Anda di halaman 1dari 7

Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan Pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah


perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan
serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan
meningkatkan hasil usahan dan tingkat kehidupannya. Menurut U. Samsudin,
penyuluhan pertanian adalah suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat di luar
bangku sekolah (non formal) untuk para petani dan keluarganya di
pedesaan. Menurut A.T. Mosher, dalam penyuluhan terkandung arti aktivitas
pendidikan di luar bangku sekolah (non formal). Sedangkan menurut Undang-Undang
No.16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(SP3K), bahwa pengertian penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku
utama pertanian serta pelaku usaha agar mau dan mampu menolong serta
mengorganisasikan pelaku-pelaku tersebut dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan dan sumber daya lain sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Suradisastra, 2006 dalam
Anonim, 2013).
Tujuan Penyuluhan Pertanian mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan
jangka panjang. Tujuan penyuluhan jangka pendek yaitu menumbuhkan perubahan
dalam diri petani yang mencakup tingkat pengetahuan, kecakapan, kemampuan,
sikap, dan motivasi petani terhadap kegiatan usaha tani yang dilakukan. Tujuan
penyuluhan jangka panjang yaitu peningkatan taraf hidup masyarakat tani sehingga
kesejahteraan hidup petani terjamin. Tujuan pemerintah terhadap penyuluhan
pertanian adalah untuk meningkatkan produksi pangan, merangsang pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan kesejahteraan keluarga petani dan rakyat desa, serta
mengusahakan pertanian yang berkelanjutan.
Peran penyuluh pertanian adalah untuk menciptakan ilmu terpakai yang
mengemukakan teori, prosedur dan cara-cara tertentu dalam menyampaikan inovasi
yang diperoleh dari hasil penelitian kepada para petani melalui proses pendidikan non
formal. Melalui penyuluhan, dibekali pengetahuan praktis guna menghadapi
tantangan yang akan dan sedang mereka hadapi. Peran penyuluhan pertanian adalah
perubahan perilaku petani melalui pendidikan, proses perkembangan dirinya sebagai
individu, hingga memungkinkan dirinya berpartisipasi dalam kehidupan sosial untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya (Risna et al., 2012 dalam
Anonim, 2013).
Falsafah penyuluhan pertanian tidak dapat dipisahkan dengan falsafah
pendidikan pada umumnya, karena penyuluhan pertanian merupakan
kegiatan pendidikan non formal untuk petani dan keluarganya. Falsafah pendidikan
mencakup ''idealisme'', ''pragmatisme'' , dan ''realisme'' begitu juga dengan
penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian dilakaukan untuk memberikan ilmu
pengetahuan kepada petani dengan tujuan meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan petani serta membentuk masyarakat yang adil dan makmur yang
menjadi cita-cita pembangunan nasional. Dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
pertanian petani belajar sambil berbuat (learning by doing) atau melaksanakan materi
penyuluhan, dengan demikian mencerminkan aliran pragmatisme dalam diri
petani. Pada saat materi penyuluhan disampaikan banyak petani yang kurang percaya,
akan tetapi setelah melihat hasil yang kenyataanya memberikan keuntungan, petani
akan sadar dan percaya lalu kemudian mencobanya.
Penyuluhan pertanian bagian dari sistem pembangunan pertanian yang
merupakan system pendidikan di luar sekolah (pendidikan non formal) bagi petani
beserta keluarganya dan anggota masyarakat lainnya yang terlibat dalam
pembangunan pertanian, dengan demikian penyuluhan pertanian adalah suatu upaya
untuk terciptanya iklim yang kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar
dapat berkembang menjadi dinamis serta mampu untuk memperbaiki kehidupan dan
penhidupannya dengan kekuatan sendiri sehingga pada akhirnya mampu menolong
dirinya sendiri ( Soeharto, N.P.2005). Selanjutkan dikatakan oleh Salim,F. (2005),
Bahwa penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya
beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal
dibidang pertanian, agar mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi,
sosial maupun politik, sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka.
Menurut Depatemen Pertanian (2009), penyuluhan pertanian adalah suatu
pandangan hidup atau landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral
tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan dalam perilaku atau praktek
kehidupan sehari-hari. Penyuluhan Pertanian harus berpijak kepada pengembangan
individu bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu “Penyuluhan
Pertanian sebagai “upaya membantu masyarakat agar mereka dapat membantu dirinya
sendiri dan meningkatkan harkatnya sebagai manusia”.
Menurut Soedijanto (2004.28-29) tujuan penyuluhan pertanian saat ini adalah
menghasilkan manusia pembelajar, manusia penemu ilmu dan teknologi, manusia
pengusaha agribisnis yang unggul, manusia pemimpin di masyarakatnya, manusia
‘guru’ bagi petani lain, yang bersifat mandiri dan interdependensi, karena itu maka
penyuluhan adalah proses pembelajaran dan proses pemberdayaan.
A. Metode dan Teknik Penyuluhan
Sepanjang sejarah penyuluhan, peran penyuluh pertanian berubah-ubah sesuai
dengan kebijakan pendekatan dan strategi penyuluhan yang ditetapkan oleh
pemerintah. Sejak didirikannya penyuluhan dengan nama Landhouw Voorlichting
Dienst (LVD) pada jaman penjajahan Belanda tahun 1910, penyuluh sudah berperan
sebagai tenaga teknis penyuluhan (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001:104).
Tujuan penyuluhan dengan menggunakan metode “overlek’ hanya ditujukan pada
beberapa petani yang memiliki sumberdaya untuk meningkatkan produksi saja, seperti
para kontak tani dan petani-petani demonstrator pada daerah terbatas (Mardikanto,
1992:235).

Setiap penyuluh harus memahami dan mampu memilih metode penyuluhan yang
paling baik sebagai suatu cara yang terpilih untuk tercapainya tujuan penyuluhan yang
dilaksanakannya. Sebagai landasan untuk memilih metode yang tepat dapat
menggunakan prinsip-prinsip metode penyuluhan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Pengembangan untuk berpikir kreatif
2. Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan penerima manfaat
3. Ciptakan hubungan yang akrab dengan penerima manfaat
4. Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan
(Mardikanto, 2009).
Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau teknik
penyampaian materi penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha beserta
keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung. Diharapkan mereka lebih
mudah memahami dan dapat mempermudah penerapan suatu inovasi. Dalam
penggunaan metode penyuluhan dapat dibedakan menjadi beberapa golongan
berdasarkan: teknik komunikasi, jumlah sasaran dan indera penerima dari sasaran
(Herbenu, 2007).
Teknik komunikasi yang bisa dilakukan pada umumnya ada tiga yaitu teknik
komunikasi informasi adalah proses penyampaian pesan yang sifatnya “memberi tahu”
atau memberikan penjelasan kepada orang lain. Komunikasi ini dapat dilakukan secara
lisan maupun tertulis, misalnya melalui papan pengumuman, pertemuan-pertemuan
kelompok juga media massa, kedua yaitu teknik komunikasi persuasi, istilah “persuasi”
atau dalam bahasa Inggris “persuation” berasal dari kata latin persuasion, yang secara
harfiah berarti hal membujuk atau meyakinkan, dan yang ketiga adalah teknik
komunikasi coersive (koersif) adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada
orang lain dengan cara yang mengandung paksaan agar melakukan suatu tindakan atau
kegiatan tertentu (Suprapto et all, 2004)
Berdasarkan cara penyajian inovasi dalam rangka lebih menjamin efektivitas
hasil komunikasi (khususnya dalam pertemuan kelompok), maka digunakan pendekatan
gabungan berikut :
1. Ceramah, diskusi dan tanya jawab;
2. Demonstrasi cara dan demonstrasi hasil; dan
3. Penggunaan alat bantu flipchart dan folder.
Penggunaan metode gabungan ini cukup efektif, baik dalam mewujudkan
komunikasi dua arah (two-way traffic communication) maupun peningkatan
pemahaman serta kemampuan menerapkan inovasi yang diberikan. Dengan demikian,
para petani akan lebih memahami dan mengerti tentang cara-cara menerapkan inovasi
dalam praktek usahatani mereka (Padmowihardjo, 2000).
Pemilihan metode dan teknik penyuluhan didasari tingkat kemampuan
penerimaan penca indera dan tahapan adopsi yang meliputi kesadaran, minat, menilai,
mencoba dan menerapkan. Dasar pertimbangan pemilihan metode dan teknik
penyuluhan pertanian meliputi keadaan sasaran, sumber daya penyuluhan, keadaan
wilayah dan kebijakan pembangunan pertanian. Ragam metode dan teknik penyuluhan
dapat didasari dari pendekatan jenis komunikasi, psikologis, dan panca indera.

B. Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam penyuluhan
pertanian. Dalam bahasa teknis penyuluhan, materi penyuluhan seringkali disebut
sebagai informasi pertanian (suatu data/bahan yang diperlukan penyuluh, petani-
nelayan, dan masyarakat tani). Materi yang akan disampaikan harus disesuaikan
dengan kebutuhan petani (Wastutiningsih dan Sri, 2009).
Materi yang disajikan seyogyanya dapat menjawab, mencairkan atau
menyelesaikan apa yang dibutuhkan petani sesuai kondisi dan kesempatan saat itu,
tentunya dapat berupa materi yang bisa langsung dipraktikkan dan mengemukakan
kaitannya dengan teori yang mendasari sesuai idealnya anjuran yang diharapkan,
dimana kondisi di lapangan terjadi, sebut saja pembudidayaan rumput laut yang
menguntungkan, pemeliharaan ayam buras semi intensif, teknis pemangkasan jambu
mete, dan lain-lain, uraikan sesuai tahapannya misalnya rincian kebutuhan modal awal,
teknik memilih bibit yang baik, manajemen pemeliharaan, pasca panen, pemasaran dan
sebagainya (Mardikanto, 2000).
Materi peyuluhan tergantung pada kebutuhan sasaran. Sehingga materi ajaran
tidak harus bersumber dari textbook, tetapi dapat dari media-massa seperti koran,
tabloid, majalah, laporan-laporan, radio, televisi, pertunjukan kesenian,
perjalanan, cerita rakyat, pesan-pesan generasi tua (para pendahulu), pengalaman kerja
dan pengalaman sehari-hari. Sumber materi ajar tidak harus berasal dari orang-orang
pintar, tokoh masyarakat, atau pejabat, melainkan dari siapa saja (Mardiningsih, 2009).
Tingkat pengetahuan, meliputi pengetahuan penyuluh mengenai materi atau isi
komunikasi, ciri-ciri penerima, cara-cara berkomunikasi. Pengetahuan tentang materi
menentukan ketepatan komunikasi. Mosher dalam Machmud (2006) menyatakan
penyuluh pertanian harus menguasai lima pengertian yang dapat meningkatkan efisiensi
dan efektifitas penyuluhan. Kelima pengertian tersebut adalah pengertian tentang
produksi tanaman dan ternak, pengertian usaha tani sebagai perusahaan, pengertina
tentang pembangunan pertanian, pengertian tentang petani dan bagaimana mereka
belajar, dan pengertian tentang masyarakat pedesaan. Dengan menguasai kelima
kemampuan ini diharapkan penyuluh telah memiliki tingkat pengetahuan yang baik
dalam pelaksanaan penyuluhan.
Teknologi budidaya padi sawah yang digunakan petani selama ini masih relatif
sederhana. Masih banyak menggunakan varietas lokal dan varietas unggul tidak
berlabel. Cara tanam tidak beraturan, baik dengan caplak satu arah atau caplak dua
arah, sehingga populasi rendah. Penggunaan pupuk sangat tergantung dengan dana
yang ada (Miswarti et al., 2004).
Tidak berbeda dengan pendidikan formal, penyuluhan pertanian sebagai
pendidikan non formal pun harus sejalan dengan kemajuan cara manusia
berkomunikasi. Karena itu, penyuluh berkewajiban untuk mengerahkan segala cara dan
daya untuk menggunakan semua alat yang ada untuk membuat penyuluhan menjadi
efektif.
Alat-alat audio-visual yang digunakan dalam penyuluhan pertanian berguna untuk
membuat cara berkomunikasi menjadi efektif. Di antara alat alat audio-visual itu
termasuk gambar, foto, slide, model, pita kaset, tape recorder, film bersuara, televisi,
dan komputer.
Menurut Hamzah (1981), di waktu perang terbukti bahwa selain gambar, peta,
dan bola dunia, alat-alat audio-visual seperti slide, rekaman suara, dan berbagai
proyektor sanggup meningkatkan efisiensi pengajaran antara 25 % sampai 50%.
Banyak ahli berpendapat bahwa 75% dari pengetahuan manusia sampai ke otaknya
melalui mata dan yang selebihnya melalui pendengaran dan indera-indera yang lain.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian media yang dijelaskan sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa pengertian media penyuluhan adalah alat bantu penyuluh
dalam melaksanakan penyuluhan yang dapat merangsang sasaran suluh untuk dapat
menerima pesan-pesan penyuluhan, dapat berupa media tercetak, terproyeksi, visual
ataupun audio-visual dan komputer.
Tanpa alat-alat audio-visual/media maka penyuluhan tidak akan mempunyai
efektivitas yang dituntut oleh jaman elektronik sekarang ini, serta penggunaannya
memerlukan kemahiran dan keterampilan. Surat kabar, majalah, radio, dan televisi
merupakan media yang paling murah untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat.
Walaupun demikian perlu diamati pengaruhnya sebelum diputuskan penggunaannya
dalam penyuluhan.
Studi terbaru menunjukkan bahwa media massa dapat berperan lebih besar dalam
proses perubahan daripada sebelumnya. Media massa memenuhi beberapa fungsi di
dalam masyarakat dan turut berperan mengubah masyarakat tersebut dalam:
1. menentukan jadwal diskusi yang penting
2. mengalihkan pengetahuan
3. membentuk dan mengubah pendapat
4. mengubah perilaku
Sebagai contoh, majalah pertanian dan program siaran radio pedesaan dapat
memainkan peran penting dalam mendorong petani, penyuluh, dan pemuka desa untuk
membicarakan masalah.
Beberapa pengetahuan dapat dialihkan melalui media, sedangkan pengetahuan
dan keterampilan yang lain tidaklah demikian. Sebagai contoh, bahan-bahan kimia
dapat merusak keseimbangan ekologi dengan terbunuhnya musuh alami, sebagai
gagasan pokok Pengendalian Hama Terpadu dapat diajarkan melalui TV, tetapi
keterampilan lain yang diperlukan untuk mengenali dan menghitung berbagai jenis
serangga hanya mungkin dipelajari di lapangan. Media massa dapat mengembangkan
pendapat bila masyarakat belum memiliki pandangan yang kuat mengenai isu tertentu.
Media juga akan memperoleh pengaruh penting dalam perubahan pendapat bila posisi
yang diajukan hanya berbeda sedikit dengan pendapat baru.
Media massa dapat juga digunakan untuk mengubah perilaku, terutama yang
kecil dan relatif kurang penting, atau perubahan untuk memenuhi keinginan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai