Anda di halaman 1dari 53

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Evaluasi merupakan suatu kegiatan sistematis yang dimaksudkan untuk
melakukan pengukuran dan penilaian terhadap suatu objek (kegiatan/program
penyuluhan) berdasarkan pedoman yang ada. Melalui evaluasi, dapat diketahui
cara yang tepat untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, sekaligus dapat
mengidentifikasi faktor-faktor kritis yang sangat menentukan keberhasilan
kegiatan (penyuluhan) yang dilakukan.
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai atau menyimpang dari pedoman yang
ditetapkan, disamping itu juga untuk mengetahui tingkat kesenjangan antara
keadaan yang telah dicapai dengan keadaan yang dikehendaki atau seharusnya
dicapai, sehingga dengan demikian dapat diketahui tingkat efektivitas kegiatan
yang telah dilaksanakan.
Salah satu syarat agar tanaman padi (Oryza sativa L.) dapat tumbuh dan
berkembang adalah harus sehat. Agar sehat tanaman harus terbebas dari
gangguan hama dan penyakit tanaman. Salah satu masalah dalam peningkatan
produksi dan kualitas mutu padi (Oryza sativa L.) adalah adanya serangan hama
dan penyakit yang terjadi mulai dari pesemaian sampai pasca panen. Adanya
berbagai macam jenis serangan hama dan penyakit tersebut seringkali
mengakibatkan pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L.) menjadi terganggu
atau bahkan menggagalkan produksi.
Untuk dapat meningkatkan pengetahuan,sikap,dan keterampilan petani
terhadap serangan hama dan penyakit yang mengganggu pada tanaman padi
(Oryza sativa L.), Penyuluh di BPP Kecamatan Sukaresmi telah melakukan
pembinaan melalui kegiatan penyuluhan tentang pengendalian hama dan
penyakit terpadu pada tanaman padi (Oryza sativa L.) kegiatan ini dilaksanakan
oleh penyuluh wilayah binaan setempat.

Melalui kegiatan penyuluhan para petani sebagai anggota kelompoktani


diberi pemahaman tentang hama dan penyakit pada tanaman padi (Oryza sativa
L.), penyuluhan ini dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,dan
keterampilan petani tentang siklus hidup dan sifat serangannya yang berkaitan
erat dengan usia tanaman serta meningkatkan keterampilan dalam berusaha tani
padi (Oryza sativa L.). Hal ini akan memberikan manfaat kepada petani untuk

1
melakukan upaya preventif terhadap serangan berikutnya, selain itu dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan tentang strategi pengendalian yang
tepat.

Berdasarkan permasalahan yang tercantum di dalam RKTP Desa


Cikanyere kegiatan evaluasi ini,bertujuan untuk mengetahui apakah setelah
mengikuti penyuluhan ini, petani di Desa Cikanyere Kecamatan Sukaresmi
berubah tingkat pengetahuan,sikap,dan keterampilannya dalam mengendalikan
HPT padi (Oryza sativa L.) mereka. Perubahan petani ini akan di evaluasi satu
persatu mulai dari pengatahuan, sikap dan keterampilan mereka
tentang  pengendalian HPT komoditas padi sawah (Oryza sativa L.). Hasil dari
kegiatan evaluasi ini nantinya diharapkan bisa menjadi salah satu acuan dalam
perencanaan penyuluhan tahun depan. Adapun judul dari proposal praktikum
mata kuliah evaluasi penyuluhan pertanian ini adalah “Penerapan Tingkat
Teknologi Pengendalian Hama & Penyakit Terpadu (PHT) Komoditas Padi
Sawah Terhadap Perubahan Pengetahuan,Sikap,dan Keterampilan Petani
di Desa Cikanyere Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa
Barat”

Tujuan Evaluasi
Tujuan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum evaluasi penyuluhan pertanian ini
diantara-nya :
1. Untuk menjelaskan perubahan pengetahuan,sikap,dan keterampilan
petani dalam penerapan teknologi Pengendalian Hama & Penyakit
Terpadu (PHT) komoditas padi sawah di Desa Cikanyere Kecamatan
Sukaresmi Kabupaten Cianjur.
2. Untuk mengevaluasi tingkat efektivitas penggunaan teknologi
pengendalian hama & penyakit terpadu oleh petani di Desa Cikanyere
Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur.
3. Untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas praktikum mata kuliah
Evaluasi Penyuluhan Pertanian.

2
Manfaat Evaluasi
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian ini
adalah:
1. Sebagai bahan evaluasi terhadap penerapan teknologi Pengendalian Hama &
Penyakit Terpadu (PHT) komoditas padi sawah yang telah dilaksanakan di
Desa Cikanyere sehingga dapat diperbaiki dan ditingkatkan dari segi
pengetahuan,sikap,dan keterampilan anggota kelompoktani petani
berdasarkan kebutuhan petani.
2. Sebagai bahan informasi dalam penyusunan Rencana Kerja Tahunan
Penyuluh (RKTP) di Desa Cikanyere Kecamatan Sukaresmi Kabupaten
Cianjur agar materi yang telah diberikan sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi petani berdasarkan Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) pada
tahun sebelumnya.

3
TINJAUAN PUSTAKA

Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah
perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai
kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau
kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya.
Menurut U.Samsudin S penyuluhan pertanian adalah suatu cara atau usaha
pendidikan yang bersifat di luar bangku sekolah (non formal) untuk para petani
dan keluarganya di pedesaan. Menurut A.T. Mosher dalam penyuluhan
terkandung arti aktivitas pendidikan di luar bangku sekolah (non formal).
Menurut UU No. 16 Tahun (2006) pengertian penyuluhan pertanian
adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka
mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses
informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup. Van den Ban dan Hawkins (1999), mendefinisikan arti dari
penyuluhan itu sendiri adalah keterlibatan seseorang untuk melakukan
komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya
memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.
Menurut Mardikanto (2009), mengartikan penyuluhan pertanian sebagai
proses belajar bersama antara sesama petani dan keluarganya demi tercapainya
pemecahan suatu masalah yang terjadi dan hal yang terpenting adalah
penumbuhan dan pengembangan semangat belajar seumur hidup (long life
learning) secara mandiri dan berkelanjutan.Proses belajar bersama dalam
penyuluhan, sebenarnya tidak hanya diartikan sebagai kegiatan belajar secara
insidental untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi, tetapi yang lebih
penting dari itu adalah penumbuhan dan pengembangan semangat belajar
seumur hidup secara mandiri dan berkelanjutan.
Sasaran utama dari penyuluhan adalah pelaku utama dan pelaku usaha.
Berdasarkan Permentan No. 25 tahun 2009, pelaku utama adalah masyarakat
petani, pekebun, peternak, beserta keluarganya, sedangkan pelaku usaha
adalah perorangan warga atau korporasi yang dibentuk menurut hukum yang

4
mengelola usaha pertanian, perikanan dan kehutanan. Namun demikian, yang
utama pada sasaran penyuluhan pertanian adalah petani dan keluarganya (Van
den Ban dan Hawkins, 1999).

Tujuan Penyuluhan Pertanian


Tujuan yang utama dari penyuluhan pertanian adalah untuk merubah
perilaku petani. Mardikanto (2009) menyebutkan bahwa perilaku terdiri atas
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tercapainya tujuan dari penyuluhan
merupakan adanya upaya semua unsur terkait yang saling bekerjasama (Van
den Ban dan Hawkins, 1999). Tujuan Penyuluhan Pertanian mencakup tujuan
jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan penyuluhan jangka pendek
yaitu menumbuhkan perubahan-perubahan dalam diri petani yang mencakup
tingkat pengetahuan, kecakapan, kemampuan, sikap, dan motivasi petani
terhadap kegiatan usaha tani yang dilakukan. Tujuan penyuluhan jangka panjang
yaitu peningkatan taraf hidup masyarakat tani sehingga kesejahteraan hidup
petani terjamin. Tujuan pemerintah terhadap penyuluhan pertanian adalah:
meningkatkan produksi pangan, merangsang pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan kesejahteraan keluarga petani dan rakyat desa, mengusahakan
pertanian yang berkelanjutan.

Evaluasi Penyuluhan Pertanian


Menurut Ralph Tyler (1950), evaluasi adalah proses yang menentukan
sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Malcolm, Provus pencetus
Descrepancy Evaluation (1971), mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa
yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih.
Sedangkan menurut H.A Anderson and B.J Bond (1966), menyimpulkan bahwa
evaluasi adalah suatu kegiatan pengumpulan keterangan, identifikasi implikasi,
penentuan hukum, dan penilaian serta perumusan keputusan, dalam
hubungannya dengan perbaikan dengan penyempurnaan berikutnya yang lebih
lanjut demi tercapainya tujuan tertentu yang diinginkan atau dengan kata lain
evaluasi harus berdasarkan keterangan atau fakta dan menurut ukuran-ukuran
yang objektif.
Evaluasi penyuluhan pertanian adalah upaya-upaya penilaian terhadap
suatu kegiatan, melalui pengumpulan informasi dan fakta-fakta secara sistematis
mengenai perencanaan, pelaksanaan hasil dan dampak kegiatan tersebut, untuk
menilai hasil relevansi, efektifitas dan efisiensi pencapaian hasil kegiatan.

5
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pengolahan dan analisis data dilakukan
oleh petugas penyuluh yang bertugas diwilayah BPP yang bersangkutan.
Evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian merupakan upaya penilaian atas
sesuatu kegiatan oleh evaluator, melalui pengumpulan dan penganalisaan
informasi secara sistematik mengenai; perencanaan, pelaksanaan, hasil dan
dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektifitas, efisiensi pencapaian hasil
kegiatan atau untuk perencanaan dan pengembangan selanjutnya dari suatu
kegiatan (DEPTAN, 1995). Pendapat ini sejalan dengan yang disampaikan
Thomas (2005), evaluasi adalah kegitan untuk menentukan seberapa jauh suatu
hal itu berharga, bermutu dan bernilai, jadi evaluasi ada dua unsur yaitu menilai
dan mengukur. Sedangkan menurut Padmowihardjo (1996), evaluasi penyuluhan
pertanian adalah sebuah proses sistematis untuk memperoleh informasi yang
relevan tentang sejauhmana tujuan program penyuluhan pertanian disuatu
wilayah dapat dicapai sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian
digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan
terhadap program penyuluhan yang dilakukan. Maka dapat dikatan bahwa
evaluasi penyuluhan pertanian merupakan penilaian terhadap suatu kegiatan
atau program penyuluhan pertanian yang telah dilaksanakan sebelumnya, yang
berhubungan dengan perubahan perilaku petani yaitu pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Mardikanto dan Sutami (1985) dalam Mardikanto (2008) mengemukakan 3
kegunaan evaluasi yaitu:
1. Kegunaan bagi kegiatan penyuluhan, yakni sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui seberapa jauh tujuan kegiatan telah dicapai.
b. Untuk mencari bukti, apakah seluruh kegiatan telah dilaksanakan seperti
yang telahdirencakan dan apakah semua perubahan-perubahan
yangterjadi memang sesuai dengan sasaran yang diinginkan.
c. Untuk mengetahui segala masalah yang muncul/dijumpai, yang berkaitan
dengan tujuan yang diinginkan.
d. Untuk mengukur efektivitas dan efisiensi sistem kerja dan metoda-metoda
penyuluhan yang telah dilaksanakan.
e. Untuk menarik simpati para aparat dan warga masyarakat, bahwa program
yang dilaksanakan itu memang memperoleh perhatian sungguh-sungguh,
untuk selanjutnya dengan adanya simpati mereka itu diharapkan lebih

6
meningkatkan aktivitas dan partisipasi mereka dalam kegiatan penyuluhan
di masa-masa mendatang.
2. Kegunaan bagi aparat penyuluhan, yang meliputi:
a. Dengan adanya kegiatan evaluasi, penyuluh merasa diperhatikan dan tidak
dilupakan, sehingga memberikan kepuasan psikologis yang akan mampu
mendorong aktifitas penyuluhannya di masa mendatang.
b. Melalui evaluasi, seringkali juga digunakan untuk melakukan penilaian
terhadap aktivitas atau mutu kegiatan penyuluh itu sendiri, yang sangat
penting artinya karena melalui evaluasi biasanya juga akan menentukan
masa depan/promosi bagi pengembangan karier yang bersangkutan.
c. Dengan adanya kegiatan evaluasi, setiap penyuluh akan selalu mawas diri
dan selalu berusaha agar kegiatannya dapat dinilai baik, sehingga akan
membiasakan dirinya untuk bekerja tekun dan penuh tanggung jawab.
3. Kegunaan bagi pelaksana evaluasi, yang berupa:
a. Kebiasaan untuk mengemukakan pendapat berdasarkan data atau fakta
dan bukan berdasarkan pada asumsi, praduga atau intuisi semata.
b. Kebiasaan bekerja sistematis, sesuai dengan prosedur dan pedoman yang
telah ditetapkan.
c. Memperoleh peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk
menggunakan dan mengembangkan:
1) Teknik pengukuran yang tepat dan teliti.
2) Teknik pengumpulan data yang andal.
3) Teknik analisis yang tepat dan tajam.
Soedijanto (1999) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip evaluasi penyuluhan
pertanian terdiri dari 8 prinsip utama yang terdiri dari:
1. Evaluasi berdasarkan fakta
2. Evaluasi penyuluhan pertanian merupakan bagian integral dari proses
pendidikan penyuluhan
3. Evaluasi hanya dapat dilakukan dalam hubungan dengan tujuan-tujuan dari
program penyuluhan yang bersangkutan
4. Evaluasi penyuluhan harus menggunakan beberapa alat ukur yang berbeda.
5. Evaluasi penyuluhan harus dilakukan terhadap metode penyuluhan yang
digunakan dan juga terhadap haisl kegiatan penyuluhan
6. Evaluasi perlu dilakukan terhadap hasil-hasil kuantitatif dan kualitatif

7
7. Evaluasi harus mencakup 6 pokok yang perlu dipertimbangkan dengan teliti
yaitu tujuan, kegiatan dan metode pengumpulan, analisa dan interpretasi
data, perbandingan hasiln, pengambilan keputusan, penggunaan hasil.
8. Evalusi harus dijiwai oleh prinsip mencari kebenaran.

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah


Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan inovasi untuk
memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan produktivitas.
Teknologi intensifikasi bersifat spesifik lokasi, tergantung pada masalah yang
akan diatasi (demand driven technology). Komponen teknologi PTT ditentukan
bersama-sama petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need assessment).
Menutut Zaini (2004), PTT sebagai suatu pendekatan inovatif dalam upaya
meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani serta sebagai suatu
pendekatan pembangunan tanaman pangan, khususnya dalam mendorong
peningkatan produksi padi akan terus dilaksanakan.
PTT padi sawah bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dari
segi hasil dan kualitas melalui penerapan teknologi yang cocok dengan kondisi
setempat (spesifik lokasi) serta menjaga kelestarian lingkungan, dengan
meningkatkan hasil produksi diharapkan pendapatan petani akan meningkat.
Sebagai salah satu upaya maupun inovasi untuk meningkatkan produktivitas
tanaman penerapan PTT padi sawah didasarkan pada empat prinsip, yaitu:
1. Terpadu: bukan merupakan teknologi maupun paket teknologi tetapi
merupakan suatu pendekatan agar sumberdaya tanaman, tanah dan air dapat
dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.
2. Sinergis: memanfaatkan teknologi pertanian yang sudah dikembangkan dan
diterapkan dengan memperhatikan unsur keterkaitan sinergis antar teknologi.
3. Spesifik lokasi: memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik
maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.
4. Partisipatif: Petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi
yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses
pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan.

Komponen PTT Padi Sawah


Komponen teknologi PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah
dirakit berdasarkan kajian kebutuhan dan peluang (KKP) yang akan mempelajari

8
permasalahan yang dihadapi petani dan cara-cara mengatasi permasalahan
tersebut dalam upaya meningkatkan produksi sehingga komponen teknologi
yang dipilih akan sesuai dengan kebutuhan setempat. PTT padi sawah
menyediakan beberapa pilihan komponen teknologi yang dikelompokkan menjadi
komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan.
Komponen teknologi dasar adalah sekumpulan teknologi yang dianjurkan
untuk diterapkan semuanya sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi
dengan input yang efisien sebagaimana menjadi tujuan dari PTT. Sedangkan
komponen teknologi pilihan adalah teknologi-teknologi penunjang yang tidak
mutlak harus diterapkan tetapi lebih didasarkan pada spesifik lokasi maupun
kearifan lokal dan telah terbukti serta berpotensi meningkatkan produktivitas.
Secara spesifik lokasi dan kearifan lokal komponen teknologi ini dapat diperoleh
dari sumber daya alam yang tersedia maupun dari pengalaman petani sendiri.
Berikut komponen PTT padi dasar dan komponen PTT padi pilihan:
1. Komponen PTT Dasar Padi
a. Penggunaan varietas modern (VUB, PH, PTB)
b. Bibit bermutu dan berlabel/bersertifikat
c. Pengaturan jarak tanam (jajar legowo)
d. Pemupukan berimbang dan efisien mengunakan BWD dan PUTS
e. PHT sesuai OPT sasaran
2. Komponen PTT Pilihan Padi
a. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam
b. Penggunaan bibit muda (< 21 HSS)
c. Tanam dengan jumlah bibit terbatas antara 1-3 bibit/lubang
d. Pengaturan populasi tanaman secara optimum (jajar legowo)
e. Pemberian bahan organik berupa kompos atau puouk kandang serta
pengembalian jerami ke sawah sebagai pupuk dan pembenah tanah
f. Pengelolaan air yang optimal (pengairan berselang)
g. Pupuk cair (PPC, organik, bio hayati)/ZPT, pupuk mikro
h. Penanganan panen dan pascapanen yang tepat

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Padi Sawah


Salah satu komponen PTT dasar padi adalah Pengendalian Hama Terpadu
sesuai OPT sasaran, tujuan PHT adalah meningkatkan pendapatan petani,
memantapkan produktifitas pertanian, mempertahankan populasi hama tetap

9
pada taraf yang tidak merugikan tanaman, dan mempertahankan stabilitas
ekosistem pertanian.
PHT merupakan suatu pendekatan pengendalian yang memperhitungkan
faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu
keseimbangan alam dan tidak menimbulkan kerugian yang besar. Dengan
demikian, pengendalian hama dan penyakit harus memperhatikan keadaan
populasi hama atau patogen dalam keadaan dinamik fluktuasi disekitar
kedudukan kesimbangan umum dan semua biaya pengendalian harus
mendatangkan keuntungan ekonomi yang maksimal (Atman Roja, 2009).
Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan jika populasi hama atau
intensitas kerusakan akibat penyakit telah memperlihatkan akan terjadi kerugian
dalam usaha pertanian. Penggunaan pestisida merupakan komponen
pengendalian yang dilakukan hanya jika diperlukan dan dilakukan tepat sesuai
dosis, sasaran, waktu, dan jenis.
Ada beberapa strategi pengendalian yang dapat dilakukan, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Gunakan varietas tahan.
2. Tanam tanaman yang sehat, termasuk pengendalian dari aspek kultur teknis
seperti:
a. Pola tanam tepat,
b. Pergiliran tanaman ,
c. Kebersihan lapang,
d. Waktu tanam yang tepat,
e. Pemupukan yang tepat,
f. Pengelolaan tanah dan irigasi,
g. Tanam tanaman perangkap untuk mengendalikan tikus.
3. Pengamatan berkala di lapang.
4. Pemanfaatan musuh alami, seperti: pemangsa (predator), misalnya laba-laba.
5. Pengendalian secara mekanik, seperti:
a. Menggunakan alat atau mengambildengan tangan;
b. Menggunakan pagar;
c. Menggunakan perangkap.
6. Pengendalian secara fisik, seperti: menggunakan lampu perangkap.

10
7. Penggunaan pestisida hanya bila diperlukan dengan:
a. Insektisida
b. Fungisida
c. Molusida.
Sumber: Petunjuk Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah, 2004.

Teknik Sampling
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study sensus (Sabar,
2007). Sedangkan menurut Sugiyono pengertian populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2011:80). Populasi merupakan keseluruhan
obyek yang akan/ingin diteliti, populasi ini sering juga disebut universe. Anggota
populasi dapat berupa benda hidup maupun benda mati, dimana sifat-sifat yang
ada padanya dapat diukur atau diamati. Populasi yang tidak pernah diketahui
dengan pasti jumlahnya disebut “populasi infinit” atau tak terbatas, dan populasi
yang jumlahnya diketahui dengan pasti (populasi dapat diberi nomor identifikasi)
disebut “populasi finit” (Nasution, 2003).
Sampel
Menurut Sugiyono sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, missal karena keterbatan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu.
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representative (Sugiyono,2011).
Ada empat parameter yang bisa dianggap menentukan representative sampel
(sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya), yaitu:
1. Variabilitas populasi
Variabilitas populasi merupakan hal yang sudah “given”, artinya peneiti harus
menerima sebagaimana adanya, dan tidak dapat mengatur atau
memanipulasinya.

11
2. Besar sampel
Makin besar sampel yang diambil akan semakin besar atau tinggi taraf
representative sampel tersebut. Jika populasinya homogen secara
sempurna, besarnya sampel tidak mempengaruhi taraf representative
sampel.
3. Teknik penentuan sampel
Makin tinggi tingkat rambang dalam penentuan sampel, akan makin tinggi
pula tingkat representativeness sampel.
4. Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel.
Makin lengkap ciri-ciri populasinya yang dimasukkan ke dalam sampel, akan
makin tinggi tingkat representative sampel.
Sampel adalah bagian dari populasi yan menjadi obyek penelitian
(sampel sendiri secara harfiah berarti contoh), hasil pengukuran atau
karakteristik dari sampel disebut “statistik”. Alasan perlunya pengambilan sampel
adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya
2. Lebih cepat dan lebih mudah
3. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam
4. Dapat ditangani lebih teliti
Pengambilan sampel kadang-kadang merupakan satu-satunya jalan yang harus
dipilih (tidak mungkin untuk mempelajari seluruh populasi), misalnya meneliti air
sungai, mencicipi rasa makanan didapur serta mencicipi duku yang hendak dibeli
(Nasution, 2003).
Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dibagi atas 2 kelompok besar, yaitu:
1. Probability Sampling (Random Sample)
Pada pengambilan sampel secara random, setiap unit populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Faktor pemilihan atau
penunjukan sampel yang mana yang akan diambil yang semata-mata atas
pertimbangan peneliti disini dihindarkan. Bila tidak, akan terjadi bias. Dengan
cara random, bias pemilihan dapat diperkecil, sekecil mungkin. Ini merupakan
salah satu usaha untuk mendapatkan sampel yang representatif. Keuntungan
pengambilan sampel dengan probability sampling adalah sebagai berikut:
a. Derajat kepercayaan terhadap sampel dapat ditentukan

12
b. Beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel dapat
diperkirakan
c. Besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistk
2. Non Probability Sample (Selected Sample)
Pemilihan sampel dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip-prinsip
probability. Pemilihan sampel tidak secara random, hasil yang diharapkan
hanya merupakan gambaran kasar tentang suatu keadaan. Cara ini
dipergunakan apabila biaya sangat sedikit, hasil yang diminta segera, tidak
memerlukan ketepatan yang tinggi, karena hanya sekedar gambaran umum
saja. Cara-cara yang dikenal adalah sebagai berikut:
a. Sampel dengan maksud (Purposive sampling)
Pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya
saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam
anggota sampel yang diambil.
b. Sampel tanpa sengaja (Accidental sampling)
Sampel diambil atas dasar seandainya saja, tanpa direncanakan terlebih
dahulu. Juga jumlah sampel yang dikendaki tidak berdasarkan
pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan, asal memenuhi
keperluan saja. Kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan sementara
saja.
c. Sampel berjatah (Qouta sampling)
Pengambilan sampel hanya berdasarkan pertimbangan peneliti saja, hanya
disini besar dan kriteria sampel telah ditentukan lebih dahulu. Misalnya
sampel yang akan diambil berjumlah 100 orang dengan perincian 50 laki-
laki dan 50 perempuan yang berumur 15-40 tahun. Cara ini dipergunakan
bila peneliti mengenal betul daerah dan situasi daerah dimana penelitian
akan dilakukan.
Sumber: Nasution, 2003.

13
RENCANA PELAKSANAAN

Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum evaluasi penyuluhan pertanian ini akan dilaksanakan
oleh tingkat ke-3 pada Semester V (lima) dimulai dari tanggal 23 September
sampai dengan 7 Desember 2018, yang berlokasi di Desa Cikanyere Kecamatan
Sukaresmi Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.

Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan dari pelaksanaan praktikum mata kuliah evaluasi
penyuluhan pertanian ini adalah para anggota kelompok tani yang telah
melaksanakan PTT Padi Sawah dalam konten Pengendalian Hama dan Penyakit
Terpadu (PHT) Padi Sawah di Desa Cikanyere Kecamatan Sukaresmi
Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.
Populasi dan Sampel
Populasi pada kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian ini adalah petani di
wilayah binaan di Desa Cikanyere Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur
yang berjumlah 50 orang anggota kelompok tani,yang terdiri dari 20 orang
anggota kelompok tani Mekar Sari,15 orang anggota kelompok tani Bobojong
dan 15 orang anggota kelompok tani Karang Pakuon. Kelompok tani tersebut
adalah kelompok tani yang mendapatkan materi penyuluhan tentang teknologi
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu (PHT), populasi yang akan dievaluasi
diwakili oleh sampel atau beberapa responden petani dari ketiga kelompok tani
tersebut.
Metode penarikan sampel yang akan dilakukan dengan cara tidak acak
(nonprobability sampling) dalam bentuk sampling kuota (quota sampling), jumlah
kuota responden yang diinginkan pada kegiatan evaluasi ini adalah 33 orang
petani yang memiliki ciri yaitu petani yang telah diberikan materi penyuluhan
tentang teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu (PHT). Sampel
dipilih dari 3 kelompok tani sehingga penentuan jatah sebanyak 33 orang
dihitung sebagai berikut:
N
Sampel =
N ( d ) 2+1
= 50
30
50(0,01)+1
5

14
= 33
Jadi untuk memenuhi kouta sampel sebanyak 33 orang responden, tiap
kelompoktani ditentukan sampelnya sebanyak 11 orang.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah dengan
mengumpulkan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Adapun
teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data
No
Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data
.
1 Data primer a. Observasi
b. Wawancara
c. Penyebaran kuesioner
2 Data sekunder a. RKTP Desa Cikanyere
b. Programa Desa Cikanyere
Sumber : Data Primer 2018

Instrumen Evaluasi
Uji Validitas
Evaluasi adalah proses pengumpulan informasi untuk mencari kesimpulan
dan menyusun pertimbangan. Proses evaluasi yang valid atau sahih adalah
proses evaluasi yang mengevaluasi apa yang seharusnya di evaluasi.
Sebaliknya proses evaluasi yang tidak valid adalah yang mengevaluasi apa yang
seharusnya tidak dievaluasi. Proses evaluasi yang dilakukan secara valid akan
terjamin hasilnya, sebaliknya evaluasi yang dilakukan secara tidak valid akan
tidak terjamin hasilnya.
Uji validitas adalah uji statistik yang digunakan guna menentukan seberapa
valid suatu item pertanyaan mengukur variabel yang dievaluasi/diteliti, uji
validitas merupakan prosedur untuk memastikan apakah kuesioner yang akan
dipakai untuk mengukur variabel evaluasi valid atau tidak. Menurut Sugiyono
(2009), bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur. Valid menunjukkan derajat ketepatan antara data
yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan

15
oleh peneliti. Uji validitas yang akan dilakukan pada instrumen evaluasi ini
menggunakan formula analisa korelasi Pearson dengan langkah berikut:
1. Membagi kuesioner berisi butir-butir pertanyaan pada 10 orang responden
2. Setelah kuesioner dijawab oleh responden, data yang diperoleh akan diolah di
komputer menggunakan perangkat lunak Statistical Package for the Social
Sciences (SPSS) mengikuti formula analisa korelasi Pearson sebagai berikut:

N ∑ xy−∑ x ∑ y
r xy = 2 2
√ N ∑ x −(∑ x) √ N ∑ y −(∑ y )
2 2

(Ratnaningsih, 2010)

Keterangan:
r xy= Koefisien korelasi
x = Skor item
x = Skor total
N = Banyaknya subjek
Interpretasi kriteria keputusan uji adalah melihat hasil output SPSS. Jika
nilai r > 0,300 maka butir pertanyaan valid.
Dalam pelaksanaan praktikum evaluasi ini penulis tidak melakukan uji
validitas pada instrumen evaluasi yang digunakan, karena instrumen evaluasi
yang akan digunakan oleh penulis adalah instrumen yang telah valid, telah diuji
dan telah digunakan oleh seorang peneliti untuk melakukan evaluasi dengan
topik yang sama.
Uji Reliabilitas
Evaluasi merupakan proses yang dilakukan untuk menarik kesimpulan.
Kesimpulan dari suatu evaluasi diharapkan tidak hanya berlaku untuk objek yang
dievaluasi di suatu tempat dan kurun waktu tertentu. Harapan bahwa kesimpulan
hasil dari suatu evaluasi akan dapat digeneralisasi (generalize) sehingga
manfaatnya menjadi semakin luas dan nilai efisiensinya akan semakin tinggi.
Uji Reliabilitas adalah uji statistik yang akan dipakai guna menentukan
reliabilitas serangkaian item pertanyaan dalam kehandalannya mengukur suatu
variabel, atau sejauh mana pengukuran dapat dipercaya jika dilakukan
pengukuran pada waktu yang berbeda pada kelompok subyek yang sama

16
diperoleh hasil yang relatif sama (Ratnaningsih, 2010). Langkah uji reliabilitas
yang akan dilakukan sebagai berikut:

1. Membagi kuesioner berisi butir-butir pertanyaan pada 10 orang responden


2. Setelah kuesioner dijawab oleh responden, data yang diperoleh akan diolah di
komputer menggunakan perangkat lunak SPSS dengan formula Koefisien
Alpha (Croanbach’s Alpha) sebagai berikut:

n ∑ si2
r i=( )(
n−1
1−
∑ st2 )
(Ratnaningsih, 2010)
Keterangan:
n = Jumlah butir pertanyaan
si2 = Varians butir
st 2 = Varians total
Kriteria keputusan uji dengan melihat hasil analisis pada output SPSS yaitu
melihat nilai Croanbach’s Alpha keseluruhan instrumen. Instrumen memiliki
tingkat reliabilitas tinggi jika nilai reliabilitas instrumen yang diperoleh > 0,60
(Ratnaningsih, 2010).
Dalam pelaksanaan praktikum evaluasi ini penulis melakukan uji
reliabilitas pada instrumen evaluasi yang digunakan, karena sebelumnya
instrumen evaluasi yang akan digunakan oleh penulis belum diuji tingkat
reabilitasnya sehingga diperlukan pengukuran untuk mengukur sejauh mana
instrumen pengukuran dapat dipercaya jika dilakukan pengukuran pada waktu
yang berbeda dan kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama.

Kisi-kisi Instrumen
Variabel, Indikator, Parameter dan Skala Pengukuran
Variabel yang akan diukur dalam evaluasi ini adalah variabel
pengetahuan, ,sikap,dan keterampilan petani terhadap teknologi Pengendalian
Hama dan Penyakit Terpadu (PHT) dalam PTT Padi Sawah. Variabel yang
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Indikator tersebut dijadikan tolak
ukur untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pertanyaan dan

17
pernyataan. Variabel, indikator, parameter dan skala pengukuran dalam kegiatan
evaluasi ini berhubungan dengan teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit
(PHT) Terpadu Padi Sawah yang telah dilaksanakan di Desa Cikanyere, karena
teknologi tersebut telah disuluhkan oleh penyuluh wilayah Desa Cikanyere
kepada kelompoktani yang bersangkutan. Untuk lebih jelasnya mengenai kisi-kisi
dan instrument evaluasi penyuluhan pertanian dapat dilihat pada tabel 2 dibawah
ini:

Tabel 2.kisi-kisi dari instrumen yang akan digunakan


Tujuan
Variabel Indikator Parameter Skala
Penyuluhan
Petani dapat menjawab Tidak tahu 1
pertanyaan tentang Kurang tahu 2
pengetahuan atau Cukup tahu 3
pemahaman mengenai Sangat tahu 4
Penge teknologi pengendalian
tahuan hama dan Penyakit terpadu
(PHT) padi sawah sesuai
Petani dapat
dengan standar yang telah
melakukan
ditetapkan dan tepat
pengendalian
sasaran
Organisme Petani dapat menjawab Tidak setuju 1
Pengganggu pertanyaan tentang tingkat Kurang setuju 2
Tanaman persetujuan mengenai Setuju 3
(OPT) sesuai teknologi Pengendalian Sangat setuju 4
Sikap
dengan Hama dan Penyakit
teknologi Terpadu (PHT) padi sawah
Pengendalian sesuai dengan standar
Hama yang telah ditetapkan
Petani dapat terampil Tidak Terampil 1
Terpadu
dalam melakukan suatu Kurang Terampil 2
(PHT)
teknik/cara memanfaatkan Terampil 3
teknologi sederhana untuk Sangat Terampil 4
menunjang kegiatan
Keterampilan
pengendalian hama dan
Penyakit terpadu (PHT)
komoditas padi sawah
sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan

18
Sumber : Data Primer 2018
Teknik Analisis Data
Data hasil kuesioner pada kegiatan evaluasi ini dikumpulkan dan disajikan
dalam bentuk tabulasi kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif. Analisis
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi (Sugiyono, 2009). Analisis secara deskriptif pada evaluasi ini
dilakukan dengan cara menentukan nilai rata-rata hitung, persentasi atau
proporsi data yang sudah diringkas melalui tabulasi untuk melihat nilai tentang
pengetahuan dan sikap petani mengenai teknologi Pengendalian Hama dan
Penyakit Terpadu (PHT) komoditas padi sawah di Desa Cikanyere.

19
HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Administratif Wilayah Binaan

Keadaan wilayah binaan Cikanyere, mempunyai luas wilayah 1.712,62 Ha,


32 RT, 8 RW, 4 (empat) kedusunan diantaranya Dusun I Cadas, Dusun II
Cipendawa, Dusun III Cibeureum, Dusun IV Nenggeng. Wilayah binaan
Cikanyere terletak di Kecamatan Sukaresmi dengan batas administrasi :

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Kawungluwuk


2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Kutawaringin dan
desa Pakuon
3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Sukaresmi
4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Desa Pakuon dan
desa Cibodas Kec Pacet

Potensi Lahan Usahatani

Potensi lahan usahatani di wilayah binaan Cikanyere meliputi :

1. Lahan Sawah
a. Pengairan teknis - Ha
b. Pengairan setengah tenis - Ha
c. Pengairan pedesaan 236,6 Ha
d. Tadah hujan 19,0 Ha
2. Lahan Darat
a. Ladang/tegalan 380,9 Ha
b. Perkarangan 29.00 Ha
c. Perkebunan 35,00 Ha
d. Hutan 50,00 Ha
e. Kolam/empang - Ha
f. Lain-lain 97.7 Ha

Keadaan Penduduk
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis kelamin dan mata pencaharian :
1. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis kelamin di Wilayah Binaan Cikanyere
adalah 7.815 orang diantaranya laki-laki 3.815 orang, perempuan 3.469
orang dengan jumlah kepala keluarga 2.263 KK

20
2. Jumlah penduduk sesuai dengan mata pencaharian dilihat dari usia
produktif :

a. PNS : 15 Jiwa
b. Pensiunan : 12 Jiwa
c. Karyawan : 15 Jiwa
d. Pengusaha/Wiraswasta : 120 Jiwa
e. Pedagang : 85 Jiwa
f. Pengrajin : 20 Jiwa
g. Petani : 200 Jiwa
h. Buruh Tani : 130 Jiwa
i. Tukang : 50 Jiwa
j. Buruh Bangunan : 350 Jiwa
k. Pengangguran : 240 Jiwa
Jumlah : 1237 Jiwa

Perkembangan Areal Intensifikasi

Keadaan Areal Intensifikasi untuk komoditi Spesifik dan Unggulan di wilayah


binaan Cikanyere dapat dilihat pada Tabel. 1 berikut ini :

Tabel 3. Keadaan Perkembangan Areal Intensifikasi Spesifik dan Unggulan di


Wilbin Cikanyere tahun 2018

Luas Sawah (Ha) Luas darat (Ha)

No Komoditi Luas Luas Luas Luas Keterangan

Tanam Panen Tanam Panen

1 Padi sawah 173,35 173,35 - -

2 Bunga 19 19 - -

3 Sayuran - - 35 35

Catatan : Sayuran meliputi : Kacang Panjang, Buncis, Terung, Timun dll

Tabel 4. Penilaian Kelas Kelompok Tani Desa Cikanyere Tahun 2018

21
NILAI KELAS
Nama
N
Kelompok Tahun Tahu Perubahan Tahun Tahun Perubahan
o
Tani Lalu n Ini (+/-/0) Lalu ini (tetap/turun/naik)

1 Mekar 447 450 + Lanjut Lanjut Tetap


Sari
2 Bobojong 433 445 + Lanjut Lanjut Tetap
3 Alam 471 480 + Lanjut Lanjut Tetap
Lestari
4 Intisari 576 585 + Madya Madya Tetap
5 Karang 595 600 + Madya Madya Tetap
Pakuon
6 Bunga 406 420 + Lanjut Lanjut Tetap
Harapan
7 Delia 755 765 + Utama Utama Tetap
Flowers
8 Wargi 294 300 + Pemul Lanjut Naik
Sauyuna a
n
9 Tunas 351 360 + Lanjut Lanjut Tetap
Mekar
10 Makmur 437 445 + Lanjut Lanjut Tetap
11 Tunas 215 225 + Pemul Pemul Tetap
Mekar I a a
12 Sugih 456 460 + Madya Madya Tetap
Mukti
13 Giri Karya 226 260 + Pemul Lanjut Naik
a
14 Putra tani 205 265 + Pemul Lanjut Naik
a
15 Mekar - 205 0 - Pemul
Jaya a
16 Barokah - 210 0 - Pemul
a

Data Kelembagaan
1. Kelembagaan Petani
a. Jumlah kelembagaan petani di Desa Cikanyere terdiri dari 13
(tiga belas) Kelompok tani 1 (satu) Gabungan Kelompok tani, 1 (satu)
Kelompok Taruna tani, 1 (satu ) Mitra Cai.
b. Nama Kelembagaan petani dan kedudukannya dapat dilihat pada
Tabel 2 berikut :

22
Tabel 5. Nama Kelembagaan petani dan kedudukannya

NAMA KELOMPOK JUMLAH


NO KELEMBAGAAN NAMA KETUA KOMODITAS
TANI ANGGOTA

1. Kelompok tani Mekar Sari Engkos Koswara 45 Padi, Sayuran

Bobojong Haji Baeduloh 35 Padi

Karang Pakuon Supiyani 35 Padi, Sayuran

Wargi Sauyunan Uus Lukman 12 Bunga

Makmur Wendi 12 Bunga

Alam Lestari Rahmat 39 Padi, Sayuran

Inti Sari Jajun S 40 Padi, Sayuran,


Palawija

Tunas Mekar Endi Suendi 11 Bunga

Cipta Mandiri (KWT) Nani S 15 Sayuran

Delia Flowers Mumuh 13 Bunga

Bunga Harapan Dede Suryadi 14 Bunga

Putra Tani Solehudin 35 Padi, Sayuran

Tunas Mekar 1 Parman 40 Padi, Sayuran

2. Gabungan Seruni Citra Resmi Endi suendi 13


Kelompok tani

3. Kelompok Taruna Cibereum Ali 15


tani

4. Kelompok Mitra Cihendelem Supiyani 40


Cai

23
Dukungan Kelembagaan

Kelembagaan pertanian memegang peran yang penting dalam rangka


memberikan bantuan dan dorongan secara fasilitatif, namun sejauh ini
beberapa lembaga pertanian yang ada belum sempuma. Lemahnya
keuangan petani sampai saat ini belum tercover dengan kehadiran lembaga
pemberi kredit, lembaga atau assosiasi pemasaran hasil dan koperasi,
sehingga peran serta lembaga yang sudah ada seperti BPP, Kelompok tani,
Gapoktan belum menunjukan kinerja yang pesat. Namun dukungan dari
Dinas dan BPP yang terwujud dalam bentuk berupa bantuan dinilai sudah
cukup dirasakan manfaatnya, namun terkadang petani masih belum bisa
mengelola bantuan tersebut sehingga dinilai masih kurang dalam
pemanfaatanya

Faktor Sumber Daya Manusia (SDM)

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap latar belakang pendidikan


aspek kualitas SDM menjadi salah satu faktor yang mempunyai peranan
besar dalam upaya membantu pencapaian keberhasilan pembangunan
pertanian. Dalam hal ini yang sangat penting adalah upaya perubahan sikap
dan prilaku dalam tata cara atau metode serta aplikasi anjuran teknologi
kurang terapresiasi pada sebagian petani karena faktor pemahaman petani
terhadap tujuan, manfaat dan dampak dari penerapan anjuran teknologi
yang direkomendasikan walau begitu ada juga sebagian petani yang mau
menerapkan berbagai inovasi yang telah diberikan untuk diterapkan pada
usaha taninya.

Beberapa hal yang berkaitan dengan faktor lemahnya kualitas SDM antara
lain :

1. Kurangnya basis informasi yang dimiliki petani sehingga


memberikan pengaruh terhadap kemampuan untuk mengambil
keputusan yang berkenaan dengan pengelolaan usaha taninya
2. Salah satu sumber pengetahuan dalam aplikasi dan pelaksanaan
usaha tani hanya berdasarkan kepada pengalaman.

24
3. Lemahnya kemampuan inovatif dan kreatif dalam melakukan
pemberdayaan pengelolaan usaha tani yang dilaksanakan.
4. Rendahnya taraf pendidikan petani yang membuat sulit menerima
inovasi yang diberikan

Pendekatan konsep sistem Penyuluhan yang akan dilaksanakan :

Untuk meningkatkan peran sistem penyuluhan mempunyai posisi yang


penting, dalam usaha peningkatan pembangunan pertanian, sistem
penyuluhan merupakan suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan
pangan, papan, dan sandang serta bahan baku industri. Memperluas
lapangan kerja dan usaha serta bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat khususnya petani.

Dengan pelaksanaan sistem penyuluhan yang baik, terpola, tersusun,


dan tepat serta akurat, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
produktif berupa peningkatan indikator - indikator dalam sektor pertanian
pada umumnya, dan sub sektor pertanian tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, perikanan/petemakan.

Dengan memperhatikan tujuan dan sasaran, potensi, dan kendala


dalam pelaksanaan sistem penyuluhan di Desa Cikanyere sangat penting
untuk merumuskan dan menentukan konsep pedoman umum sebagai dasar
pelaksanaan. Sebagai upaya untuk mempercepat dan mendukung
keberhasilan pencapaian tujuan penyuluhan maka partisipasif aktif dan pro
aktif petani sangat diperlukan. Pelaksanaan sistem penyuluhan dengan
sistem penyuluhan dengan konsep sistem penyuluhan partisipasif ini
didasarkan kepada kerja sama kolektif seluruh komponen pendukung yang
ada mulai komponen SDM, potensi alam, teknologi sampai dengan
kemampuan manajerial. Beberapa alasan penting pelaksanaan pendekatan
sistem penyuluhan partisipasif adalah :

1. Menciptakan kemudahan dan kelancaran dalam menentukan tujuan


dan sasaran penyuluhan yang dibutuhkan oleh petani karena melalui
proses kerjasama aktif antara petani dan penyuluh.
2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan penyuluhan
pertanian yang dilaksanakan.

25
3. Memberikan kesempatan kepada petani untuk berpartisipasi dalam
mengkaji, merumuskan dan menentukan tujuan, sasaran dan metode
sistem penyuluhan yang sesuai dengan spesifik lokasi.
Selain itu dengan pendekatan konsep sistem penyuluhan partisipasif ini
diharapkan tujuan pemberdayaan dan usaha kemandirian masyarakat
pertanian di Desa Cikanyere dapat meningkat dan dinamis.

PEMBAHASAN

Data Kelompok Tani Desa Cikanyere Kecamatan Sukaremi

Tabel 6. Data Responden Pengujian Instrumen Uji Reabilitas

NO.
NAMA PETANI KELTAN TTL KOMODITAS LUAS LAHAN

1. Nanang N Mekar Sari 11-6- Padi sawah 0,08


1972
2. M. Enum Mekar Sari 8-4- Padi sawah 0,16
1975
3. Suma Mekar Sari 12-5- Padi sawah 0,16
1963
4. Juminta Mekar Sari 7-5- Padi sawah 0,4
1953
5. Buhaeri Mekar Sari 2-5- Padi sawah 0,15
1970
6. Roni Rismanto Mekar Sari 12-12- Padi sawah 0,42
1979
7. Toni Mekar Sari 20-12- Padi sawah 0,25
1974
8. Buli Mekar Sari 23-11- Padi sawah 0,6
1960
9. Suriyatna Mekar Sari 15-9- Padi sawah 0,1
1983
10. Eman S Mekar Sari 2-5- Padi sawah 0,15
1970
11. Andi Mekar Sari 2-6- Padi sawah 0,2
1978
12. Mahpudin Bobojong 19-9- Padi sawah 0,2
1969
13. Buhaeri Bobojong 2-5- Padi sawah 0,3
1970
14. Ayi Nudin Bobojong 10-8- Padi sawah 0,35
1967
15. Dadang Bobojong 2-3- Padi sawah 0,55
1950
16. Herman Bobojong 12-12- Padi sawah 0,45
1973
17. Maksum Bobojong 5-8- Padi sawah 0,08
1969

26
18. Okib Bobojong 4-8- Padi sawah 0,2
1968
19. Doni Bobojong 15-8- Padi sawah 0,15
1977
20. Iding Bobojong 2-5- Padi sawah 0,3
1951
21. Didin Bobojong 1-4- Padi sawah 0,8
1961
22. Deni Aransyah Bobojong 27-7- Padi sawah 0,1
1992
23. Hamim Karang 1-7- Padi sawah 0,4
Pakuon 1961

24. Toni Karang 14-5- Padi sawah 0,5


Pakuon 1952

25. Holidi Karang 1-7- Padi sawah 0,5


Pakuon 1950

26. Oji Karang 4-6- Padi sawah 0,5


Pakuon 1962

27. Engkos Koswara Karang 1-7- Padi sawah 1


Pakuon 1952

28. M Anas Karang 16-9- Padi sawah 0,5


Pakuon 1975

29. Jejen Karang 1-1- Padi sawah 0,5


Pakuon 1980

30. Dadeng Karang 7-12- Padi sawah 0,3


Pakuon 1959

31. Apud Karang 1-10- Padi sawah 0,3


Pakuon 1972

32. Encang Karang 20-2- Padi sawah 0,4


Pakuon 1957

33. Ayi Misbah Karang 11-6- Padi sawah 0,03


Pakuon 1980

Pembahasan Uji Validitas

27
Pembahasan Tingkat Pengetahuan,Sikap,dan Keerampilan

Uji validitas dan Reabilitas digunakan untuk mengetahui apakah pertanyaan


dalam kuesioner dapat dipahami dan dimengerti oleh responden, serta untuk
menghindari kesalahan intepretasi. Instrumen diuji kepada 10
responden.Validasi berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan
dan kecermatan pengukur suatu tes dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar,
2011). Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut
menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Hasil ukur dari pengukuran
tersebut merupakan hal yang mencerminkan secara tepat keadaan
sesungguhnya dari apa yang di ukur. Untuk menggunakan validitas yang
diinginkan, terlebih dahulu dilakukan pencarian referensi mengenai teori
pengukuran yang akan dipakai. Teori tersebut dengan demikian akan
memberikan pengukuran yang akan digunakan sehingga dapat menghasilkan
suatu validitas baik nantinya (Cook & Beckman, 2006).Koleasi yang digunakan
adalah pearson correlation. Dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien
kolerasi item yang mempunyai nilai r hitung > r tabel dinyatakan valid dan jika
nilai r hitung < r tabel dinyatakan tidak valid. Syarat minimum dianggap valid
adalah jika koefisien korelasi 0,388 dengan taraf kesalahan 5%. Jadi jika
koefisien korelasi < 0,388 dinyatakan tidak valid. Terdapat 39 item soal
pertanyaan untuk kuesioner evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian dengan
18 pertanyaan untuk kuesioner tingkat pengetahuan (afektif),15 pertanyaan
untuk kuesioner tingkat sikap (kognitif),dan 6 pertanyaan untuk kuesioner tingkat
keterampilan (psikomotorik) petani yang diujikan kepada sejumlah 10
responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pemilihan responden dengan melihat
pengelompokkan data kelompok tani yang dimiliki oleh BPP kecamatan
Sukaresmi pembagian dilakukan dengan mengelompokan setiap anggota per
kelompok dengan pembagian jumlah total dengan dibagi dengan jumlah anggota
kelompok tani yang tersedia di desa tersebut. Hasil analisis validasi kuesioner
evaluasi pelaksanaan penyuluhan dengan aspek pengetahuan indikator
membina petani sebgai ahli PHT didapatkan 1 soal yaitu pada nomor 5 yang
tidak valid untuk kuesioner evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian , 1 soal
yaitu pada nomor 11 yang tidak valid untuk kuesioner tingkat pengetahuan
mahasiswa indikator melestarikan dan memanfaatkan musuh alami , 1 soal yaitu
pada nomor 17 yang tidak valid untuk kuesioner tingkat pengetahuan indikator

28
melakukan pengecekan rutin , 2 soal yaitu pada nomor 24 dan 25 yang tidak
valid untuk kuesioner tingkat sikap petani terhadap indikator melestarikan dan
memanfaatkan musuh alami , 1 soal yaitu pada nomor 31 yang tidak valid untuk
kuesioner tingkat sikap indikator melakukan pengecekan rutin,dan 2 soal yang
tidak valid terletak pada nomor 37 dan 38 tingkat keterampilan petani indikator
budidaya komoditas tanaman sehat.

Sehingga pertanyaan untuk evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian


dari menjadi 39 soal dari tingkat pengetahuan petani menjadi 15 soal,12 soal
tingkat sikap petani terhadap teknologi pengendalian hama terpadu,dan 4 soal
tingkat keterampilan petani terhadap teknologi pengendalian hama terpadu di
Desa Cikanyere Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur. Adanya pertanyaan
yang tidak valid ini dikarenakan soal yang dibuat terlalu mudah dan terlalu sulit
untuk dimengerti oleh anggota kelompok petani sehingga responden
mempunyai jawaban yang memusat atau tidak berdistribusi normal dapat
dipastikan penyebab dari faktor yang dapat mempengaruhi validitas kuesioner
seperti dari panjang alat ukur, variabilitas kemampuan kelompok tani , instruksi
tes yang ambigu, perbedaan sosio-kultural di lokasi wilayah binaan Desa
Cikanyere, dan penambahan item-item yang tidak tepat indikator maupun
parameter . Data variabilitas dapat dilihat pada lampiran 3.

Pembahasan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Tenologi PHT


Pengetahuan Petani Terhadap Penerapan Teknologi PHT
Pengukuran perilaku petani baik itu pengetahuan, sikap maupun
keterampilan petani dapat dilakukan dengan cara wawancara semi terstruktur
yang mengacu pada kuesioner yang telah disusun serta mewawancarai petani
secara mendalam terkait kondisi perilakunya terhadap penerapan PHT pada
kegiatan usahataninya. Pengukuran pengetahuan petani terhadap prinsip PHT
sebagai indikator didasarkan pada cara bagaimana petani menyebutkan,
menjelaskan dan mendeskripsikan sejauh mana petani mengetahui atau tidak
mengetahui tentang indikator yang ditanyakan.

29
Pengetahuan Petani terhadap Indikator Membina Petani sebagai Ahli PHT
Tabel 7. Distribusi Pengetahuan Petani terhadap Petani sebagai Ahli PHT
Jawaban Responden Skor Kategori

Sangat Tahu Tahu Kurang Tahu Tidak Tahu


Parameter (No Soal) Jumlah
(ST) (T) (KT) (TT)
f % f % f % f % f %
1 2 6,06 9 27,27 30 90,00 1 3,03 33 100 7,75 Tinggi
2 4 12,12 9 27,27 32 96,00 - - 33 100 7,75 Tinggi
3 - - 8 24,24 28 84,00 - - 33 100 6,50 Sedang
4 1 3,03 10 30,30 25 75,00 - - 33 100 7,50 Sedang
Jumlah Total Rata-rata 7,37 Sedang
Sumber : Data primer diolah 2019
Keterangan : (a). Jumlah total responden 33 anggota kelompok tani yang terdiri
dari 11 anggota kelompok tani mekasari 11 anggota kelompok tani
bobojong,dan 11 anggota kelompok tani karang pakuon (b). Menggunakan
analisis data tabulasi excel
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pengetahuan petani terhadap
indikator Membina Petani sebagai Ahli PHT berdasarkan nilai rerata skor 7,37
berada pada kategori sedang, artinya bahwa secara keseluruhan petani sudah
mengetahui teknologi Pengendalian Hama Terpadi (PHT) dan mampu
menerapkan prinsip PHT serta bertanggung jawab terhadap lahan miliknya
sendiri.

Pengetahuan Petani terhadap Indikator Melestarikan dan Memanfaatkan


Musuh Alami
Tabel 8. Distribusi Pengetahuan Petani terhadap Indikator Melestarikan dan
Memanfaatkan Musuh Alami
Jawaban Responden Skor Kategori

Sangat Tahu Tahu Kurang Tahu Tidak Tahu


Parameter (No Soal) Jumlah
(ST) (T) (KT) (TT)
f % f % f % F % f %
10
5 33
1 3,03 20 60,00 11 33,00 1 3,03 0 7,00 Sedang
10
6 33
1 3,03 18 54,54 12 36,00 1 3,03 0 7,25 Sedang
10
7 33
1 3,03 15 45,45 7 21,21 1 3,03 0 7,50 Sedang
10
8 33
1 3,03 19 57,57 10 30,30 1 3,03 0 7,75 Tinggi
10
9 33
- - 14 42,42 6 18,00 1 3,03 0 6,00 Sedang
10
10 33
1 3,03 17 51,00 5 15,00 - 0 6,50 Sedang

30
10
11 33
4 12,00 20 60,00 13 39,39 2 6,06 0 6,75 Sedang
10
12 33
2 6,06 16 48,00 6 18,00 3 9,10 0 6,50 Sedang
Sedan
Jumlah Total Rata-rata
6,90 g
Sumber : Data primer diolah 2019
Keterangan : (a). Jumlah total responden 33 anggota kelompok tani yang terdiri
dari 11 anggota kelompok tani mekasari 11 anggota kelompok tani
bobojong,dan 11 anggota kelompok tani karang pakuon (b). Menggunakan
analisis data tabulasi excel
Hasil analisis data menunjukan bahwa nilai rata-rata skor adalah 6,90 untuk
indikator melestarikan musuh alami termasuk kedalam kategori sedang. Hampir
semua petani mengetahui musuh alami dan ada juga petani yang masih belum
mengetahui musuh alami tetapi nilai ini sangatlah kecil yaitu hanya 3 %. Tetapi
dari hasil wawancara dan observasi ini sebagian besar petani telah memahami
tentang musuh alami yang bermanfaat untuk mengendalikan hama tanaman.
Untuk petani yang termasuk kategori sangat tahu mereka mampu mengetahui
bahwa musuh alami itu bukan hanya sejenis serangga namun ada juga petani
yang mengetahui adanya agen hayati seperti jamur, bakteri yang berguna untuk
mengendalikan patogen penyakit. Kemudian untuk parameter cara menjaga
kelestarian musuh alami, petani sebagian besar mengetahui bahwa penggunaan
pestisida secara berlebih dapat membunuh organisme lain yang berguna seperti
musuh alami.

Pengetahuan Petani terhadap Indikator Melakukan Pengecekan Rutin


Tabel 9. Distribusi Pengetahuan Petani terhadap Indikator Melakukan
Pengecekan Rutin
Jawaban Responden
Sangat Tahu Tahu Kurang Tahu Tidak Tahu Skor Kategori
Parameter (No Soal) Jumlah
(ST) (T) (KT) (TT)
f % f % f % f % f %
10
13 33
2 6,06 18 54,00 13 39,00 1 3,03 0 7,75 Tinggi
10
14 33
3 9,09 16 48,00 11 33,00 - - 0 6,5 Sedang
10
15 33
1 3,03 17 51,00 12 36,00 1 3,03 0 7,25 Sedang
Jumlah Total Rata-rata 7,17 Sedang
Sumber : Data primer diolah 2019

31
Keterangan : (a). Jumlah total responden 33 anggota kelompok tani yang terdiri
dari 11 anggota kelompok tani mekasari 11 anggota kelompok tani
bobojong,dan 11 anggota kelompok tani karang pakuon (b). Menggunakan
analisis data tabulasi excel
Hasil analisis yang tersaji pada tabel bahwa rata-rata menunjukan skor
7,17 yang didapat sehingga hal ini dapat dinyatakan kedalam kategori sedang.
Pengetahuan petani untuk kedua parameter, menunjukan sebagian besar petani
menjawab tahu yaitu berkisar rentang antara 70% - 90%. Dalam hal ini petani
mengetahui kondisi lingkungan yang dapat menjadi faktor penyebab adanya
serangan hama dan penyakit. Sehingga dengan adanya hal ini petani rutin
mengamati lingkungan lahannya yang akan dijadikan lahan garapan untuk
budidaya tanaman komoditas padi sawah di Desa Cikanyere Kecamatan
Sukaresmi.

Sikap Petani Terhadap Penerapan Teknologi PHT


Sikap Petani terhadap Indikator Melestarikan dan Memanfaatkan Musuh
Alami
Tabel 10. Distribusi Sikap Petani terhadap Melestarikan dan Memanfaatkan
Musuh Alami
Jawaban Responden
Sangat Tahu Tahu Kurang Tahu Tidak Tahu Skor Kategori
Parameter (No Soal) Jumlah
(ST) (T) (KT) (TT)
f % f % f % f % f %
10
16 33
2 6,00 18 54,00 12 36,00 - - 0 6,25 Sedang
33 10
17
1 3,03 16 48,00 11 33,00 2 6,00 0 6,00 Sedang
33 10
18
1 3,03 17 51,00 13 39,00 1 3,03 0 7,50 Sedang
33 10
19
2 6,00 19 57,00 10 30,00 - - 0 6,50 Sedang
33 10
20
1 3,03 15 45,00 9 27,00 2 6,00 0 6,25 Sedang
Jumlah Total Rata-rata 6,50 Sedang
Sumber : Data primer diolah 2019
Keterangan : (a). Jumlah total responden 33 anggota kelompok tani yang terdiri
dari 11 anggota kelompok tani mekasari 11 anggota kelompok tani
bobojong,dan 11 anggota kelompok tani karang pakuon (b). Menggunakan
analisis data tabulasi excel

32
Pada data yang tersaji pada tabel diatas menunjukan bahwa sikap petani
terhadap pelestarian musuh alami termasuk kedalam kategori sedang dengan
nilai rerata skor adalah 6,50 . Petani setuju bahwa jika musuh alami dilestarikan
di lahan budidaya, maka akan bermanfaat bagi petani untuk mengendalikan
populasi hama tanaman. Tetapi persepsi yang menjawab kurang setuju bahwa
musuh alami dianggap kurang mampu dalam mengendalikan populasi hama,
sehingga terdapat petani yang lebih mengutamakan penggunaan pestisida kimia
dalam pengendalian OPT .

Sikap Petani terhadap Indikator Budidaya Komoditas Tanaman Sehat


Tabel 11. Distribusi Sikap Petani terhadap Budidaya Komoditas Tanaman Sehat
Jawaban Responden
Sangat Tahu Tahu Kurang Tahu Tidak Tahu Skor Kategori
Parameter (No Soal) Jumlah
(ST) (T) (KT) (TT)
f % f % f % f % f %
21 5 15,00 16 48,00 13 39,00 2 6,00 33 100 5,50 Sedang
22 33 100 Sedang
1 3,03 18 54,00 10 30,00 1 3,03 7,25
23 33 100 Sedang
1 3,03 12 36,00 11 33,33 3 9,09 7,00
Jumlah Total Rata-rata 6,59 Sedang
Sumber : Data primer diolah 2019
Keterangan : (a). Jumlah total responden 33 anggota kelompok tani yang terdiri
dari 11 anggota kelompok tani mekasari 11 anggota kelompok tani
bobojong,dan 11 anggota kelompok tani karang pakuon (b). Menggunakan
analisis data tabulasi excel
Pada tabel tersebut menunjukan sikap petani terhadap indikator budidaya
komoditas tanaman sehat berdasarkan nilai jumlah total rata-rata adalah 6,59
skor ini termasuk kedalam kategori sedang, artinya bahwa mayoritas petani
mengetahui dan mendukung terhadap upaya pengendalian OPT melalui
pencegahan dengan cara melakukan budidaya komoditas tanaman yang sehat.
Petani setuju bahwa untuk menghasilkan produksi yang baik serta mengurangi
resiko serangan OPT, teknis budidaya yang baik dengan selalu mengupayakan
tanaman budidaya tetap sehat, sangat perlu dilakukan terlebih lagi petani
beranggapan bahwa cuaca adalah faktor kegagalan utama sudah tidak berlaku.

Sikap Petani terhadap Indikator Melakukan Pengecekan Rutin


Tabel 12. Distribusi Sikap Petani terhadap Melakukan Pengecekan Rutin
Parameter (No Soal) Jawaban Responden Skor Kategori

33
Sangat Tahu Tahu Kurang Tahu Tidak Tahu
Jumlah
(ST) (T) (KT) (TT)
f % f % f % f % f %
10
24 33
3 9,09 20 60,00 10 30,30 2 6,06 0 6,00 Sedang
33 10 Sedang
25
4 12,00 25 75,00 8 24,00 - - 0 7,50

26 33 100 Sedang
2 6,06 15 45,00 11 33,00 - - 6,50
27 33 100 Tinggi
1 3,03 24 72,00 10 30,30 2 6,06 8,50
Jumlah Total Rata-rata 7,12 Sedang
Sumber : Data primer diolah 2019
Keterangan : (a). Jumlah total responden 33 anggota kelompok tani yang terdiri
dari 11 anggota kelompok tani mekasari 11 anggota kelompok tani
bobojong,dan 11 anggota kelompok tani karang pakuon (b). Menggunakan
analisis data tabulasi excel
Berdasarkan hasil analisis pada data tersebut menunjukan bahwa sikap
petani termasuk pada kategori sedang dengan nilai rerata 7,12. Kategori
tersebut dikarenakan kedua parameter pada indikator ini memiliki skor yang
termasuk pada kategori sedang. Hal ini menunjukan bahwa semua petani di
Desa Cikanyere Kecamatan Sukaresmi setuju terhadap pentingnya pengamatan
tanaman dan lingkungan secara teratur sebagai upaya untuk menghindari resiko
serangan OPT, karena dengan pengamatan tersebut sedini mungkin petani akan
melakukan tindakan dalam pengendalian serangan OPT.

Keterampilan Petani Terhadap PHT


Keterampilan Petani terhadap Indikator Budidaya Komoditas Tanaman
Sehat
Tabel 13. Distribusi Keterapilan Petani terhadap Budidaya Komoditas Tanaman
Sehat
Jawaban Responden
Sangat Tahu Tahu Kurang Tahu Tidak Tahu Skor Kategori
Parameter (No Soal) Jumlah
(ST) (T) (KT) (TT)
f % f % f % f % f %
28 5 15,00 17 51,00 11 33,00 1 3,03 33 100 8,75 Tinggi
29 33 100 Sedang
6 18,00 15 45,45 9 27,00 - - 6,25
30 33 100 Tinggi
1 3,03 11 33,33 7 21,00 - - 9,00
31 33 100 Sedang
3 9,09 7 21,00 10 30,30 - - 6,25
Jumlah Total Rata-rata 7,56 Sedang

34
Sumber : Data primer diolah 2019
Keterangan : (a). Jumlah total responden 33 anggota kelompok tani yang terdiri
dari 11 anggota kelompok tani mekasari 11 anggota kelompok tani
bobojong,dan 11 anggota kelompok tani karang pakuon (b). Menggunakan
analisis data tabulasi excel

Pada tabel diatas menunjukan keterampilan petani terhadap indikator


budidaya komoditas tanaman sehat berdasarkan nilai rerata adalah jumlah total
rata-rata 7,56 skor ini termasuk kedalam kategori tinggi, artinya bahwa mayoritas
petani menegtahui dan mendukung terhadap upaya pengendalian OPT melalui
pencegahan dengan cara melakukan budidaya tanaman komoditas padi sawah
yang sehat. Petani setuju bahwa untuk menghasilkan produksi yang baik serta
mengurangi resiko serangan OPT, teknis budidaya yang baik dengan selalu
mengutamakan kondisi tanaman budidaya tetap sehat, sangat perlu dilakukan
terlebih lagi petani beranggapan bahwa cuaca sudah tidak menentu dalam ha ini
keterampilan petani di Desa Cikanyere terhadap indikator budidaya komoditas
tanaman sehat telah meningkat dari tahun sebeumnya dibuktikan dengan
adanya data yang dimiliki penyuluh wilayah binaan setempat dan dilkukannya
pengujian berupa kunjungan ke lapangan dan interaksi atrakif .

35
PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Setelah melaksanakan kegiatan evaluasi ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Anggota kelompok tani di Desa Cikanyere Kecamatan Sukaresmi dapat
mengadopsi teknologi PHT dengan tingkat pengetahuan petani dalam
penerapan PHT komoditas padi sawah termasuk kedalam kategori
sedang dengan presentase jumlah rata-rata skor total 28,30%,tingkat
sikap petani sebesar 26,27% termasuk ke dalam kategori sedang .
Berdasarkan tingkat adopsi yang diperoleh maka peringkat pertama
dengan rata-rata skor tertinggi 32,50% adalah keterampilan,peringkat
kedua dengan skor 28,30% adalah pengetahuan dan peringkat ketiga
26,27% adalah sikap. Secara umum dalam hal ini petani menguasai dari
aspek teknis dari teknologi PHT dibuktikan dengan dilakukan pengujian
tingkat keterampilan dengan hasil presentase yang tinggi. Anggota
kelompok tani memiliki perubahan terhadap pengetahuan,sikap,dan
keterampilan dinyatakan dengan peningkatan presentase (%) data
diperoleh dari BPP Kecamatan Sukaresmi serta petani mampu
menjelaskan terkait materi PHT yang diujikan pada saat uji wawancara.
2. Secara umum pengetahuan dan sikap petani terhadap PHT adalah
mendukung dan setuju dengan pengetahuan termasuk kategori tahu.
Dalam hal pentingnya dilakukan kegiatan evaluasi sebagai titik kritis yang
perlu dilakukan guna memperbaiki kesalahan dari kegiatan sebelumnya.
3. Indikator yang terendah dari pengetahuan dan sikap petani terhadap PHT
adalah : indikator budidaya tanaman sehat mengenai pengetahuan
varietas tahan, pelestarian musuh alami, indikator petani sebagai ahli
PHT dan pengetahuan ambang ekonomi pengendalian OPT serta
keterampilan petani dalam melestarikan musuh alami.

36
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan berdasrakan hasil evaluasi ini yaitu :
1. Upaya peningkatan pengetahuan dan sikap petani dalam PHT, terutama
pada indikator terlemah terlebih dahulu.
2. Agar upaya untuk peningkatan pengetahuan dan sikap petani terhadap
PHT akan lebih baik jika metode pembelajarannya diselenggarakan
dalam bentuk percontohan atau demonstrasi sehingga petani dapat
belajar secara nyata langsung dan diterapkan secara berkelanjutan.

37
DAFTAR PUSTAKA

BPP PTPH Sukaresmi. 2018. Programa Desa Cikanyere Tahun 2018. Cianjur:
BP3K Sukaresmi.

BP3K Sukaresmi. 2018. RKTP Desa Cikanyere Tahun 2018. Cianjur: BP3K
Sukaresmi.

Mardikanto, T., 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas


Maret University Press.

Nurliana Harahap, dan Lukman Effendy. 2017. Buku Ajar Evaluasi Penyuluhan
Pertanian. Jakarta: Kantor Pusat Kementerian Pertanian

https://www.google.co.id/amp/s/sekarmadjapahit.wordpress.com/2012/04/29/ptt-
padi-sawah/amp/ (diakses tanggal 2 November 2018)

https://www.google.co.id/amp/s/sugithewae.wordpress.com/2012/11/13/pengertia
n-populasi-dan-sampel-dalam-penelitian/amp/ (diakses tanggal 4
November 2018)

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Penyuluhan_pertanian (diakses tanggal 3


November 2018)

38
LAMPIRAN

39
Lampiran 1. Jadwal Rencana Kegiatan Praktikum Evaluasi Penyuluhan Pertanian

BULAN

N OKTOBER NOVEMBER DESEMBER


KEGIATAN
O
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Ke-
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Ke-6 7

1 Menetapkan Judul Evaluasi

2 Menentukan Sampel Kegiatan


Evaluasi

3 Melakukan Penyebaran Kuesioner


(Instrumen) Dan Pengumpulan
Data

4 Melakukan Wawancaarasss

5 Melakukan Rekapitulasi Dan


Tabulasi Data

6 Menganalisis Data

7 Menetapkan Hasil Dan Pembuatan


Laporan

40
Lampiran 2. Kuesioner Evaluasi Penyuluhan Pertanian

KUESIONER
EVALUASI TINGKAT PENGETAHUAN,SIKAP,DAN KETERAMPILAN PETANI
TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA &
PENYAKIT TERPADU (PHT) KOMODITAS PADI SAWAH DI DESA
CIKANYERE KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN CIANJUR
PROVINSI JAWA BARAT

Identitas Responden :

Nomor Sampel : ………………………….


Nama : ………………………….
Alamat
Desa : ………………………….
Kecamatan : ………………………….
Kabupaten : Cianjur
Tingkat Pendidikan : SD/SLTP/SLTA/PT*)
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan *)
Pekerjaan Utama : …………………………
Pekerjaan lain selain bertani : a. Buruh tani
b. Jual beli sembako
c.Lainnya.Sebutkan ..........
Lamanya Berusaha Tani : ……….tahun
Lamanya menjadi Anggota Kelompok : ……….tahun
Kedudukan Dalam Kelompok : Pengurus/Anggota
Luas Lahan Garapan : a. Milik : …………….....Ha
b. Sewa : …………….....Ha
c. Penggarap: …………….....Ha
d. Lainnya :Sebutkan …....Ha

Keterangan : *) Coret yang tidak perlu

41
Petunjuk Pengisian Kuesioner :

1. Isilah pertanyaan pada kolom di bawah ini dengan baik dan benar.
2. Berilah tanda centang (√) pada setiap kolom di bawah ini dengan
keadaan yang sebenarnya.
II. Aspek Pengetahuan (Kognitif)
Keterangan :
ST = Sangat Tahu (4)
T = Tahu (3)
KT = Kurang Tahu (2)
TT = Tidak Tahu (1)

SKOR
KRITERIA
NO. PERTANYAAN PENGETAHUAN NILAI
4 3 2 1
PENGETAHUAN (KOGNITIF)
Membina Petani sebagai Ahli PHT
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui gejala
tanaman yang terserang penyakit ?
2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jenis penyakit
utama tanaman padi ?
3. Apakah Bapak/Ibu mengetahui gejala
serangan pada hama wereng coklat dan
pengendaliannya ?
4. Apakah Bapak/Ibu mengetahui gejala
serangan hama keong dan pengendaliannya ?
5. Apakah Bapak/Ibu mengetahui cara
pengendalian secara fisik ?
Melestarikan dan Memanfaatkan Peran Musuh Alami
6. Apakah Bapak/Ibu mengetahui penggunaan
pestisida kimia menyebabkan kerusakan pada
lingkungan ?
7. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa
penggunaan pestisida menyebabkan
musnahnya musuh alami ?
8. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa petani
merupakan bagian dari ahli PHT ?
9. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa musuh
alami dapat dimanfaatkan sebagai predator
hama ?
10. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa
pelestarian musuh alami akan membantu
menjaga keseimbangan ekosistem alam ?
11. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa musuh
alami dapat menyebabkan ledakan hama yang
lebih besar ?
12. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa
penanaman padi sawah harus dilakukan di
daerah bebas endemik hama penyakit

42
13. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa untuk
memutuskan rantai serangan hama penyakit
perlu dilakukan pergiliran rotasi tanaman ?
14. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa
penanaman secara bersama/serempak dapat
mengurangi serangan hama ?
Melakukan Pengecekan Rutin
15. Apakah Bapak/Ibu mengetahui pemantauan
secara rutin dengan tepat cara,waktu,dan
metode memiliki pengaruh yang baik dalam
budidaya tanaman padi sawah ?
16. Apakah Bapak/Ibu mengetahui pemantauan
sekali dalam seminggu dapat membantu
mencegah aktivitas hama penyakit sejak dini ?
17. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bagan warna
daun (BWD) dapat digunakan untuk
melakukan pemantauan ?
18. Apakah Bapak/Ibu mengetahui dengan
melakukan pemantauan,serangan hama
penyakit dapat teridentifikasi ?

Petunjuk Pengisian Kuesioner :

1. Isilah pernyataan pada kolom di bawah ini dengan baik dan benar.
2. Berilah tanda centang (√) pada setiap kolom di bawah ini dengan
keadaan yang sebenarnya.
II. Aspek Sikap (Afektif)
Keterangan :
SS = Sangat Setuju (4)
S = Setuju (3)
KS = Kurang Setuju (2)
TS = Tidak Setuju (1)

KRITERIA
NO. PERNYATAAN SIKAP SKOR
4 3 2 1
SIKAP (AFEKTIF)

43
Melestarikan dan Memanfaatkan Peran Musuh Alami
Setujukah Bapak/Ibu hama utama yang
menyerang tanaman padi antara lain tikus,
keong mas, wereng coklat .
Setujukah Bapak/Ibu penyakit utama yang
menyerang tanaman padi antara lain
beluk/sundep, tungro hawar daun.
Setujukah Bapak/Ibu hama wereng coklat
menyerang bagian batang ditandai dengan
batang semakin menguning dan mati.
Setujukah Bapak/Ibu hama keong mas
menyerang dengan cara memakan batang
tanaman. Pengendaliannya dapat dilakukan
secara manual.
Setujukah Bapak/Ibu hama tikus menyerang
dengan cara mengerat tidak mengenal fase.
Untuk mencegah hama tikus dipasang
perangkap.
Setujukah Bapak/Ibu sundep/beluk menyerang
dalam batang padi hingga merusak jaringan.

Setujukah Bapak/Ibu akibat dari serangan


burung dan tikus,jumlah anakan produktif dan
malai berkurang.

Budidaya Komoditas Tanaman Sehat


Setujukah Bapak/Ibu pengendalian gulma
dengan menggunakan gasrok/landak lebih
efisien dari pada menggunakan herbisida.
Setujukah Bapak/Ibu pengendalian hama
dengan pestisida adalah pengendalian secara
mekanik
Setujukah Bapak/Ibu pestisida dapat juga
dibuat sendiri oleh petani dari beberapa jenis
tanaman yang disebut pestisida nabati.
Melakukan Pengecekan Rutin
Setujukah Bapak/Ibu setelah dilakukan
penanaman padi harus melakukan
pemeliharaan dengan cara pemantauan rutin.
Setujukah Bapak/Ibu hasil pengamatan akan
menjadi bahan pengambilan keputusan
pengendalian hama terutama pestisida.
Setujukah Bapak/Ibu pemantauan dilakukan di
pagi hari dan sore hari pada kondisi OPT
kurang aktif.
Setujukah Bapak/Ibu berdasarkan kerusakan
yang ditimbulkan,hama terbagi menjadi dua
yaitu hama secara langsung dan hama tak
langsung.
Setujukah Bapak/Ibu pemantauan yang
dilakukan secara rutin bertujuan
mengidentifikasi tingkat kerusakan akibat

44
serangan OPT.

Petunjuk Pengisian Kuesioner :

1. Isilah pertanyaan pada kolom di bawah ini dengan baik dan benar.
2. Berilah tanda centang (√) pada setiap kolom dibawah ini dengan
keadaan yang sebenarnya.
II. Aspek Keterampilan (Psikomotorik)
Keterangan :
ST = Sangat Terampil (4)
T = Terampil (3)
KT = Kurang Terampil (2)
TT = Tidak Terampil (1)

KRITERIA
NO. PERTANYAAN KETERAMPILAN SKOR
4 3 2 1
ASPEK KETERAMPILAN
Budidaya Tanaman Sehat
1. Lakukanlah salah satu cara pengenalan jenis
hama yang sering menyerang tanaman padi !
2. Lakukanlah salah satu cara untuk mengetahui
jenis penyakit yang menyerang tanaman padi!
3. Lakukanlah salah satu cara untuk mengetahui
serangan hama wereng coklat dan bagaima
pengendaliannya !
4. Lakukanlah salah satu cara untuk mengetahui
serangan hama keong dan bagaimana
pengendaliannya ?
5. Lakukan salah satu cara untuk mengatasi
serangan hama tikus !

45
6. Lakukanlah teknik pengenalan serangan
sundek/beluk (penggerek batang) beserta
pengendaliannya !

Catatan :
Tabel yang berwarna biru menyatakan tidak validnya kuesioner yang telah diuji
menggunakan analisis data uji validitas,sehingga kuesioner berjumlah total 39
pertanyaan terdiri dari 18 soal tingkat pengetahuan ,15 soal tingkat sikap,dan 6 soal
tingkat keterampilan dinyatakan valid berjumlah 31 pertanyaan.

46
Lampiran 3. Uji Instrumen Validitas dan Reabilitas

47
48
Lampiran 4. Analisis dan Pengolahan Data

ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

A. Aspek Pengetahuan
Aspek pengetahuan yang mana di dalamnya dibahas tentang teknis
budidaya memiliki 15 soal pertanyaan. Satu soal pertanyaan memiliki bobot nilai
skor 4 poin. Dari aspek ini akan diperoleh poin tertinggi adalah dengan skor 40
poin jika pertanyaan semua terjawab dengan benar, sedangkan poin terendah
adalah skor 1 poin, sehingga jika jawaban semua tidak tepat responden hanya
mendapat skor 10 poin.
Adapun perhitungan perolehan poin dilakukan dengan cara :
Total Perolehan Skor
N= x 100 %
Total Skor Maksimal

Penilaian petani dari aspek pengetahuan ini akan diklasifikasikan menjadi


beberapa kelas yaitu sebagai berikut :
Rescoring Aspek Pengetahuan Tiap Responden

 Nilai minimal skor


: Skor terkecil x Jumlah soal
: 1 x 31 = 31

 Nilai maksimal skor


: Skor terbesar x Jumlah soal
: 4 x 31 = 124

 Range
: Nilai Maks − Nilai Min
: 124 – 31 = 93

 Banyak Kelas Interval 3


 Panjang Kelas Interval =
= Range
Banyak Kelas Interval
=93      
3      
= 31
a. Rescoring bernilai 1 (Kurang Memahami) jika nilai skor total antara 31
sampai (31 + 36) = 67
b. Rescoring bernilai 2 (Memahami) jika nilai skor total antara 67 sampai (67
+ 31) = 98

49
c. Rescoring bernilai 3 (Sangat Memahami) jika nilai skor total antara 98
sampai (98 + 31) = 129

Kriteria Total Skor Rescoring

Kurang Memahami 31 – 67 1

Memahami 67 – 98 2

Sangat Memahami 98 – 129 3

B. Aspek Sikap
Aspek sikap yang mana di dalamnya dibahas tentang teknis budidaya
mulai dari persiapan benih hingga pasca panen memiliki 15 soal pertanyaan.
Satu soal pertanyaan memiliki bobot skor maksimal 4 poin. Dari aspek ini akan
diperoleh poin tertinggi adalah skor 60 poin jika pertanyaan semua terjawab
dengan benar, sedangkan poin terendah adalah skor 15 poin jika memeilih
jawaban yang tidak tepat, atau dengan kata lain satu soal yang dijawab dengan
salah memilki poin 1.
Penilaian terhadap petani dari aspek sikap ini akan diklasifikasikan
menjadi beberapa kelas yaitu sebagai berikut :

Rescoring Aspek Sikap Tiap Responden

 Nilai minimal skor


: Sekor terkecil x Jumlah soal
: 1 x 15 = 15

 Nilai maksimal skor


: Sekor terbesar x Jumlah soal
: 4 x 15 = 60

 Range
: Nilai Maks − Nilai Min
: 60 – 15 = 45
 Banyak Kelas Interval 3
 Panjang Kelas Interval =
= Range
Interval
= 45      
3      
= 15

50
a. Rescoring bernilai 1 (Kurang Setuju) jika nilai skor total antara 15 sampai
( 15 + 15 ) = 30
b. Rescoring bernilai 2 (Setuju) jika nilai skor total antara 31 sampai ( 31 +
15 ) = 46
c. Rescoring bernilai 3 (Sangat Setuju) jika nilai skor total antara 47 sampai
( 47 + 15 ) = 62
Kriteria Total Skor Rescoring
Kurang Setuju 15 – 30 1
Setuju 31 – 46 2

Sangat Setuju 47 – 62 3

C. Aspek Keterampilan
Terakhir penilaian terhadap aspek keterampilan yang mencakup di
dalamnya dibahas tentang teknis budidaya dan pemasaran memiliki 4 soal
pertanyaan. Satu soal pertanyaan memiliki bobot nilai skor 4 poin. Dari aspek ini
akan diperoleh poin tertinggi adalah 16 poin jika pertanyaan semua terjawab
dengan benar, sedangkan skor terendah adalah 4 poin jika tidak ada sama
sekali pertanyaan yang dapat dijawab kurang benar atau kurang mendekati.
Penilaian petani dari aspek keterampilan ini akan diklasifikasikan menjadi
beberapa kelas yaitu sebagai berikut :

Rescoring Aspek Keterampilan Tiap Responden

 Nilai minimal skor


: Sekor terkecil x Jumlah soal
:1x4 =4

 Nilai maksimal skor


: Sekor terbesar x Jumlah soal
: 4 x 4 = 16

 Range
: Nilai Maks − Nilai Min
: 16 – 4 = 12
 Banyak Kelas Interval = 3

51
 Panjang Kelas Interval =
= Range
Interval
= 12      
3      
=4

a. Rescoring bernilai 1 (Kurang Terampil) jika nilai skor total antara 4 sampai
(4+4)=8
b. Rescoring bernilai 2 (Terampil) jika nilai skor total antara 9 sampai ( 9 +
4 ) = 13
c. Rescoring bernilai 3 (Sangat Terampil) jika nilai skor total antara 14
sampai ( 14 + 4) = 18

Rescorin
Kriteria Total Skor
g

Kurang Terampil 4 – 8 1

Terampil 9 – 13 2

Sangat Terampil 14 – 18 3

Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan

52
Pengujian validitas kuesioner di Desa Kawungluwuk dengan jumlah total respon 10
anggota kelompok tani dengan 39 butir instrumen evaluasi.

Pengujian validitas yang dilakukan di Desa Kawungluwuk berfungsi untuk


mengukur tingkat ke valid instrumen kuesioner.

Penyebaran kuesioner dilakukan di wilayah Desa binaan program OPSIN 2018 Desa
Cikanyere dengan jumlah total responden 33 anggota kelompok tani.

53

Anda mungkin juga menyukai