Anda di halaman 1dari 7

Penyuluh Pertanian…(1)

Perkembangan Peran Penyuluh Pertanian

Sepanjang sejarah penyuluhan, peran penyuluh pertanian berubah-ubah sesuai dengan kebijakan
pendekatan dan strategi penyuluhan yang ditetapkan oleh pemerintah. Sejak didirikannya penyuluhan
dengan namaa Landhouw Voorlichting Dienst (LVD) pada jaman penjajahan Belanda tahun 1910,
penyuluh sudah berperan sebagai tenaga teknis penyuluhan (Yayasan Pengembangan Sinar Tani,
2001:104). Tujuan penyuluhan dengan mengggunakan metode “overlek’ hanya ditujukan pada beberapa
petani yang memiliki sumberdaya untuk meningkatkan produksi saja, seperti para kontak tani dan petani-
petani demonstrator pada daerah terbatas (Mardikanto, 1992:235).

Selanjutnya Penyuluh yang mampu dan terlatih juga semakin diperlukan sejak penyuluhan
mendapat tempat terdepan dalam pembangunan pertanian pada tahun 1954, melalui metoda
Demontrasi Massal (DEMAS) yaitu percontohan teknik bercocok tanam dengan penerapan
panca usahatani, hingga berkembang menjadi sistem bimbingan massal (BIMAS) dan
Intensifikasi Massal (INMAS).

Pola bimbingan dan pembinaan petani terus meningkat melalui pola Intensifikasi Khusus (INSUS) dan
yang terakhir menjadi pola Supra Insus. Sebagai hasilnya produktivitas pertanian terutama beras semakin
meningkat (yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001:104 -105)

Legalitas jabatan dan kedudukan penyuluh pertanian ditetapkan dalam Undang-undang No 16


Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Disebutkan
bahwa penyuluh adalah perorangan warga Negara Indonesia yang melakukan penyuluhan,
sedangkan penyuluh pegawai negeri sipil (PPNS) adalah pegawai negeri sipir yang diberi
tugas, tanggung jawab,wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada
satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan penyuluh.

Menurut SK Menpan Nomor:19/KEP/MK WASPAN/5/1999 jabatan penyuluh pertanian terdiri dari


penyuluh pertanian trampil dan penyuluh pertanian ahli. Penyuluh pertanian trampil adalah jabatan
fungsional penyuluh pertanian keterampilan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mempergunakan
prosedur dan teknik kerja tertentu, sedangkan penyuluh pertanian ahli adalah jabatan fungsional penyuluh
pertanian keahlian yang dalam pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan,
metodologi dan teknik analisis tertentu. Jenjang jabatan penyuluh pertanian dari yang tertinggi sampai
yang terendah yaitu.

a. Penyuluh pertanian trampil. (1) penyuluh pertanian pelaksana; (2) Penyuluh pertanian
pelaksana lanjutan; (3) penyuluh pertanian penyelia.
b. Penyuluh pertanian ahli: (1) penyuluh pertanian pertama; (2) penyuluh Pertanian Muda; (3)
penyuluh pertanian Madya, dan (4) penyuluh Pertanian utama seiring dengan perubahan
paradigma pembangunan pertanian yang lebih mengutamakan pembangunan manusianya,
maka peran penyuluh pertanian dalam mensukseskan terjadinya perubahan pola perilaku
petani menjadi semakin penting.

Menurut Soedijanto (2004.28-29) tujuan penyuluhan pertanian saat ini adalah menghasilkan manusia
pembelajar, manusia penemu ilmu dan teknologi, manusia pengusaha agribisnis yang unggul, manusia
pemimpin di masyarakatnya, manusia ‘guru’ bagi petani lain, yang bersifat mandiri dan interdependensi,
karena itu maka penyuluhan adalah proses pembelajaran dan proses pemberdayaan.

Ketentuan Regulasi

Undang-Undang No 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UU
SP3K).

 Disebutkan bahwa penyuluh adalah perorangan warga Indonesia yang melakukan kegiatan
penyuluhan dibidang pertanian, baik merupakan penyuluh PNS, swasta maupun swadaya
 Tugas pokok penyuluh adalah menyiapkan, melaksanakan, mengembangan, mengevaluasi
dan melaporkan kegiatan penyuluhan pertanian

Di dalam Undang – Undang No. 16 Tahun 2006 ditegaskan bahwa penyuluhan adalah proses pembelajaran
bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, effisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup.
Sistem penyuluhan adalah seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta
sikap pelaku utama dan pelaku usaha melalui penyuluhan. Komisi Penyuluhan adalah kelembagaan
independen yang dibentuk pada tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota yang terdiri atas para pakar
dan/atau praktisi yang mempunyai keahlian dan kepedulian dalam bidang penyuluhan atau pembangunan
perdesaan.

Dari definisi tersebut jelas bahwa penyuluhan tidak sama dengan penerangan ataupun
kampanye. Kampanye dan penerangan hanya terbatas pada proses penyadaran (awareness)
belum sampai pada proses perubahan perilaku.

Kalau definisi penyuluhan seperti diamanatkan oleh Undang – Undang No. 16 Tahun 2006, maka
penyuluh pertanian yang bertugas melaksanakan penyuluhan, setidaknya harus memiliki tiga syarat
utama :

1. Seorang penyuluh pertanian harus mengerti masalah masalah teknis membangun pertanian.
2. Seorang penyuluh pertanian harus memahami ilmu pendidikan bagi orang dewasa
(metodik didaktik andragogik), karena salah satu tugas mereka adalah menyampaikan inovasi
baru.
3. Seorang penyuluh pertanian harus memiliki ilmu sosial kemasyarakatan (antara lain ilmu
komunikasi, sosiologi pedesaan, kepemimpinan) karena mereka hidup di tengah-tengah
masyarakat

. Tujuan pengaturan sistem penyuluhan meliputi pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan
modal sosial, yaitu:

a. Memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju dan modern
dalam system pembangunan yang berkelanjutan;
b. Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui
penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi,
pemberian peluang, peningkatan kesadaran, dan pendampingan serta fasilitasi;
c. Memberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya penyuluhan yang produktif, efektif,
efisien, terdesentralisasi, partisipatif, terbuka, berswadaya, bermitra sejajar, kesetaraan
gender, berwawasan luas ke depan, berwawasan lingkungan, dan bertanggung gugat yang
dapat menjamin terlaksananya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan;
d. Memberikan perlindungan , keadilan, dan kepastian hokum bagi pelaku utama dan pelaku
usaha untuk mendapatkan pelayanan penyuluhan serta bagi penyuluh dalam melaksanakan
penyuluhan; dan
e. Mengembangkan sumber daya manusia, yang maju dan sejahtera, sebagai pelaku dan
sasaran utama pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan.

Fungsi sistem penyuluhan meliputi:

a. Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha;


b. Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi,
teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya;
c. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama
dan pelaku usaha;
d. Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya
menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola
berusaha yang baik, dan berkelanjutan

e. Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan
yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha;
f. Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi
lingkungan; dan
g. Melembagakan nilai -nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang
maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.

Prinsip-prinsip Penyuluhan
Prinsip-prinsip penyuluhan lainnya, mengacu pada minat dan kebutuhan masyarakat,
organisasi masyarakat bawah, keragaman dan perubahan budaya, kerjasama dan partisipatif
masyarakat, demokrasi dalam penerapan ilmu, belajar sambil bekerja, menggunakan metode
yang sesuai, pengembangan kepemimpinan, spesialisasi yang terlatih, memperhatikan
kelurga sebagai unit sosial dan dapat mewujudkan kepuasan (Dahama dan Bhatnagar, 1980)

. Penyuluhan pertanian akan efektif apabila mengacu pada minat dan kebutuhan masyarakat. Harus dikaji
secara mendalam apa yang harus menjadi minat dan kebutuhan yang dapat menyenangkan setiap individu
maupun segenap masyarakat. Penyuluh pertanian harus mengetahui kebutuhan apa saja yang dapat
dipenuhi dengan ketersediaan sumberdaya yang ada. Dengan demikin akan dapat diprioritaskan minat serta
kebutuhan yang mana yang diutamakan dalam kegitan penyuluhan.

Layanan sistim penyuluhan didasarkan pada pemikiran bahwa individu petani memiliki
keterbatasan dalam mengakses teknologi dan dalam mengadopsinya untuk meningkatkan
manajemen usahataninya serta memperbaiki kehidupan ekonominya (Subejo, 2008

) Falsafah Penyuluhan PertanianMeskipun telah lama dipahami bahwa penyuluhan merupakan proses
pendidikan, tetapi dalam sejarah penyuluh-an pertanian di Indonesia, terutama selama periode pemerin-
tahan Orde Baru, kegiatan penyuluhan lebih banyak dilakukan dengan pendekatan kekuasaan melalui
kegiatan yang berupa pemaksaan, sehingga muncul gurauan: dipaksa, terpaksa, akhirnya terbiasa.

Terhadap kenyataan seperti itu, Soewardi (1986) telah mengingat kepada semua insan
penyuluhan kembali untuk menghayati makna penyuluhan sebagai proses pendidikan.
Diakui, penyuluhan melalui pendidikan akan memakan waktu lebih lama untuk mengubah
perilaku masyarakat, tetapi perubahan perilaku yang terjadi akan berlangsung lebih kekal.
Sebaliknya, meskipun penyuluhan melalui pemaksaan dapat lebih cepat dan mudah
dilakukan, tetapi perubahan perilaku tersebut akan segera hilang, manakala faktor
pemaksanya sudah dihentikan.
Dalam khasanah kepustakaan penyuluhan pertanian, banyak kita jumpai beragam falsafah penyuluhan
pertanian. Berkaitan dengan itu, Ensminger (1962) mencatat adanya 11 (sebelas) rumusan tentang falsafah
penyuluhan.

Di Amerika Serikat juga telah lama dikembangkan falsafah 3-T: teach, truth, and trust
(pendidikan, kebenaran dan keperca-yaan/keyakinan). Artinya, penyuluhan merupakan
kegiatan pendidikan untuk menyampaikan kebenaran-kebenaran yang telah diyakini. Dengan
kata lain, dalam penyuluhan pertanian, petani dididik untuk menerapkan setiap informasi
(baru) yang telah diuji kebenarannya dan telah diyakini akan dapat memberikan manfaat
(ekonomi maupun non ekonomi) bagi perbaikan kesejahteraannya. Rumusan lain yang lebih
tua dan nampaknya paling banyak dikemukakan oleh banyak pihak dalam banyak kesem-
patan adalah, yang dikutip Kelsey dan Hearne (1955) yang menyatakan bahwa falsafah
penyuluhan harus berpijak kepada pentingnya pengembangan individu di dalam perjalanan
pertumbuhan masyarakat dan bangsanya. Karena itu, ia mengemukakan bahwa: falsafah
penyuluhan adalah: bekerja bersama masyarakat untuk membantunya agar mereka dapat
meningkatkan harkatnya sebagai manusia (helping people to help themselves).

Penyuluhan pertanian bagian dari sistem pembangunan pertanian yang merupakan system pendidikan di
luar sekolah (pendidikan non formal) bagi petani beserta keluarganyadan anggota masyarakat lainnya yang
terlibat dalam pembangunan pertanian, dengan demikian penyuluhan pertanian adalah suatu upaya untuk
terciptanya iklim yang kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar dapat berkembang menjadi
dinamis serta mampu untuk memperbaiki kehidupan dan penhidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada
akhirnya mampu menolong dirinya sendiri ( Soeharto, N.P.2005). Selanjutkan dikatakan oleh Salim,F.
(2005), Bahwa penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya beserta
masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian ,agar mampu
menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, social maupun politik, sehingga meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai.

Menurut Depatemen Pertanian (2009), penyuluhan pertanian adalah suatu pandangan hidup
atau landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang
akan dan harus diterapkan dalam perilaku atau praktek kehidupan sehari-hari. Penyuluhan
Pertanian harus berpijak kepada pengembangan individu bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Oleh karena itu “Penyuluhan Pertanian sebagai “upaya membantu masyarakat
agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dan meningkatkan harkatnya sebagai manusia”.
Dalam pengertian membantu masyarakat agar dapat membantu dirinya sendiri tersebut terdapat terdapat
beberapa kokok pikiran tentang pelaksanaan penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian harus mengacu
pada kebutuhan sasaran/petani yang akan dibantu, dan bukan sasaran yang harus mengikuti keinginan
penyuluh pertanian; penyuluhan pertanian harus mengarah pada terciptanya kemandirian petani, tidak
menciptakan ketergantungan petani terahadap penyuluh; penyuluh pertanian harus mengacu kepada
perbaikan kualitas hidup dan kesejahteraan sasaran, tidak mengutamakan taget-terget fisik yang tidak
banyak manfaatnya bagi bagi perbaikan kualitas hidup sasaran. Dari pandangan tersebut terkandung
pengertian bahwa penyuluhan pertanian harus bekerja dengan masyarakat dan bukan bekerja untuk
masyarakat.

Penyuluhan Pertanian tidak menciptakan ketergantungan tetapi harus mampu mendorong


semakin terciptanya kreativitas dan kemandirian masyarakatat agar semakin memiliki
kemampuan untuk berswadaya, swakarsa, swadana dan swakelola bagi penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan pertanian guna mencapai tujuan, harapan dan keinginan-keinginan sasaran.
Penyuluhan Pertanian yang dilaksanakan harus selalu mengacu pada terwujudnya perbaikan
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan peningkatan harkatnya sebagai manusia.

Anda mungkin juga menyukai