Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH PENYULUHAN

Dosen Pembimbing : Dr Dyah Gandasari, S.p, M.p

Disusun oleh :
Novia Rachmawati 02.12.18.025

PRODI DIII KESEHATAN HEWAN


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
2019
JURNAL I

KARYA : RINI NURJASMIRA

“Kominukasi Penyuluhan Pertanian dalam Pemberdayaan Masyarakat Petani


pada Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (Studi Kasus pada
Petani di Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan)”

Abstrak
Komunikasi penyuluh pertanian merupakan bentuk upaya pemerintah
dalam memberdayakan masyarakat petani untuk meningkatkan Sumber Daya
Manusia (SDM) petani yang lebih berkualitas agar hasil yang didapat dari
pertanian juga berkualitas.

RANGKUMAN
Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta
pelaku usaha agar mau dan mampu menolong, mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya,
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya.
Sebagai kegiatan pendidikan, penyuluhan pertanian adalah upaya untuk
membantu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi pelaku utama dan
keluarganya, serta pelaku usaha (Deptan 2009).
Melalui penyuluhan pertanian, masyarakat pertanian dibekali dengan ilmu,
pengetahuan, keterampilan, pengenalan paket teknologi dan inovasi baru
dibidang.
Menurut Hafsa (2009:38) penyuluh pertanian merupakan kegiatan
pemberdayaan petani dan keluarganya melalui kegiatan pendidikan non formal di
bidang pertanian, agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang
ekonomi, sosial maupun politik, sehingga dapat meningkatkan pendapatan
keluarga dan kesejahteraan masyarakat petani. Dengan adanya penyuluhan, petani
diharapkan dapat menjadi petani yang lebih berkualitas dari banyak aspek
sehingga pada akhirnya tujuan bersama pemerintah dan petani yaitu kesejahteraan
hidup dapat terwujud. Memberdayakan petani dan keluarganya melalui
penyelenggaraan penyuluh pertanian, bertujuan untuk mencapai petani yang
tangguh sebagai salah satu komponen untuk membangun pertanian yang maju,
efesien sehingga terwujudnya masyarakat sejahtera.
Peranan penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu menyadarkan
masyarakat atas peluang yang ada untuk merencanakan hingga menikmati hasil
pembangunan, memberikan kemampuan masyarakat untuk menentukan program
pembangunan, memberi kemampuan masyarakat dalam mengontrol masa
depannya sendiri, dan memberi kemampuan dalam menguasai lingkungan
sosialnya. Proses penyelenggaraan penyuluhan pertanian dapat berjalan dengan
baik dan benar apabila didukung dengan tenaga penyuluh yang profesional,
kelembagaan penyuluh yang handal, materi penyuluhan yang terus-menerus
mengalir, sistem penyelenggaraan penyuluhan yang benar serta metode
penyuluhan yang tepat. Kemiskinan yang terjadi di pedesaan secara umum
merupakan cerminan kemiskinan rumah tangga petani. Pada Undang - Undang
Sistem Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (SP3K) Tahun 2006 Bab I, Pasal 1
ayat 2 dijelaskan bahwa penyuluh pertanian, perikanan, kehutanan
yangselanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku
utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas,efesiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Kegiatan penyuluhan pertanian berhadapan dengan keterbatasan -
keterbatasan antara lain keterbatasan tenaga penyuluh, keterbatasan dipihak petani
misalnya tingkat pendidikan formal petani yang sangat bervariasi, keterbatasan
sarana dan waktu penyuluhan bagi petani. Peranan media penyuluhan pertanian
dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu dari proses komunikasi, segi proses belajar
dan segi peragaan dalam proses komunikasi. Komunikasi memegang peranan
penting untuk menjalin hubungan kerjasama yang baik antara penyuluh dengan
petani, serta mempunyai pengaruh yang besar dalam proses pencapaian tujuan
pertanian. Keberhasilan komunikasi akan tercapai apabila pemberi pesan dan
penerima pesan sama – sama mengerti maksud dari penyampaian pesan tersebut
dan telah memiliki kesimpulan yang sama sesuai dengan maksud yang terkandung
dalam pesan yang disampaikan tersebut. Paradigma Lasswell menunjukkan bahwa
komunikasi meliputi lima unsur yakni: komunikator, pesan, media,
komunikan, dan efek.

A. Komunikator
Tenaga penyuluh harus memiliki kepribadian yang baik dalam
menjalankan tugasnya. Proses penyampaian informasi akan berjalan efektif
apabila jumlah tenaga penyuluh sebagai komunikator telah tersedia secara
memadai, sehingga seluruh isi pesan dapat diterima oleh kelompok sasaran yaitu
petani.
B. Pesan
Pesan di dalam penelitian ini adalah informasi dan pengetahuan tentang
pertanian yang diberikan oleh tenaga penyuluh kepada para petani. Pesan yang
disampaikan oleh tenaga penyuluh dapat juga berupa ilmu pengetahuan,
informasi, motivasi atau nasehat.
Informasi yang disampaikan oleh tenaga penyuluh memiliki pengaruh
terhadap pemberdayaan petani dibidang pengetahuan dan keterampilan para
petani. Perubahan pola fikir petani yang masih tradisional menjadi modern
adalah peningkatan ilmu pengetahuan yang didapat para petani adanya proses
penyuluhan. Adapun dampak positif terhadap perkembangan keterampilan para
petani khususnya dalam menggunakan teknologi canggih atau modern untuk
memudahkan kegiatan bercocok tanam para petani. Namun, kendala
keberhasilan pemberdayaan kepada para petani dibidang informasi adalah waktu
penyuluhan sangat terbatas hanya sebulan sekali. Waktu untuk proses
penyuluhan harus ditingkatkan lagi karena petani mengalami kendala dan
permasalahan pertanian sangat kompleks, sehingga membutuhkan penanganan
yang cepat agar petani tidak mengalami kerugian dari hasil taninya.
C. Media
Media merupakan alat bantu yang dapat digunakan sebagai perantara
untuk menyampaikan bahan yang digunakan oleh penyuluh kepada masyarakat
petani sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai.

KESIMPULAN
Dapat disimpulkan dari lima dimensi teori Lasewell dalam Arni (2009 : 5)
yaitu sebagai berikut :
1. Dimensi pertama yaitu komunikator
Keterbatasan tenaga penyuluh sangat menjadi kendala dalam
pemberdayaan petani dibidang pengetahuan dan keterampilan. Komunikasi
oleh tenaga penyuluh tidak berjalan secara efektif, sehingga pengetahuan
dan keterampilan yang didapat oleh para petani juga tidak maksimal. Selain
itu jumlah komunikator yang terbatas juga harus meningkatkan kualitas
dengan memiliki pendidikan yang tinggi.

2. Dimensi kedua yaitu pesan


Informasi pertanian sangat berpengaruh terhadap peningkatan
pengetahuan petani mengenai kegiatan pertanian serta keterampilan petani
dalam menggunakan teknologi juga mengalami peningkatan. Akan tetapi,
peningkatan keterampilan mengalami hambatan karena tidak semua petani
memiliki kemampuan dalam menggunakan alat - alat canggih dibidang
pertanian karena jumlah penyuluh yang terbatas sehingga pemahaman
informasi tersebut tidak merata.
3. Dimensi yang ketiga yaitu media
Media yang digunakan hanya berupa papan tulis dan mikrofon.
Penggunaan media ini hanya dimanfaatkan pada waktu tertentu saja.
Pemanfaatan media yang sangat terbatas berdampak terhadap pemberdayaan
dibidang pengetahuan dan keterampilan sehingga tidak terlaksana secara
efektif.

4. Dimensi yang keempat yaitu komunikan


Informasi yang disampaikan oleh penyuluh terhadap petani kurang
efektif dikarenakan keterbatasan waktu dan jumlah tenaga penyuluh dalam
memberikan penyuluhan. Informasi yang telah disampaikan sangat
membantu petani dalam meningkatkan produktivitas hasil tani serta prestasi
kerja petani. Pemahaman isi informasi oleh petani sangat berpengaruh
positif terhadap pemberdayaan petani dibidang pengetahuan dan
keterampilan petani.

5. Dimensi kelima yaitu efek


Pengaruh dari hasil penyuluhan mempengaruhi pemberdayaan petani
dibidang pengetahuan dengan adanya kemampuan peningkatan
produktivitas hasil tani dari tahun ke tahun dan keterampilan petani
menggunakan teknologi canggih atau modern.
JURNAL II

KARYA : KAMARUZZAMAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

“Penerapan Metode Komunikasi Oleh Penyuluh Pertanian Pada Kelompok Tani


Gemah Rifah I Desa Jamur Labu Kecamatan Rantau Aceh Tamiang”

Abstrak
Pengembangan kelompok tani dewasa ini mengalami kemerosotan karena
pengaruh globalisasi dan otonomi daerah. Selain itu, terjadi diskomunikasi antara
penyuluh pertanian dengan kelompok tani menyebabkan penerapan metode
penyuluhan tidak efektif.

RANGKUMAN
Peran sektor pertanian diantaranya membuka lapangan pekerjaan,
menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), sumber devisa, bahan baku industri,
sumber bahan pangan dan gizi, serta pendorong bergeraknya sektor-sektor
ekonomi kreatif lainya.
Sejak dilimpahkan sebagian wewenang pusat ke daerah melalui otonomi
daerah mulai tahun 1999 (mengalami revisi terakhir tahun 2014) sampai saat ini
arah pembangunan pertanian daerah sangat beragam.
Akibatnya telah terjadi kebingungan semua kalangan diantaranya pelaku
utama dan pelaku usaha karena ketidakpastian masa depan usahanya. Permasalah
tersebut terus terjadi sehingga kondisi saat ini infrastruktur pertanian terbatas dan
terabaikan, nilai tambah dan harga produk pertanian rendah, ketersediaan sumber
daya manusia pengelola pertanian terbatas, struktur pasar yang monopsonis dan
akses teknologi pertanian lemah.
Lemahnya sumber daya manusia akibat dari paradigma kebijakan
penganggaran pemerintah daerah masih mementingkan pembangunan fisik
dengan mengabaikan pembangunan sumber daya manusia. Sebuah tantangan
tersendiri bagi para penyuluh pertanian menghadapi hal ini, dengan
mengedepankan optimisme dan berbesar hati ingin mengulangi masa kejayaan era
dimana berkat sinerji pemerintah dalam mendukung penyuluhan tercapainya
swasembada pangan.
Sementara itu, secara harfiah menurut Zulkarimen Nasution (2002),
penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor atau alat untuk menerangi
keadaan yang gelap. Kata menerangi ini bermakna sebagai petunjuk bagi
masyarakat dari tidak tahu menjadi tau dan mengerti, dari mengerti menjadi lebih
mengerti lagi sehingga dapat melakukannya. Definisi tersebut dapat kita
gambarkan secara teknis, bahwa penyuluh mengarahkan petani melaksanakan
adopsi inovasi pertanian untuk memproduksi produk pangan setinggi-tingginya.
Metode komunikasi dalam penyuluhan pertanian merupakan bagian dari
proses penyampaian informasi kepada sasaran dalam pencapaian tujuan yang
ingin dicapai (Mardikanto 2009).
Sebagaimana disampaikan oleh Abbas, Penyuluh Pertanian Lapangan
(PPL) yaitu penyuluh pertanian yang berhubungan langsung dengan petani beserta
keluarganya menjadi tugas pokok sebagai pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan
WKPP berdasarkan program penyuluhan pertanian.
Perihal Metode penyuluhan merupakan suatu hal yang ikut berperan dalam
mempengaruhi kecepatan adopsi dan difusi inovasi. Metode penyuluhan sangat
diperlukan agar pesan inovasi dari kegiatan penyuluhan dapat diterima dan
diaplikasikan oleh target atau penerima manfaat (Musyafakat 2005).
Purwanto (2009) menyampaikan bahwa ada empat masalah yang
menghambat komunikasi dalam penyuluhan pertanian, baik oleh pengirim pesan
(penyuluh pertanian) dan penerima pesan (petani). Empat faktor tersebut adalah
masalah dalam penyampaian pesan, masalah dalam pengembangan pesan,
masalah dalam menerima pesan dan masalah dalam menafsirkan pesan.
Adapun penyebaran materi menggunakan peta singkap yang bertujuan
untuk menjelaskan suatu proses atau rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
pertanian secara sistematis. Penyebaran materi penyuluhan melalui peta singkap
ini akan efekif, bila disampaikan kepada kelompok tani dengan anggota antara 5 -
35 orang.
Metode penyebaran penyuluhan melalui peta singkap ini mempunyai
keunggulan. Keunggulan dari peta singkap ini diantaranya adalah dapat
menjelaskan kepada hadirin tanpa membelakangi, bisa membangun cerita yang
menarik melalui gambar sehingga lebih mudah dipahami, dapat menampilkan
proses/kegiatan secara terpisah-pisah dan mudah digunakan tanpa bantuan
peralatan lain.
Marliati, Sumardjo, dkk (2008) penelitiannya menunjukkan bahwa petani
berada pada usia produktif dan pengalaman agribisnis cukup lama, namun belum
ditunjang oleh pendidikan formal dan non formal yang tinggi serta belum
didukung oleh luas penguasaan lahan pertanian yang memadai dan tingkat kinerja
penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani relatif belum baik, hal ini
disebabkan oleh faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kinerja.
Sedangkan temuan penting dalam penelitian ini adalah dimana pada
kelompok tani dengan kelas kelompok tinggi, maka metode penyuluhan dengan
pendekatan kelompok dengan cara pertamuan rutin sangat efektif untuk
pengembangan agribisnis. Peningkatan wawasan agribisnis dan pengetahuan lain
didapat dari pendidikan informal dari PPL dan pihak lain dan dapat meningkatkan
pengembangan usaha taninya.
Masyarakat tani Indonesia terdapat berbagai macam suku, adat, budaya
dan agama. Keragaman ini mendorong terjadinya pemilihan metode penyampaian
informasi teknologi pertanian dengan melihat faktor-faktor keragaman diatas.
Sedikit saja kesalahan dalam pemilihan metode penyuluhan dengan mengabaikan
faktor kerangaman latar belakang petani, maka terjadi komunikasi yang tidak
efektif.
Yang paling utama model pendidikan penyuluhan adalah pendidikan
orang dewasa. Hal ini seperti dikatakan oleh Suwandi, (2006). Metode
penyuluhan pertanian partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif,
analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa kepada suatu
rencana tindakan. Partisipasi di sini menggunakan proses pembelajaran yang
sistematis dan terstruktur melibatkan metode - metode multi disiplin.
Metode perorangan atau personal approach menurut Kartasaputra (dalam
Setiana 2005), sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena petani dapat
secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari
penyuluh.
Sistem kerja laku adalah pendekatan yang memadukan antara pelatihan
bagi penyuluh dan ditindaklanjuti dengan kunjungan berupa pendampingan
kepada petani/poktan secara terjadwal dan didukung dengan supervisi teknis dari
penyuluh senior serta ketersediaan informasi teknologi sebagai materi kunjungan.
Seperti dijelaskan oleh Slamet (1995) Peta singkap adalah lembaran-
lembaran kertas berisi gambar dan tulisan yang disusun secara berurutan, bagian
atasnya disatukan sehingga mudah disingkap.
Metode pendekatan massal atau mass approach, cara ini dapat menjangkau
sasaran dengan jumlah yang cukup banyak.
Ditinjau dari segi penyampaian informasi, metode pendekatan massa
cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran dan
keingintahuan semata. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan
cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media massa sehingga
pesan yang disampaikan mengalami distorsi (Van den Ban dan Hawkins 1999).
Efektifnya metode pendekatan kelompok dipandang oleh semua informan
karena dalam pertemuan kelompok disana terjadi proses interaksi komunikasi
langsung antara pihak yang terlibat dalam pertemuan kelompok.
Sebagaimana pendapat Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2004),
komunikasi dalam kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang
atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga
diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat
karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.
ILUSTRASI KOMUNIKASI YANG GAGAL

Pada gambar diatas menunjukkan komunikasi oleh pemimpin kepada


karyawannya dengan cara penyampaian yang tidak baik seperti dalam keadaan
emosi, memarahi kepada karyawannya sehingga dalam mendengarkannya pun
dengan keadaan yang shock, khawatir serta down. Karyawan pun enggan untuk
mendengarnya dan merasa ketakutan dikarenakan tertekan oleh penyampaian
pemimpinnya dengan cara memarahi dalam keadaan emosi.

Pada gambar diatas, menunjukkan kegagalan berkomunikasi dalam


kelompok yang tidak menghargai pendapat orang lain. Sehingga, penyampaian
tersebut menjadi tidak kondusif dan mengalami perdebatan antar pihak akibat
saling tidak menghargai pendapat.

Anda mungkin juga menyukai