Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN


TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Oleh :
KHALISA AYU KOMANG PUTRI SALSABILLA
NIRM. 04.01.19.269

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


BADAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari
sektor pertanian menunjukkan demikian besar peranan sektor pertanian dalam
menopang perekonomian dan memiliki implikasi penting dalam pembangunan
ekonomi ke depan. Untuk membangun pertanian dibutuhkan SDM yang
berkualitas. Lebih dari itu, tersedianya SDM yang berkualitas merupakan modal
utama bagi daerah untuk menjadi pelaku (aktor), penggerak pembangunan di
daerah.
Karena itu untuk membangun pertanian, kita harus membangun sumber daya
manusianya, agar kemampuan dan kompetensi kerja masyarakat pertanian dapat
meningkat, karena merekalah yang langsung melaksanakan segala kegiatan usaha
pertanian di lahan usahanya. Hal ini hanya dapat dibangun melalui proses belajar
dan mengajar dengan mengembangkan sistem pendidikan non formal di luar
sekolah secara efektif dan efisien di antaranya adalah melalui Penyuluhan
Pertanian.
Melalui Penyuluhan Pertanian, masyarakat pertanian dibekali dengan ilmu,
pengetahuan, keterampilan, pengenalan paket teknologi dan inovasi baru di
bidang pertanian dengan sapta usahanya, penanaman nilai-nilai atau prinsip
agribisnis, mengkreasi sumber daya manusia dengan konsep dasar filosofi rajin,
kooperatif, inovatif, kreatif dan sebagainya. Penyuluh Pertanian dapat dan harus
menggunakan teknik-teknik komunikasi yang paling efektif agar sasaran mau
menerapkan pengetahuan barunya itu. Melalui komunikasi yang efektif dapat
menunujang keberhasilan Penyuluhan Pertanian.
Yang lebih penting lagi adalah mengubah sikap dan perilaku masyarakat
pertanian agar mereka tahu dan mau menerapkan informasi anjuran yang dibawa
dan disampaikan oleh Penyuluh Pertanian, namun kenyataannya masih banyak
dijumpai di dalam masyarakat bahwa kegiatam Penyuluhan Pertanian masih
dianggap kurang berhasil bahkan di beberapa tempat malah tidak berjalan. Oleh
karena itu pada kesempatan kali ini penulis sengaja memilih judul makalah
Penerima Manfaat dan Penyuluh/Fasilitator Penyuluhan Pertanian karena menarik
perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak
yang peduli terhadap dunia pertanian.
2. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud Penyuluhan Pertanian?
Siapa Pelaku/Fasilitator dalam kegiatan Penyuluhan Pertanian?
Siapa penerima manfaat kegiatan Penyuluhan Pertanian?
BAB II
LANDASAN TEORI

Menurut Van den Ban dan Hawkins, (2011: 28) penyuluhan secara sistematis
dapat didefinisikan sebagai proses yang:
a. membantu menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan
perkiraan ke depan;
b. membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya masalah
dari analisis tersebut;
c. meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu
masalah, serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan
yang dimiliki petani;
d. membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan
cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya
sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan;
e. membantu petani memutuskan pilihan yang tepat yang menurut pendapat
mereka sudah optimal;
f. meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya; dan
g. membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan
mereka dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan.
Dengan melihat rangkaian proses ini, untuk keberhasilannya tidak menjadi
tanggung jawab Penyuluh Pertanian sepenuhnya, tapi juga peran aktif dari petani.
Agar semua proses berjalan dengan lancar tanpa hambatan, komunikasi amat
berperan dalam menghubungkan penyuluh dengan petani.
Menurut UU RI No. 16 tahun 2006, Sistem Penyuluhan Pertanian merupakan
seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta
sikap pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) dan pelaku usaha melalui
penyuluhan. Disebutkan pula bahwa Penyuluhan Pertanian adalah suatu proses
pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan dan sumber daya lainnnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Menurut Depatemen Pertanian (2009), Penyuluhan Pertanian adalah suatu
pandangan hidup atau landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral
tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan dalam perilaku atau
praktek kehidupan sehari-hari. Penyuluhan Pertanian harus berpijak kepada
pengembangan individu bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu
“Penyuluhan Pertanian sebagai “upaya membantu masyarakat agar mereka dapat
membantu dirinya sendiri dan meningkatkan harkatnya sebagai manusia”.
Penyuluhan Pertanian adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim yang
kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar dapat berkembang menjadi
dinamis serta mampu untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan
kekuatan sendiri dan pada akhirnya mampu menolong dirinya sendiri ( Soeharto,
N.P.2005). Selanjutkan dikatakan oleh Salim,F. (2005), “Bahwa Penyuluhan
Pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat
pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian ,agar
mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, social maupun politik,
sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai.”
Menurut Valera, et.al. (1987), prinsip Penyuluhan Pertanian adalah bekerja
bersama sasaran (klien) bukan bekerja untuk sasaran. Sasaran penyuluhan adalah
kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda dan dimulai dari apa yang
diketahui dan dimiliki oleh sasaran. Dalam melaksanakan pekerjaan harus
berkoordinasi dengan organisasi pembangunan lainnya. Selanjutnya, informasi
yang disampaikan harus dua arah dan masyarakat harus ikut dalam semua aspek
kegiatan pendidikan dan penyuluhan tersebut.

BAB III
PEMBAHASAN

1. Penyuluhan Pertanian

A. Pengertian Penyuluhan Pertanian.


Istilah alternatif untuk penyuluhan dalam bahasa Belanda, digunakan kata
voorlichting yang berarti memberi penerangan untuk menolong seseorang
menemukan jalannya. Istilah ini digunakan pada masa kolonial bagi Negara-
negara jajahan Belanda, walaupun sebenarnya penyuluhan diperlukan oleh kedua
pihak. Indonesia misalnya, mengikuti cara Belanda dengan menggunakan kata
penyuluhan, sedangkan Malaysia yang dipengaruhi bahasa Inggris menggunakan
kata perkembangan. Bahasa Inggris dan Jerman masing-masing mengistilahkan
sebagai pemberian saran atau Beratung yang berarti seorang pakar dapat
memberikan petunjuk.
Dari berbagai pandangan masih ditemukan beberapa kesamaan persepsi,
menurut (Van den Ban & Hawkins, 2011: 25) satu diantaranya, yaitu bahwa
“penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi
informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat
sehingga bisa membuat keputusan yang benar” Disini terlihat adanya keterkaitan
antara komunikasi dengan penyuluhan.
Sistem penyuluhan pertanian seperti yang tertera dalam UU RI No. 16
tahun 2006 merupakan seluruh rangkaian pengembangan kemampuan,
pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian)
dan pelaku usaha melalui penyuluhan. Disebutkan pula bahwa Penyuluhan
Pertanian adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha
agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnnya,
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
Pengertian tersebut mengandung makna bahwa di dalam proses
pembelajaran terjadi proses-proses lain yang terjadi secara simultan, yaitu:
Proses komunikasi persuasive, yang dilakukan oleh penyuluh dalam memfasilitasi
sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) beserta keluarganya guna membantu
mencari pemecahan masalah berkaitan dengan dan pengembangan usaha mereka.
Proses pemberdayaan, maknanya adalah memberikan kuasa dan wewenang
kepada pelaku utama dan pelaku usaha sehingga setiap orang pelaku utama dan
pelaku usaha (laki-laki dan perempuan) mempunyai kesempatan yang sama
untuk : a) Berpartisipasi; b) Mengakses teknologi, sumberdaya, pasar dan modal;
c) Melakukan kontrol terhadap setiap pengambilan keputusan, dan d) Memperoleh
manfaat dalam setiap lini proses dan hasi pembangunan pertanian.
Proses pertukaran informasi timbal balik antara penyuluh dan sasaran mengenai
berbagai alternatif yang dilakukan dalam upaya pemecahan masalah yang
berkaitan dengan pengembangan usahanya.
B. Falsafah Penyuluhan Pertanian
Menurut Depatemen Pertanian (2009), penyuluhan pertanian adalah suatu
pandangan hidup atau landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral
tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan dalam perilaku atau
praktek kehidupan sehari-hari. Penyuluhan Pertanian harus berpijak kepada
pengembangan individu bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu
“Penyuluhan Pertanian sebagai “upaya membantu masyarakat agar mereka dapat
membantu dirinya sendiri dan meningkatkan harkatnya sebagai manusia”.
Dalam pengertian membantu masyarakat agar dapat membantu dirinya
sendiri tersebut terdapat terdapat beberapa kokok pikiran tentang pelaksanaan
penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian harus mengacu pada kebutuhan
sasaran/petani yang akan dibantu, dan bukan sasaran yang harus mengikuti
keinginan Penyuluh Pertanian; penyuluhan pertanian harus mengarah pada
terciptanya kemandirian petani, tidak menciptakan ketergantungan petani
terahadap penyuluh; Penyuluh Pertanian harus mengacu kepada perbaikan
kualitas hidup dan kesejahteraan sasaran, tidak mengutamakan taget-terget fisik
yang tidak banyak manfaatnya bagi bagi perbaikan kualitas hidup sasaran.
Dari pandangan tersebut terkandung pengertian bahwa penyuluhan
pertanian harus bekerja dengan masyarakat dan bukan bekerja untuk masyarakat.
Penyuluhan Pertanian tidak menciptakan ketergantungan tetapi harus mampu
mendorong semakin terciptanya kreativitas dan kemandirian masyarakatat agar
semakin memiliki kemampuan untuk berswadaya, swakarsa, swadana dan
swakelola bagi penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pertanian guna mencapai
tujuan, harapan dan keinginan-keinginan sasaran. Penyuluhan Pertanian yang
dilaksanakan harus selalu mengacu pada terwujudnya perbaikan kesejahteraan
ekonomi masyarakat dan peningkatan harkatnya sebagai manusia.
Penyuluhan adalan proses pendidikan yang bertujuan untuk mengubah
pengetahuan sikap dan keterampilan masyarakat tani. Sasaran penyuluhan
pertanian adalah segenap warga masyarakat (pria, wanita, termasuk anak-anak).
Penyuluhan pertanian juga mengajar masyarakat tentang apa yang diinginkannya
dan bagaimana cara mencapai keinginan-keinginan itu. Metode yang diterapkan
dalam penyuluhan pertanian adalah belajar sambil bekerja dan mengajarkan pada
petani untuk percaya pada apa yang dilihatnya.
Sedangkan pola komunikasi yang dikembangkan adalah komunikasi dua
arah, saling menghormat dan saling mempercayai dalam bentuk kerjasama untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarkat. Penyuluh Pertanian harus mampu
menumbuhkan cita-cita yang dilandasi untuk selalu berfikir kreaif dan dinamis
yang mengacu pada kegiatan-kegiatan yang ada dan dapat ditemui di lapangan
atau harus selalu disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi.
C. Pelaku/Fasiliator Penyuluhan Pertanian
Pelaku utama dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah seorang
Penyuluh Pertanian atau juga sering disebut Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).
Penyuluh Pertanian pada dasarnya adalah aparat atau agen yang membangun
pertanian, pendidik/penasehat yang mengabdi untuk kepentingan para petani,
nelayan beserta keluarganya dengan memberikan motivasi, bimbingan dan
mendorong para petani-nelayan mengembangkan swadaya dan kemandiriannya
dalam berusaha tani yang lebih menguntungkan menuju kehidupan yang lebih
bahagia dan sejahtera, untuk itu seorang Penyuluh Pertanian dituntut untuk dapat
mengembangkan program dan materinya dalam melaksanakan penyuluhan agar
kinerja penyuluh lebih maksimal.
Pelaksanaan penyuluhan pertanian dilakukan harus sesuai dengan program
penyuluhan pertanian. Program penyuluhan pertanian dimaksudkan untuk
memberikan arahan, pedoman, dan sebagai alat pengendali pencapaian tujuan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian, Program penyuluhan pertanian terdiri dari
program penyuluhan pertanian desa, program penyuluhan pertanian kecamatan,
program penyuluhan pertanian kabupaten/kota, program penyuluhan pertanian
propinsi dan program penyuluhan pertanian nasional.
 Undang-undang No 16 Tahun 2006
Penyuluh Pertanian dalam melakukan tugas dilapangan selain melakukan
penyuluhan, memberikan motivasi dan inovasi teknologi yang dibutuhkan oleh
para petani dan keluarganya yang meliputi :
a. Penyuluh sebagai inisiator, yang senantiasa selalu memberikan
gagasan/ide-ide baru.
b. Penyuluh sebagai fasilitator, yang senantiasa memberikan jalan keluar/
kemudahan-kemudahan, baik dalam menyuluh/proses belajar mengajar,
maupun fasilitas dalam memajukan usahataninya. Dalam hal menyuluh
penyuluh memfasilitasi dalam hal : kemitraan usaha, berakses ke pasar,
permodalan dan sebagainya.
c. Penyuluh sebagai motivator, penyuluh senantiasa membuat petani tahu,
mau dan mampu.
d. Penyuluh sebagai penghubung yaitu penyampai aspirasi masyarakat tani
dan pemerintah..
Berdasarkan hal tersebut diatas penyuluhan yang efektif yaitu Penyuluh
Pertanian sebelum melakukan kegiatan dilapangan memahami tentang
permasalahan dipetani (pelaku utama maupun pelaku usaha), siapkan alternatif
pemecahan yang harus dilakukan, lakukan penyuluhan yang tepat seperti tersebut
diatas, apabila telah selesai melakukan penyuluhan untuk melihat sejauhmana
sasaran penyuluhan ada perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai
dengan tahapan adopsi inovasi teknologi yang dianjurkannya. Penyuluhan yang
dilakukan sebaiknya dilakukan secara partisipatif, sehingga petani mampu
mengemukakan pendapatnya, serta mampu menyusun rencana kegiatan yang
bermanfaat bagi dirinya, keluarga, maupun lingkungannya.
Keberhasilan penyuluhan dilapangan menurut pengalaman penyuluh yaitu :
petani senang dengan keberadaannya Penyuluh Pertanian, keberadaannya
memang dibutuhkan, indikatornya yaitu pendapatan petani meningkat,
kehidupannnya sejahtera dan bahagia, begitu juga penyuluh yang berhasil, karena
penyuluhannya dilakukan secara effektif dan effisien sesuai dengan kaidah-kaidah
penyuluhan yang diterapkannya., akhirnya penyuluh senang, tenang, menang,
sukses, penyuluhan pertanian yang dilakukannya berhasil, itulah harapan semua
penyuluh yang ada dilapangan.
Fenomena di tingkat lapangan menggambarkan masih lemahnya proses
penyuluhan pertanian dengan dampak yang ada, disinyalir salah satu penyebabnya
adalah hambatan komunikasi. Sebab dalam proses komunikasi tidak hanya
sekedar berbicara saja, tapi pesan itu dapat disampaikan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Hambatan komunikasi ini perlu ditelaah, apa yang
menjadi penyebabnya. Bila perubahan perilaku sebagai bagian dari tujuan
penyuluhan belum tercapai, jangan hanya sasaran yang dipersalahkan. jangan-
jangan masalah nya justru berasal dari komunikator yaitu penyuluh sebagai
pembawa pesan. Apa penyebabya apakah karena ketidaksiapan materi yang akan
disampaikan, ataukah karena prasarana yang tidak memadai, bisa pula terjadi
karena gangguan dalam proses penyampaiannya.
Kegagalan berkomunikasi sering menimbulkan kesalah pahaman, kerugian,
dan bahkan malapetaka, Risiko tersebut tidak hanya pada tingkat individu, tetapi
juga pada tingkat lembaga, komunitas, dan bahkan Negara. Untuk menjadi
seorang komunikator yang efektif, harus berusaha menampilkan komunikasi (baik
verbal maupun nonverbal) yang disengaja seraya memahami budaya orang lain.
D. Penerima Manfaat Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Menurut Naskah Akademik Sistem Penyuluhan Pertanian (2005), maka
sasaran penyuluhan pertanian menjadi tidak hanya petani dan keluarganya tetapi
mencakup para pemangku kepentingan (stakeholders). Sasaran penyuluhan
pertanian era Bimas adalah Kelompok Tani yang diistilahkan sebagai receiving
mechanism dari Delivery system (Catur Sarana).
 Catur Sarana yaitu:
1. Penyuluh Pertanian di Lapangan (PPL),yaitu sebagai pembawa
informasi teknologi , mengajarkan pengetahuan dan keterampilan,
mengikhtiarkan fasilitas, dan sebagainya melalui sistem kerja Latihan
dan Kunjungan (LAKU) kepada kelompok tani;
2. BRI Unit Desa, sebagai penyedia Kredit BIMAS untuk kegiatan
usahatani padi;
3. BUUD dan KUD sebagai penyedia sarana produksi, pupuk, pestisida
dan sarana pertanian lainnya serta membeli gabah/beras dari petani;
4. KIOS, sebagai tempat penyaluran sarana produksi pertanian kepada
petani.
Penerima manfaat penyuluhan pertanian dapat dibedakan dalam:
a. Pelaku utama. yang terdiri dari petani dan keluarganya.
b. Penentu kebijakan, yang terdiri dari aparat birokrasi pemerintah (eksekutif,
legislatif dan yudikatif) sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali
kebijakan pembangunan pertanian.
c. Pemangku kepentingan yang lain, yang mendukung/memperlancar
kegiatan pembangunan pertanian.
d. Peneliti yang berperan dalam: penemuan, pengujian, dan pengembangan
inovasi yang diperlukan oleh pelaku utama
e. Produsen sarana produksi dan peralatan/mesin pertanian
f. Pelaku-bisnis (distributor/penyalur/pengecer) sarana produksi dan
peralatan/mesin pertanian yang diperlukan
g. Pers, media-masa dan pusat-pusat informasi yang menyebar-luaskan
informasi-pasar
h. Aktivis LSM, tokoh masyarakat, dll yang berperan sebagi organisator,
fasilitator, dan penasehat pelaku utama
i. Budayawan, artis, dan lain-lain
BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari pokok permasalahan (Rumusan


Masalah tersebut adalah:
1. Istilah penyuluhan berasal dari bahasa Belanda voorlichting yang berarti
memberi penerangan untuk menolong seseorang menemukan jalannya. Atau
dalam arti luas Penyuluhan Pertanian adalah suatu proses pembelajaran bagi
pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan dan sumberdaya lainnnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

2. Pelaku utama kegiatan Penyuluhan adalah Penyuluh Pertanian Lapangan


(PPL). Dalam arti luas PPL dapat diartikan Penyuluh Pertanian pada dasarnya
adalah aparat atau agen yang membangun pertanian, pendidik/penasehat yang
mengabdi untuk kepentingan para petani, nelayan beserta keluarganya dengan
memberikan motivasi, bimbingan dan mendorong para petani-nelayan
mengembangkan swadaya dan kemandiriannya dalam berusaha tani yang lebih
menguntungkan menuju kehidupan yang lebih bahagia dan sejahtera.

3. Penerima manfaat dari kegiatan Penyuluhan Pertanian dibedakan dalam:

a. Pelaku utama. yang terdiri dari petani dan keluarganya.


b. Penentu kebijakan, yang terdiri dari aparat birokrasi pemerintah (eksekutif,
legislatif dan yudikatif) sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali
kebijakan pembangunan pertanian. Termasuk dalam kelompok penentu
kebijakan adalah, elit masya-rakat sejak di aras terbawah (desa) yang
secara aktif dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan implementasi
kebijakan pembangunan pertanian.
c. Pemangku kepentingan yang lain, yang mendukung/memperlancar
kegiatan pembangunan pertanian. Termasuk dalam kelompok ini adalah:
d. Peneliti yang berperan dalam: penemuan, pengujian, dan pengembangan
inovasi yang diperlukan oleh pelaku utama
e. Produsen sarana produksi dan peralatan/mesin pertanian, yang dibutuhkan
untuk penerapan inovasi yang dihasilkan para peneliti
f. Pelaku-bisnis (distributor/penyalur/pengecer) sarana produksi dan
peralatan/mesin pertanian yang diperlukan, dalam jumlah, mutu, waktu,
dan tempat yang tepat, serta pada tingkat harga yang terjangkau oleh
pelaku utama.
g. Pers, media-masa dan pusat-pusat informasi yang menyebar-luaskan
informasi-pasar (permintaan dan penawaran serta harga produk yang
dihasilkan dan dibutuhkan), inovasi yang dihasilkan para peneliti, serta
jasa lain yang diperlukan pelaku utama
h. Aktivis LSM, tokoh masyarakat, dll yang berperan sebagi organisator,
fasilitator, dan penasehat pelaku utama
i. Budayawan, artis, dan lain-lain yang berperan dalam diseminasi inovasi,
serta promosi produk yang dihasilkan maupun yang dibutukan pelaku
utama.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian, 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan,
Jakarta.

Eliizabeth, R. 2007. Fenomena sosiologis metamorphosis petani:ke arah


keberpihakan pada masyarakat petani di pedesaan yang terpinggirkan terkait
konsep ekonomi kerakyatan. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol 25 No. 1. 29-
42.Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

Hubeis, A. V. 2007. Pengaruh Desain Pesan Video Intruksional Terhadap


Peningkatan Pengetahuan Petani Tentang Pupuk Agrodyke. Jurnal Agro Ekonomi.
25-1. Departemen Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat. Fema IPB.

Ilham, N dan Hermanto.S. 2007. Dampak Kebijakan Harga Pangan dan


Kebijakan Moneter Terhadap Stabilitas Eonomi Makro. Jurnal Agro Ekonomi.
Vol 25 No.1 55-83. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,
Bogor.

Mardikanto, Totok. 2010. Sistem Penyuluhan Pertanian. Program Studi


Pemberdayaan Masyarakat-Program Studi Pascasarjana, Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.

Rochaeni, S, dan Lakollo, E.M. 2005. Faktor –faktor Yang Mempengaruhi


Keputusan Ekonomi Rumah Tangga Petani di Kelurahan Setugede Kota Bogor.
Jurnal Agro Ekonomi. 23-2. Universitas Patimurra, Ambon.
Sukiyono, Ketut. 2005. Faktor Penentu Tingkat Efesiensi Teknik Usaha
Tani Cabai Merah di Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal
Agro Ekonomi. 23-2. Universitas Bengkulu.

Suradisastra, K. 2008. Startegi Pemberdayaan Kelembagaan Petani. Forum


Penelitian Agro Ekonomi. 26-2. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian, Bogor.

Subandi, 2008. Permasalahan Produksi Kedelai. Tekhnologi Untuk


Meningkatkan Produktivitas Kedelai. Sinar Tani 23 Januari 2008.

Subejo, 2008. Sistem Penyuluhan di jepang: Konsep, Peran dan


Perkembangan Penyuluhan Pertanian dan Pedesaan. UGM, Yogyakarta.

Supandi, 2008. Menggalang Patisipasi Petani Untuk Meningkatkan


Produksi Kedelai Menuju Swasembada. Jurnal Litbang Pertanian. Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

Suryana, A. dan Ketut. K. 2008. Ekonomi Padi Asia: Suatu Tinjauan


Berbasis Kajian Komparatif. Jurnal. Badan Litbang Pertanian, Balai Besar
Pengembangan dan Pengkajian Tekhnologi Pertanian, Bogor.

Syahyuti, 2006. 30 Konsep Penting Dalam Pembangunan Pedesaan dan


pertanian. Penjelasan tentang konsep, istilah, teori dan indikator serta variabel.
Bina Rena Pariwara, Jakarta.

Yusdja, Y dkk. 2004. Analisis Peluang Kesempatan Kerja dan Pendapatan


Petani Melalui Pengelolaan Usaha Tani Bersama. Jurnal Agro Ekonomi. Vol 22
No.1. 1-25. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian,
Bogor.

Yusdja, Y dan Nyak.I. 2007. Suatu Gagasan Tentang Peternakan Masa


depan dan strategi mewujudkannya. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol 25
No.1. 19-28. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai