRAK
ABSTRACT
Low level of income led to livelihoods gap between rural communities and urban communities. The aim
of this study was to find out exceptional horticulture commodities - based regional infrastructures in
order to support development of agropolitan zone, and to formulate strategies of recommendation for
development of exceptional horticulture commodities - based agropolitan zone in Bantaeng District.
The study was carried out in sub district of Uluere Bantaeng district employing field survey method by
interviewing some informants couple with literature examination. Data collected were then examined
employing SWOT analysis to determine strategies based on strengths, weaknesses, opportunities and
threats existing in the agropolitan zone. Study found that condition of natural resources (climate, soil)
supported the development of agropolitan zone. Some supporting infrastructures highly influencing the
existence of exceptional horticulture commodities were market, financing institutions, sub district office
of agricultural extension, production facilities and product processing, farmer institutions, road
networks, and irrigation. However, the infrastructures were found inadequate to support the
development of agropolitan zone, therefore, strategies for development of agroploitan zone to support
the improvement of exceptional horticulture commodities value were needed. Employing SWOT
analysis matrix, study furthermore found that agroplotan zone was able to support the iimprovement of
exceptional horticulture commodities value.
Metode Penelitian
Tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, pengamatan langsung
dilapangan, pengolahan data dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT
(Strenght, Weaknesess, Oportunity, Threats. Analisis SWOT merupakan model
analisis untuk membandingkan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman dengan
faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan (F. Rangkuti, 2008). Penentuan
strategi pengembangan kawasan agropolitan untuk mendukung peningkatan nilai
produksi komoditi unggulan hortikultura di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan observasi dan wawancara mendalam yang dilakukan di lapangan
selama penelitian ,menunjukkan bahwa infrastruktur yang berpengaruh pada
pengembangan kawasan agropolitan untuk mendukung peningkatan nilai produksi
komoditi unggulan hortikultura adalah pasar, lembaga keuangan, Balai Penyuluh
Pertanian (BPP), Kelembagaan petani, Jaringan jalan dan jaringan irigasi.
Penelitian ini membandingkan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman
dengan faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan. Penentuan strategi
pengembangan kawasan agropolitan untuk mendukung peningkatan nilai produksi
komoditi unggulan hortikultura di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng dengan
analisis SWOT dengan tahap-tahapan sebagai berikut: Tahap pengumpulan dan
klasifikasi data. Pada tahap ini data-data yang dikumpulkan dari responden,
selanjutnya diklasifikasi menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal,
Hasil pengklasifikasian faktor internal dan eksternal, selanjutnya diklasifikasi
berdasar faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan, dan faktor eksternal berupa
peluang dan ancaman. Hasil pengklasifikasian data internal dan eksternal dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tahap analisis. Hasil klasifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman dipilih untuk mendapatkan masing-masing lima faktor kekuatan dan
kelemahan (faktor internal), dan lima faktor peluang dan ancaman yang di asumsi
paling berpengaruh atau kuat. Faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
dapat dilihat pada Tabel 2. Kelima faktor tersebut, selanjutnya diberi bobot dengan
nilai komulatifnya mulai 0,00 (tidak penting) sampai dengan nilai 1,00 (paling
penting). Faktor-faktor yang diberi bobot memberikan input, output maupun impact
terhadap pengembangan strategi pengembangan kawasan agropolitan mendukung
peningkatan nilai produksi komoditi unggulan hortikultura di Kecamatan Uluere
Kabupaten Bantaeng.
Selanjutnya faktor-faktor yang teridentifikasi diberi skala rating dengan
metode likers dengan nilai interval 1,2,3 dan 4. Hasil pemberian bobot dan skala
rating faktor-faktor internal dapat dilihat pada Tabel 3, bahwa nilai komulatif rata-rata
untuk factor kekuatan sebesar 0,27 lebih besar daripada nilai komulatif kelemahan
sebesar 0,21. Keadaan ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan untuk
mengembangkan kawasan agropolitan di Kecamatan Uluere lebih besar darapada
faktor kelemahan. Kelemahan utama tedapat pada rendahnya kualitas sumber daya
manusia di Kecamatan Uluere.
Faktor eksternal pada Tabel 4 , menunjukkan bahwa nilai komulatif rata-rata
untuk faktor peluang sebesar 0,23 lebih besar daripada nilai komulatif rata-rata faktor
ancaman sebesar 0,22 keadaan ini mengidentifikasikan bahwa faktor peluang untuk
pengembangan kawasan agropolitan untuk mendukung peningkatan nilai produksi
komoditi unggulan hortikultura di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng dari pada
faktor ancaman yang akan menghambatnya. Ancaman utama dalam pengembangan
kawasan agropolitan untuk mendukung peningkatan nilai produksi komoditi unggulan
hortikultura di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, yaitu kerusakan hutan
lindung serta konflik perebutan lahan.
Berdasarkan hal itu maka perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat di sekitar
hutan lindung dan penegakan aturan secara konsisten. Tahap penetapan strategi.
Setelah melakukan analisis dengan pemberian nilai bobot dan skala rating,
selanjutnya dilakukan penetapan strategi dengan penggabungan faktor internal dan
eksternal. Alternatif strategi pengembangan kawasan agropolitan untuk mendukung
peningkatan nilai produksi komoditi unggulan hortikultura di Kecamatan Uluere
Kabupaten Bantaeng dapat dilihat matriks anlaisis SWOT pada Tabel 5.
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita Rahardjo. (2008). Pembangunan Perdesaan Komprehensip Makassar
Adisasmita Rahardjo. (2007). Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang, Makassar
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan. (2011).
Kabupaten Bantaeng Dalam Angka, Bantaeng
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan. (2011).
Kecamatan Uluere Dalam Angka, Bantaeng
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bantaeng. (2011). Profil Pengembangan
Hortikultura Kabupaten Bantaeng. Bantaeng
Divisi Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah Lembaga Penelitian Universitas
Hasanuddin, 2002. Karakteristik Lahan dan Zonasi Pengembangan Komoditi
Kabupaten Bantaeng. Makassar.
Douglas, M., (1989). A Regional Network Strategi for Reciprocal Rural Urban
Linkage; An Agenda for Policy Research with Reference to Indonesia. Third
Word Planning Review, Vol 20 No.1 1998.
Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng, 2012. Peraturan Daerah Kabupaten
Bantaeng Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Bantaeng. Bantaeng.
Pranoto, S, (2005). Pembangunan Perdesaan Berkelanjutan Melalui Model
Pengembangan Agropolitan, Bogor.
Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik dan
Organisasi Non Profit. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta
Tabel 1. Hasil Pengklasifikasian Data Internal Dan Data Eksternal
Faktor Internal Faktor Eksternal
Kondisi sumber daya alam (tanah Mempunyai daya tarik sektor pariwisata
dan iklim) yang mendukung. yang tinggi
Tersedianya industri pengolahan Terbangunnya pelabuhan laut yang
skala rumah tangga merupakan akses pemasaran komoditi
Memilki komoditas unggulan hortikultura ke luar daerah.
hortikultura spesifik yaitu apel dan Infrastruktur jalan yang baik akan
strowberry. mempermudah akses transportasi.
Kuatnya komitmen pemerintah Meningkatnya investor yang ingin
dalam pengembangan kawasan menamkan modal atau berinvestasi di
agropolitan Kabupaten Bantaeng
Tersusunnya rencana tata ruang Berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan
wilayah sebagai pengembangan Jeneponto.
kawasan agropolitan. Adanya wilayah lain yang tumbuh cepat
Terjangkau oleh sistem transportasi yang dapat menjadi kompetitor
darat pengembangan kawasan agropolitan .
Kualitas sumber daya manusia yang Status kepemilikan lahan tidak jelas
rendah Masuknya budaya luar yang akan
Fasilitas sosial dan umum yang mempengaruhi bahkan dapat
masih minim seperti pasar, lembaga menghilangkan budaya lokal masyarakat
keuangan dan sekolah. setempat.
Belum adanya sistem pascapanen Kerusakan hutan lindung yang
yang memadai yang meliputi mengakibatkan erosi pada daerah hulu.
packing dan pergudangan termasuk Perubahan pola penggunaan lahan
hasil pertanian yang rawan rusak
dalam tolerasi waktu dan tempat
Sistem pemasaran yang masih
tradisional.
Produktifitas komoditi hortikultura
masih rendah.
Tabel 2. Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Dan Ancaman
Faktor Internal Faktor Eksternal
A Kekuatan (Strenghts) C Peluang (Opportunities)
1. Kondisi sumber daya alam (tanah 1. Mempunyai daya tarik sektor
dan iklim) yang mendukung. pariwisata yang tinggi
2. Tersedianya industri pengolahan 2. Terbangunnya pelabuhan laut yang
skala rumah tangga merupakan akses pemasaran komoditi
3. Memilki komoditas unggulan hortikultura ke luar daerah.
hortikultura spesifik yaitu apel dan 3. Infrastruktur jalan yang baik akan
strowberry. mempermudah akses transportasi.
4. Kuatnya komitmen pemerintah 4. Meningkatnya investor yang ingin
dalam pengembangan kawasan menamkan modal atau berinvestasi di
agropolitan Kabupaten Bantaeng
5. Tersusunnya rencana tata ruang 5. Berbatasan dengan Kabupaten Gowa
wilayah sebagai pengembangan dan Jeneponto.
kawasan agropolitan.
0,51 1,06
JUMLAH 1,00 ¶ = 0,21
Tabel 4. Hasil Pemberian Bobot Dan Skala Rating Faktor Eksternal
0,52 1,10