PENDAHULUAN
2.1 Efektivitas
2.1.1 Pengertian Efektifitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh,
akibat atau dapat membawah hasil. Jadi, efektivitas adalah keaktifan, dayaguna, adanya
kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang
dituju. Efektivitas pada dasarnya menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, sering atau
senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan
diantara keduanya. Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi
lebih melihat pada bagaiman cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan
antara input dan outputnya (Siagaan, 2001). Menurut Sondang dalam Othenk (2008),
efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu
yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa
kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai
tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran,
berarti makin tinggi efektivitasnya. Menurut Abdurahmat (2008), efektivitas adalah
pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar
ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.
Dapat disimpulkan bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok,
tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari anggota serta merupakan
keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian
antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai.
Pengertian umum tentang efektivitas menurut Andre Hardjana (2001) dalam audit
komunikasi adalah :
1. Mengerjakan hal-hal yang benar.
2. Mencapai tingkat di atas pesaing.
3. Membawa hasil.
4. Menangani tantangan masa depan.
1
EFEKTIFITAS TENAGA PENYULUH PERTANIAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PANEN
0
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan kegiatan pengumpulan data-data dasar atau fakta yang
diperlukan untuk menentukan masalah, tujuan, dan cara mencapai tujuan atau kegiatan
yang akan direncanakan.
2. Analisis keadaan
Tahap ini merupakan tahap penganalisisan data yang diperoleh dari lapangan, termasuk
di dalamnya menganalisis sumber daya yang potensial untuk dikembangkan, perilaku
masyarakat sasaran, keadaan yang ingin dicapai dan yang sudah dicapai.
3. Identifikasi masalah.
Tahap ini merupakan upaya merumuskan faktor-faktor yang menyebabkan tidak
tercapainya tujuan yang dikehendaki. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan
menganalisis kesenjangan antara data potensial dengan data aktual, antara keadaan.
yang ingin dicapai dengan yang sudah dicapai, dan sebagainya.
4. Perumusan tujuan.
Dalam tahap perumusan tujuan yang harus diperhatikan adalah realistisnya tujuan yang
hendak dicapai, ditinjau dari kemampuan sumber daya (biaya, jumlah dan kualitas
tenaga) maupun waktu yang tersedia.
5. Penyusunan rencana kegiatan
Tahap ini merupakan penyusunan rencana kerja yang meliputi penjadwalan, metode
yang digunakan, pihak-pihak yang terlibat, lokasi kegiatan, bahan dan peralatan yang
dibutuhkan, pembiayan dan sebagainya.
6. Pelaksanaan rencana kegiatan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari rencana kerja yang telah disusun. Masalah
utama yang harus diperhatikan dalam tahap ini adalah partisipasi masyarakat sasaran.
Oleh karenanya perlu dipilih waktu yang tepat, lokasi yang tepat, agar masyarakat ikut
berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan.
7. Menentukan kemajuan kegiatan
Tahap ini merupakan kegiatan monitoring pelaksanaan kegiatan yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana tujuan telah dicapai.
1
EFEKTIFITAS TENAGA PENYULUH PERTANIAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PANEN
1
2.2.7 Peran Penyuluhan Pertanian
Yang dimaksud peranan disini adalah peranan penyuluh selain tugas pokoknya
melaksanakan penyuluhan. Mengapa demikian, karena dalam melaksanakan tugas
pokoknya (menyuluh) tidak akan berhasil dengan baik bila penyuluh tidak mampu
memerankan peran-peran tambahan/lainnya yang akan diuraikan ini (Pangerang, 2016).
Adapun peran penyuluhan pertanian diantaranya:
1. Penyuluh sebagai inisiator, yang senantiasa selalu memberikan gagasan/ide-ide baru.
2. Penyuluh sebagai fasilitator, yang senantiasa memberikan jalan keluar/ kemudahan-
kemudahan, baik dalam menyuluh/proses belajar mengajar, maupun fasilitas dalam
memajukan usahataninya. Dalam hal menyuluh penyuluh memfasilitasi dalam hal :
kemitraan usaha, berakses ke pasar, permodalan dan sebagainya.
3. Penyuluh sebagai motivator, penyuluh senantiasa membuat petani tahu, mau dan
mampu.
4. Penyuluh sebagai guru, pembimbing petani, yang senantiasa mengajar, melatih petani
sebagai orang dewasa.
5. Penyuluh sebagai organisator dan dinamisator, yang selalu menumbuhkan dan
mengembangkan kelompok tani agar mampu berfungsi sebagai kelas belajar-mengajar,
wahana kerjasama dan sebagai unit produksi.
Tujuan peranan penyuluh ialah untuk merubah pola atau perilaku yang ada di kalangan
masnyarakat, oleh karena itu ada tiga hal yang perluh dilakukan yang terkait dengan
perannya yaitu:
1. Kunjungan
Kunjungan adalah kegiatan yang dilakukan penyuluh kepada petani.
2. Pelatihan
Menurut Sujono mengatakan pemberian pelatihan terhadap petani tidak hanya mampu
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani. Lebih dari itu, kegiatan pelatihan
mempengaruhi sikap dan motivasi petani untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok
tani. Bahkan mempraktikkan pengetahuan yang didapat di lapangan. Pelatihan terhadap
petani terbukti bisa meningkatkan pengetahuan, mempengaruhi sikap, dan memotivasi
untuk berpartisipasi dalam kelompoknya, kemudian menerapkan materi yang diperoleh.
1
EFEKTIFITAS TENAGA PENYULUH PERTANIAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PANEN
2
3. Pameran
Pameran merupakan metode penyuluhan pertanian dengan pendekatan massal. Sifat
pengunjungnya heterogen, tidak terbatas hanya pada petani tetapi juga orang yang
bukan petani.
1
EFEKTIFITAS TENAGA PENYULUH PERTANIAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PANEN
3
2.3.1 Peningkatan Produksi Padi
Menurut Arifin (2004) juga mengemukakan bahwa setelah terjadinya swasembada
beras pada tahun 1984,Peningkatan Produksi Padi melalui Penerapan SRI perkembangan
produksi padi menjadi lambat dan lebih banyak ditentukan oleh luas panen, karena relatif
sedikitnya terobosan teknologi baru dibidang produksi. Upaya peningkatan produksi padi
dapat dilakukan salah satunya melalui upaya intensifikasi tanaman padi atau system of rice
intensification (SRI). SRI merupakan teknologi budidaya alternatif yang berpeluang besar
untuk dapat meningkatkan produktivitas padi sawah di Indonesia dengan cara mengubah
pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara.
Penerapan SRI pada usahatani padi telah banyak dilakukan di Indonesia. Uji coba
teknik SRI pertama kali dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian
di Sukamandi Jawa Barat menghasilkan padi rata-rata 8,2 ton/ha (Uphoff 2002). Hasil
penelitian Pusat Penelitian Pertanian di Puyung NTB, metode SRI memberikan hasil rata-rata
9 ton/ha (Sato 2007), di Kabupaten Lima Puluh Kota usahatani padi berbasis SRI mencapai 8
ton/ha (Djinis et al., 2008), di Kota Padang 10,8 ton/ha (Anwar et al., 2009), di Kabupaten
Sleman 9,6 ton/ha (Darmadji 2011), dan dikawasan Indonesia timur mencapai 7,4 ton/ha
(Sato 2007). Hasil temuan diatas juga diperkuat oleh penelitian Pirngadi (2009) yang
menemukan bahwa usahatani padi dengan penerapan SRI dapat meningkatkan produksi
padi sekitar 8 ton/ha. Kabupaten Solok Selatan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Barat yang turut berkontribusi dalam mengusahakan budidaya padi berbasis SRI.
Penerapan SRI di Kabupaten Solok Selatan didasari bahwa daerah ini merupakan lumbung
pangan di Provinsi Sumatera Barat.
2.3.2 Tanaman Padi
Tanaman Padi merupakan tanaman pangan yang awalnya berasal dari pertanian
kuno dari benua Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah menunjukkan
bahwa pertanaman padi di Zhenjiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM dan
ditemukannya fosil butiran padi dan gabah di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100 ñ
800 tahun SM (Purwono, dkk., 2009). Padi adalah salah satu bahan makanan yang
mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab di dalam padi
terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Nilai gizi yang diperlukan oleh setiap
orang dewasa adalah 1821 kalori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari
1
EFEKTIFITAS TENAGA PENYULUH PERTANIAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PANEN
4
diperlukan beras sebanyak 0,88 kg, beras mengandung berbagai zat makanan antara lain:
karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu, vitamin, dan unsur mineral antara lain:
kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya (Amirullah, 2008).
BAB III
METODOLOGI PEKERJAAN
1
EFEKTIFITAS TENAGA PENYULUH PERTANIAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PANEN
5
perpustakaan, pusat kajian, pusat arsip atau membaca banyak buku yang berhubungan
dengan penelitiannya.
1
EFEKTIFITAS TENAGA PENYULUH PERTANIAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PANEN
6
hasil praktek lapang selanjutnya dianalisis untuk mencapai tujuan penelitian ini. Analisis
yang akan digunakan untuk menganalisis data dengan teknik Skoring atau sekala nilai
dengan ketentuan (Sugiyono, 2004).
a. Untuk mengetahui Produksi Padi di gunakan data sekunder yang di ambil dari kantor
desa.
b. Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Peningkatan produksi padi di gunakan Skoring
memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu diberi penilaian atau skor.
Digunakan untuk mengukur peranan penyuluh mengenai peningkatan produksi. Dalam
penelitian ini ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai
variabel peneliti. (Sugiyono. 2012).
Dengan skoring, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.Jawaban setiap item
instrumen yang menggunakan skoring mempunyai gradasi yang dapat berupa kata-kata
antara lain :
a. Baik/tinggi = 3
b. Cukup/sedang = 2
c. Buruk/rendah = 1
Untuk menerangkan tanggapan responden terhadap variabel penelitian maka dilakukan
analisis jawaban yang diberikan responden berkaitan dengan pertanyaan tersebut.
Kriteria interpretasi skornya adalah sebagai berikut :
2,34 - 3,00 = Baik/tinggi
1,67 - 2,33 = Cukup/sedang
1,00 - 1,66 = Buruk/rendah
c. Untuk mengetahui efektifitas tenaga penytuluh pertanian dilakukan scoring. Pemberian
Score terbagi kedalam beberapa interval kelas (efektif, Cukup Efektif, Tidak Efektif)
dengan Score untuk kreteria efektif 3, kurang efektif 2 dan tidak efektif 1.
Interval = skor tertinggi - skor terendah
jumlah kelas
Kategori :
1
EFEKTIFITAS TENAGA PENYULUH PERTANIAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PANEN
7
Efektif : 2,34 – 3,00
Kurang Efektif : 1,67 – 2,33
Tidak Efektif : 1,00 – 1,66
1
EFEKTIFITAS TENAGA PENYULUH PERTANIAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PANEN
8
EFEKTIFITAS TENAGA PENYULUH PERTANIAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PANEN 18