Anda di halaman 1dari 22

PENYULUHAN

PERTANIAN
BERKELANJUTAN
Oleh :
Khalisa Ayu Komang Putri S.
17 / TAN 1A
1. Latar Belakang
Banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang
menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian menunjukkan
demikian besar peranan sektor pertanian dalam menopang
perekonomian dan memiliki implikasi penting dalam
pembangunan ekonomi ke depan. Untuk membangun pertanian
dibutuhkan SDM yang berkualitas. Lebih dari itu, tersedianya
SDM yang berkualitas merupakan modal utama bagi daerah
untuk menjadi pelaku (aktor), penggerak pembangunan di daerah.
Melalui Penyuluhan Pertanian, masyarakat pertanian dibekali
dengan ilmu, pengetahuan, keterampilan, pengenalan paket
teknologi dan inovasi baru di bidang pertanian dengan sapta
usahanya, penanaman nilai-nilai atau prinsip agribisnis,
mengkreasi sumber daya manusia dengan konsep dasar filosofi
rajin, kooperatif, inovatif, kreatif dan sebagainya. Penyuluh
Pertanian dapat dan harus menggunakan teknik-teknik
komunikasi yang paling efektif agar sasaran mau menerapkan
pengetahuan barunya itu. Melalui komunikasi yang efektif dapat
menunujang keberhasilan Penyuluhan Pertanian.
2. Rumusan Masalah

• Apa yang dimaksud Penyuluhan Pertanian?


• Siapa Pelaku/Fasilitator dalam kegiatan Penyuluhan Pertanian?
• Siapa penerima manfaat kegiatan Penyuluhan Pertanian?
3. Landasan Teori
Penyuluhan didefinisikan sebagai proses yang:

• membantu menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan


melakukan perkiraan ke depan;
• membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya
masalah dari analisis tersebut;
• meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan
terhadap suatu masalah, serta membantu menyusun kerangka
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani;
• membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus
berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta
akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai
berbagai alternatif tindakan;
Menurut UU RI No. 16 tahun 2006, Sistem Penyuluhan
Pertanian merupakan seluruh rangkaian pengembangan
kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama
(pelaku kegiatan pertanian) dan pelaku usaha melalui
penyuluhan. Disebutkan pula bahwa Penyuluhan Pertanian
adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku
usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan dan sumber daya lainnnya, sebagai upaya
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan,
dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Penyuluhan Pertanian adalah suatu upaya untuk terciptanya
iklim yang kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar
dapat berkembang menjadi dinamis serta mampu untuk
memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan
sendiri dan pada akhirnya mampu menolong dirinya sendiri
( Soeharto, N.P.2005).
Selanjutkan dikatakan oleh Salim,F. (2005), “Bahwa
Penyuluhan Pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan
keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui
kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian ,agar mampu
menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, social maupun
politik, sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
mereka dapat dicapai.”
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyuluhan Pertanian

Istilah alternatif untuk penyuluhan dalam bahasa Belanda,


digunakan kata voorlichting yang berarti memberi penerangan
untuk menolong seseorang menemukan jalannya. Istilah ini
digunakan pada masa kolonial bagi Negara-negara jajahan
Belanda, walaupun sebenarnya penyuluhan diperlukan oleh
kedua pihak. Indonesia misalnya, mengikuti cara Belanda
dengan menggunakan kata penyuluhan, sedangkan Malaysia
yang dipengaruhi bahasa Inggris menggunakan kata
perkembangan. Bahasa Inggris dan Jerman masing-masing
mengistilahkan sebagai pemberian saran atau Beratung yang
berarti seorang pakar dapat memberikan petunjuk.
• Proses pemberdayaan, maknanya adalah memberikan kuasa
dan wewenang kepada pelaku utama dan pelaku usaha
sehingga setiap orang pelaku utama dan pelaku usaha (laki-laki
dan perempuan) mempunyai kesempatan yang sama untuk : a)
Berpartisipasi; b) Mengakses teknologi, sumberdaya, pasar dan
modal; c) Melakukan kontrol terhadap setiap pengambilan
keputusan, dan d) Memperoleh manfaat dalam setiap lini
proses dan hasi pembangunan pertanian.

• Proses pertukaran informasi timbal balik antara penyuluh dan


sasaran mengenai berbagai alternatif yang dilakukan dalam
upaya pemecahan masalah yang berkaitan dengan
pengembangan usahanya.
B. Falsafah Penyuluhan Pertanian
• Menurut Depatemen Pertanian (2009), penyuluhan pertanian
adalah suatu pandangan hidup atau landasan pemikiran yang
bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang
akan dan harus diterapkan dalam perilaku atau praktek
kehidupan sehari-hari. Penyuluhan Pertanian harus berpijak
kepada pengembangan individu bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Oleh karena itu “Penyuluhan Pertanian sebagai
“upaya membantu masyarakat agar mereka dapat membantu
dirinya sendiri dan meningkatkan harkatnya sebagai manusia”.
C. Pelaku/Fasiliator Penyuluhan Pertanian

Pelaku utama dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah seorang


Penyuluh Pertanian atau juga sering disebut Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL). Penyuluh Pertanian pada dasarnya adalah aparat
atau agen yang membangun pertanian, pendidik/penasehat yang
mengabdi untuk kepentingan para petani, nelayan beserta
keluarganya dengan memberikan motivasi, bimbingan dan
mendorong para petani-nelayan mengembangkan swadaya dan
kemandiriannya dalam berusaha tani yang lebih menguntungkan
menuju kehidupan yang lebih bahagia dan sejahtera, untuk itu
seorang Penyuluh Pertanian dituntut untuk dapat mengembangkan
program dan materinya dalam melaksanakan penyuluhan agar
kinerja penyuluh lebih maksimal.
• Penyuluh Pertanian dalam melakukan tugas dilapangan selain
melakukan penyuluhan, memberikan motivasi dan inovasi teknologi yang
dibutuhkan oleh para petani dan keluarganya yang meliputi :

• Penyuluh sebagai inisiator, yang senantiasa selalu memberikan gagasan/ide-


ide baru.
• Penyuluh sebagai fasilitator, yang senantiasa memberikan jalan keluar/
kemudahan-kemudahan, baik dalam menyuluh/proses belajar mengajar,
maupun fasilitas dalam memajukan usahataninya. Dalam hal menyuluh
penyuluh memfasilitasi dalam hal : kemitraan usaha, berakses ke pasar,
permodalan dan sebagainya.
• Penyuluh sebagai motivator, penyuluh senantiasa membuat petani tahu,
mau dan mampu.
• Penyuluh sebagai penghubung yaitu penyampai aspirasi masyarakat tani
dan pemerintah..
Kegagalan berkomunikasi sering menimbulkan kesalah
pahaman, kerugian, dan bahkan malapetaka, Risiko tersebut tidak
hanya pada tingkat individu, tetapi juga pada tingkat lembaga,
komunitas, dan bahkan Negara. Untuk menjadi seorang
komunikator yang efektif, harus berusaha menampilkan
komunikasi (baik verbal maupun nonverbal) yang disengaja
seraya memahami budaya orang lain.
D. Penerima Manfaat Kegiatan Penyuluhan
Pertanian
• Sasaran penyuluhan pertanian era Bimas adalah Kelompok Tani yang
diistilahkan sebagai receiving mechanism dari Delivery system (Catur
Sarana).

• Catur Sarana yaitu:

• Penyuluh Pertanian di Lapangan (PPL),yaitu sebagai pembawa informasi


teknologi , mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, mengikhtiarkan
fasilitas, dan sebagainya melalui sistem kerja Latihan dan Kunjungan
(LAKU) kepada kelompok tani;
• BRI Unit Desa, sebagai penyedia Kredit BIMAS untuk kegiatan usahatani
padi;
• BUUD dan KUD sebagai penyedia sarana produksi, pupuk, pestisida dan
sarana pertanian lainnya serta membeli gabah/beras dari petani;
• KIOS, sebagai tempat penyaluran sarana produksi pertanian kepada petani.
• Penerima manfaat penyuluhan pertanian dapat dibedakan dalam:

• Pelaku utama. yang terdiri dari petani dan keluarganya.


• Penentu kebijakan, yang terdiri dari aparat birokrasi pemerintah (eksekutif, legislatif
dan yudikatif) sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali kebijakan
pembangunan pertanian.
• Pemangku kepentingan yang lain, yang mendukung/memperlancar kegiatan
pembangunan pertanian.
• Peneliti yang berperan dalam: penemuan, pengujian, dan pengembangan inovasi
yang diperlukan oleh pelaku utama
• Produsen sarana produksi dan peralatan/mesin pertanian
• Pelaku-bisnis (distributor/penyalur/pengecer) sarana produksi dan peralatan/mesin
pertanian yang diperlukan
• Pers, media-masa dan pusat-pusat informasi yang menyebar-luaskan informasi-pasar
• Aktivis LSM, tokoh masyarakat, dll yang berperan sebagi organisator, fasilitator, dan
penasehat pelaku utama
• Budayawan, artis, dan lain-lain
E. KESIMPULAN

1. Istilah penyuluhan berasal dari bahasa Belanda


voorlichting yang berarti memberi penerangan untuk menolong
seseorang menemukan jalannya. Atau dalam arti luas Penyuluhan
Pertanian adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama
serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnnya, sebagai upaya
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan,
dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
2. Pelaku utama kegiatan Penyuluhan adalah Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL). Dalam arti luas PPL dapat diartikan
Penyuluh Pertanian pada dasarnya adalah aparat atau agen yang
membangun pertanian, pendidik/penasehat yang mengabdi untuk
kepentingan para petani, nelayan beserta keluarganya dengan
memberikan motivasi, bimbingan dan mendorong para petani-
nelayan mengembangkan swadaya dan kemandiriannya dalam
berusaha tani yang lebih menguntungkan menuju kehidupan yang
lebih bahagia dan sejahtera.
• 3. Penerima manfaat dari kegiatan Penyuluhan Pertanian
dibedakan dalam:
•  
• Pelaku utama. yang terdiri dari petani dan keluarganya.
• Penentu kebijakan, yang terdiri dari aparat birokrasi pemerintah
(eksekutif, legislatif dan yudikatif) sebagai perencana, pelaksana,
dan pengendali kebijakan pembangunan pertanian. Termasuk
dalam kelompok penentu kebijakan adalah, elit masya-rakat
sejak di aras terbawah (desa) yang secara aktif dilibatkan dalam
pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan
pembangunan pertanian.
• Pemangku kepentingan yang lain, yang
mendukung/memperlancar kegiatan pembangunan pertanian.
Termasuk dalam kelompok ini adalah:
• Peneliti yang berperan dalam: penemuan, pengujian, dan
pengembangan inovasi yang diperlukan oleh pelaku utama
• Produsen sarana produksi dan peralatan/mesin pertanian, yang
dibutuhkan untuk penerapan inovasi yang dihasilkan para peneliti
• Pelaku-bisnis (distributor/penyalur/pengecer) sarana produksi dan
peralatan/mesin pertanian yang diperlukan, dalam jumlah, mutu,
waktu, dan tempat yang tepat, serta pada tingkat harga yang
terjangkau oleh pelaku utama.
• Pers, media-masa dan pusat-pusat informasi yang menyebar-luaskan
informasi-pasar (permintaan dan penawaran serta harga produk
yang dihasilkan dan dibutuhkan), inovasi yang dihasilkan para
peneliti, serta jasa lain yang diperlukan pelaku utama
• Aktivis LSM, tokoh masyarakat, dll yang berperan sebagi
organisator, fasilitator, dan penasehat pelaku utama
• Budayawan, artis, dan lain-lain yang berperan dalam diseminasi
inovasi, serta promosi produk yang dihasilkan maupun yang
dibutukan pelaku utama.
DAFTAR PUSTAKA
• Departemen Pertanian, 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Jakarta.

• Eliizabeth, R. 2007. Fenomena sosiologis metamorphosis petani:ke arah keberpihakan pada


masyarakat petani di pedesaan yang terpinggirkan terkait konsep ekonomi kerakyatan. Forum
Penelitian Agro Ekonomi. Vol 25 No. 1. 29-42.Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian, Bogor.

• Hubeis, A. V. 2007. Pengaruh Desain Pesan Video Intruksional Terhadap Peningkatan


Pengetahuan Petani Tentang Pupuk Agrodyke. Jurnal Agro Ekonomi. 25-1. Departemen
Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat. Fema IPB.

• Ilham, N dan Hermanto.S. 2007. Dampak Kebijakan Harga Pangan dan Kebijakan Moneter
Terhadap Stabilitas Eonomi Makro. Jurnal Agro Ekonomi. Vol 25 No.1 55-83. Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

• Mardikanto, Totok. 2010. Sistem Penyuluhan Pertanian. Program Studi Pemberdayaan


Masyarakat-Program Studi Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

• Rochaeni, S, dan Lakollo, E.M. 2005. Faktor –faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Ekonomi
Rumah Tangga Petani di Kelurahan Setugede Kota Bogor. Jurnal Agro Ekonomi. 23-2. Universitas
Patimurra, Ambon.
• Sukiyono, Ketut. 2005. Faktor Penentu Tingkat Efesiensi Teknik
Usaha Tani Cabai Merah di Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten
Rejang Lebong. Jurnal Agro Ekonomi. 23-2. Universitas Bengkulu.

• Suradisastra, K. 2008. Startegi Pemberdayaan Kelembagaan Petani.


Forum Penelitian Agro Ekonomi. 26-2. Pusat Analisis Sosial Ekonomi
dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

• Subandi, 2008. Permasalahan Produksi Kedelai. Tekhnologi Untuk


Meningkatkan Produktivitas Kedelai. Sinar Tani 23 Januari 2008.

• Subejo, 2008. Sistem Penyuluhan di jepang: Konsep, Peran dan


Perkembangan Penyuluhan Pertanian dan Pedesaan. UGM,
Yogyakarta.

• Supandi, 2008. Menggalang Patisipasi Petani Untuk Meningkatkan


Produksi Kedelai Menuju Swasembada. Jurnal Litbang Pertanian.
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.
• Suryana, A. dan Ketut. K. 2008. Ekonomi Padi Asia: Suatu Tinjauan Berbasis
Kajian Komparatif. Jurnal. Badan Litbang Pertanian, Balai Besar
Pengembangan dan Pengkajian Tekhnologi Pertanian, Bogor.

• Syahyuti, 2006. 30 Konsep Penting Dalam Pembangunan Pedesaan dan


pertanian. Penjelasan tentang konsep, istilah, teori dan indikator serta variabel.
Bina Rena Pariwara, Jakarta.

• Yusdja, Y dkk. 2004. Analisis Peluang Kesempatan Kerja dan Pendapatan


Petani Melalui Pengelolaan Usaha Tani Bersama. Jurnal Agro Ekonomi. Vol 22
No.1. 1-25. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian,
Bogor.

• Yusdja, Y dan Nyak.I. 2007. Suatu Gagasan Tentang Peternakan Masa depan
dan strategi mewujudkannya. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol 25 No.1.
19-28. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai