Anda di halaman 1dari 17

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyuluhan Pertanian

1. Pengertian Penyuluhan Pertanian .

Penyuluhan pertanian sebagai sebagai suatu sistem pemberdayaan petani

merupakan suatu sistem pendidikan non formal bagi keluarga petani yang bertujuan

membantu petani dalam meningkatkan keterampilan teknis, pengetahuan,

mengembangkan perubahan sikap yang lebih positif dan membangun kemandirian

dalam mengelola lahan pertaniannya. Penyuluhan pertanian sebagai perantara

dalam proses alih teknologi maka tugas utama dari pelayanan penyuluhan adalah

memfasilitasi proses belajar, menyediakan informasi teknologi, informasi input dan

harga input-output serta informasi pasar (Badan SDM Pertanian, 2003).

Mardikanto (2009) menyatakan bahwa penyuluhan pertanian adalah proses

perubahan sosial, ekonomi, dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat

kemampuan masyarakat melalui proses berlajar bersama yang partisipatif agar

terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholder yang terlibat dalam proses

pembangunan demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri dan

partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan.

2. Falsafah Penyuluhan Pertanian

Lalaukan (2014) menyatakan bahwa falsafah berarti pandangan, yang akan

dan harus diterapkan. Falsafah penyuluhan adalah Bekerja bersama masyarakat

untuk membantunya agar mereka dapat membantu dirinya meningkatkan harkatnya

sebagai manusia. Falsafah penyuluhan berpijak pada pentingnya pengembangan

individu dalam menumbuhkan masyarakat dan bangsa.


5

Falsafah penyuluhan adalah bekerja bersama masyarakat untuk

membantunya agar mereka dapat membantu dirinya meningkatkan harkatnya

sebagai manusia. Falsafah penyuluhan berpijak pada pentingnya pengembangan

individu dalam menumbuhkan masyarakat dan bangsa (Syufri, 2011).

3. Tujuan Penyuluhan Pertanian

Tujuan penyuluhan pertanian adalah memberdayakan pelaku utama dan

pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang

kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang,

peningkatan kesadaran, dan pendampingan serta fasilitasi (Deptan, 2006).

Tujuan penyuluhan pertanian adalah meningkatkan perilaku dan

kemampuan petani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Agar tujuan

dapat dicapai melalui kegiatan yang tepat, maka rumusan tujuan harus memenuhi

kriteria yang baik. Kriteria tujuan yang baik adalah spesifik (specific)

menggambarkan arah yang akan dicapai; dapat diukur (measurable) dapat diketahui

setiap kemajuan yang dicapai; dapat dicapai (achieveable), memiliki dimensi jarak

(remoteness), realistis (realistic) memiliki kerangka jumlah dan jenis kegiatan yang

dapat dicapai, memiliki jangka waktu (time bond) sehingga dapat ditentukan lama

pencapaiannya, serta menjadi "motivasi" yaitu pernyataan tujuan harus dapat

menggambarkan dengan jelas "kebutuhan" dari orang-orang yang terlibat dalam

pencapaian tujuan (Belli, 2013).

Tujuan Penyuluhan Pertanian mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan

jangka panjang. Tujuan penyuluhan jangka pendek yaitu menumbuhkan

perubahan-perubahan dalam diri petani yang mencakup tingkat pengetahuan,


6

kecakapan, kemampuan, sikap, dan motivasi petani terhadap kegiatan usaha tani

yang dilakukan. Tujuan penyuluhan jangka panjang yaitu peningkatan taraf hidup

masyarakat tani sehingga kesejahteraan hidup petani terjamin. Tujuan pemerintah

terhadap penyuluhan pertanian adalah: meningkatkan produksi pangan,

merangsang pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan keluarga petani

dan rakyat desa, mengusahakan pertanian yang berkelanjutan (Wikipedia, 2015).

4. Sasaran Penyuluhan Pertanian

Menurut Mardikanto (1993), sasaran penyuluhan pertanian sebenarnya

adalah mereka yang secara langsung maupun tidak langsung memiliki peran dalam

kegiatan pembangunan pertanian. Mereka dapat dikelompokkan dalam: Sasaran

utama penyuluhan pertanian yaitu sasaran penyuluhan yang secara langsung

terlibat dalam kegiatan bertani dan pengelolaan usahatani. Termasuk dalam

kelompok ini adalah petani dan keluarganya. Sasaran penentu dalam

penyuluhan pertanian adalah mereka yang bukan saja pelaksana kegiatan bertani

dan berusaha tani, tetapi secara langsug atau tidak langsung terlibat dalam

penentuan kebijakan pembangunan pertanian dan menyediakan segala

kemudahan yang diperlukan petani untuk pelaksanaan dan pengelolaan usaha

taninya. Sasaran pendukung penyuluhan pertanian yaitu pihak-pihak yang secara

langsung maupun tidak langsung tidak memiliki hubungan dengan kegiatan

pembangunan pertanian, tetapi dapat diminta bantuannya guna melancarkan

penyuluhan pertanian, misalnya pekerja sosial, seniman (pelakon kesenian

tradisional), konsumen hasil-hasil pertanian dan biro iklan.


7

Pihak yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan meliputi

sasaran utama dan sasaran antara. Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama

dan pelaku usaha. Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya

yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan

kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat (UU No. 16 Tahun 2006).

Sasaran penyuluhan pertanian adalah pelaku utama dan pelaku usaha.

Pelaku utama disini adalah petani yang merupakan warga negara Indonesia beserta

keluarganya atau koperasi yang mengelola usaha dibidang pertanian, wanatani,

minatani, agropastur, penangkaran satwa dan tumbuhan didalam dan disekitar

hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa

penunjang. Pelaku usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi

yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian,

perikanan, dan kehutanan (Deptan, 2006).


8

B. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian

1. Materi Penyuluhan Pertanian

Materi adalah sesuatu yang menjadi bahan untuk diujikan, dipikirkan,

dibicarakan, dikarangkan, atau disampaikan. Dalam bidang penyuluhan pertanian

materi penyuluhan diartikan sebagai pesan yang akan disampaikan oleh penyuluh

kepada sasaran penyuluhan. Isi dari materi penyuluhan ada yang bersifat anjuran

(persuasif), larangan (instruktif), pemberitahuan (informatif), dan hiburan

(entertaiment). Materi penyuluhan antara lain dapat berbentuk pengalaman

misalnya pengalaman-pengalaman petani yang sukses dalam mengembangkan

usahataninya, berupa hasil pengujian, keterangan pasar maupun kebijakan yang

dikeluarkan pemerintah (Dzakiroh D, 2015).

Menurut Mardikanto (2009), Materi penyuluhan, pada hakikatnya

merupakan segala pesan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang penyuluh

kepada masyarakat penerima manfaat Sehubungan dengan itu dikemukakan pula

bahwa pesan yang disampaikan dapat bersifat: informative, persuasive, dan

entertainment. Materi penyuluhan harus sesuai kebutuhan dan keinginan sasaran

sehingga petani akan tertarik dan terangsang untuk mempraktikannya.

Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh

para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang

meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum dan

kelestarian lingkungan hidup. Selanjutnya dinyatakan bahwa materi penyuluhan

dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha

dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestariaan sumber daya pertanian,


9

perikanan dan kehutanan. Materi penyuluhan berisi unsur pengembangan sumber

daya manusia dan peningkatan modal sosial serta ilmu pengetahuan (UU No. 16

Tahun 2006)

Materi yang menarik perhatian para petani tentunya adalah segala sesuatu

yang berkaitan dengan usaha perbaikan produksi, perbaikan pendapatan, dan

perbaikan tingkat kehidupannya (Kartasapoetra, 1994).

2. Metode Penyuluhan Pertanian

Pengertian metode penyuluhan adalah cara penyampaian materi penyuluhan

oleh penyuluh kepada petani beserta anggota keluarganya baik secara langsung

maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi

baru (Kusnadi, 1999).

Wahyuti (2006) dalam Juhaedi A (2014), menyatakan bahwa dalam dunia

pendidikan, metode sering diartikan sebagai “cara”, dan teknik diartikan sebagai

“prosedur”, dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penyuluhan pertanian

merupakan cara menyampaikan penyuluhan kepada sasaran (pelaku utama dan

keluarganya) agar kegiatan penyuluhan memiliki greget dan mendorong pelaku

utama dan keluarganya untuk berubah pengetahuan, sikap dan keterampilannya.

Mardikanto dan Sutarni (2006), menyatakan bahwa metode penyuluhan

merupakan tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang

telah ditetapkan. Dalam melaksanakan penyuluhan metode yang dipakai terdiri dari

metode pendekatan individu, surat menyurat, kunjungan atau anjangsana,

karyawisata, demonstrasi, pertemuan kelompok, kelompok pencapir, pertemuan


10

umum dan pameran. Penggunaan metode disesuaikan dengan kondisi dan materi

yang disampaikan.

Metode penyuluhan pertanian merupakan cara penyampaian materi

penyuluhan pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan

mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi

pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk

meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya

serta meningkatkan kesadaran dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup.

Sebagai suatu proses pendidikan, maka keberhasilan penyuluhan sangat

dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami dan dilakukan oleh sasaran

penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan, pemahaman proses belajar pada

orang dewasa serta prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang penyuluh

dalam menjalankan tugasnya menjadi sangat penting peranannya karena dapat

membantu penyuluh dalam mencapai tujuan penyuluhan yang telah ditentukannya.

(Aritonang, 2013).

3. Media Penyuluhan Pertanian

Kata media penyuluhan berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah

berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”, yaitu perantara atau pengantar

pesan dari pengirim pesan kepada penerima. Disebutkan pula, media penyuluhan

sebagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau

informasi (Razi F, 2014).

Media penyuluhan pertanian adalah segala bentuk benda yang berisi pesan

atau informasi yang dapat membantu kegiatan penyuluhan pertanian di lapangan


11

ataupun di ruangan. Media penyuluhan pertanian berguna untuk mengefektifkan

komunikasi antar sumber informasi dan penerima informasi. Dalam kegiatan

penyuluhan, penyampaian informasi dengan kata-kata tidak selalu dapat dimengerti

dengan baik, perlu adanya media untuk membantunya. Media penyuluhan pertanian

disebut juga sebagai alat bantu penyuluhan pertanian yang dapat dilihat, didengar,

diraba, dirasakan dan dicium dengan maksud untuk memperlancar komunikasi. Ada

berbagai macam alat atau media dalam penyuluhan salah satunya adalah folder atau

leaflet. Folder adalah lembaran kertas lepas yang dilipat dua atau tiga lipatan yang

berisi pesan penyuluhan dalam bentuk tulisan dan gambar sedangkan leaflet adalah

lembar kertas lepas yang tidak dilipat yang berisi pesan penyuluhan dalam bentuk

tulisan dan gambar yang bertujuan untuk menyampaikan informasi atau penjelasan

ringkas yang berkaitan dengan pertanian (Leluyan, 2014).

4. Teknik Penyuluhan Pertanian

Sedangkan menurut Juhaedi (2014) berpendapat teknik penyuluhan

pertanian merupakan tentang bagaimana suatu pesan itu disampaikan (prosedur)

ada berbagai macam teknik penyuluhan pertanian berdasarkan pendekatan dan

metode penyuluhan, namun teknik yang akan diuraikan di sini ini adalah teknik

penyuluhan pertanian dengan pendekatan ”Psycosocial” berdasarkan dalam metode

yang digolongkan kepada metode berdasarkan pendekatan kepada sasaran.

Teknik penyuluhan pertanian merupakan keputusan-keputusan yang dibuat

penyuluh dalam memilih dan menata simbol-simbol maupun isi pesan, menentukan

pilihan cara dan frekuensi penyampaian pesan sampai menetapkan bentuk

penyajian pesan. Faktor yang membentuk ruang lingkup teknik penyuluhan


12

pertanian antara lain: a). Simbol-simbol, b). Isi pesan, c). Memilih dan menata isi

pesan dan d). Frekuensi (Kusnadi, 1999).

C. Evaluasi Penyuluhan Pertanian

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu proses untuk melakukan pengamatan atau

pengumpulan fakta dan menggunakan beberapa standar atau kriteria pengamatan

tertentu. Evaluasi merupakan salah satu jenis riset. Sebagai penelitian, evaluasi

tunduk pada kaidah-kaidah ilmu penelitian (Wirawan, 2012).

Mardikanto (1993) menyatakan melalui kegiatan evaluasi, kita akan dapat

mengambil kesimpulan tentang segala sesuatu yang telah terjadi, sekaligus

memberikan landasan dan arahan bagi kegiatan-kegiatan lanjutan yang perlu

dilakukan.

2. Tujuan Pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Menurut Arikunto (2002), dalam Arfah (2012) ada dua tujuan evaluasi yaitu

tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara

keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing

komponen.

Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan-kegiatan

yang dilaksanakan telah sesuai atau menyimpang dari pedoman yang ditetapkan

atau untuk mengetahui tingkat kesenjangan antara keadaan yang telah dicapai

dengan keadaan yang dikehendaki atau seharusnya dapat dicapai, sehingga dengan
13

demikian akan dapat diketahui tingkat efektifitas dan efisiensi kegiatan yang telah

dilaksanakan, untuk selanjutnya dapat segera diambil langkah-langkah guna

meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan yang dikehendaki (Mardikanto,

2009).

Menurut Crawford (2000) sebagaimana dikutip Lestari (2013), tujuan dan

atau fungsi evaluasi adalah: a) Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan. b) Untuk memberikan objektivitas

pengamatan terhadap prilaku hasil. c) Untuk mengetahui kemampuan dan

menentukan kelayakan. d) Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang

dilakukan.

3. Metode Evaluasi

Penetapan metode evaluasi, meliputi: perancangan evaluasi, penentuan

populasi dan contoh atau sampel, perincian data yang diperlukan, teknik

pengumpulan data, perumusan instrumen, dan teknis analisis data. (Mardikanto,

1993).

Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan

yang telah disiapkan sebelumnya. Pertanyaan yang sama diajukan kepada semua

responden, dalam kalimat dan urutan yang seragam. Sedangkan kuesioner adalah

pertanyaan terstruktur yang diisi sendiri oleh responden atau diisi oleh

pewawancara yang membacakan pertanyaan dan kemudian mencatat jawaban yang

berikan (Sulistyo-Basuki, 2006).


14

Menurut Sugiyono (2010), observasi ialah metode atau cara-cara yang

menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku

dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Cara atau

metode tersebut dapat juga dikatakan dengan menggunakan teknik dan alat-alat

khusus seperti blangko-blangko, checklist, atau daftar isian yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Ada bermacam macam observasi yaitu: a) Observasi Partisipatif

adalah peneliti terlibat dengan kegiatan sehari hari orang yang sedang diamati atau

yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Ini juga dibagi empat yaitu

partisipasi pasif, moderat, aktif lengkap. b) Observasi terus terang atau samar samar

adalah peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang

kepada sumber data, bahkan ia sedang melakukan penelitian. c) Observasi tak

berstuktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistimatis tentang apa

yang akan diobservasi.

Padmowihardjo (1999) mengemukakan bahwa banyak metode

pengumpulan data yang dapat dipergunakan dalam evalusi penyuluhan pertanian.

Metode yang paling sederhana dan paling sering serta umum digunakan adalah

pengisian kuesioner. Kuesioner adalah daftar dari sejumlah pertanyaan yang

dipersiapkan untuk memperoleh data dari responden dalam suatu kegiatan evaluasi

atau penelitian, termasuk evaluasi penyuluhan pertanian.

4. Instrumen Evaluasi

Menurut Eniro (2008) instrumen adalah suatu alat untuk mengukur suatu

obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel, dalam bidang
15

penelitian, instrumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai

variabel-variabel penelitian untuk kebutuhan penelitian

Beberapa acuan yang perlu diperhatikan dalam merumuskan istrumen

adalah sebagai berikut: a) Pahami betul tujuan khusus dari kegiatan evaluasi yang

akan dilakukan, demikian pula mengenai: indikator dan parameter-parameter yang

akan digunakan, berikut pengukuran atau pemberian nilai sekor; b) Untuk menjaga

tingkat konsistensi jawaban yang diberikan respondenya, upayakan agar untuk

setiap parameter disediakan lebih dari satu pertanyaan dan pertanyaan yang mirip

diletakkan tidak berurutan; c) Upayakan untuk mengunakan model pertanyaan yang

beragam, untuk menjaga agar responden tidak cepat jemu; d) Perhatikan agar

pertanyaan tidak terlalu banyak sehingga respondenya tidak jemu/kelelahan selama

memberikan jawabannya; e) Gunakan bahasa yang mudah dimengerti dan

pertanyaannya harus jelas agar tidak menimbulkan salah pengertian (Mardikanto,

1993).

5. Menetapkan Sampel Sesuai Tujuan Evaluasi

Sugiyono (2010) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. Sampel dilakukan jika populasi besar dan tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi. Mardikanto (2009) menyatakan pada

dasarnya dikenal adanya dua penarikan sampel yaitu secara acak (probability

sampling) dan secara pilihan atau purposive (nonprobability sampling) berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan evaluasinya.


16

Mustafa (2000) menyatakan purposive sampling sesuai dengan namanya,

sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil

sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut

memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.

Riyanto (2005) pengambilan (Simple Random Sampling) sampel acak

sederhana adalah suatu cara pengambilan sampel dimana tiap unsur yg membentuk

populasi diberi kesempatan yg sama untuk terpilih menjadi sampel. Cara ini sangat

mudah apabila telah terdapat daptar lengkap unsur-unsur populasi. Prosedur yg

cukup akurat untuk pengambilan sampel secara acak adl dengan menggunakan

tabel angka acak (Table of random numbers) disamping itu dapat pula dilakukan

dengan cara mengundi.

6. Merekap dan Mentabulasi Jenis Data Hasil Evaluasi

Wrahatnala (2012) menyatakan bahwa, tabulasi data merupakan proses

pengolahan data yang dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam tabel.

Hasil tabulasi data ini dapat menjadi gambaran tentang hasil penelitian, karena data-

data yang diperoleh dari lapangan sudah tersusun dan terangkum dalam tabel-tabel

yang mudah dipahami maknanya.

Hasan (2006) menyatakan bawa tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang

berisi data yang telah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam

melakukan tabulasi diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan. Tabulasi

dapat berbentuk: a) Tabel pemindahan, yaitu tabel tempat memindahkan kode-kode

dari kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini berfungsi sebagai arsip. b)
17

Tabel biasa, adalah tabel yang disusun berdasar sifat responden tertentudan tujuan

tertentu. c) Tabel analisis, tabel yang memuat suatu jenis informasi yang telah

dianalisa.

7. Menganalisis Data yang di Kumpulkan

Hasan (2006) Analisis data adalah memperkirakan atau dengan menentukan

besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu (beberapa) kejadian terhadap suatu

(beberapa) kejadian lainnya, serta memperkirakan/meramalkan kejadian lainnya.

Kejadian dapat dinyatakan sebagai perubahan nilai variabel. Proses analisis data

dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh baik melalui hasil kuesioner

dan bantuan wawancara.

Analisis/interpretasi data dapat dilakukan dengan cara: a.presentase, b.

deskriptif (mean, modus, median, rerata, standart deviasi), c. statistik inferensial.

Analisa data ini tergantung tujuan evaluasi dan kesimpulan yang akan diambil serta

pertimbangan-pertimbangan yang akan dihasilkan. Dalam melakukan pengolahan

data dapat memanfaatkan alat komputasi seperti Program excel, Program SPSS

(Statistical Page for the Social Sciences), atau dihitung secara manual dengan

kalkulator. Dalam interprestasi hasil evaluasi yang perlu dipahami adalah mengapa

tujuan penyuluhan tidak tercapai, tidak sesuai target, faktor-faktor-faktor apa saja

yang menghambatdan apa yang memperlancar, serta bagaimana solusinya/saran

perbaikannya padawaktu yang akan dating (Nyobidong. 2014).


18

8. Hasil Evaluasi

Penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan untuk menentukan nilai sesuatu.

Dalam penyuluhan pertanian ”sesuatu” itu bisa: keadaan, input, pelaksaaan

program, hasil program. Secara khusus penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan:

mengumpulkan data, menggunakan ukuran kriteria, mengolah data dan menarik

kesimpulan (Deptan, 2002).

Tahap akhir dari prosedur evaluasi adalah penggunaan atau pemanfaatan

hasil evaluasi. Satu diantara penggunaan hasil evaluasi adalah laporan. Laporan

yang dimaksudkan untuk memberikan feedback kepada semua pihak yang terlibat

dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung (Hardiyanti,

2013).

Maksud utama dari hasil evaluasi adalah mengkomunikasikan informasi yang

diperoleh, kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengambil

keputusan/kebijakan dan perbaikan pelaksaan kegiatan. Isi laporan mencakup

masalah, tujuan, konteks kegiatan, hasil kegiataan evaluasi, menerapkan indikator,

implikasi dan simpulan saran-saran (Mardikanto 1993).

9. Laporan Hasil Evaluasi Sesuai dengan Kaidah Penulisan Laporan Ilmiah

Menurut Nyobidong (2014), Laporan Evaluasi Penyuluhan Pertanian

dalam praktiknya dapat diadaptasikan sesuai kebutuhan lembaga/dilapangan dan

maksud/tujuan dari evaluasi itu sendiri, tetapi secara umum dapat dipaparkan

sebagai berikut :
19

a. Kata pengantar, daftar isi,daftar tabel, daftar gambar dan lembar pengesahan

laporan

b. Pendahuluan, yang memuat uraian yang singkat dan cukup jelas mengenai

1) Latar belakang atau alasan dilakukannya evaluasi, sasaran/obyek

evaluasi

2) Masalah dan tujuan evaluasi

3) Kegunaan evaluasi.

c. Landasan teori dan konsep-konsep yang digunakan di dalam pelaksanaan

evaluasi, serta hasil evaluasi penyuluhan pertanian yang relevan

sebelumnya

d. Indikator dan parameter, serta pengukurannya

e. Rancangan/desain evaluasi yang mencakup Pupulasi dan sample, berikut

penjelasan tenik penarikan sample

1) Rincian data yang dikumpulkan

2) Tenik pengumpulan data

3) Instrumen evaluasi (biasa disampaikan dalam bentuk lampiran)

4) Uji ketepatan dan ketelitian instrumen evaluasi

5) Analisis data

f. Gambaran umum tentang pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dievaluasi

g. Hasil-hasil evaluasi dan Pembahasan : tampilan dalam bentuk grafik ,

gambar, tabel dsbnya. Bagian ini merupakan pemaparan dari hasil temuan-

temuan/fakta/data, dan diberi kan penjelasan artinya dan pembahasan

secukupnya.
20

h. Kesimpulan dan saran-saran/rekomendasi,.

i. Daftar pustaka.

j. Lampiran-lampiran.

Anda mungkin juga menyukai