Anda di halaman 1dari 5

NAMA : MEITY WULANDARI

NIM : D1091131019

PEMBAHASAN – PERBATASAN DI KECAMATAN JAGOI BABANG, KAB. BENGKAYANG

Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau yang berbatasan langsung dengan
negara lain, yaitu Malaysia. Pulau ini terdapat 2 provinsi yang berbatasan darat dengan
Malaysia, salah satunya adalah Provinsi Kalimantan Barat. Kalimantan Barat memiliki dua
pintu masuk legal dari pemerintah, yakni di Aruk dan Entikong. Masyarakat yang akan ke
Malaysia dari jalur darat di Kalimantan Barat, harus cap pas por di dua wilayah tersebut.
Masyarakat Indonesia yang tinggal di wilayah perbatasan antara Kalimantan Barat dan
Sarawak, Malaysia, lebih menyukai melakukan kegiatan jual-beli dan barter ke wilayah
Malaysia karena mudah dijangkau dengan berjalan kaki. Hal ini disampaikan oleh Dewan
Adat Dayak Kecamatan Sekayam, Yordanus Pinjamin. Ada banyak pertimbangan yang
diutarakan oleh Pinjamin mengenai masyarakat di kawaan perbatasan dalam artikel nya
tersebut. Seperti akses yang jauh lebih mudah ke Malaysia, sistem barter masih bisa
digunakan dengan orang lain, adanya penampung hasil bumi di Malaysia, dan masih ada
hubungan kekerabatan dengan masyarakat Malaysia. Hal-hal tersebut yang kemudian
menjadi pertimbangan masyarakat lebih memilih bertandang ke Malaysia daripada ke
wilayah Indonesia lainnya yang relatif jauh.

Jagoi Babang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan


Barat, Indonesia. Wilayah ini terletak di perbatasan Kalbar-Serawak (batas sebelah timur,
kurang lebih 1 jam ke Kota Serawak). Sebelah utara Kecamatan ini berbatasan dengan
Lundu, Sarawak Malaysia, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Seluas dan
kecamatan Siding, sebelah timur berbatasan dengan Serikin, Sarawak Malaysia. Di
kecamatan ini terdapat enam desa, yaitu Desa Jagoi, Desa Sekida, Desa Sinar Baru, Desa
Semunying Jaya, Desa Kumba, dan Desa Gersik. Jagoi Babang berjarak 115 km dari
Kabupaten Bengkayang atau sekitar 2 jam dari Kantor Pemda Bengkayang. Kecamatan ini
terdiri atas 6 Desa dan 14 dusun dengan jumlah KK 1679 dan 6948 jiwa. Hampir seluruh
penduduk Desa Jagoi adalah suku Dayak Bidayuh dan Dayak Iban. Kebanyakan penduduk
adalah pedagang, pengrajin anyaman rotan, dan berkebun. Hal yang menjadi ciri khas dari
kecamatan ini adalah kerajinan Bidai dan barang-barang yang terbuat dari rotan. Selain itu,
adat istiadat yang masih cukup kental, masyarakat yang hangat dan masih sangat mengenal
istilah gotong royong serta bangunan rumah adat yang masih berdiri, membuat kecamatan
ini menjadi sebuah kecamatan yang unik dan penuh dengan kebudayaan yang khas.

Dari sisi keamanan, kawasan ini didukung oleh 26 pos pengamanan perbatasan (Pos
Pamtas) yang diisi oleh aparat militer. Sarana prasarana keamanan dalam jumlah dan
kualitas yang memadai sangat diperlukan, karena kawasan ini dicirikan oleh tingginya
kegiatan-kegiatan ilegal sekitar di garis perbatasan, dalam bentuk pembalakan liar,
penyelundupan barang, tenaga kerja ilegal, dan sebagainya. Beberapa masyarakat jagoi dan
P.Made selaku koordinator Pos Terpadu yang ada diwilayah tersebut juga membenarkan
berita tersebut. Selain itu, beliau juga membenarkan bahwa kawasan perbatasan, terutama
Jagoi Babang, termasuk wilayah yang sangat bebas.

Masyarakat Kawasan Perbatasan Jagoi-Serikin Kabupaten Bengkayang merupakan


salah satu kabupaten di Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Di
Kabupaten ini terdapat jalur transportasi darat terdekat ke wilayah Malaysia. Jalur tersebut
berada di tengah-tengah jalur border Entikong dan Aruk, sehingga jalur ini sering
digunakan sebagai jalur alternatif penduduk Kalimantan Barat saat akan bertandang ke
Malaysia. Dari keterangan imigrasi Desa Jagoi sampai saat ini, status jalur yang berada di
Kecamatan Jagoi Babang ini masih bersifat ilegal, atau tidak resmi. Sehingga hanya
masyarakat yang bertempat tinggal disekitar perbatasan itulah yang bisa melewati jalur ini,
hanya saja mereka menggunakan buku khusus yang bernama PLB (Pas Lintas Batas) yang
dikeluarkan oleh pihak imigrasi Desa Jagoi. Selain itu, diketahui bahwa Suku Dayak
Bidayuh menjadi mayoritas masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan. Selain suku
Dayak Bidayuh, di Dusun Risau mayoritas masyarakatnya merupakan suku Dayak Bekatik.
Selain dua subsuku dayak tersebut, di desa Jagoi juga terdapat beberapa masyarakat
transmigran dari Jawa dan Madura, akan tetapi dalam lingkup wilayah desa, Dayak Bidayuh
masih menjadi Mayoritas suku di kawasan itu. Untuk bahasa sehari-hari setiap subsuku
Dayak berbeda di setiap wilayah. P. Nogian sebagai Kepala Dusun Jagoi Babang
menjelaskan, bahwa berbeda subsuku, berbeda pula bahasa daerahnya. Suku dayak yang
masih sama subsuku tetapi berbeda wilayah tinggalnya pun sudah berbeda bahasa, seperti
halnya bahasa adat Bekatik berbeda dengan Bidayuh. Selain itu, sesama suku Dayak
Bidayuh tetapi satu kelompok tinggal di Jagoi, yang satu lagi tinggal di Sebujit, itupun sudah
berbeda bahasa. Untuk suku lain ada beberapa dari transmigran yang tinggal di kawasan
tersebut. Sehingga, bahasa yang digunakan antar suku untuk berkomunikasi adalah bahasa
Indonesia.

Potensi sumberdaya alam wilayah perbatasan di Kalimantan cukup besar dan


bernilai ekonomi sangat tinggi, terdiri dari hutan produksi (konversi), hutan lindung,
taman nasional, dan danau alam, yang semuanya dapat dikembangkan menjadi daerah
wisata alam (ekowisata). Namun demikian secara umum infrastruktur sosial ekonomi di
kawasan ini, baik dalam aspek pendidikan, kesehatan, maupun sarana prasarana
penunjang wilayah, masih memerlukan banyak peningkatan. Jika dibandingkan dengan
negara tetangga Malaysia, kawasan ini masih relatif tertinggal pembangunannya. Hal
serupa juga dikatakan oleh P.Mita (ketua RW di Dusun Jagoi Babang) dan beberapa
masyarakat Jagoi Babang mengenai wilayah perbatasan.

Dalam hal ini, Jagoi Babang merupakan kawasan perbatasan Indonesia Malaysia
yang terdapat di kabupaten Bengkayang, akan tetapi belum dibangun border yang bersifat
resmi. Untuk kesehatan dan pendidikan merupakan sesuatu yang mahal baik dari segi
akses jarak maupun biaya. Rumah sakit terdekat dari kawasan perbatasan Jagoi Babang
berada di pusat Kabupaten Bengkayang yang ditempuh 2-3 jam perjalanan roda empat.
Pelayanannya pun belum tentu memuaskan. Sedangkan mengenai kualitas pelayanan,
menurut P.Mita, P.Jombian, P.Jo dan beberapa warga masih jauh lebih baik Malaysia. Begitu
pula mengenai pendidikan, banyak yang membandingkan dengan negara tetangga, yaitu
Malaysia. Cucu P.Jombian hampir semua bersekolah di Malaysia. Cucu yang paling kecil
memang belum bersekolah, akan tetapi saat sudah waktunya sekolah akan disekolahkan di
Malaysia kata beliau. Banyak saudara masyarakat Jagoi yang memilih tinggal dan menetap
di Malaysia, jadi sedikit banyak bisa mendengarkan cerita mengenai pelayanan kesehatan
dan pendidikan di Malaysia, dan menurut beberapa warga banyak yang menilai bahwa baik
pelayanan kesehatan maupun pendidikan, di kawasan itu jauh tertinggal dari Malaysia.
Untuk masalah perdagangan, produk Malaysia banyak yang diperjual-belikan oleh
masyarakat kawasan perbatasan Jagoi Babang. Produk gula, minyak goreng, makanan
ringan, dan banyak produk lainnya didominasi produk produksi Malaysia.

Menurut P.Jo (pemilik salah satu warung di Jagoi) dan beberapa pedagang di
kawasan ini, produk produksi Malaysia lebih murah karena lebih dekat menyetok
barangnya. Apabila produksi Indonesia harus ke Pontianak yang kurang lebih 7-8 jam
perjalanan darat. Untuk produk hasil pertanian seperti sahang (merica), beberapa jenis
sayur dan buah lokal, kebanyakan akan dijual di pasar Serikin yang berada di wilayah
Malaysia dikarenakan jarak yang lebih dekat untuk mengurangi biaya produksi. Hal itupun
dibenarkan oleh P.Nogen sebagai kepala dusun Jagoi Babang. beliau tinggal didekat titik nol
Indonesia Malaysia, jadi beliau mengetahui garis besar barang-barang Indoneia yang dijual
di Malaysia dan sebaliknya.

Secara garis besar, masyarakat perbatasan di Kalimantan Barat memang lebih


cenderung untuk bertandang ke Malaysia untuk berjualan hasil perkebunan, sawah,
maupun kerajinan tangan mereka seperti tangguk, juah, bubu, ataupun bidai, maupun
untuk membeli keperluan sehari hari toko di Malaysia. Hal tersebut terlihat saat observasi
dilakukan di Pos Terpadu. Mengenai jual beli barang daerah perbatasan juga dibenarkan
oleh pengrajin bidai dan beberapa pemilik toko termasuk P.Nogen selaku Kepala Dusun.
Jual beli didaerah perbatasan menggunakan ringgit, sehingga membuat peredaran rupiah
di daerah itu sangat minim. Wilayah-wilayah seperti itulah yang memerlukan perhatian
ekstra dalam pengawasannya. Dengan keadaan kawasan perbatasan seperti yang telah
sedikit dijelaskan, sungguh sangat mengherankan apabila pemerintah Indonesia masih
belum mengambil langkah yang signifikan dalam upaya membangun kawasan perbatasan.

Dari pemaparan masalah yang ada di kawasan perbatasan Kecamatan Jagoi Babang,
Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat dapat disimpulkan beberapa solusi yaitu :

1. Merealisasikan program-program pembangunan wilayah perbatasan yang telah


disusun pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten dengan meningkatkan
koordinasi teknis antar sektor
2. Perlu dilakukannya kerjasama antar stake holder yang terkait terhadap
pembangunan di wilayah perbatasan
3. Melakukan program-program pembangunan berbasis masyarakat
4. Membangun sarana dan prasarana sesuai keadaan dilapangan dan kebutuhan
masyarakat
5. Perlu adanya perhatian khusus mengenai tata ruang di wilayah perbatasan, sebagai
wajah luar suatu Negara

Informasi tersebut diambil dari sebuah artikel yang dimuat di website :


http://batas.bappenas.go.id//index.php?option=com_content&task=view&id=113&Itemid=9;

Yang diakses pada hari Minggu, Tanggal 4 Oktober pukul 22.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai