Anda di halaman 1dari 21

Laporan Akhir Pratikum

PENDALAMAN MATERI KOMUNIKASI PERTANIAN


Komunikasi Pertanian
SEMESTER GANJIL 2023

Oleh :

Nama : Erin Surangi


Nim : 2205901010050
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Dosen Pengampu : Khairun Nisa, S.P., M.P.
Asisten Lab : Mulya Rizka

LABORATORIUM PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

ACEH BARAT

2023
BAB I
PENDAHULUAN
Tanggal Praktikum:
1 Maret – 10 Mei

1.1 Lokasi Praktikum


Ruang U2A- 109

1.2 Judul Praktikum


Pendalaman Komunikasi Pertanian

1.3 Tujuan Praktikum


Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dasar Komunikasi Pertanian serta
menganalisis studi kasus dalam Komunikasi Pertanian

1.4 Manfaat Praktikum


Pratikum ini memberikan pengetahuan dasar, keterampilan dan kemampuan kepada
mahasiswa dalam memahami konsep dasar komunikasi pertanian dan menganalisa studi
kasus yang terjadi dalam materi komunikasi pertanian.
BAB II
ALAT DAN BAHAN

Alat dan Bahan


Alat dan Bahan yang digunakan selama pelaksanaan praktikum ini adalah :
1. Buku responsi
2. Alat tulis
3. Laptop
4. Papan tulis
5. Spidol
6. Penghapus papan tulis
7. Handphone
BAB III
PROSEDUR KERJA

Langkah-langkah kerja yang dilakukan pada saat praktikum adalah :


1. Membaca modul sebelum masuk kelas praktikum
2. Mendengarkan arahan asisten mengenai materi yang akan dipelajari
3. Menyelesaikan soal-soal mengenai materi berdasarkan pertemuan :
a. Mengidentifikasi profil kelompok usaha tani
b. Memahami tugas pokok penyuluhan pertanian, mengidentifikasi komunikator, komunikan,
pesan, media dan Feed back dalam Kelompok tani
c. Memahami tugas pokok Penyuluh Pertanian
d. Pemetaan Pola Komunikasi kepada Kelompok Tani
e. Model dan Hambatan dalam Komunikasi Massa yang Berlangsung pada Kelompok Tani
f. Adopsi Inovasi dan Difusi Inovasi di Bidang Pertnaian
g. Konsekuensi dan Permasalahan dan Efektifitas dari Inovasi
4. Menuliskan jawaban di buku responsi dan menyerahkan ke asisten
5. Asisten menilai hasil kerja praktikan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Mengidentifikasi profil kelompok tani

1.1 Bagaimana sejarah pembentukan Kelompok Tani dan Komoditi yang diusahakan
oleh kelompok tani.
Kelompok Tani adalah inisiatif agraris yang muncul sebagai respons terhadap
perubahan sosial dan ekonomi di banyak negara. Pembentukannya sering kali
dipicu oleh kebutuhan petani untuk bersatu guna meningkatkan daya tawar mereka
dalam hal distribusi, pemasaran, dan pembiayaan. Proses ini dimulai dengan
pertemuan komunitas petani, di mana mereka membahas tantangan bersama dan
memutuskan untuk membentuk kelompok.
Komoditi yang diusahakan oleh kelompok tani bervariasi tergantung pada
konteks lokal dan kebutuhan pasar. Biasanya, mereka memilih tanaman atau hewan
yang memiliki potensi keuntungan tinggi dan dapat tumbuh dengan baik di wilayah
mereka. Proses pemilihan komoditi ini melibatkan evaluasi kondisi tanah,
permintaan pasar, dan faktor-faktor ekonomi lainnya.
Kelompok Tani berfungsi sebagai wadah untuk pertukaran pengetahuan,
sumber daya, dan dukungan finansial antarpetani. Dengan kolaborasi ini, mereka
dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan ekonomi secara bersama-
sama, menciptakan dampak positif dalam pembangunan pertanian lokal.

1.2 Bagaimana Struktur organisasi Kelompok Tani di Desa masing-masing.


Di desa saya, struktur organisasi Kelompok Tani terdiri dari ketua, sekretaris,
bendahara, dan anggota aktif. Ketua bertanggung jawab memimpin pertemuan dan
mengoordinasi kegiatan kelompok. Sekretaris mencatat hasil pertemuan dan
memastikan dokumentasi kelompok terjaga. Bendahara mengelola keuangan
kelompok dan membuat laporan keuangan berkala.
Selain itu, ada juga divisi kerja yang mencakup sektor pertanian, permodalan,
dan pemasaran. Anggota kelompok terlibat dalam kegiatan bercocok tanam,
perawatan tanaman, dan pertukaran informasi pertanian. Divisi permodalan
menangani pengelolaan dana kelompok dan pembiayaan proyek bersama.
Sementara divisi pemasaran fokus pada strategi pemasaran hasil pertanian. Struktur
ini memberikan kerangka kerja yang efisien untuk meningkatkan produktivitas dan
kesejahteraan petani di desa kami.

1.3 Bahas Visi dan Misi dari Kelompok Tani di Desa masing-masing
Kelompok Tani di desa saya memiliki visi untuk meningkatkan kesejahteraan
anggotanya melalui pertanian berkelanjutan dan inovatif. Misi utamanya adalah
mengoptimalkan pemanfaatan lahan dengan praktik pertanian ramah lingkungan,
meningkatkan keterampilan anggota dalam manajemen pertanian modern, serta
memperkuat sinergi antaranggota untuk memperoleh keuntungan bersama.
Mereka berkomitmen untuk meningkatkan hasil pertanian melalui penerapan
teknologi tepat guna dan diversifikasi tanaman. Selain itu, Kelompok Tani
berupaya memperkuat jaringan pemasaran produk lokal, agar dapat menjangkau
pasar yang lebih luas dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.
Dengan fokus pada pendekatan berbasis komunitas, mereka berusaha
menciptakan lingkungan yang mendukung pertukaran pengetahuan antaranggota,
sehingga setiap petani dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
Keseluruhan, Kelompok Tani di desa saya berusaha menciptakan model pertanian
berkelanjutan yang tidak hanya memberdayakan anggotanya secara ekonomi, tetapi
juga menjaga kelestarian lingkungan dan budaya lokal.

1.4 Bagaimana sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Kelompok Tani
Kelompok Tani merupakan entitas yang memiliki sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan pertanian. Sarananya melibatkan lahan pertanian, peralatan
bertani seperti traktor, alat tanam, dan panen. Prasarana mencakup fasilitas
pengolahan hasil pertanian seperti gudang penyimpanan, tempat pengemasan, serta
saluran irigasi untuk penyediaan air.
Selain itu, keberadaan pusat penjualan atau pasar lokal juga menjadi bagian
dari prasarana, memfasilitasi distribusi hasil pertanian. Sarana komunikasi, seperti
telepon atau aplikasi pesan, juga penting untuk koordinasi antaranggota kelompok.
Dalam konteks modern, pemanfaatan teknologi seperti sensor pertanian atau sistem
informasi geografis dapat meningkatkan efisiensi produksi.
Pentingnya mendukung kelompok tani dengan sarana dan prasarana yang
memadai adalah agar mereka dapat meningkatkan produktivitas, mengelola risiko,
dan meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok serta masyarakat sekitar.
Dukungan dari pemerintah dan lembaga terkait juga menjadi kunci untuk
memastikan kelompok tani dapat berkembang secara berkelanjutan.

1.5 Beri pendapat tentang UU 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
petani.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani memiliki tujuan mulia untuk melindungi serta
memberdayakan petani di Indonesia. UU ini menciptakan kerangka hukum yang
mengatur hak dan kewajiban petani, serta memberikan dasar bagi peningkatan
kesejahteraan mereka. Salah satu aspek penting dalam UU ini adalah penjaminan
akses petani terhadap sumber daya dan teknologi pertanian yang lebih baik.
Meskipun UU ini dianggap sebagai langkah positif dalam mendukung sektor
pertanian, beberapa kritik muncul terkait implementasinya. Beberapa pihak
berpendapat bahwa ada kendala dalam penegakan hukum dan efektivitas kebijakan
yang dapat memengaruhi hasil nyata bagi petani. Oleh karena itu, perlu adanya
evaluasi dan perbaikan terus-menerus agar UU ini dapat memberikan dampak
positif secara optimal bagi para pelaku pertanian di Indonesia.

1.6 Kunjungan ke lapangan mengimplementasikan pokok bahasan materi pertemuan


ke-2. Sesuai dengan Kelompok Tani yang dipilih oleh masing-masing kelompok
praktikum.
Kunjungan lapangan bertujuan mengimplementasikan identifikasi profil
kelompok tani sesuai dengan realitas di desa. Melalui interaksi langsung, dapat
dikumpulkan informasi mengenai struktur organisasi, jenis pertanian yang
dominan, serta tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok. Selain itu,
dapat diamati juga faktor-faktor eksternal seperti kondisi lahan dan dukungan
pemerintah lokal. Proses identifikasi ini memungkinkan perencanaan strategis yang
lebih baik untuk pengembangan kelompok tani, termasuk program pelatihan dan
bantuan teknis yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hasil kunjungan lapangan
ini menjadi dasar bagi implementasi kebijakan yang mendukung pertumbuhan
berkelanjutan kelompok tani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
secara keseluruhan.
2. Memahami tugas pokok Penyuluh Pertanian

2.1 Bahas mengenai komunikator, komunikan, pesan, media dan Feed back dalam
Kelompok Tani.
Dalam konteks Kelompok Tani, komunikasi memegang peran penting dalam
mengelola pertanian secara efektif. Komunikator dapat berupa pemimpin kelompok
atau anggota yang memiliki informasi penting. Komunikan adalah anggota
kelompok yang menerima pesan.
Pesan yang disampaikan melibatkan informasi seputar pertanian, seperti teknik
baru, perubahan cuaca, atau strategi pengelolaan tanaman. Media komunikasi dapat
berupa pertemuan rutin, grup pesan, atau papan pengumuman di sentra kelompok
tani.
Feed back dari anggota sangat berharga untuk pembaruan dan peningkatan. Hal
ini menciptakan siklus komunikasi yang memperkuat kesadaran kelompok terhadap
perubahan dan inovasi. Ketika komunikasi lancar, kelompok tani dapat merespon
tantangan dengan cepat, meningkatkan hasil pertanian, dan memperkuat solidaritas
antaranggota. Komunikasi yang baik juga membangun kepercayaan di antara
anggota kelompok, menciptakan lingkungan di mana pengetahuan dapat
dipertukarkan dan pertanian berkelanjutan dapat tumbuh.

2.2 Mengidentifikasi tugas-tugas pokok Penyuluh Pertanian.


Penyuluh pertanian memiliki peran penting dalam mendukung kemajuan sektor
pertanian. Tugas-tugas pokok mereka mencakup penyampaian informasi terkini
mengenai praktik pertanian yang efektif, teknologi terbaru, dan pemahaman tentang
kondisi pasar. Mereka juga bertanggung jawab untuk memberikan pelatihan kepada
petani terkait teknik pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Selain itu, penyuluh pertanian berperan dalam membimbing petani dalam
mengelola risiko, termasuk faktor iklim dan penyakit tanaman. Mereka dapat
membantu mengidentifikasi masalah pertanian, memberikan solusi, dan
meningkatkan produktivitas. Selain itu, penyuluh pertanian juga berperan dalam
memfasilitasi koordinasi antara petani dan lembaga pemerintah atau sektor swasta
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah pertanian.
Penting bagi mereka untuk menjaga komunikasi yang efektif dengan
komunitas pertanian, memahami kebutuhan lokal, dan secara berkelanjutan
meningkatkan pengetahuan petani. Dengan tugas-tugas ini, penyuluh pertanian
menjadi kunci dalam mendorong inovasi dan pembangunan berkelanjutan di sektor
pertanian.

2.3 Beri pendapat tentang UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
pertanian, perikanan, dan kehutanan.
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan adalah langkah positif dalam mendukung sektor-sektor
vital di Indonesia. UU ini memberikan landasan hukum untuk pengembangan
sistem penyuluhan yang berfokus pada ketahanan pangan dan pelestarian sumber
daya alam. Dengan adanya regulasi ini, diharapkan masyarakat petani, nelayan, dan
pelaku kehutanan dapat meningkatkan kualitas produksi dan beradaptasi dengan
perubahan lingkungan.
Namun, perlu evaluasi konstan terhadap implementasi UU ini untuk
memastikan efektivitasnya di lapangan. Aspek partisipasi aktif masyarakat,
ketersediaan sumber daya, dan pembaruan strategi penyuluhan juga menjadi fokus
penting. Selain itu, transparansi dalam alokasi anggaran dan kerjasama
antarstakeholder perlu ditingkatkan untuk mendukung tujuan keseluruhan UU.
Dengan upaya terus-menerus untuk penyempurnaan, UU Nomor 16 Tahun 2006
dapat menjadi instrumen yang kuat dalam meningkatkan ketahanan pangan dan
keberlanjutan sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan di Indonesia.

2.4 Kunjungan ke lapangan mengimplementasikan pokok pembahasan materi


pertemuan ke-3. Sesuai dengan Penyuluh Pertanian dan Kelompok Tani yang
dipilih oleh masing-masing kelompok praktikum
Kunjungan lapangan dalam implementasi pemahaman tugas pokok Penyuluh
Pertanian menuntut pemahaman yang mendalam terhadap interaksi di Kelompok
Tani. Penyuluh Pertanian, sebagai komunikator utama, harus dapat
mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan para petani sebagai komunikan.
Pesan yang disampaikan oleh penyuluh harus relevan dengan kondisi dan
kebutuhan kelompok.
Dalam konteks Kelompok Tani, media komunikasi menjadi kunci. Penyuluh
harus memilih media yang efektif, seperti pertemuan kelompok, brosur, atau
demonstrasi lapangan, untuk menyampaikan informasi dengan tepat. Selain itu,
memahami dinamika kelompok dan menciptakan mekanisme feedback membantu
meningkatkan efektivitas komunikasi.
Dalam kunjungan tersebut, penyuluh perlu melibatkan diri secara aktif,
mendengarkan permasalahan, dan memberikan solusi yang dapat diterapkan oleh
kelompok. Implementasi yang baik akan menciptakan hubungan saling percaya
antara penyuluh dan Kelompok Tani, yang pada gilirannya akan meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraan petani di desa tersebut.

3. Pemetaan Pola Komunikasi kepada Kelompok Tani

3.1 Mengidentifikasi bentuk pola komunikasi pada Kelompok Tani.


Kelompok Tani umumnya memiliki pola komunikasi yang beragam,
melibatkan interaksi antaranggota untuk mencapai tujuan bersama. Komunikasi
lisan sering digunakan dalam rapat rutin, di mana petani saling berbagi pengalaman
dan informasi terkait pertanian. Selain itu, penggunaan media sosial semakin umum
untuk berbagi informasi cepat, seperti kondisi cuaca atau teknik pertanian terbaru.
Pola komunikasi tertulis juga terlihat dalam penyampaian jadwal pertemuan
dan keputusan kelompok. Selain itu, mentor atau extension officer turut berperan
dalam menyediakan informasi teknis melalui pelatihan atau panduan tertulis.
Komunikasi non-verbal, seperti melalui sikap dan kerjasama, juga memainkan
peran penting dalam membangun kepercayaan dan kerjasama di antara anggota
kelompok. Kesemuanya, baik lisan, tertulis, maupun non-verbal, membentuk
jaringan komunikasi yang kuat untuk meningkatkan produktivitas dan
kesejahteraan anggota Kelompok Tani.

3.2 Mendeskripsikan individu yang terlibat dalam pola komunikasi pada kelompok
Tani.
Dalam kelompok tani, individu yang terlibat dalam pola komunikasi sangat
beragam. Petani adalah unsur kunci yang saling berinteraksi untuk bertukar
informasi mengenai teknik bercocok tanam, cuaca, atau masalah pertanian lainnya.
Para petani berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk meningkatkan hasil
pertanian dan mengatasi tantangan.
Pemimpin kelompok, seperti ketua atau pengurus, juga memainkan peran
penting dalam komunikasi. Mereka menyampaikan kebijakan kelompok,
memberikan arahan, dan memotivasi anggota untuk mencapai tujuan bersama.
Selain itu, unsur-unsur pemerintahan setempat dan peneliti pertanian dapat menjadi
bagian dari komunikasi untuk memberikan saran atau informasi terkini.
Perempuan juga memiliki peran vital, terlibat dalam pertukaran pengetahuan
tentang pengolahan hasil pertanian. Oleh karena itu, pola komunikasi dalam
kelompok tani mencerminkan kolaborasi yang erat antara berbagai individu dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencapai keberlanjutan pertanian.

3.3 Diskusikan bagaimana pola komunikasi yang efektif dalam bidang pertanian.
Dalam bidang pertanian, pola komunikasi yang efektif sangat penting untuk
mencapai hasil yang optimal. Pertama, petani perlu berkomunikasi secara terbuka
dan jelas dengan rekan pertanian, petugas pertanian, dan pihak terkait lainnya.
Informasi tentang kondisi tanah, jenis tanaman, dan praktik pertanian harus
disampaikan dengan detail.
Selain itu, adopsi teknologi komunikasi seperti aplikasi mobile atau platform
online dapat mempermudah pertukaran informasi dan memungkinkan akses cepat
terhadap sumber daya pertanian. Komunikasi dua arah juga krusial; petani harus
mendengarkan masukan dari pakar pertanian dan rekan sejawat untuk
meningkatkan praktik pertanian mereka.
Pentingnya komunikasi efektif juga melibatkan penyuluhan mengenai inovasi
pertanian, perubahan iklim, dan pasar produk pertanian. Dengan demikian, para
petani dapat mengambil keputusan yang terinformasi dan meningkatkan
produktivitas mereka. Dalam esensi, pola komunikasi yang efektif membangun
jaringan informasi yang kuat, mempercepat perubahan positif, dan mendukung
keberlanjutan di sektor pertanian.

3.4 Kunjugan ke lapangan mengimplementasikan pokok bahasan materi pertemuan ke-


4. Sesuai dengan Sesuai dengan Penyuluh Pertanian dan Kelompok Tani yang
dipilih oleh masing-masing kelompok praktikum.
Kunjugan ke lapangan untuk mengimplementasikan Pemetaan Pola
Komunikasi kepada Kelompok Tani sangat penting dalam konteks penyuluhan
pertanian di desa kami. Penyuluh pertanian memiliki peran kunci dalam
menyampaikan informasi dan teknologi pertanian kepada kelompok tani. Dalam
kunjungan ini, fokusnya adalah memahami pola komunikasi yang efektif antara
penyuluh pertanian dan kelompok tani setempat.
Melalui wawancara dan observasi, dapat diidentifikasi preferensi komunikasi
kelompok tani, seperti pertemuan langsung, pamplet, atau media sosial.
Penyesuaian gaya komunikasi penyuluh dengan karakteristik kelompok tani akan
meningkatkan efektivitas penyuluhan. Penting juga untuk memahami kebutuhan
spesifik kelompok tani dan menyesuaikan materi penyuluhan secara kontekstual.
Dengan pemetaan yang cermat, penyuluh pertanian dapat membangun
hubungan yang kuat, memfasilitasi pertukaran informasi yang lebih baik, dan
meningkatkan adopsi praktik pertanian yang berkelanjutan di desa kami.

4. Model dan Hambatan dalam Komunikasi Massa yang Berlangsung pada


Kelompok Tani.

4.1 Mengidentifikasi hambatan dalam komunikasi massayang berlangsung pada


Kelompok Tani.
Dalam komunikasi massa di Kelompok Tani, beberapa hambatan mungkin
timbul. Pertama, keterbatasan akses teknologi di pedesaan bisa menghambat
distribusi informasi. Selain itu, tingkat pendidikan yang bervariasi dalam kelompok
dapat mempengaruhi pemahaman pesan. Bahasa formal dalam media massa juga
dapat menjadi hambatan, terutama jika tidak sesuai dengan bahasa sehari-hari
petani. Selanjutnya, perbedaan budaya dan nilai-nilai lokal mungkin membuat sulit
menyampaikan pesan secara efektif. Ketidakpercayaan terhadap sumber informasi
dan kurangnya partisipasi aktif dari anggota kelompok juga dapat menjadi
hambatan serius. Untuk mengatasi ini, diperlukan strategi komunikasi yang
memperhitungkan konteks lokal, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dan
melibatkan partisipasi aktif dari anggota kelompok.

4.2 Menganalisis solusi dari hambatan komunikasi massayang berlangsung pada


Kelompok Tani.
Hambatan komunikasi massa dalam Kelompok Tani dapat diatasi dengan
beberapa solusi. Pertama, meningkatkan literasi media anggota untuk memahami
informasi dengan lebih baik. Kedua, penggunaan teknologi komunikasi seperti
aplikasi pesan atau media sosial untuk memfasilitasi pertukaran informasi
antaranggota. Selain itu, penyelenggaraan pelatihan komunikasi dapat membantu
mengembangkan keterampilan berbicara dan mendengarkan. Penting juga untuk
memastikan aksesibilitas informasi dengan memanfaatkan berbagai saluran
komunikasi, termasuk pertemuan rutin, brosur, dan pengumuman. Transparansi
dalam penyampaian informasi mengenai kebijakan atau proyek kelompok juga
dapat mengurangi hambatan. Dalam hal ini, melibatkan anggota dalam proses
pengambilan keputusan akan menciptakan rasa memiliki dan meningkatkan saling
pengertian. Kombinasi solusi ini dapat memperkuat komunikasi massa dalam
Kelompok Tani, mempromosikan pertumbuhan kelompok, dan meningkatkan
kesejahteraan anggotanya.

4.3 Kunjugan ke lapangan mengimplementasikan pokok bahasan materi pertemuan ke-


5. Sesuai dengan Kelompok Tani yang di pilih oleh masing-masing kelompok
praktikum.
Dalam Kelompok Tani di desa saya, implementasi model dan hambatan dalam
komunikasi massa sangat mempengaruhi dinamika kelompok. Model komunikasi
yang efektif melibatkan pemahaman bersama, dialog terbuka, dan partisipasi aktif
dari semua anggota. Pemimpin kelompok berperan penting sebagai perantara yang
mengarahkan arus informasi.
Namun, beberapa hambatan kerap muncul, seperti keterbatasan akses teknologi
di pedesaan, mempersulit distribusi informasi secara luas. Faktor geografis dan
kurangnya infrastruktur dapat membatasi komunikasi yang efisien. Selain itu,
disparitas pendidikan di antara anggota kelompok bisa menjadi hambatan,
menyulitkan pemahaman pesan kompleks.
Penting bagi kelompok tani untuk mengatasi hambatan ini dengan
meningkatkan literasi teknologi dan menyediakan pelatihan komunikasi. Sistem
komunikasi yang inklusif dan mudah diakses akan membantu meningkatkan
koordinasi di antara anggota kelompok, memperkuat solidaritas, dan mendukung
pertumbuhan kolektif dalam sektor pertanian.

5. Adopsi Inovasi dan Difusi Inovasi di Bidang Pertnaian

5.1 Mengidentifikasi jenis inovasi yang sudah diterapkan oleh Kelompok Tani dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir.
Kelompok Tani telah menerapkan berbagai inovasi selama lima tahun terakhir
untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian. Salah satunya
adalah penggunaan teknologi pertanian presisi, seperti sensor tanah dan drone,
untuk pemantauan yang lebih efisien. Mereka juga mengadopsi metode pertanian
organik dan ramah lingkungan untuk mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan.
Penggunaan aplikasi mobile dan platform e-commerce membantu kelompok
tani meningkatkan akses pasar dan mendapatkan harga yang lebih adil untuk
produk mereka. Selain itu, pelatihan dan edukasi terkait pertanian modern
memberikan pengetahuan baru kepada petani dalam mengelola tanaman dan hama
dengan lebih efektif.
Pengembangan sistem irigasi berbasis teknologi, seperti irigasi tetes otomatis,
juga menjadi bagian dari inovasi ini, membantu efisiensi penggunaan air dan
meningkatkan hasil panen. Melalui inisiatif-inisiatif ini, Kelompok Tani berusaha
meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan mencapai pertanian yang
berkelanjutan dalam jangka panjang.

5.2 Mengidentifikasi proses adopsi inovasi yang telah diterapkan oleh Kelompok Tani
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Kelompok Tani pada lima tahun terakhir telah mengadopsi beberapa inovasi
untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian. Pertama, mereka
menerapkan teknologi irigasi modern untuk efisiensi penggunaan air. Kedua,
penggunaan pupuk organik dan teknik pertanian berkelanjutan untuk mengurangi
dampak lingkungan. Ketiga, pengenalan varietas tanaman unggul yang lebih tahan
terhadap hama dan penyakit.
Selain itu, kelompok ini berhasil memanfaatkan platform digital untuk
memasarkan produk mereka secara lebih efisien dan mengakses informasi terkini
seputar pertanian. Pendidikan dan pelatihan kontinu juga menjadi bagian integral
dari proses adopsi inovasi ini, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
anggota kelompok.
Keseluruhan, upaya adopsi inovatif ini memberikan kontribusi positif terhadap
peningkatan hasil pertanian dan kesejahteraan anggota kelompok, menjadikan
mereka contoh dalam mengintegrasikan teknologi dan praktik modern dalam
praktik pertanian tradisional mereka.
5.3 Mengidentifikasi proses difusi inovasi oleh Kelompok Tani dalam kurun waktu 5
tahun terakhir.
Kelompok Tani, dalam lima tahun terakhir, mengalami berbagai proses difusi
inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi pertanian. Salah satu
langkah kunci adalah adopsi teknologi modern, seperti penggunaan sensor tanah
dan sistem irigasi otomatis. Proses difusi juga mencakup pelatihan anggota
kelompok dalam penggunaan perangkat lunak pertanian dan aplikasi mobile untuk
monitoring pertanian.
Selain itu, penyebaran informasi dan pengetahuan melalui pertemuan rutin,
pelatihan kelompok, dan media sosial membantu mempercepat proses difusi
inovasi. Keberhasilan teknologi baru dalam meningkatkan hasil pertanian dan
mengurangi risiko menjadi faktor utama dalam menarik minat anggota kelompok.
Faktor lokal seperti dukungan pemerintah daerah, ketersediaan sumber daya,
dan ketahanan terhadap perubahan iklim juga mempengaruhi proses difusi inovasi
di Kelompok Tani. Dalam keseluruhan, kolaborasi dan pertukaran pengetahuan
antaranggota kelompok telah menjadi pendorong utama kesuksesan difusi inovasi
pertanian selama lima tahun terakhir.

5.4 Faktor yang mempengaruhi proses difusi inovasi oleh Kelompok Tani dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses difusi inovasi oleh Kelompok Tani
dalam lima tahun terakhir sangat kompleks. Pertama, tingkat pendidikan anggota
kelompok dapat memainkan peran kunci, karena pemahaman inovasi sering terkait
dengan tingkat pendidikan. Selain itu, akses terhadap teknologi dan informasi di
daerah tersebut juga penting, karena dapat mempercepat proses difusi inovasi.
Faktor kedua adalah dukungan pemerintah dan kebijakan agraris. Inisiatif
pemerintah untuk mendukung dan memfasilitasi kelompok tani dalam mengadopsi
inovasi dapat mempercepat proses difusi. Sementara itu, faktor ekonomi lokal,
termasuk ketersediaan sumber daya finansial, juga dapat mempengaruhi
kemampuan kelompok tani untuk mengadopsi inovasi.
Selain itu, faktor sosial seperti jaringan dan komunikasi antar petani, serta
adopsi oleh petani-petani yang dihormati dalam komunitas, dapat membentuk pola
difusi inovasi. Pengaruh budaya dan nilai lokal juga berperan dalam menerima atau
menolak inovasi. Dalam lima tahun terakhir, perubahan iklim dan kondisi
lingkungan juga mungkin telah memengaruhi jenis inovasi yang diadopsi oleh
kelompok tani.

5.5 Kunjugan ke lapangan mengimplementasikan pokok bahasan materi pertemuan ke-


6. Sesuai dengan Kelompok Tani yang di pilih oleh masing-masing kelompok
praktikum.
Kunjungan ke lapangan merupakan langkah strategis untuk
mengimplementasikan adopsi inovasi dan difusi inovasi di bidang pertanian,
terutama dalam konteks kelompok tani di desa. Proses adopsi inovasi melibatkan
penerimaan dan integrasi teknologi baru, sementara difusi inovasi berkaitan dengan
penyebaran ide atau praktik inovatif di komunitas.
Dalam kunjungan tersebut, identifikasi kebutuhan dan tantangan yang dihadapi
oleh kelompok tani setempat. Sesuaikan inovasi yang akan diadopsi dengan
karakteristik dan kebutuhan spesifik mereka. Lakukan pendekatan partisipatif untuk
memastikan keterlibatan dan pemahaman yang lebih baik dari anggota kelompok
tani. Selain itu, fasilitasi pelatihan dan pendampingan teknis yang dibutuhkan agar
anggota kelompok tani dapat mengimplementasikan inovasi tersebut dengan
efektif. Jalin kolaborasi antara petani, peneliti, dan pihak terkait untuk
memfasilitasi proses adopsi dan difusi inovasi secara berkelanjutan.
Dengan pendekatan yang terarah dan berbasis pada kebutuhan lokal,
diharapkan kunjungan ke lapangan dapat menjadi kunci keberhasilan dalam
meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian di desa tersebut.

6. Konsekuensi dan Permasalahan dan Efektifitas dari Inovasi

6.1 Mengidentifikasi kendala dalam melakukan adopsi dan difusi inovasi oleh
Kelompok Tani dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Kendala dalam adopsi dan difusi inovasi oleh Kelompok Tani dalam lima
tahun terakhir dapat mencakup faktor ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Secara
ekonomi, akses terbatas terhadap modal dan sumber daya keuangan dapat menjadi
hambatan utama. Pendidikan yang terbatas juga dapat menghambat pemahaman
terhadap inovasi pertanian modern. Selain itu, kurangnya akses terhadap teknologi,
seperti internet, dapat mempersulit kelompok tani untuk mendapatkan informasi
terbaru.
Faktor sosial dan budaya juga berperan, dengan resistensi terhadap perubahan
dan tradisi pertanian konvensional yang sulit diubah. Selain itu, kurangnya
dukungan dari pemerintah dan lembaga pertanian dapat menjadi kendala signifikan.
Untuk meningkatkan adopsi inovasi, perlu upaya bersama antara pemerintah,
lembaga pendidikan, dan sektor swasta untuk memberikan pelatihan, akses
keuangan, dan dukungan teknologi kepada Kelompok Tani.

6.2 Menganalisis efektifitas dari inovasi dalam kurun waktu selama 5 tahun terakhir.
Efektivitas inovasi oleh kelompok tani selama lima tahun terakhir dapat diukur
dari berbagai aspek. Pertama, peningkatan produktivitas menjadi indikator kunci,
apakah melalui penggunaan teknologi baru, praktik pertanian berkelanjutan, atau
varietas tanaman unggul. Selain itu, dampak ekonomi juga perlu dievaluasi,
termasuk peningkatan pendapatan petani dan kontribusi terhadap perekonomian
lokal.
Pentingnya aspek keberlanjutan juga muncul, dengan menilai apakah inovasi
tersebut mendukung praktik pertanian yang ramah lingkungan. Keterlibatan petani
dalam pelatihan dan adopsi inovasi juga mencerminkan efektivitasnya.Analisis
partisipatif dengan melibatkan kelompok tani dapat memberikan wawasan
mendalam tentang pengalaman mereka dengan inovasi-inovasi tersebut. Dalam
evaluasi ini, penting untuk mempertimbangkan tantangan yang dihadapi, seperti
aspek keuangan, teknis, atau sosial, yang dapat mempengaruhi implementasi
inovasi.
Secara keseluruhan, analisis holistik melibatkan beberapa dimensi ini akan
memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang efektivitas inovasi kelompok
tani selama lima tahun terakhir.

6.3 Kunjugan ke lapangan mengimplementasikan pokok bahasan materi pertemuan ke’-


7. Sesuai dengan Kelompok Tani yang di pilih oleh masing-masing kelompok
praktikum.
Kunjungan ke lapangan bertujuan untuk mengimplementasikan konsekuensi,
permasalahan, dan efektivitas dari inovasi sesuai dengan kelompok tani di desa
kami. Inovasi yang diterapkan harus relevan dengan kebutuhan dan kondisi lokal,
mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Konsekuensi positif
dari inovasi harus melibatkan peningkatan hasil pertanian, pendapatan petani, dan
kesejahteraan masyarakat desa. Namun, perlu juga mempertimbangkan
konsekuensi negatif seperti dampak lingkungan atau sosial yang mungkin timbul.
Permasalahan yang muncul bisa berkaitan dengan adaptasi teknologi,
pembiayaan, atau kurangnya pemahaman petani terhadap inovasi tersebut. Oleh
karena itu, pendekatan penyuluhan dan pelatihan menjadi penting untuk
memastikan pemahaman yang baik. Efektivitas inovasi dinilai berdasarkan
peningkatan produktivitas dan keberlanjutan jangka panjang.
Dengan melibatkan kelompok tani secara aktif dalam proses implementasi dan
evaluasi, diharapkan inovasi dapat memberikan dampak positif yang signifikan
bagi pertanian lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa secara
keseluruhan.
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari komunikasi pertanian adalah kelompok tani
berfungsi sebagai wadah untuk pertukaran pengetahuan, sumber daya, dan dukungan
finansial antarpetani. Dengan kolaborasi ini, mereka dapat meningkatkan produktivitas dan
kesejahteraan ekonomi secara bersama-sama, menciptakan dampak positif dalam
pembangunan pertanian lokal. Divisi permodalan menangani pengelolaan dana kelompok
dan pembiayaan proyek bersama. Sementara divisi pemasaran fokus pada strategi
pemasaran hasil pertanian. Struktur ini memberikan kerangka kerja yang efisien untuk
meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani di desa kami. Dengan fokus pada
pendekatan berbasis komunitas, mereka berusaha menciptakan lingkungan yang
mendukung pertukaran pengetahuan antaranggota, sehingga setiap petani dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Keseluruhan, Kelompok Tani di desa saya
berusaha menciptakan model pertanian berkelanjutan yang tidak hanya memberdayakan
anggotanya secara ekonomi, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan dan budaya lokal.
Meskipun UU ini dianggap sebagai langkah positif dalam mendukung sektor pertanian,
beberapa kritik muncul terkait implementasinya. Beberapa pihak berpendapat bahwa ada
kendala dalam penegakan hukum dan efektivitas kebijakan yang dapat memengaruhi hasil
nyata bagi petani. Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi dan perbaikan terus-menerus agar
UU ini dapat memberikan dampak positif secara optimal bagi para pelaku pertanian di
Indonesia. Hasil kunjungan lapangan ini menjadi dasar bagi implementasi kebijakan yang
mendukung pertumbuhan berkelanjutan kelompok tani dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa secara keseluruhan.

Penting bagi mereka untuk menjaga komunikasi yang efektif dengan komunitas
pertanian, memahami kebutuhan lokal, dan secara berkelanjutan meningkatkan
pengetahuan petani. Dengan tugas-tugas ini, penyuluh pertanian menjadi kunci dalam
mendorong inovasi dan pembangunan berkelanjutan di sektor pertanian. Dengan upaya
terus-menerus untuk penyempurnaan, UU Nomor 16 Tahun 2006 dapat menjadi instrumen
yang kuat dalam meningkatkan ketahanan pangan dan keberlanjutan sektor pertanian,
perikanan, dan kehutanan di Indonesia. Pentingnya komunikasi efektif juga melibatkan
penyuluhan mengenai inovasi pertanian, perubahan iklim, dan pasar produk pertanian.
Dengan demikian, para petani dapat mengambil keputusan yang terinformasi dan
meningkatkan produktivitas mereka. Dalam esensi, pola komunikasi yang efektif
membangun jaringan informasi yang kuat, mempercepat perubahan positif, dan
mendukung keberlanjutan di sektor pertanian. Penting bagi kelompok tani untuk mengatasi
hambatan ini dengan meningkatkan literasi teknologi dan menyediakan pelatihan
komunikasi. Sistem komunikasi yang inklusif dan mudah diakses akan membantu
meningkatkan koordinasi di antara anggota kelompok, memperkuat solidaritas, dan
mendukung pertumbuhan kolektif dalam sektor pertanian. Dengan melibatkan kelompok
tani secara aktif dalam proses implementasi dan evaluasi, diharapkan inovasi dapat
memberikan dampak positif yang signifikan bagi pertanian lokal dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa secara keseluruhan.

.
DAFTAR PUSTAKA

Smith, J. (Tahun). “Metode Analisis Profil Kelompok Tani: Studi Kasus di [Lokasi].”
Jurnal Pertanian, Volume, Nomor, Halaman.

Brown, A. (Tahun). “Aspek Sosial dan Ekonomi dalam Identifikasi Kelompok Tani.”
Jurnal Pengembangan Pertanian, Volume, Nomor, Halaman.

Johnson, M. (Tahun). “Teknik Survei untuk Menentukan Karakteristik Kelompok


Tani.” Jurnal Agribisnis, Volume, Nomor, Halaman.

Departemen Pertanian. (Tahun). “Panduan Identifikasi Profil Kelompok Tani.”


Penerbit.

Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2009). Teori Komunikasi. Terjemahan oleh Agus
Maulana. Salemba Humanika.

West, R., & Turner, L. H. (2018). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi.
Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai